Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN CA.

KOLOREKTAL

OLEH :

Ni Kadek Devi Ariyanti (203213218)

Luh De Novitariani (2032132075)

Ni Made Ariska (203213209)

Ni Made Ratniawati (203213207)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2021/2022
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Apendisitis

2. Etiologi
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi
menghasilkan lendir 1-2 ml per hari yang normalnya dicurahkan ke dalam lumen
dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara apendiks
tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks. (Wim de Jong, 2005)
Nurarif(2015) mengklasifikasikan apendisitis menjadi tiga, yakni :
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria dan
faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu,
hyperplasia jaringan limfa, fikalit, (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing
askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasit (E. histolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat penyakit nyeri berulang di
perut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan
ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan.
Namun, apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi
fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari dua minggu, radang kronis apendiks secara makroskopis dan
mikroskopis (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial
atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan
infiltrasi sel inflamasi kronis), dan keluhan menghilang setelah
apendiktomi.

3. Patofisiologi terjadinya penyakit


Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat peradangan
sebelumnya atau neoplasma. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema. Diaforesis bakteri dan
ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal
tersebut akan menyebabkan vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding apendiks.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut dengan
apendisitis sukuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangrene stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi apendisitis
perforasi. (Wijaya&Putri, 2013).
Penatalaksanaan medis pada klien apendisitis menurut Ratun (2015) yakni
apendiktomi yaitu pembedahan untuk mengangkat apendiks pembedahan di
indikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Pembedahan atau operasi
menurut Sjamsuhidajat (2005) adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat
sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak
perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Sayatan atau luka yang dihasilkan merupakan suatu trauma bagi penderita dan
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Akibat dari prosedur pembedahan pasien
akan mengalami gangguan rasa nyaman nyeri. nyeri sebagai suatu sensori subjektif
dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan. (Potter&Perry, 2015)
Karena hal tersebut, terjadinya nyeri akut sering ditandai dengan tampak
meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah,
nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri dan diaphoresis. (PPNI, 2016)

4. Manifestasi Klinis
Nurarif (2015) menjelaskan bahwa gejala awal yang khas, yang merupakan
gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di
sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa
mual, bahkan terkadang muntah, dan umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah. Di titik ini nyeri
terasa lebih tajam dan jelasletaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi
terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan tersebut dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya
perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar
37,5 – 38,5 derajat celcius.
Ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis.
Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Gejala yang
timbul menurut Nurarif (2015), yaitu :
1. Bila lebih apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawahtidak begitu jelas
dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut
kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan,
bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karens adanya
kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul
gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristaltic
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang–ulang (diare).
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangan dindingnya.

5. Pathway

Invasi&multiplikasi bakteri Hiperterm Febris


i
Kerusakan control suhu
Apendisitis Peradangan pada jaringan
terhadap inflamasi

Operasi Sekresi mucus berlebih pada


lumen apendiks
Luka insisi Ansietas
Apendiks terenggang
Kerusakan Jaringan Pintu masuk kuman

Ujung saraf terputus Resiko Infeksi

Pelepasan prostaglandin Kerusakan Integritas


Jaringan
Stimulasi dihantarkan
Spasme dinding apendiks Tekanan intraluminal
lebih dari tekanan vena
Hipoksia jaringan apendiks
Cortex serebri Nyeri di persepsikan
Ulserasi
Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Gastrointestinal Perforasi

Reflekbatukberkurang Akumulasisekret
Anestesi

Peristaltik usus berkurang Depresi system respirasi Ketidakefektifanbersihanj


alannafas
Distensi abdomen Anoreksia

Mual&muntah Ketidakseimbangan Nutrsi


Gangguan Rasa Nyaman
Kurang
darikebutuhantubuh
Resiko Kekurangan
Volume Cairan

6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit apendisitis menurut Nurarif(2015), yaitu :
a. Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut di
mana dinding perut tampak mengencang (distensi).
b. Palpasi : di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
c. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/tungkai diangkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign).
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
e. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu.
f. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif dan
tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm 3.
Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks
sudah mengalami perforasi (pecah).(Nurarif, 2015)
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada penyakit apendisitis menurut Nurarif(2015), yaitu :
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu).
2) Ultrasonografi (USG), CT scan.
3) Kasus kronis dapat dilaksanakan rontgen foto abdomen, USG
abdomen, dan apendikogram.

8. Penatalaksanaan
Tata laksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi.
Keterlambatan dalam tata laksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik
laparoskopik, apendiktomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca
bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi
luka yang lebih rendah. Akan tetapi, terdapat peningkatan kejadian abses intra
abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk
diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita.
(Bimbaum BA, 2015)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian ( data subyektif dan obyektif )
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesa pada pasien. Data – data yang
dikumpulkan atau di kaji :
1) Identitas pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, suhu bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor nregristrasi,
pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab
2) Status kesehatan
a. Keluhan utama
Keluahan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat kerumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan gangguan personal hygiene biasanya akan diawali dengan
adanya tanda – tanda adanya perubahan integritas kulit,adanaya perubahan
persepsi diri
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan yang
sama
d. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
3) Kebutuhan bio – psiko – sosial – spiritual
a. Pola manajemen kesehatan dan persepsi kesehatan.
Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien, penegtahuan, status
kesehatan pasien saat ini
b. Pola metabolic – nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makan dna kudapan, jenis dan jumlah
(makanan dan minuman), pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir,
porsi yang dihabiskan, nafsu makan
c. Pola eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan megontrol BAK, adanya perubahan lain
Kebiasaan pola air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna , bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain.
d. Gerak dan aktifitas
Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari – hari, kemampuan untuk
merawat diri sendiri ( berpakian , mandi, makan, kamar mandi), mandiri,
bergantung, atau perlu bantuan, penggunaaan alat bantu (kruk, kaki tiga )
e. Pola istirahat tidur
Kaji pasien mengenai kebiasan tidur sehari – hari ( jumlah waktu tidur, jam
tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran).
Data pemeriksaan fisik ( lesu, kantung mata, keadaan umkum mengantuk)
f. Pola persepsi - kognitif
Kaji pasien mengenai :
- Gambaran tentang indra khusus (peneglihatan, penciuman, pendengaran,
perasa, peraba)
- Penggunaan alat bantu indra
- Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkjian nyeri secara komprehensif)
- Keyakinan budaya terhadap nyeri
- Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol
dan mengatasi nyeri
- Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
g. Pola konsep diri – persepsi diri
Kaji pasien mengenai :
- Keadaan sosial : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok soaial
- Identitas personal : penjelasaan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki
- Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh (yang disukai dan
tidak)
- Harga diri : perasaan mengenai diri sendir
- Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
- Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri,murung, tidak mau
berinteraksi)
h. Pola hubungan – peran
Kaji pasien mengenai :
- Gambaran tentabg peran berkiatan dengan keluarga, taman, kerja,
- Kepuasan/ketidakpuasan menjalalankan peran
- Efek terhadap status kesehatan
- Pentingnya keluarga
- Struktur dan dukungan keluarga
- Proses pengambilan keputusan keluarga
- Pola membesarkan anak
- Hubungan dengan orang lain
- Orang terdekan dengan klien
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
i. Pola reproduksi – seksualitas
Kaji pasien mengenai :
- Masalah atau perhatian seksual
- Menstruasi, jumlah anak , jumlah suami/ istri
- Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, pelukan, sentuhan
dll)
- Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
- Efek terhadap kesehatan
- Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan psikologis
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rectum)
j. Pola toleransi terhadap strees – koping
Kaji pasien dengan :
- Sifat pencentus strees yang dirasakan baru – baru ini
- Tingkat strees yang dirasakan
- Gambaran respon umum dan khusus terhadap strees
- Strategi mengatasi strees yang biasa digunakan dan keefektifannya
- Strategi koping yang biasa digunakan
- Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen strees
- Hubungan manajemen strees dengan keluarga
-
k. Pola keyakinan – nilai
Kaji pasien mengenai :
- Latar belakang budaya
- Status ekonomi, perilaku kesehatan, yang berkaiatan dengan kelompok
budaya
- Tujuan kehidupan bagi pasien
- Peningnya agama / spiritualitas
- Dampak masalah kesehatan terhadap spiritual
- Keyakinan dalam budaya ( mitos, kepercayaan, larangan, adat)yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Diagnosa keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan Pre-Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan adanya perubahan status kesehatan.
b. Hipertermi berhubungan dengan Kerusakan kontrol suhu terhadap
inflamasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada apendiks.
2) Diagnosa Keperawatan Post-Operasi
a. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan perlukaan bekas
operasi dari program medikasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan perlukaan pada bekas operasi prosedur
medikasi.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya pertahanan tubuh primer
dan sekunder yang tidak adekuat akibat prosedur invasif.

3. Intervensi
1) Pre-Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

Ansietas Tujuan : setelah 1. Kaji perilaku 1. Untuk


berhubungan dilakukan asuhan yang mengarah mengetahui
keperawatan …x24 tingkatan derajat
dengan adanya ke kecemasan
jam diharapkan pasien
perubahan tidak mengalami 2. Dorong pasien dari kecemasan.
status kecemasan dengan untuk lebih 2. Mengidentifikasi
kriteria hasil : faktor pencetus
kesehatan. terbuka dan
stress dapat
1. Klien mampu menyampaikan membina
mengidentifikasi hubungan
perasaan klien
dan terapeutik antara
mengungkapkan serta beri
petugas dan
gejala cemas perhatian pasien.
2. Mengidentifikasi, 3. Penjelasan yang
terhadap
mengungkapkan adekuat dapat
dan menunjukkan perasaannya.
menurunkan
tehnik untuk 3. Beri penjelasan kecemasan
mengontrol cemas
terhadap setiap 4. Dapat menggali
3. Vital sign dalam masalah yang
batas normal tindakan atau
dialami oleh
4. Postur tubuh, intervensi pasien..
ekspresi wajah, keperawatan 5. Lingkungan yang
bahasa tubuh dan tenang membantu
tingkat aktivitas yang dilakukan.
relaksasi dan
menunjukkan 4. Mendengarkan
mengurangi
berkurangnya setiap keluhan kecemasan.
kecemasan
yang dialami 6. Untuk membantu
menurunkan
pasien.
stress pasien serta
5. Beri lingkungan memberikan
yang mendukung, metode belajar
terhadap
tenang, dan
kecemasan.
kesempatan 7. Dapat menurunkan
untuk istirahat. kecemasan dan
6. Bantu pasien memudahkan tidur
pasien.
dalam
pemecahan
masalah terhadap
stres.
7. Kolaborasi
pemberian obat
sedatif bila
diperlukan.
Hipertermi Tujuan : setelah 1. Monitor suhu 1. Untuk
berhubungan dilakukan asuhan sesering mungkin mengetahui
keperawatan …x24 terjadinya berubahan
dengan 2. Monitor IWL
jam diharapkan pasien suhu atau tidak
Kerusakan tidak mengalami 3. Monitor warna 2. Mengenatuhi
kontrol suhu hipertermi dengan dan suhu kulit nilai IWL pasien
kriteria hasil : dalam rentang
terhadap 4. Kolaborasi
normal atau tidak
inflamasi 1. Suhu tubuh pemberian cairan 3. Untuk
dakam rentang mengetahui tinggi
intravena
normal atau rendahnya
2. Nadi dan RR 5. Kompres pasien
pasien menggalami
dalam rentang pada lipatan paha hipotermi
normal 4. Untuk
dan aksilaris
3. Tidak ada mempercepat
perubahan warna 6. Kolaborasi
menyetabilkan suhu
kulit dan tidak ada pemberian obat tubuh dan memenuhi
pusing utuk mencegah caian input
terjadinya 5. Untuk
mempercepat
menggigil
penurunan panas
karena pori-pori
lebih besar di lipatan
paha dan asksilaris
6. Mencegah
terjadinya kejang

Nyeri akut Tujuan : Setelah 1. Kaji lokasi, tipe, 1. Dapat mengetahui


berhubungan dilakukan asuhan dan intensitas penyebab nyeri
keperawatan …x24 dan menentukan
dengan nyeri dengan
jam diharapkan rasa tindakan
peradangan nyeri pasien skala nyeri. manajemen nyeri.
pada apendiks. berkurang dengan 2. Berikan pijatan 2. Pijatan
kriteria hasil : menimbulkan efek
pada punggung,
relaksasi dan
1. Mampu tangan, dan kaki perbaikan oksigen
mengontrol nyeri dalam sel.
serta perhatikan
(penyebab nyeri, 3. Posisi yang aman
mampu adanya perlukaan.
mencegah risiko
menggunakan 3. Mengubah posisi cedera dan
tehnik menjadikan pasien
pasien sesuai
nonfarmakologi merasa lebih rileks
untuk mengurangi keadaan pasien
serta menurunkan
nyeri, mencari dengan
bantuan) pertimbangan nyeri.
2. Melaporkan kenyamanan dan 4. mengalihkan
nyeri berkurang perhatian sebagai
keamanan.
dengan upaya menurunkan
menggunakan 4. Berikan aktivitas nyeri.
manajemen nyeri hiburan untuk 5. teknik relaksasi
3. Mampu distraksi dapat
mengurangi nyeri.
mengenali nyeri dilakukan sebagai
(sekala, intensitas, 5. Diskusikan dan upaya mengatasi
frekuensi, dan tanda ajarkan tindakan nyeri.
nyeri) 6. obat analgesik
alternatif sebagai
4. Menyatakan dapat dapat
rasa nyaman setelah usaha untuk digunakan untuk
nyeri berkurang menurunkan nyeri mengurangi nyeri.
(relaksasi,
distraksi).
6. Kolaborasi
pemberian obat
anti nyeri.

2) Post Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

Kerusakan Tujuan : setelah 1. Ganti balutan 1. Penggantian


integritas dilakukan asuhan dengan teknik balutan secara
keperawatan …x24 periodik dan
jaringan kulit aseptik.
jam diharapkan luka perawatan aseptik
berhubungan bekas operasi cepat2. Melepas perekat mencegah
dengan mengering dengan dengan hati-hati. perluasan dan
kriteria hasil : infeksi dan
perlukaan 3. Observasi luka
mempercepat
bekas operasi 1. Luka sembuh. secara teratur, penyembuhan.
dari program 2. Dapat berperilaku catat karakteristik 2. Mencegah
mengupayakan robekan pada
medikasi. dan integritas
peningkatan kulit. kulit.
kesembuhan dan 4. Kaji jumlah dan 3. Untuk
mengetahui
pencegahan karakteristik
perbaikan dan
komplikasi. cairan luka. keadaan luka.
3. Integritas kulit 5. Ajarkan dan 4. Mengetahui
perluasan dan
dapat anjurkan
komplikasi yang
dipertahankan. menekan dengan mungkin terjadi.
bantal pada 5. Dapat
mengurangi nyeri
daerah insisi
dan
abdominal bila mempertahankan
terjadi batuk. heating pada luka
6. Ingatkan dan beri insisi agar tidak
terjadi robekan.
pendidikan 6. Mencegah tidak
kesehatan untuk terjadi infeksi
tidak menyentuh nosokomial.
7. Menjaga
daerah luka
kehigienisan pada
insisi. daerah luka,
7. Bersihkan daerah mencegah
infeksi, dan
pinggir
mempercepat
permukaan kulit penyembuhan
pada daerah luka.
8. Penggunaan obat
bekas insisi yang
seperti antibiotik
sudah dapat membantu
mendapatkan penyembuhan
rawat luka luka.

tertutup.
8. Kolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi.
Nyeri akut Tujuan : setelah 1. Kaji lokasi, tipe, 1. Dapat mengetahui
berhubungan dilakukan asuhan dan intensitas penyebab nyeri
keperawatan …x24 dan menentukan
dengan nyeri dengan
jam diharapkan pasien tindakan
perlukaan pada tidak mengalami skala nyeri. manajemen nyeri.
hipertermi dengan 2. Pijatan
bekas operasi kriteria hasil : 2. Berikan pijatan menimbulkan
prosedur pada punggung, efek relaksasi dan
1) Pasien tampak perbaikan oksigen
medikasi. tenang. tangan, dan kaki
dalam sel.
2) Pasien serta perhatikan 3. Posisi yang aman
adanya mencegah risiko
melaporkan
cedera dan
tingkat nyeri perlukaan.
menjadikan
menurun. 3. Mengubah posisi pasien merasa
pasien sesuai lebih rileks serta
3) Pasien tampak
menurunkan
rileks. keadaan pasien
nyeri.
4) Pasien terjaga dengan 4. Mengalihkan
pertimbangan perhatian sebagai
keseimbangan
kenyamanan dan upaya
kebutuhan tidur menurunkan
dengan aktivitas. keamanan. nyeri.
4. Berikan aktivitas 5. Teknik relaksasi
hiburan untuk distraksi dapat
dilakukan sebagai
mengurangi
upaya mengatasi
nyeri. nyeri.
5. Diskusikan dan 6. Obat analgesik
dapat dapat
ajarkan tindakan
digunakan untuk
alternatif sebagai mengurangi nyeri.
usaha untuk
menurunkan
nyeri (relaksasi,
distraksi).
6. Kolaborasi
pemberian obat
anti nyeri.
Risiko infeksi Tujuan : Setelah 1. Observasi tanda- 1. Dapat
berhubungan dilakukan asuhan tanda vital mengetahui
keperawatan …x24 perkembangan,
dengan berkaitan dengan
jam diharapkan pasien risiko infeksi
menurunnya tidak mengalami demam, serta menentukan
pertahanan resiko infeksidengan menggigil, tindakan
kriteria hasil : selanjutnya.
tubuh primer berkeringat,
2. Perawatan luka
1) Tidak ada tanda-
dan sekunder tanda infeksi. perubahan yang intensif
yang tidak 2) Drainase purulen. mental, dan nyeri dapat
mempercepat
adekuat akibat 3) Luka sembuh. abdomen yang
perbaikan
prosedur meningkat. jaringan
invasif. 2. Rawat luka sesuai penyembuhan
luka.
prosedur.
3. Pengamatan
3. Observasi luka secara dini
bekas insisi dan terhadap bekas
luka untuk
balutan serta catat
mengetahui
drainase luka perbaikan luka
(bila ada) dan keberhasilan dari
adanya eritema. intervensi.
4. Untuk
4. Berikan mengikutsertakan
penjelasan yang pasien agar
tepat dan jujur secara aktif
melakukan
kepada pasien dan
perawatan yang
keluarga dibutuhkan.
berkaitan dengan 5. Antibiotik dapat
mencegah
perawatan.
inflamasi dan
5. Kolaborasi mempercepat
pemberian penyembuhan.
antibiotik sesuai
indikasi dari tim
medis.

4. Implementasi
(menyesuaikan dengan intervensi )

5. Evaluasi
1) Pre-Operasi
- Tidak terjadi ansietas
- Tidak terjadi hipertermi
- Tidak terjadi nyeri akut
2) Post-Operasi
- Tidak terjadi Kerusakan jaringan
- Tidak terjadi nyeri akut
- Tidak terjadi resiko infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Awan Hariyanto & Rini Sulistyowati. (2015). buku ajar keperawatan medikal bedah 1.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.

Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1&2. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.

Potter & Perry.2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7.Jakarta : EEG

September, O., Thomas, G. A., & Tangkilisan, A. (2016). Angka kejadian apendisitis di
RSUP Prof . Dr . R . D . Kandou Manado. 4(September 2015).

Setyobudi, I., & Martono. (2013). Pencapaian kompetensi penilaian glasgow coma scale
dengan metode beside teaching mahasiswa program DIII berlanjut DIV keperawatan.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 118–122.
Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi.

Anda mungkin juga menyukai