Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

MANAJEMEN FISIOLOGI PENYAKIT YANG DAPAT MENYERTAI


KEHAMILAN

Oleh :

PATRISIA
105017034

YAYASAN PENDIDIKAN CENDRAWASIH


AKADEMI KEBIDANAN PALU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji atas kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayat nya,sehingga makalanya mengenai “Manajemen Fisiologi
Penyakit yang Dapat Menyertai Kehamilan” dapat kami susun .
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu memberi dukungan, dorongan, serta saran-saran kepada
penyusun. Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun
penyajian makalah ini jauh dari sempurna .oleh karena itu , kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Ahirnya semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita semua .amin.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Penyakit Jantung.................................................................................. 2
2. Penyakit Ginjal...................................................................................... 4
3. Penyakit TBC (Tuberkulosis)................................................................ 9
4. Hipertensi (tekanan darah tinggi).......................................................... 10
5. Diabetes............................................................................................... 11
6. Hepatitis .............................................................................................. 15
7. Asma.................................................................................................... 20
8. Typus apdominalis................................................................................ 25
9. Malaria.................................................................................................. 21
10. Rubella................................................................................................. 27
11. Vercella................................................................................................. 29
12. Infeksi Saluran Kemih........................................................................... 30
13. Herpes.................................................................................................. 32

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 37
B. Saran.................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 38

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegawat daruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang
dapat mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan,
ketika kehamilan bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta
gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun
bayi yang akan di lahirkan. Kegawatan tersebut harus ditangani, karena jika
lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi
baru lahir. (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah
kesehatan yang sangat serius di negara-negara berkembang. Berdasarkan
hasil laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 angka
kematian ibu (AKI) di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa.
Beberapa negara berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub
Sahara sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan di
Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di negara –negara Asia Tenggara
salah satunya di Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2017).

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyakit Jantung

Pengertian Penyakit Jantung


 Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan.
Bentuk gangguan itu sendiri bermacam-macam, bisa berupa gangguan pada
pembuluh darah jantung, katup jantung, atau otot jantung. Penyakit jantung juga
dapat disebabkan oleh infeksi atau kelainan lahir.
Jantung adalah otot yang terbagi menjadi empat ruang. Dua ruang
terletak di bagian atas, yaitu atrium (serambi) kanan dan kiri. Sementara dua
ruang lagi terletak di bagian bawah, yaitu ventrikel (bilik) kanan dan kiri. Di
antara ruang kanan dan kiri tersebut, ada dinding otot (septum) yang
mencegah darah kaya oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen.
Jantung juga memiliki katup yang berfungsi mengatur aliran darah
antara atrium dan ventrikel. Katup-katup ini akan terbuka dan tertutup
bergantian sesuai dengan denyut jantung.
Fungsi utama jantung adalah mengalirkan darah kaya oksigen ke
seluruh bagian tubuh. Jika seluruh organ tubuh telah menggunakan oksigen,
darah yang miskin oksigen akan kembali ke jantung, kemudian kembali ke
paru-paru untuk diisi dengan oksigen.
Setelah diperkaya dengan oksigen di paru-paru, darah akan kembali
ke jantung untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Sebagian darah kaya oksigen
tersebut juga akan dialirkan ke organ jantung sendiri melalui pembuluh darah
koroner yang menyelimuti seluruh bagian jantung. Siklus peredaran darah
tersebut terjadi secara berulang-ulang.
Jantung juga memiliki dua selaput yang bernama perikardium.
Fungsinya adalah untuk melindungi jantung, menjaga jantung tetap pada
tempatnya, dan mencegah terjadinya luka akibat gesekan ketika berdenyut.
Patut diketahui, penderita penyakit jantung merupakan kelompok orang
yang rentan mengalami COVID-19 dengan gejala berat. Jika Anda menderita
penyakit jantung dan mengalami gejala COVID-19, sebaiknya periksakan diri ke

2
dokter. Klik tautan di bawah ini agar Anda dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan
terdekat:

 Rapid Test Antibodi


 Swab Antigen (Rapid Test Antigen)
 PCR
Jenis Penyakit Jantung
Istilah penyakit jantung meliputi beragam gangguan pada jantung, antara
lain:
 Penyakit arteri koroner (penyakit jantung koroner), yaitu penyempitan
pada pembuluh darah jantung
 Aritmia atau gangguan pada irama jantung
 Penyakit jantung bawaan, yaitu kelainan jantung sejak lahir
 Kardiomiopati atau gangguan pada otot jantung
 Infeksi jantung, baik akibat akibat bakteri, virus, maupun parasit
 Penyakit katup jantung, yaitu gangguan pada salah satu atau keempat
katup jantung
Gejala Penyakit Jantung
Gejala penyakit jantung tergantung pada jenis penyakit jantung yang
dialami oleh penderita. Namun, gejala yang biasanya muncul akibat penyakit
jantung adalah:
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Pembengkakan di tungkai
 Lemas
 Pingsan
Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Jantung
Penanganan penyakit jantung tergantung pada jenis penyakit yang
diderita. Metode pengobatannya bisa dengan perubahan gaya hidup menjadi
lebih sehat, pemberian obat-obatan, dan tindakan operasi, seperti
transplantasi jantung.
Penyakit jantung dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor
risikonya. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
 Tidak merokok

3
 Berolahraga rutin
 Mengonsumsi makanan sehat bergizi lengkap dan seimbang
Memeriksakan diri ke dokter secara berkala, terutama bila memiliki penyakit
yang meningkatkan risiko Anda terserang penyakit jantung, seperti tekanan
darah tinggi
2. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal adalah istilah yang menggambarkan setiap gangguan yang
terjadi pada ginjal. Penyakit ginjal akan mengganggu fungsi organ ini untuk
membersihkan dan menyaring limbah atau racun dari darah.
Ginjal adalah sepasang organ berbentuk seperti kacang yang berada
di area punggung bagian bawah. Saat ginjal mengalami gangguan, beragam
komplikasi mulai dari penumpukan limbah dan racun, anemia, serta
gangguan elektrolit, bisa terjadi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga
kesehatan ginjal dan melakukan pencegahan penyakit ginjal sejak dini.
Jenis-jenis Penyakit Ginjal
Sebelum mengenal beragam faktor penyebab penyakit ginjal, ada
beberapa jenis penyakit ginjal yang umum terjadi, yaitu:
Penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal kronis
Kerusakan ginjal pada kondisi ini menyebabkan penurunan fungsi
ginjal secara bertahap selama lebih dari 3 bulan. Gagal ginjal kronis sering
disebabkan oleh diabetes tipe 1 dan 2, hipertensi, penyakit autoimun, atau
penyakit infeksi pada ginjal.
Gagal ginjal akut
Pada penyakit ginjal ini, terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-
tiba. Gagal ginjal akut sering disebabkan oleh kekurangan cairan dan darah,
cedera pada ginjal, atau sumbatan yang menyebabkan kembalinya cairan ke
ginjal.
Batu ginjal
Penyakit batu ginjal ini disebabkan oleh penumpukan zat dan mineral
yang kemudian membentuk batu di ginjal. Kondisi ini sering dipicu oleh
penyakit asam urat atau infeksi saluran kemih.
Penyakit ginjal polikistik

4
Penyakit ginjal polikistik menyebabkan terbentuknya kista-kista
(kantong-kantong berisi cairan) di ginjal, dan penyebabnya adalah kelainan
genetik.

Infeksi ginjal
Infeksi ginjal bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Penyakit
ginjal ini juga dapat terjadi akibat penyebaran infeksi pada saluran kemih ke
ginjal.
Penyebab Penyakit Ginjal
Ada beberapa faktor yang secara umum bisa meningkatkan risiko
terjadinya penyakit ginjal, yaitu:
 Menderita diabetes, hipertensi, penyakit jantung, atau penyakit hati
 Memiliki keluarga yang juga menderita penyakit ginjal
 Mengalami infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal yang berulang
 Menderita obesitas
 Memiliki pola makan yang tinggi kandungan garam atau gula
 Memiliki kebiasaan jarang minum air putih sehinga meningkatkan risiko
kekurangan cairan
 Berusia lanjut
 Memiliki sistem imun yang lemah atau menderita penyakit autoimun
 Memiliki kelainan bentuk ginjal
Selain itu, paparan zat kimia tertentu secara berlebihan,
seperti melamin, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal.
Gejala Penyakit Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ dengan bentuk menyerupai kacang
merah yang terletak di area punggung bawah, tepatnya di bawah tulang
rusuk. Ginjal merupakan organ yang sangat penting dan memiliki beragam
fungsi.
Beberapa fungsi ginjal adalah untuk menyaring limbah dan racun dari
darah, menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa di dalam
tubuh, menstimulasi pembentukan sel darah merah, mengatur tekanan
darah, serta membantu pengaktifan vitamin D.

5
Penyakit ginjal akan mengganggu fungsi-fungsi tersebut. Secara
umum, ada beberapa gejala yang bisa mengindikasikan gangguan pada
ginjal, yaitu:
 Penurunan volume urine
 Perubahan warna pada urine, termasuk urine keruh atau bercampur
darah
 Pembengkakan pada tungkai
 Muncul nyeri pada punggung bagian bawah, nyeri nya dapat menjalar ke
perut bawah atau selangkangan
 Muncul nyeri saat buang air kecil
 Muncul kram kram otot dan kedutan
 Mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan
 Sering merasa kelelahan dan sesak napas
 Kulit terasa gatal yang tidak diketahui penyebab pastinya
 Peningkatan tekanan darah
 Anemia
Gejala-gejala di atas bisa muncul secara tiba-tiba atau secara
bertahap, sesuai dengan jenis penyakit ginjal yang diderita.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan dan
gejala yang disebutkan di atas. Pemeriksaan sejak dini diperlukan untuk
mengetahui penyebab keluhan yang dirasakan. Penanganan sejak dini juga
bisa mencegah komplikasi akibat penyakit ginjal.
Jika Anda memiliki kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya
gangguan ginjal, lakukan pemeriksaan secara rutin kedokter untuk
mengontrol kondisi Anda dan mencegah terjadinya penyakit ginjal.
Diagnosis Penyakit Ginjal
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien serta riwayat
kesehatan pasien dan keluarganya. Setelah itu, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dengan menekan area pinggang pasien untuk mendeteksi
rasa nyeri, melihat tanda-tanda pembengkakan di tungkai, atau
mengindentifikasi tanda infeksi, seperti demam.
Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang yang meliputi:

6
 Tes darah, untuk mengetahui fungsi ginjal melalui pemeriksaan kadar
ureum kreatinin, melihat kadar elektrolit, dan jumlah sel-sel darah
 USG ginjal, untuk melihat struktur dan kondisi ginjal, serta mendeteksi
adanya pembengkakan, kista, atau tumor
 Tes urine, untuk mengetahui ada tidaknya albumin atau protein, bakteri,
dan darah di dalam urine
 Biopsi ginjal, untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan atau perubahan
sel dan jaringan ginjal

Pengobatan Penyakit Ginjal


Pengobatan penyakit ginjal bertujuan untuk meringankan gejala,
mengatasi penyebab, memperlambat perkembangan penyakit, dan
mencegah komplikasi. Pengobatan penyakit ginjal akan disesuaikan dengan
penyebab dan kondisi keparahan penyakitnya.
Secara umum, ada beberapa pilihan pengobatan yang dapat
dilakukan, yaitu:
Pemberian obat-obatan
Obat-obatan akan diberikan oleh dokter sesuai dengan penyebab dari
penyakit ginjal. Beberapa pilihan obat yang mungkin akan diberikan oleh
dokter adalah:
 Obat pengontrol darah tinggi, seperti ACE inhibitor dan angiostensin II
receptor blockers (ARB), untuk menurunkan tekanan darah, menjaga
fungsi ginjal, dan memperlambat kerusakan ginjal.
 Obat untuk mengontrol kadar kalium di dalam darah, guna mencegah
komplikasi seperti jantung berdebar dan otot lemas.
 Antibiotik, untuk mengatasi infeksi bakteri pada ginjal. Obat dapat
diberikan secara oral atau suntikan tergantung tingkat keparahan infeksi.
 Obat diuretik, untuk menyeimbangkan cairan tubuh. Obat ini juga
diberikan untuk mengurangi pembengkakan di tungkai.
 Obat pereda nyeri, seperti paracetamol dan ibuprofen, untuk meringankan
nyeri hebat yang terjadi pada area punggung dan perut.

7
 Obat untuk melemaskan otot saluran kemih, seperti alpha blocker. Obat
ini diberikan pada penyakit ginjal yang disebabkan oleh batu ginjal.
Tujuannya adalah agar batu dapat lebih mudah dikeluarkan.
Perubahan gaya hidup
Sambil mengonsumsi obat-obatan, pasien juga diminta melakukan
perubahan gaya hidup guna meringankan kerja ginjal. Hal yang perlu
dilakukan adalah:
 Mengurangi asupan garam, gula, dan makanan tinggi kolesterol
 Melakukan kontrol diabetes, hipertensi, penyakit autoimun, secara teratur
 Mengonsumsi air putih minimal 2–3 liter per hari
 Membatasi konsumsi alkohol dan berhenti merokok
 Memperbanyak konsumsi buah, sayur, dan biji-bijian utuh
 Rutin berolahraga agar berat badan tetap stabil
Penghancuran batu ginjal
Jika pasien memiliki batu ginjal dengan ukuran yang cukup besar, batu
tersebut akan dihancurkan dengan teknik extracorporeal shock wave
lithotripsy atau dengan teknik ureteroscopic lithotripsy.
Cuci darah
Jika ginjal pasien sudah tidak bisa lagi berfungsi dengan baik, dokter
akan menyarankan dialisis (cuci darah). Dialisis adalah prosedur medis
untuk menggantikan fungsi ginjal dalam menyaring darah dan membuang
limbah serta racun dari dalam tubuh. Cuci darah bisa berlangsung selama 3–
5 jam dan bisa dilakukan sekitar 3 kali per minggu.
Operasi
Operasi umumnya dipilih bila cara penanganan lain tidak efektif.
Berikut adalah sejumlah operasi yang dapat dilakukan dalam menangani
penyakit ginjal:
 Operasi pengangkatan kista dari ginjal, bila penderita penyakit ginjal
polikistik memiliki kista berukuran besar dan menyebabkan nyeri hebat.
 Operasi pengangkatan batu ginjal, bila penderita memiliki batu ginjal
dengan ukuran yang cukup besar.
 Transplantasi ginjal, yaitu operasi penggantian ginjal pasien dengan ginjal
sehat dan cocok dari donor.
Komplikasi Penyakit Ginjal

8
Jika tidak segera ditangani, penyakit ginjal dapat menyebabkan
komplikasi, seperti:
 Hipertensi
 Edema paru
 Hiperkalemia
 Penyakit jantung
 Kerusakan saraf
 Sepsis
 Kerusakan ginjal permanen
Pencegahan Penyakit Ginjal
Cara terbaik untuk mencegah penyakit ginjal adalah dengan menjaga
kesehatan ginjal. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:
 Memperbanyak konsumsi air putih, yaitu sekitar 2 liter per hari
 Menerapkan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang
 Melakukan kontrol kesehatan berkala, terlebih jika memiliki penyakit
diabetes, hipertensi, atau penyakit autoimun
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Membatasi konsumsi alkohol
Menjaga berat badan ideal, salah satunya dengan rutin berolahraga
3. Penyakit TBC (Tuberkulosis)
Pengertian TBC (Tuberkulosis)
  TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-
paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala
berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak,
dan terkadang mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa
menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan
ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin.
Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya
rendah, misalnya penderita HIV.
Gejala Tuberkulosis
Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama,
penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:
 Demam

9
 Lemas
 Berat badan turun
 Tidak nafsu makan
 Nyeri dada
 Berkeringat di malam hari
Pengobatan Tuberkulosis
TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto
Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).
TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat
sesuai dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu
minum beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan).
Obat itu umumnya berupa:
 Isoniazid
 Rifampicin
 Pyrazinamide
 Ethambutol
Pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang cukup lama dan
biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, memiliki asuransi kesehatan bisa
menjadi pertimbangan, sehingga Anda tidak perlu dipusingkan dengan
tanggungan biaya saat berobat nanti.
Pencegahan Tuberkulosis
TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin BCG yang disarankan
dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat
dilakukan dengan cara:
 Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.
 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
4. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Sebelum mencoba hamil, wanita dengan hipertensi harus diberi
konseling tentang risiko kehamilan. Jika mereka hamil, perawatan kehamilan
harus dilaksanakan sedini mungkin dan mencakup fungsi dasar ginjal
(misalnya, serum kreatinin, BUN), pemeriksaan funduskopi, dan evaluasi
kardiovaskular yang diarahkan (auskultasi dan kadang-kadang EKG,

10
echocardiography, atau keduanya).Di akhir masa kehamilan, tekanan darah
tinggi dapat membawa ancaman serius terhadap keselamaan ibu dan bayi.
Begitu pula dengan kondisi hipertensi yang tidak terkontrol. Kedua situasi ini
dapat menyebabkan kerusakan ginjal ibu dan meningkatkan risiko berat
badan bayi lahir rendah atau preeklampsia, dan harus segera diobati.
Aspek manfaat dari terapi pengobatan tekanan darah tinggi harus
dipertimbangkan terhadap potensi risiko untuk janin dalam kandungan.
Banyak wanita dengan hipertensi kronis akan mengambil obat untuk
menjaga tekanan darah mereka dalam kisaran yang terbaik bagi mereka
(kisaran target). Beberapa perawatan obat untuk tekanan darah tinggi tidak
dianjurkan pada kehamilan. Jika Anda mengonsumsi tablet, penting untuk
berkonsultasi dengan dokter Anda untuk mengetahui apakah Anda perlu
mengubah ke obat lain sebelum Anda hamil. Jika Anda minum obat untuk
mengontrol tekanan darah Anda dan Anda hamil, segera beri tahu dokter
Anda. Anda mungkin perlu untuk mengubah ke obat yang berbeda — dokter
akan berbicara dengan Anda tentang hal ini.Penting bagi tim dokter Anda
untuk terus memonitor erat perkembangan kondisi Anda untuk memastikan
bahwa pertumbuhan bayi Anda tetap normal.
5. Diabetes
Diabetes adalah suatu kondisi yang terpengaruh oleh kehamilan dan
sekaligus mempengaruhi jalannya kehamilan itu sendiri. Jika Anda sudah
memiliki diabetes tipe 1 atau tipe 2, Anda mungkin memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk memiliki bayi yang berbobot besar (yang meningkatkan risiko
kelahiran sulit), memiliki persalinan yang diinduksi, menjalankan operasi
caesar, melahirkan bayi cacat lahir bawaan (terutama kelainan jantung dan
sistem saraf), gangguan pernapasan semenjak saat bayi lahir, dan
mengalami keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth). Bayi Anda juga memiliki
risiko untuk mengembangkan obesitas atau diabetes di kemudian
hari.Penting bagi wanita dengan diabetes untuk mengelola kadar gula darah
mereka sebelum hamil. Kadar gula tinggi dapat menyebabkan cacat lahir
selama beberapa minggu awal kehamilan, seringnya sebelum mereka tahu
bahwa mereka hamil. Mengontrol kadar gula darah, rutin menggunakan
insulin, dan mengonsumsi multivitamin dengan 40 mikrogram asam folat
setiap hari dapat membantu mengurangi risiko ini. Sayangnya, kehamilan

11
membuat diabetes jauh lebih sulit untuk dikontrol; pada umumnya, gula
darah dan kebutuhan insulin akan meningkat selama kehamilan.Cara terbaik
untuk mengurangi risiko untuk Anda sendiri dan kesehatan bayi Anda adalah
untuk memastikan diabetes Anda terkontrol sebelum Anda hamil. Konsultasi
dengan dokter kandungan atau spesialis diabetes Anda untuk saran. Anda
harus dirujuk ke klinik pra-konsepsi khusus pasien diabetes untuk dukungan
sebelum Anda mencoba hamil.
Obesitas
Obesitas dapat membuat kehamilan lebih sulit, meningkatkan peluang
seorang wanita diabetes berkembang selama kehamilan, yang dapat
berkontribusi untuk kelahiran yang sulit. Obesitas juga meningkatkan
risiko.tekanan darah tinggi, preeklampsia, diabetes gestational,
penggumpalan darah, bayi lahir mati, dan prosedur caesar darurat atau
persalinan diinduksi.Jika Anda kelebihan berat badan, cara terbaik untuk
melindungi kesehatan dan kesejahteraan bayi Anda adalah untuk
menurunkan berat badan sebelum hamil. Dengan mencapai berat badan
yang sehat, Anda meningkatkan kesempatan Anda untuk hamil secara
badan pada kehamilan. Pelayanan antenatal yang baik juga dapat
membantu untuk meminimalkan risiko ini. Jika Anda hamil sebelum
kehilangan berat badan, cobalah untuk tidak khawatir – sebagian besar
kehamilan wanita obesitas sukses. tapi mungkin masalah untuk bayi Anda
dapat mencakup kelahiran prematur, cacat tabung saraf (spina bifida), dan
risiko yang lebih tinggi dari obesitas di kemudian hari. Peneliti NICHD telah
menemukan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko bayi dari masalah
jantung saat lahir sebesar 15%. Jika Anda sangat kelebihan berat badan dan
hamil, jangan mencoba untuk menurunkan berat badan selama kehamilan
Anda, karena hal ini mungkin tidak aman. Tidak ada bukti bahwa kehilangan
berat badan saat Anda sedang hamil akan mengurangi resiko. Diabetes
Mellitus merupakan suatu penyakit metabolik yang diakibatkan oleh
meningkatnya kadar glukosa atau gula darah. Glukosa menumpuk di dalam
darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik sehingga dapat
menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Padahal gula darah sangat
vital bagi kesehatan karena merupakan sumber energi yang penting bagi
sel-sel dan jaringan. Pada penderita penyakit DM atau diabetes, pankreas

12
tidak mampu memproduksi insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Sedangkan tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah
glukosa menjadi energi. Penyakit DM jika tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi, seperti penyakit jantung
koroner, stroke, obesitas, serta gangguan pada mata, ginjal, dan saraf. Oleh
karena itu, kamu perlu memahami dan mengenalinya agar bisa mencegah
dan menanganinya dengan baik Selain dapat menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, stroke, obesitas, serta
gangguan pada mata, ginjal, dan saraf, penyakit DM atau diabetes juga
dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi kadar gula darah dalam tubuh. Hal
ini dapat mengakibatkan penurunan (hipoglikemia) atau peningkatan kadar
gula darah (hiperglikemia) secara tiba-tiba.hare :
Padahal gula darah sangat vital bagi kesehatan karena merupakan
sumber energi yang penting bagi sel-sel dan jaringan. Pada penderita
penyakit DM atau diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sedangkan tanpa insulin, sel-sel tubuh
tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Penyakit DM jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, stroke,
obesitas, serta gangguan pada mata, ginjal, dan saraf. Oleh karena itu,
kamu perlu memahami dan mengenalinya agar bisa mencegah dan
menanganinya dengan baik.
- Diabetes tipe 2, di mana sel beta di pankreas tidak memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup, atau sel-sel tubuh tidak menunjukkan respons
terhadap insulin yang diproduksi.
- Diabetes gestasional, yakni diabetes yang terjadi saat kehamilan.
- Diabetes tipe lain, yang dapat timbul akibat kelainan hormon, imunologi,
infeksi, atau genetik lainnya. Selain dapat menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, stroke, obesitas,
serta gangguan pada mata, ginjal, dan saraf, penyakit DM atau diabetes
juga dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi kadar gula darah dalam
tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan (hipoglikemia) atau
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) secara tiba-tiba.
- Sering mengalami infeksi, seperti pada gusi, kulit, hingga vagina

13
. Diabetes tipe 1 dapat berkembang pada usia berapapun, biasanya muncul
selama masa kanak-kanak atau remaja. Diabetes tipe 2 merupakan tipe
yang lebih umum dan dapat terjadi pada usia berapapun, walau lebih
sering dialami orang yang berusia lebih dari 40 tahun.Pada penyakit DM
atau diabetes tipe 1 ini biasanya terjadi karena sistem kekebalan tubuh
penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang
memproduksi insulin. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan kadar
glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh.
Seseorang akan lebih mudah mengalami penyakit DM atau diabetes tipe 1
ini jika memiliki faktor risiko seperti berikut:
- Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.
- Menderita infeksi virus.
- Orang berkulit terang diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1
dibandingkan ras lain.
- Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun,
walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.
logo Ilustrasi Diabetes Beberapa tanda dan gejala penyakit DM atau
diabetes tipe 1 dan tipe 2 adalah:
- Meningkatnya haus dan sering buang air kecil
- Rasa lapar yang ekstrem
- Turun berat badan tanpa sebab
- Kelelahan dan pandangan kabur
- Luka sembuh sangat lama
- Sering mengalami infeksi, seperti pada gusi, kulit, hingga vagina.
Diabetes tipe 1 dapat berkembang pada usia berapapun, biasanya muncul
selama masa kanak-kanak atau remaja. Diabetes tipe 2 merupakan tipe
yang lebih umum dan dapat terjadi pada usia berapapun, walau lebih sering
dialami orang yang berusia lebih dari 40 tahun. Waspada Diabetes Bila
Temukan Jamur dan Lumut di Toilet Anda
Faktor Risiko Diabetes Tipe 2 diabetes mellitus Tipe 2 Perbesardiabetes
mellitus Tipe 2 (sumber: iStockphoto) Sedangkan pada diabetes tipe 2
merupakan jenis penyakit DM yang lebih sering terjadi. Penyakit DM jenis ini
disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin,
sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan dengan baik. Pada

14
kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini
jika memiliki faktor risiko seperti:
- Kelebihan berat badan.
- Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
- Kurang aktif. Pasalnya aktivitas fisik ini membantu mengontrol berat badan,
membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif
terhadap insulin. Jadi, kalau kurang aktif bergerak, seseorang bisa lebih
mudah terkena diabetes tipe 2 ini.
- Bertambahnya usia.
- Menderita tekanan darah tinggi.
- Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang
memiliki kadar kolesterol baik atau HDL yang rendah dan kadar trigliserida
yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.

6. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Hepatitis bisa
disebabkan oleh infeksi virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi atau
penyakit lain, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika disebabkan oleh infeksi virus,
hepatitis bisa menular. Hepatitis ditandai dengan munculnya gejala berupa
demam, nyeri sendi, nyeri perut kanan, dan penyakit kuning. Hepatitis dapat
bersifat akut (cepat dan tiba-tiba) maupun kronis (perlahan dan bertahap).
Jika tidak ditangani dengan baik, hepatitis dapat menimbulkan komplikasi,
seperti gagal hati, sirosis, atau kanker hati (hepatocellular carcinoma).
Penyebab Hepatitis
Hepatitis bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan penyakit. Namun,
penyebab yang paling sering adalah infeksi virus. Berikut adalah beberapa
jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus:
Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A
ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses
penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
Hepatitis B

15
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B
dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita
hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B
adalah darah, cairan vagina, dan air mani.
Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C
juga ditularkan melalui cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat
berhubungan seksual tanpa kondom atau menggunakan jarum suntik bekas
penderita hepatitis C. Jika ibu hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat
tertular penyakit ini saat melewati jalan lahir ketika persalinan.
Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D
merupakan jenis hepatitis yang jarang terjadi, tetapi bisa bersifat serius.
Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa
adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh
lainnya.
Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E
mudah menular pada lingkungan yang memiliki sanitasi yang buruk. Salah
satunya melalui kontaminasinya pada sumber air.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh
beberapa hal kondisi berikut: Konsumsi alkohol secara berlebihan Konsumsi
alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada hati
(hepatitis) dan menimbulkan kerusakan permanen pada sel-sel hati,
sehingga fungsi hati akan terganggu. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat
berkembang menjadi gagal hati dan sirosis.
Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat
menyebabkan peradangan pada hati. Kondisi ini disebut toxic hepatitis.
Penyakit autoimun
Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun
tubuh secara keliru menyerang sel-sel hati sehingga menimbulkan
peradangan dan kerusakan sel.
Faktor Risiko Hepatitis

16
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita
hepatitis adalah:
- Kurang menjaga kebersihan, seperti tidak mencuci tangan sebelum
makan
- Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus hepatitis atau makanan
yang tidak dimasak hingga matang
- Berbagi penggunaan barang pribadi dan jarum suntik dengan orang lain
- Melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan penderita hepatitis
akibat infeksi virus
- Memiliki penyakit infeksi akut dan kronis
- Memiliki penyakit autoimun
- Memiliki riwayat hepatitis dalam keluarga
- Sering menerima transfusi darah, terutama bila darah yang didonorkan
tidak melalui pemeriksaan ketat atau alat yang digunakan tidak bersih
Gejala Hepatitis
Pada tahap awal, penderita hepatitis biasanya tidak merasakan gejala
apa pun, sampai akhirnya penyakit ini menyebabkan kerusakan dan
gangguan fungsi hati. Pada hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus,
gejala hepatitis akan muncul setelah penderita melewati masa inkubasi.
Masa inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda, yaitu sekitar 2 minggu
sampai 6 bulan.
Berikut adalah beberapa gejala umum yang muncul pada penderita hepatitis:
- Mual
- Muntah
- Demam
- Kelelahan
- Feses berwarna pucat
- Urine berwarna gelap
- Nyeri perut
- Nyeri sendi
- Kehilangan nafsu makan
- Penurunan berat badan

17
- Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan atau penyakit kuning
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan dan
gejala seperti yang telah disebutkan di atas. Pengobatan secepatnya perlu
dilakukan untuk mencegah perkembangan hepatitis dan komplikasi. Segera
lakukan pemeriksaan ke dokter jika urine Anda berwarna gelap dan mata
serta kulit berubah menjadi kekuningan. Anda juga harus melakukan kontrol
ke dokter jika memiliki kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya
hepatitis, seperti menderita penyakit autoimun, sering mengonsumi obat-
obatan, atau sering mengonsumsi alkohol. Jika Anda sudah didiagnosis
mengalami hepatitis, lakukan kontrol ke dokter secara rutin sesuai jadwal.
Selain untuk memantau hasil terapi, pemeriksaan rutin ini juga bertujuan
untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi.
Diagnosis Hepatitis
Dokter akan menanyakan keluhan dan riwayat kesehatan pasien dan
keluarga. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mencari
perubahan warna pada kulit dan bagian putih mata (sklera), serta melakukan
penekanan di area perut pasien untuk mendeteksi pembesaran hati dan
nyeri tekan pada perut sisi kanan atas.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan
penunjang berupa:
- Tes fungsi hati, untuk memeriksa kinerja hati dan mengetahui jika ada
masalah pada organ tersebut
- Tes antibodi virus hepatitis, untuk menentukan keberadaan antibodi yang
spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV, serta menentukan apakah
hepatitis bersifat akut atau kronis
- Pemindaian dengan USG perut, untuk mendeteksi kelainan pada organ
hati, seperti kerusakan hati, pembesaran hati, atau tumor hati, serta untuk
mendeteksi kelainan pada kandung empedu
- Biopsi hati, untuk menentukan penyebab kerusakan di jaringan hati
Pengobatan Hepatitis
Pengobatan hepatitis akan disesuaikan dengan jenis hepatitis, tingkat
keparahan infeksi, serta kondisi pasien. Hepatitis akibat infeksi virus bisa

18
sembuh dengan sendirinya jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang
baik. Pengobatan hepatitis akibat infeksi virus bertujuan untuk mengatasi
infeksi, meredakan gejala, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Secara umum, pengobatan yang dilakukan meliputi:
Pemberian obat interferon
Meski beberapa jenis hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan
sendirinya, pemberian obat-obatan perlu dilakukan ketika jumlah virus
penyebab hepatitis cukup banyak. Dokter akan memberikan obat interferon
untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegahnya kambuh. Obat ini
biasanya diberikan melalui infus setiap minggu selama 1 tahun.
Pemberian obat imunosupresan
Untuk mengatasi hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun,
dokter dapat memberikan obat imunosupresan, terutama golongan
kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, pasien
penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine,
mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.
Pemberian obat antivirus
Pada beberapa kondisi, misalnya pada hepatitis B atau hepatitis C
yang kronis, dokter juga bisa memberikan obat antivirus, seperti entecavir,
famciclovir, lamivudine, ritonavir, ribavirin, atau tenofovir. Obat-obatan ini
bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus dengan
mekanisme yang berbeda-beda.
Transplantasi hati
Bila hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter
mungkin akan menyarankan transplantasi hati atau penggantian hati. Melalui
prosedur ini, hati penderita hepatitis yang rusak akan diganti dengan hati
yang sehat dari pendonor.
Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan hepatitis
sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik.
Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa penyembuhan
hingga gejala mereda.
Selain itu, penderita hepatitis tidak boleh mengonsumsi alkohol,
terutama jika hepatitisnya disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih. Jika
penyebabnya adalah penggunaan obat-obatan tertentu, dokter akan

19
melakukan penghentian atau penggantian obat agar peradangan hati tidak
semakin parah.
Komplikasi Hepatitis
Jika tidak ditangani dengan baik, hepatitis dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, seperti:
- Gagal hati
- Sirosis
- Kanker hati
Pencegahan Hepatitis
Anda dapat menurunkan risiko terjadinya hepatitis dengan melakukan
beberapa langkah berikut:
- Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah
beraktivitas di luar ruangan dan sebelum makan.
- Lakukan hubungan seks yang aman, misalnya dengan menggunakan
kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan.
- Hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi atau
handuk, termasuk juga peralatan makan.
- Jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi,
berolahraga secara teratur, dan beristirahat yang cukup.
- Jangan mengonsumsi alkohol dan NAPZA.
- Hindari mengonsumsi makanan yang belum dimasak hingga matang dan
air minum yang tidak terjamin kebersihannya atau belum direbus hingga
mendidih.
- Lakukan vaksinasi hepatitis sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter.
7. Asma
Kecil kemungkinannya untuk kehamilan menyebabkan asma jika Anda
tidak pernah memiliki kondisi ini sebelumnya. Tapi, asma adalah kondisi
medis serius yang memiliki potensi menyulitkan, seringnya tidak terduga,
pada keselamatan kehamilan Anda. Ketika wanita yang memiliki asma hamil,
penelitian sepertiga pasien membaik, sepertia memburuk, dan sepertiga
terakhir tidak menunjukkan perubahan apapun, dilansir dari NHS.
Sebuah tinjauan studi tentang asma dan kehamilan menemukan
bahwa jika gejala asma memburuk, kemungkinan besar terjadi pada

20
trimester kedua dan ketiga (setelah sekitar 13 minggu), dengan puncak di
bulan keenam. Studi lain menemukan bahwa gejala yang paling buruk terjadi
antara di minggu 24 hingga 36 — setelah ini, gejala menurun dan sekitar
90% wanita tidak memiliki gejala asma selama persalinan atau kelahiran.
Kehamilan dapat mempengaruhi pasien asma dalam berbagai cara.
Perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dapat mempengaruhi
hidung, sinus, dan juga paru-paru. Peningkatan hormon estrogen selama
kehamilan berkontribusi terhadap kemacetan kapiler (pembuluh darah kecil)
di lapisan hidung, yang bisa menyebabkan hidung tersumbat selama
kehamilan (terutama selama trimester ketiga). Lonjakan progesteron
menyebabkan peningkatan pernapasan, dan perasaan sesak napas
mungkin dialami sebagai hasil dari peningkatan hormon. Rangkaian
peristiwa ini mungkin disalahpahami dengan atau menambah alergi atau
pemicu lain dari asma.
Cara terbaik untuk memastikan kehamilan yang sehat adalah untuk
menjaga asma Anda terkontrol dengan baik dengan tetap berpegang pada
rencana pengobatan asma Anda. Jika asma Anda terkontrol dengan baik,
hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali risiko buruk bagi Anda
atau bayi Anda.
8. Typus apdominalis
Penyakit tipes sering disebut juga dengan demam tifoid. Penyakit ini
merupakan infeksi yang disebabkan bakteri Salmonella typhi yang bisa
ditularkan antarmanusia, terutama menyerang anak-anak.
Penyakit tipes bisa terjadi apabila terjadi kontaminasi melalui makanan
atau minuman, serta kontak langsung dengan penderita. Penyakit tipes
sering terjadi di negara yang memiliki tingkat kesadaran sanitasi rendah. Jika
sampai terjangkit, dibutuhkan penanganan dini supaya penyakit tipes tidak
sampai berakibat fatal.
Perbedaan Penyakit Tipes dan Tifus
Dikarenakan nama dan pengucapannya mirip, banyak orang mengira
tipes dan tifus adalah penyakit yang sama. Padahal, tifus disebabkan jenis
bakteri yang berbeda dari tipes atau demam tifoid. Jika tipes disebabkan
bakteri Salmonella typhi, bakteri penyebab tifus adalah Rickettsia typhi.

21
Bakteri ini bisa dibawa oleh kutu atau tungau pada tikus dan kemudian
menginfeksi manusia. Gejala tipes dan tifus memang hampir sama, yaitu
demam tinggi, sakit perut, sakit punggung, batuk kering, sakit kepala, nyeri
sendi dan otot, mual, serta muntah.
Penyebab Penyakit Tipes pada Anak & Dewasa
Anak-anak bisa terjangkit penyakit tipes jika tidak memperhatikan
higienitas atau kebersihan diri. Jika seseorang sakit tipes, akan terdapat
bakteri pada tinjanya yang lalu bisa bertahan selama berminggu-minggu di
sistem pembuangan. Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan anak
terinfeksi bakteri Salmonella typhi:
- Konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi.
- Higienitas buruk, misalnya jarang mencuci tangan terutama setelah
menggunakan toilet atau sebelum makan.
- Makan di areal yang dekat dengan sistem pembuangan atau got.
- Makan buah atau sayuran yang tidak dicuci/dimasak dengan baik.
- Terluar dari air liur (batuk/ bersin) yang mengontaminasi
makanan/minuman.
Gejala Awal Tipes
Penyakit tipes memiliki gejala yang tertunda yaitu sekitar 1-2 minggu
setelah infeksi yang terjadi. Gejala awal tipes bisa bersifat ringan hingga
berat dengan tanda:
- Demam tinggi yang terus naik hingga mencapai 39-40 derajat Celcius dan
bisa bertahan hingga beberapa hari.
- Sakit kepala yang terasa berat dan terus menerus akibat infeksi.
- Sakit tenggorokan dan kehilangan nafsu makan.
- Lidah terasa kelu atau berat.
- Kecapekan sehingga anak sering tidur lama atau sulit duduk jika tidak
dibantu/tidak bertenaga.
- Sakit perut atau perut kembung.
- Sembelit.
- Diare.
- Bintik-bintik kecil yang timbul di bagian perut atau dada.
Cara Mengatasi Penyakit Tipes pada Anak

22
Jika anak menunjukkan gejala awal tipes, penting bagi orang tua untuk
segera mengambil tindakan medis. Semakin dini perawatan penyakit tipes,
tingkat kesembuhan juga akan lebih besar dan tidak sampai komplikasi
serius.
Dokter umumnya akan segera melakukan diagnosis dengan salah satu
caranya melalui tes darah, urine, atau tinja. Resep obat biasanya akan
berupa antibiotik sesuai dosis sekitar 7 hari.
Penting agar resep antibiotik dikonsumsi secara tepat waktu dan
hingga habis agar tidak ada tersisa bakteri yang bisa mengakibatkan
penyakit tipes tidak tuntas. Selain itu, pastikan anak banyak minum air untuk
mencegah dehidrasi. Usahakan agar si kecil terus beristirahat dan nyaman.
Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah penyakit tipes
pada anak?

Gejala Awal dan Penyebab Tipes pada Anak serta Cara Mengatasinya
Ketika buah hati sedang sakit, penting bagi orang tua untuk segera
mengenali gejala awal untuk pengobatan yang tepat. Penyakit tipes, yang
rentan menyerang anak-anak, termasuk salah satu yang butuh diagnosis
tepat. Apa itu sakit tipes serta gejala awal tipes pada anak? Baca
selengkapnya, yuk!
Apa itu Penyakit Tipes?
Penyakit tipes sering disebut juga dengan demam tifoid. Penyakit ini
merupakan infeksi yang disebabkan bakteri Salmonella typhi yang bisa
ditularkan antarmanusia, terutama menyerang anak-anak.
Penyakit tipes bisa terjadi apabila terjadi kontaminasi melalui makanan
atau minuman, serta kontak langsung dengan penderita. Penyakit tipes
sering terjadi di negara yang memiliki tingkat kesadaran sanitasi rendah. Jika
sampai terjangkit, dibutuhkan penanganan dini supaya penyakit tipes tidak
sampai berakibat fatal.
Perbedaan Penyakit Tipes dan Tifus
Dikarenakan nama dan pengucapannya mirip, banyak orang mengira
tipes dan tifus adalah penyakit yang sama. Padahal, tifus disebabkan jenis

23
bakteri yang berbeda dari tipes atau demam tifoid. Jika tipes disebabkan
bakteri Salmonella typhi, bakteri penyebab tifus adalah Rickettsia typhi.
Bakteri ini bisa dibawa oleh kutu atau tungau pada tikus dan kemudian
menginfeksi manusia. Gejala tipes dan tifus memang hampir sama, yaitu
demam tinggi, sakit perut, sakit punggung, batuk kering, sakit kepala, nyeri
sendi dan otot, mual, serta muntah.
Penyebab Penyakit Tipes pada Anak & Dewasa
Anak-anak bisa terjangkit penyakit tipes jika tidak memperhatikan
higienitas atau kebersihan diri. Jika seseorang sakit tipes, akan terdapat
bakteri pada tinjanya yang lalu bisa bertahan selama berminggu-minggu di
sistem pembuangan. Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan anak
terinfeksi bakteri Salmonella typhi:
- Konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi.
- Higienitas buruk, misalnya jarang mencuci tangan terutama setelah
menggunakan toilet atau sebelum makan.
- Makan di areal yang dekat dengan sistem pembuangan atau got.
- Makan buah atau sayuran yang tidak dicuci/dimasak dengan baik.
- Terluar dari air liur (batuk/ bersin) yang mengontaminasi
makanan/minuman.
Gejala Awal Tipes
Penyakit tipes memiliki gejala yang tertunda yaitu sekitar 1-2 minggu
setelah infeksi yang terjadi. Gejala awal tipes bisa bersifat ringan hingga
berat dengan tanda:
-Demam tinggi yang terus naik hingga mencapai 39-40 derajat Celcius dan
bisa bertahan hingga beberapa hari.
-Sakit kepala yang terasa berat dan terus menerus akibat infeksi.
-Sakit tenggorokan dan kehilangan nafsu makan.
-Lidah terasa kelu atau berat.
-Kecapekan sehingga anak sering tidur lama atau sulit duduk jika tidak
dibantu/tidak bertenaga.
-Sakit perut atau perut kembung.
-Sembelit.
-Diare.

24
-Bintik-bintik kecil yang timbul di bagian perut atau dada.
Cara Mengatasi Penyakit Tipes pada Anak
Jika anak menunjukkan gejala awal tipes, penting bagi orang tua untuk
segera mengambil tindakan medis. Semakin dini perawatan penyakit tipes,
tingkat kesembuhan juga akan lebih besar dan tidak sampai komplikasi
serius.
Dokter umumnya akan segera melakukan diagnosis dengan salah satu
caranya melalui tes darah, urine, atau tinja. Resep obat biasanya akan
berupa antibiotik sesuai dosis sekitar 7 hari.
Penting agar resep antibiotik dikonsumsi secara tepat waktu dan
hingga habis agar tidak ada tersisa bakteri yang bisa mengakibatkan
penyakit tipes tidak tuntas. Selain itu, pastikan anak banyak minum air untuk
mencegah dehidrasi. Usahakan agar si kecil terus beristirahat dan nyaman.
Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah penyakit tipes
pada anak?
-Pastikan anak hanya mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersih.
Ajarkan anak agar tidak sembarangan jajan. Pilih produk yang sudah
dikemas atau buah-buahan berkulit yang bisa dikupas.
-Rajin mencuci tangan. Gunakan sabun Lifebuoy dan air bersih sebelum
makan, setelah menggunakan toilet, atau kembali dari aktivitas di luar
rumah. Hand sanitizer juga bisa membantu membasmi kuman penyakit dan
bakteri.
-Vaksinasi sesuai usia dan ikuti juga dengan booster pada jadwal imunisasi,
terutama jika harus berpergian ke negara lain yang rentan infeksi.
-Pastikan anak hanya mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersih.
Ajarkan anak agar tidak sembarangan jajan. Pilih produk yang sudah
dikemas atau buah-buahan berkulit yang bisa dikupas.
-Vaksinasi sesuai usia dan ikuti juga dengan booster pada jadwal imunisasi,
terutama jika harus berpergian ke negara lain yang rentan infeksi.
9. Malaria
Pengertian Malaria

25
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui
gigitan nyamuk. Penderita malaria akan mengeluhkan gejala demam dan
menggigil.
Walaupun mudah menular melalui gigitan nyamuk, malaria bisa
sembuh secara total bila ditangani dengan tepat. Namun jika tidak ditangani,
penyakit ini bisa berakibat fatal dari menyebabkan anemia berat, gagal
ginjal, hingga kematian.Di Indonesia, jumlah penderita malaria cenderung
menurun dari tahun ke tahun. Namun, beberapa provinsi di Indonesia masih
banyak yang menderita malaria, terutama di wilayah timur Indonesia, yaitu
Papua dan Papua Barat. Sementara itu, provinsi DKI Jakarta dan Bali sudah
masuk ke dalam kategori provinsi bebas malaria.
Gejala Malaria
Gejala malaria timbul setidaknya 10-15 hari setelah digigit nyamuk.
Munculnya gejala melalui tiga tahap selama 6-12 jam, yaitu menggigil,
demam dan sakit kepala, lalu mengeluarkan banyak keringat dan lemas
sebelum suhu tubuh kembali normal. Tahapan gejala malaria dapat timbul
mengikuti siklus tertentu, yaitu 3 hari sekali (tertiana) atau 4 hari sekali
(kuartana).
Penyebab Malaria
Manusia dapat terkena malaria setelah digigit nyamuk yang terdapat
parasit malaria di dalam tubuh nyamuk. Gigitan nyamuk tersebut
menyebabkan parasit masuk ke dalam tubuh manusia. Parasit ini akan
menetap di organ hati sebelum siap menyerang sel darah merah.
Parasit malaria ini bernama Plasmodium. Jenis Plasmodium
bermacam-macam, dan akan berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan
serta pengobatannya.
Diagnosis Malaria
Bila seseorang mengalami gejala malaria, dokter akan menanyakan
apakah ia tinggal atau baru saja bepergian ke daerah yang banyak kasus
malaria. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan darah.
Pemeriksaan darah untuk mendiagnosa malaria meliputi tes diagnostik
cepat malaria (RDT malaria) dan pemeriksaan darah penderita di bawah
mikroskop. Tujuan pemeriksaan darah di bawah mikroskop adalah untuk

26
mendeteksi parasit penyebab malaria dan mengetahui jenis malarianya.
Perlu diketahui, pengambilan sampel darah dapat dilakukan lebih dari sekali
dan menunggu waktu demam muncul.
Pengobatan Malaria
Malaria harus segera ditangani untuk mencegah risiko komplikasi yang
berbahaya. Penanganan malaria dapat dilakukan dengan pemberian obat
antimalaria.
Obat-obatan ini perlu disesuaikan dengan jenis parasit penyebab
malaria, tingkat keparahan, atau riwayat area geografis yang pernah
ditinggali penderita. Penyakit malaria pada anak-anak bisa ditangani oleh
dokter anak konsultan penyakit infeksi tropis.
Komplikasi Malaria
Beberapa komplikasi serius yang disebabkan oleh malaria, di
antaranya anemia berat, hipoglikemia, kerusakan otak, dan banyak organ
gagal berfungsi. Komplikasi tersebut dapat berakibat fatal dan lebih rentan
dialami oleh balita serta lansia
Pencegahan Malaria
Meski belum ada vaksinasi untuk mencegah malaria, dokter dapat
meresepkan obat antimalaria sebagai pencegahan jika seseorang
berencana bepergian atau tinggal di area yang banyak kasus malarianya.
Selain itu, pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
dengan memasang kelambu pada tempat tidur, menggunakan pakaian
lengan panjang dan celana panjang, serta menggunakan krim atau
semprotan antinyamuk. Langkah pencegahan gigitan nyamuk juga penting
untuk selalu dilakukan pada anak-anak.
10. Rubella
Pengertian Rubella
Rubella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Dikenal
juga sebagai campak Jerman, yang biasanya menyerang anak-anak dan
remaja. Rubella sendiri merupakan penyakit yang berbeda dari campak,
tetapi memiliki kesamaan karena sama-sama menyebabkan ruam
kemerahan pada kulit.
Untuk wanita hamil yang usia kehamilannya belum 5 bulan, jika
terserang rubella harus diwaspadai. Hal tersebut karena rubella berpotensi

27
untuk menimbulkan sindrom rubella kongenital yang bisa berdampak pada
bayi setelah kelahiran. Apa yang terjadi pada bayi dengan ibu yang terinfeksi
rubella? Kondisi-kondisi berikut ini yang bisa terjadi:
Tidak mendengar atau tuli.
Katarak.
Penyakit jantung kongenital.
Paru-paru, organ hati, hingga otak tidak dapat berfungsi secara normal.
Baca juga: Kenali Gejala dan Penyebab Anak Terserang Virus Rubella
Penyebab Rubella
Rubella berasal dari virus rubella yang bisa menyebar dengan begitu
mudah dan biasanya melalui saluran pernapasan. Prosesnya adalah ketika
pengidap rubella bersin atau batuk, kemudian percikan liurnya tanpa sengaja
terhirup oleh orang-orang di dekatnya, sehingga menjadi jalan penyebaran
rubella.
Rubella juga bisa ditularkan melalui berbagi makanan atau minuman
dengan pengidap. Menyentuh beberapa bagian tubuh, seperti mata, hidung,
atau mulut juga seharusnya jangan dilakukan setelah memegang benda
yang sudah terkena virus rubella.
Selain proses yang sudah dijelaskan di atas, rubella juga bisa
menyebar dari ibu hamil ke anak dalam kandungan melalui aliran darah.
Masa inkubasi pengidap rubella berlangsung satu atau dua minggu
sebelum timbulnya ruam sampai sekitar satu atau dua minggu setelah ruam
menghilang. Orang yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya sebelum
orang tersebut mengalami gejala rubella.
Era sekarang penyakit rubella sudah jarang sekali ditemui, kecuali jika
seseorang tidak mendapatkan vaksinasi. Ibu hamil menjadi orang yang
paling berisiko terinfeksi rubella.
Gejala Rubella
Anak-anak yang mengidap rubella, umumnya mengalami gejala yang
lebih ringan jika dibandingkan pengidap yang sudah berusia dewasa.
Penyakit ini memakan waktu 14 hingga 21 hari sejak terjadinya pajanan
hingga timbulnya gejala. Berikut ini beberapa gejala umum rubella yang
terjadi:
- Sakit kepala.

28
- Iritasi ringan pada mata.
- Demam.
- Hidung tersumbat.
- Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan muncul di sekitar kulit wajah,
kemudian menyebar ke badan, tangan dan kaki.
- Rasa nyeri pada sendi.
Ketika pengidap terinfeksi, maka virus akan menyebar ke seluruh
tubuh hanya dalam waktu 5 hingga 7 hari. Sebaiknya segera periksakan ke
dokter, jika kamu atau anak mengalami gejala-gejala di atas.
Diagnosis Rubella
Diagnosis yang dilakukan oleh dokter bisa melalui pemeriksaan
sampel liur (saliva sample) dan juga memeriksa sampel darah (blood
sample) yang bertujuan untuk memeriksa keberadaan antobodi rubella.
Jika setelah dilakukan pemeriksaan tersebut ditemukan antibodi
rubella, menunjukan bahwa orang tersebut pernah terinfeksi rubella, atau
sedang terinfeksi penyakit tersebut. Selain itu, adanya keberadaan akan
antibodi rubella dalam tubuh seseorang bisa saja menunjukan bahwa orang
tersebut sudah melakukan vaksinisasi rubella.
Pengobatan Rubella
Infeksi rubella yang ringan umumnya tidak membutuhkan perawatan
medis khusus, tetapi beberapa langkah di bawah ini bisa dilakukan di rumah
untuk mengurangi gejalanya:
- Mengonsumsi obat penurun demam untuk menurunkan suhu tubuh dan
meredakan rasa nyeri pada sendi.
- Istirahat yang cukup.
- Meminum air hangat yang dicampur dengan madu dan lemon.
- Meminum air putih yang banyak agar tidak terjadi dehidrasi.
Pencegahan Rubella
Pencegahan terbaik adalah dengan memberi vaksinasi sesuai dengan
jadwal imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah. Pemberian vaksin
MMR pertama dilakukan pada usia 15 bulan, dan diberikan untuk kedua
kalinya pada saat anak menginjak usia 5 tahun. Vaksinasi juga dapat

29
diberikan sebelum bepergian ke tempat yang endemik rubella serta minimal
satu bulan sebelum menjalani kehamilan.
Penyakit rubella bisa dicegah dengan menerapkan beberapa
kebiasaan di bawah ini:
- Menjaga kebersihan diri, yakni dengan rutin mandi dan cuci tangan pakai
sabun.
- Menghindari kontak dengan pengidap rubella.
- Isolasikan pengidap rubella ke ruangan terpisah yang jauh dari anggota
keluarga.
11. Vercella
Pengertian vercella atau di sebut jga dgn cacar air
Cacar air atau disebut juga varicella merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus Varicella zoster. Penyakit yang kerap dialami anak-
anak ini juga dapat dialami orang dewasa, yang ditandai munculnya lepuhan
merah dan gatal pada kulit. Lepuhan tersebut dapat muncul di wajah, leher,
lengan, kaki, dan tubuh.Cacar air dewasa lebih rentan terjadi pada wanita
hamil dan orang dewasa yang daya tahan tubuhnya lemah, belum pernah
terkena cacar air saat kanak-kanak, atau belum mendapatkan imunisasi
cacar air.
Cacar air adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Varicella zoster. Penyakit ini ditandai dengan gejala berupa ruam kemerahan
berisi cairan yang terasa sangat gatal di seluruh tubuh.
Cacar air (chickenpox) pernah menjadi penyakit yang umum terjadi
pada anak-anak. Namun, setelah vaksinasi cacar air dilakukan sejak tahun
1990-an, kasus cacar air mulai berkurang secara bertahap.
Cacar air dapat menyebabkan komplikasi serius pada bayi, ibu hamil,
serta orang dengan daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS.
Gejala dan Penyebab Cacar Air
Gejala cacar air adalah ruam merah di wajah, dada, atau punggung,
yang dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh. Cacar air juga ditandai
dengan keluhan lain, seperti:
Demam
Sakit kepala
Kelelahan

30
Hilang nafsu makan
Cacar air dalam istilah medis dikenal dengan varicella. Penyebabnya
adalah virus yang mudah menular melalui percikan ludah, atau kontak
langsung dengan cairan yang berasal dari ruam. Penyakit ini lebih rentan
menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Beberapa faktor lain yang
dapat meningkatkan risiko cacar air adalah belum pernah terkena cacar air
sebelumnya dan belum menerima vaksin cacar air.4Pengobatan dan
Pencegahan Cacar Air
Pengobatan cacar air bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala,
dengan atau tanpa bantuan obat. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan
untuk meringankan gejala, yaitu mengenakan pakaian yang longgar dan
berbahan lembut, serta tidak menggaruk ruam atau luka cacar air.
Pencegahan cacar air adalah dengan mendapatkan vaksinasi cacar air
atau vaksin varicella. Di Indonesia sendiri, vaksin cacar air tidak termasuk
dalam daftar imunisasi rutin lengkap, tetapi tetap dianjurkan untuk diberikan.
12. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke
dalam sistem kemih mengalami infeksi. Organ tersebut bisa ginjal, ureter,
uretra, atau kandung kemih. Namun, infeksi saluran kemih umumnya terjadi
di uretra dan kandung kemih.
Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan
dalam bentuk urine. Selanjutnya, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter
menuju kandung kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine akan
dibuang ke luar tubuh melalui saluran yang disebut uretra.
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke
dalam sistem kemih mengalami infeksi. Organ tersebut bisa ginjal, ureter,
uretra, atau kandung kemih. Namun, infeksi saluran kemih umumnya terjadi
di uretra dan kandung kemih.
Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan
dalam bentuk urine. Selanjutnya, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter
menuju kandung kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine akan
dibuang ke luar tubuh melalui saluran yang disebut uretra.
Infeksi saluran kemih, gejala, penyebab, cara mencegah, cara mengobati,

31
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri masuk ke saluran kemih
melalui uretra. Setelah itu, bakteri berkembang biak di dalam kandung
kemih. Jika tidak ditangani, bakteri dapat menyebabkan infeksi sampai ke
ginjal.
Jenis Infeksi Saluran Kemih
Berdasarkan bagian yang terinfeksi, infeksi saluran kemih (ISK) terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
ISK atas, yaitu infeksi yang terjadi pada organ yang terletak sebelum
kandung kemih, yaitu ginjal dan ureter
ISK bawah, yaitu infeksi di kandung kemih bagian bawah, yaitu kandung
kemih dan uretra
ISK atas lebih berbahaya dan harus segera ditangani. Jika dibiarkan, infeksi
di ginjal dapat menyebar luas ke seluruh tubuh.
Gejala dan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih dapat ditandai dengan sakit saat buang air kecil,
sering buang air kecil tapi urine yang keluar sedikit, dan warna urine keruh
atau merah karena adanya darah.
Bila tidak diobati, infeksi yang telah mencapai ginjal dapat
menyebabkan kerusakan ginjal permanen. Bahkan, tidak menutup
kemungkinan infeksi akan menyebar dan menyebabkan respons
peradangan di seluruh tubuh.
Pengobatan dan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih
Pengobatan infeksi saluran kemih adalah dengan pemberian antibiotik.
Namun, pemeriksaan akan terlebih dulu dilakukan oleh dokter agar jenis
antibiotik yang diresepkan sesuai dengan kondisi pasien. Khusus pada
pasien dengan keluhan berat, pengobatan harus diberikan di rumah sakit.
Infeksi saluran kemih dapat dicegah dengan banyak minum air,
sehingga bakteri yang mungkin masuk ke saluran kemih akan selalu terbilas
bersama urine. Pada wanita, ISK dapat dicegah dengan menerapkan cara
yang benar saat membersihkan organ intim setelah buang air besar.
13. CMV (Cytomegalo Virus)
Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus herpes yang dapat
menginfeksi dan bertahan di tubuh manusia untuk waktu yang lama. Virus ini

32
dapat menular melalui cairan tubuh, seperti air ludah, darah, urine, air mani,
dan air susu ibu.
Pada orang yang sehat, infeksi CMV umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan masalah kesehatan atau hanya menimbulkan gejala
ringan yang sembuh dengan sendirinya. Hal tersebut dikarenakan sistem
kekebalan tubuh masih bisa mengendalikan infeksi virus tersebut.
Cytomegalovirus
Akan tetapi, jika CMV menyerang orang dengan sistem kekebalan
yang lemah, misalnya penderita diabetes melitus tipe 2 atau HIV, infeksi
virus ini dapat menimbulkan beragam gejala dan meningkatkan risiko
munculnya komplikasi serius, seperti gangguan saraf dan pneumonia.
Penyebab Cytomegalovirus
Penularan virus CMV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan
cairan tubuh, hubungan seks, transplantasi organ, atau donor darah. Virus
CMV juga bisa menular dari ibu ke bayi saat persalinan atau menyusui.
Cytomegalovirus merupakan virus yang dapat bertahan dalam tubuh
manusia untuk waktu yang lama, dalam keadaan tidak aktif, dan tidak
menimbulkan gejala apa-apa. Namun, virus sewaktu-waktu dapat aktif
kembali, biasanya ketika sistem kekebalan tubuh sedang melemah.
Faktor risiko cytomegalovirus
Infeksi cytomegalovirus dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi,
beberapa faktor di bawah ini dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi
cytomegalovirus:
- Bekerja atau tinggal bersama dengan penderita infeksi cytomegalovirus
- Menerima transplantasi organ atau transfusi darah
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat menderita
HIV/AIDS atau memiliki kebiasaan merokok
- Mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh,
seperti obat imunosupresan
- Sering berganti pasangan dalam melakukan aktivitas seksual
Gejala Cytomegalovirus

33
Infeksi cytomegalovirus pada orang dewasa yang sehat umumnya
tidak menimbulkan gejala sama sekali. Meski demikian, beberapa penderita
bisa saja mengalami gejala berupa:
- Demam
- Nyeri otot
- Kelelahan
- Ruam kulit
- Sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Nafsu makan menurun
Sakit kepala
Infeksi CMV akan lebih berdampak pada bayi atau orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pada janin atau bayi, gejala infeksi
CMV dapat terdeteksi setelah kelahiran atau beberapa tahun kemudian.
Beberapa gejala infeksi CMV yang dapat dialami oleh bayi baru lahir adalah:
- Kelahiran prematur dengan berat badan lahir rendah
- Ukuran kepala bayi kecil (mikrosefalus)
- Kulit dan mata berwarna kuning (penyakit kuning)
- Pembesaran hati dan penurunan fungsi hati
- Pembesaran limpa
- Bercak-bercak memar berwarna ungu pada kulit
- Pneumonia
Sementara itu, gejala yang biasanya ditemukan beberapa bulan atau
tahun kemudian adalah gangguan pendengaran atau keterlambatan
pertumbuhan. Terkadang bisa juga terjadi gangguan penglihatan.
Pada penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, infeksi
CMV dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh dan menyebabkan
kondisi yang serius, seperti:
- Peradangan retina (retinitis), yang ditandai dengan gangguan penglihatan
- Pneumonia berat, yang ditandai dengan sesak napas, batuk, dan nyeri
dada
- Gangguan sistem pencernaan, termasuk hati, yang ditandai dengan
kesulitan menelan, nyeri perut, kulit kuning, diare berdarah

34
- Ensefalitis, yang ditandai dengan sakit kepala atau bahkan kelemahan
pada bagian tubuh tertentu
Diagnosis Cytomegalovirus
Untuk mendiagnosis infeksi cytomegalovirus, awalnya dokter akan
menanyakan gejala, kondisi dan riwayat kesehatan, serta obat-obatan atau
suplemen yang sedang dikonsumsi pasien. Selanjutnya, dokter akan
melakukan fisik.
Pemeriksaan penunjang akan dilakukan jika dokter mencurigai adanya
infeksi CMV. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan antara lain:
Pemeriksaan antibodi, biasanya dengan rapid test antibodi, untuk
memeriksa apakah tubuh memiliki antibodi khusus yang dihasilkan jika ada
infeksi CMV
Pemeriksaan sampel darah, untuk mendeteksi adanya virus di dalam
tubuh serta jumlah virus tersebut
- Biopsi, untuk mencari tahu aktif tidaknya virus CMV di dalam tubuh
- Pemeriksaan mata, untuk mendeteksi gangguan pada retina, terutama
pada pasien yang sistem kekebalan tubuhnya lemah
- Pemeriksaan radiologi, untuk mendeteksi ada tidaknya perubahan atau
kelainan pada paru-paru atau otak
Khusus bagi ibu hamil yang diduga terinfeksi CMV, dokter akan melakukan
pemeriksaan tambahan berupa:
- USG kehamilan, untuk mendeteksi kelainan pada janin
- Amniosentesis (pemeriksaan air ketuban), untuk mendeteksi keberadaan
virus CMV jika memang ditemukan kelainan pada janin
Pada janin yang diduga terinfeksi CMV, dokter akan melakukan pemeriksaan
3 minggu setelah persalinan. CMV pada bayi baru lahir dapat didiagnosis
dengan pemeriksaan urine.
Perlu diketahui, pemeriksaan untuk memastikan diagnosis infeksi
cytomegalovirus sering kali tidak dilakukan, terutama pada orang dewasa
dan anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang baik. Hal ini karena
infeksi CMV pada orang dengan imunitas yang kuat dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan.
Pengobatan Cytomegalovirus

35
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penderita infeksi
cytomegalovirus dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat dan hanya
mengalami gejala ringan tidak membutuhkan pengobatan.
Pengobatan diperlukan bagi penderita infeksi CMV dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah, mengalami gejala yang berat, dan bayi. Dokter
akan menentukan pengobatan sesuai dengan tingkat keparahan dan gejala
yang dialami pasien.
Obat yang umumnya diberikan adalah obat antivirus, contohnya
valganciclovir dan ganciclovir. Obat ini tidak dapat membunuh virus CMV
secara menyeluruh. Namun, obat ini dapat memperlambat perkembangan
virus dalam tubuh, sehingga dapat meredakan gejala dan mengurangi risiko
timbulnya komplikasi.
Komplikasi Cytomegalovirus
Komplikasi cytomegalovirus bervariasi dan dapat dialami oleh siapa saja,
tergantung pada kondisi penderita secara umum.
Pada penderita CMV dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,
komplikasi yang dapat timbul adalah:
- Kebutaan, akibat peradangan retina
- Gagal napas, akibat pneumonia
- Malnutrisi, akibat ganggguan sistem pencernaan
- Pembengkakan otak dan penurunan kesadaran, akibat ensefalitis
- Komplikasi juga mungkin terjadi pada bayi dengan infeksi CMV bawaan.
Komplikasi tersebut dapat berupa:
- Hilangnya pendengaran
- Gangguan penglihatan
- Kejang
- Kurangnya koordinasi tubuh
- Gangguan pada otot
- Penurunan fungsi intelektual
Pada kasus yang jarang terjadi, cytomegalovirus juga dapat menimbulkan
komplikasi pada orang dewasa yang sehat. Komplikasi tersebut berupa:
Mononukleosis
- Gangguan sistem pencernaan, seperti esofagitis dan kolitis

36
- Gangguan sistem saraf, seperti ensefalitis
- Gangguan pada jantung, seperti miokarditis
- Sindrom Guillain-Barré
Pencegahan Cytomegalovirus
Pencegahan cytomegalovirus sangat penting untuk dilakukan, terutama
pada ibu hamil dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Infeksi CMV bisa dicegah dengan cara-cara di bawah ini:
- Cuci tangan dengan sabun dan air selama 15–20 detik, terutama sebelum
dan setelah melakukan kontak dengan anak kecil.
- Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang lain, seperti dengan
mencium bibir, terutama bagi ibu hamil.
- Hindari berbagi makanan atau minuman dari gelas atau piring yang sama
dengan orang lain.
- Bersihkan meja, kursi, atau mainan secara rutin, terutama benda yang
sering disentuh anak-anak.
- Buang sampah dengan hati-hati, terutama sampah yang telah
terkontaminasi cairan tubuh, seperti popok dan tisu.
- Lakukan pemeriksaan TORCH saat sedang merencanakan kehamilan
atau ketika mengetahui sedang hamil.
- Hindari melakukan hubungan seksual yang berisiko, misalnya berganti-
ganti pasangan seksual dan tidak mengenakan kondom atau
berhubungan seks dengan orang yang riwayat kehidupan seksnya tidak
diketahui.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegawat daruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang
dapat mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan,
ketika kehamilan bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta
gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun
bayi yang akan di lahirkan. Kegawatan tersebut harus ditangani, karena jika

37
lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi
baru lahir. (Walyani & Purwoastuti, 2015).
B. Saran
Bagi ibu hamil untuk tetap melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali,
selain untuk mengetahui perkembangan kehamilannya juga deteksi dini
penyakit yang kemungkinan menyertai kehamilan agar pencegahan atau
mengatasi penyakit yang di derita ibu hamil dapat ditanggulangi lebih awal.
.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=alo+dokter&rlz=1C1CHBD_enID918ID918&oq=alo+dokter&aqs=chrom
e..69i57j46i175i199i433i512j0i10i512j0i512j0i10i512l6.19974j0j15&source
id=chrome&ie=UTF-8

https://www.alodokter.com/tuberkulosis diakses tgl.13.10.2021 jam 19.00 wita

https://www.alodokter.com/penyakit-ginjal diakses tgl. 13.10.2021 jam 19.05 wita

38
https://www.alodokter.com/penyakit-jantungdiakses tgl.13.01.2022 jam 19.10
wita

Walyani, E.S. & Purwoastuti,Th.E (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal & Neonatus. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

39

Anda mungkin juga menyukai