Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU (PMK) TERHADAP

PERUBAHAN SUHU TUBUH BAYI BERAT BADAN LAHIR


RENDAH (BBLR) DI RUANG MELATI
RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL

Sumiyati1 Sri Hesti, SR2


1)
Mahasiswa Program Studi Ners, STIKES Pekajangan
2)
Dosen Program Studi Ners, STIKES Pekajangan

ABSTRAK
Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuhnya secara langsung saat lahir dan dapat dengan
cepat kedinginan, jika kehilangan panas tidak segera dicegah, bayi yang mengalami kehilangan panas
kemudian terjadi hipotermi serta berisiko jatuh sakit dan meninggal. Perawatan metode kangguru
(PMK) bermanfaat dalam menstabilkan suhu tubuh bayi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh perawatan metode kanguru (PMK) terhadap perubahan suhu tubuh bayi berat badan lahir
rendah (BBLR). Metode penelitian ini menggunakan desain Quasi Experimental dengan pendekatan
pre and post test without control design yang dilakukan pada 48 responden. Alat pengumpulan data
menggunakan termometer digital, kain/baju model kanguru, alat tulis, jam tangan, buku catatan,
perlengkapan PMK, lembar observasi. Uji statistik penelitian ini menggunakan wilcoxon match pair
test. Hasil penelitian ini didapatkan ada pengaruh perawatan metode kanguru (PMK) terhadap
perubahan suhu tubuh bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dengan p value sebesar 0,000 (α <
0,05). Di harapkan manajemen rumah sakit untuk memberlakukan peraturan tentang pelaksanaan
perawatan bayi baru lahir rendah (BBLR) dengan prosedur PMK. PMK dapat direkomendasikan oleh
perawat atau dokter sebagai cara untuk meningkatkan suhu tubuh bayi berat badan lahir rendah
(BBLR).

Kata kunci: Perawatan Metode Kanguru (PMK), Suhu Tubuh, Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR

ABSTRACT
Newborns have not been able to regulate their body temperature directly at birth and can quickly
become cold, if heat loss is not prevented immediately, infants who experience heat loss then
hypothermia and risk of falling ill and died. The method of kangaroo mother care ( KMC) is useful in
stabilizing baby's body temperature. The purpose of this study was to determine the effect of the
method of kangaroo mother care (KMC) on changes in body temperature of low birth weight babies
(LBW). This research method used Quasi Experimental design with pre and post test approach
without control design done on 48 respondents. Data collection tools using digital thermometers,
kangaroo model fabrics, stationery, watches, notebooks, KMC equipment, observation sheets. The
statistical test of this study using wilcoxon match pair test. The result of this research showed that
there was effect of kangaroo mother care (KMC) method to changes in body temperature of low birth
weight baby (LBW) with p value of 0.000 (α <0,05). It is expected that the hospital management to
enact regulations on the implementation of low-birth care (LBW) with KMC procedures. KMC can be
recommended by nurses or doctors as a way to increase the temperature of low birth weight baby
(LBW).

Keywords : Kangaroo Mother Care (KMC), Body Temperature, Low Birth Weight (LBW)

1
PENDAHULUAN lingkungan, syok, infeksi, kurang gizi, obat-
Kejadian hipothermia pada bayi baru obatan dan cuaca. Bayi mengalami mekanisme
lahir merupakan masalah dunia, bahkan di hilangnya panas seperti konduksi, konveksi,
wilayah yang beriklim panas ataupun tropis. evaporasi dan radiasi yang menyebabkan bayi
Bayi baru lahir yang menderita hipothermia mengalami hipotermia.
segera setelah lahir kemungkinan mengalami Manfaat perawatan metode kanguru
hipothermia selama 24 jam berikutnya (Utami, (PMK) dapat mencegah terjadinya hipotermi
2007). Pada bayi baru lahir sangatlah rentan karena tubuh ibu dapat memberi kehangatan
terhadap hipotermia karena memiliki area kepada bayinya secara terus menerus dengan
permukaan tubuh yang relatif besar cara kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi.
dibandingkan massanya, sehingga terdapat Selain itu manfaat Perawatan Metode Kanguru
ketidakseimbangan antara pembentukan panas (PMK), dapat meningkatkan ikatan kasih
(yang berhubungan dengan massa) dan sayang antara ibu dan bayi, memudahkan bayi
kehilangan panas (area permukaan tubuh), dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah
memiliki kulit yang tipis dan permeabel infeksi dan memperpendek masa rawat inap
terhadap panas, memiliki lemak subcutan yang sehingga dapat mengurangi biaya perawatan
sedikit untuk insulasi atau penahan panas (Rahmayenti, 2009).
(Lissauer & Avrof, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Rodrigo
Bayi baru lahir belum mampu mengatur (2014) hasil penelitiannya menyatakan bahwa
suhu tubuhnya secara langsung saat lahir dan bayi baru lahir dengan berat badan lahir
dapat dengan cepat kedinginan, jika kehilangan 1.137±257,6 gram dan umur gestasi 29,5±2,0
panas tidak segera dicegah, bayi yang minggu memiliki suhu rata-rata 35,8±0,6oC.
mengalami kehilangan panas kemudian terjadi Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi dengan
hipotermi serta berisiko jatuh sakit dan berat badan lahir rendah dan prematur memiliki
meninggal. Hipotermia pada bayi baru lahir resiko tinggi terjadinya hipotermia (Rodrigo,
merupakan penurunan suhu tubuh bayi kurang 2014). Pada penelitian oleh Mullany (2010)
dari 36,5°C. Untuk suhu tubuh normal pada juga disebutkan bahwa berat badan lahir
bayi baru lahir adalah antara 36,5°C-37,5°C. merupakan faktor resiko hipotermia. Rasio
(Sarwono, 2013). Pada keadaan normal, suhu prevalensi hipotermia pada bayi baru lahir yang
tubuh bayi baru lahir mempunyai nilai variasi memiliki berat lahir < 2.000 gram lebih tinggi
normal tergantung waktu pengukuran. Suhu daripada bayi dengan berat lahir normal (>
tertinggi didapat saat sore menjelang malam 2.500 gram). Setiap pengurangan berat badan
hari antara pukul 17.00-19.00 WIB dan suhu lahir sebanyak 100 gram, resiko hipotermia
terendah didapat saat tengah malam menjelang akan meningkat 7,4% pada bayi dengan berat
subuh antara pukul 02.00-06.00 WIB (Wiwik, lahir 2.500-3.000 gram, 13,5% pada bayi
2010). dengan berat lahir 2.000-2.500 gram dan 31,3%
Hipotermi dapat menimbulkan kerusakan pada bayi dengan berat lahir < 2.000 gram
berbagai organ akibat suhu yang rendah. Stres (Mullany, 2010).
dingin dapat meningkatkan angka kematian dan Penelitian yang dilakukan oleh Astuti,
menghambat pertumbuhan (Knobel & dkk (2014) menyatakan bahwa perbedaan yang
Holditch-Davis, 2007). Hipotermi merupakan bermakna pada observasi Suhu tubuh bayi,
salah satu penyebab kematian neonatal sebesar frekuensi jantung, frekuensi nafas dan saturasi
6,3% (Balitbangkes, 2012). Hipotermi dapat oksigen bayi Berat badan lahir Rendah sebelum
meningkatkan konsumsi oksigen untuk dan setelah dilakukan Perawatan metode
membantu termogenesis. Jika kondisi ini Kangguru. Penelitian yang dilakukan oleh
berlangsung lama akan menyebabkan asidosis Suradi dan Yanuarso (2010) menyatakan bahwa
dan hipoglikemia. Hipotermi juga dapat keuntungan menggunakan metode kanguru
menurunkan tekanan arteri sistemik, volume antara lain meningkatnya hubungan ibu-bayi
plasma, kardiak output dan tahanan peripheral dan stabilisasi suhu tubuh bayi.
sehingga dapat memicu terjadinya kerusakan Berdasarkan latar belakang diatas peneliti
jaringan secara permanen, kerusakan otak dan tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengaruh
kematian (Knobel & Holditch-Davis, 2007). Perawatan Metode Kanguru (PMK) Terhadap
Yaniedu (2011) menyatakan penurunan Perubahan Suhu Tubuh Bayi Berat Badan
suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

2
Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Melati 2) Jenis Kelamin Bayi
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal”. Tabel 2
Penelitian ini bertujuan untuk Distribusi Frekuensi Responden
mengetahui pengaruh perawatan metode Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi Berat
kanguru (PMK) terhadap perubahan suhu Badan Lahir Rendah (BBLR)
tubuh bayi berat badan lahir rendah (BBLR) Jenis Kelamin Bayi Frekuensi Persentase
di Ruang Melati RSUD Dr. H. Soewondo (%)
Kendal Laki-laki 23 47,9
Perempuan 25 52,1
Jumlah 48 100,0
METODE
Penelitian ini menggunakan desain Quasi
Experimental dengan pendekatan pre and post Tabel 2 menunjukkan bahwa
test without control design terhadap responden karakteristik berdasarkan jenis kelamin bayi
tentang pengaruh sebelum dan sesudah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
perawatan metode kanguru pada bayi BBLR. Ruang Melati RSUD Dr. H. Soewondo
Populasi dalam penelitian ini adalah bayi berat Kendal sebagian besar perempuan sebanyak
badan lahir rendah (BBLR) yang di rawat di 25 responden (52,1%), jenis kelamin laki-
Ruang Melati RSUD Dr. H. Soewondo Kendal laki sebanyak 23 responden (47,9%).
pada tanggal 29 Nopember 2017 – 31 3) Berat Badan Bayi
Desember 2017 yaitu sebanyak 48 bayi. Tabel 3
Sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 0 Karakteristik Berat Badan Bayi Berat
hari sampai dengan 28 hari yang mengalami Badan Lahir Rendah (BBLR)
berat badan lahir rendah (BBLR) yang di Standar Minimal-
Variabel Mean
Deviasi maksimal
rawat di Ruang Melati RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal yaitu sebanyak 48 bayi. Berat Badan 1320 –
1687,92 196,349
Bayi 2010
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
menggunakan purposive sampling. Alat Tabel 3 menunjukkan dari 48
pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi responden rata-rata bayi memiliki berat
: termometer digital, kain/baju model kanguru, badan 1687,92 gram, dengan standar
alat tulis, jam tangan, buku catatan, deviasi 196,349. Berat Badan terendah
perlengkapan PMK, lembar observasi, disusun 1320 gram dan tertinggi 2010 gram.
untuk mengamati adanya perubahan suhu tubuh 4) Usia Kehamilan
dan tingkat kenyamanan bayi. Data yang Tabel 4
meliputi karakteristik responden tercantum Karakteristik Usia Kehamilan
dalam daftar tilik. Analisis data menggnakan Standar Minimal-
Variabel Mean
Deviasi maksimal
analsiis univariat dan bivariat menggunakan
Usia
uji wilcoxon match pair test. 33,67 1,534 31 – 36
Kehamilan
Tabel 4 menunjukkan dari 48
HASIL
responden rata-rata usia kehamilan
a. Karakteristik Bayi
sebesar 33,67 minggu, dengan standar
1) Usia Bayi
deviasi 1,534. Usia Kehamilan terendah 31
Tabel 1
minggu dan tertinggi 36 minggu.
Karakteristik Usia Bayi Berat Badan Lahir
5) Usia Ibu
Rendah (BBLR)
Tabel 5
Standar Minimal-
Variabel Mean Karakteristik Usia Ibu
Deviasi maksimal
Usia Bayi 12,46 4-24 Standar Minimal-
6,070 Variabel Mean
(10-28hari) Deviasi maksimal
Usia
22,67 2,234 18 – 28
Ibu
Tabel 1 menunjukkan dari 48 responden
rata-rata bayi berusia 12,46 hari, dengan Tabel 5 menunjukkan dari 48
standar deviasi 6,070. Usia termuda 4 hari responden rata-rata usia ibu rata-rata
dan tertua 24 hari. sebesar 22,67 tahun, dengan standar

3
deviasi 2,234. Usia Ibu terendah 18 b. Suhu Tubuh Bayi Sebelum dilakukan
tahun dan tertinggi 28 tahun. PMK
6) Anak Ke Tabel 9
Tabel 6 Suhu Tubuh Bayi Sebelum
Karakteristik urutan Anak pada Bayi Dilakukan PMK
BBLR Standar Minimal-
Variabel Mean
Standar Minimal- Deviasi maksimal
Variabel Mean Suhu Tubuh
Deviasi maksimal
Anak ke 1,15 0,357 1–2 Bayi Sebelum 35,70 –
36,1521 0,18679
dilakukan 36,60
Tabel 6 menunjukkan dari 48
PMK
responden rata-rata bayi BBLR urutan
Tabel 9 menunjukkan dari 48
anak ke 1,15, dengan standar deviasi
responden suhu bayi sebelum dilakukan
0,357. Urutan terendah 1 dan tertinggi 2.
PMK rata-rata sebesar 36,15 °C, dengan
7) Perawat Utama Bayi
standar deviasi 0,18679. Suhu terendah
Tabel 7
35,7° dan suhu tertinggi sebesar 36,6°C.
Distribusi Frekuensi Responden
c. Suhu Tubuh Bayi Setelah dilakukan
Berdasarkan Perawat Utama Bayi.
Perawat Utama Frekuensi Persentase
PMK
Bayi (%) Tabel 10
Orang tua 48 100,0 Suhu Tubuh Bayi Setelah Dilakukan
Nenek/ Pengasuh PMK
0 0,0 Standar Minimal-
/baby sister Variabel Mean
Jumlah 48 100,0 Deviasi maksimal
Suhu Tubuh
Bayi Setelah 36,40 –
Tabel 7 menunjukkan bahwa 36,6542 0,12541
dilakukan 36,90
karakteristik responden berdasarkan PMK
perawat utama bayi di Ruang Melati Tabel 10 menunjukkan dari 48
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal responden suhu bayi setelah dilakukan
seluruhnya sebanyak 48 responden PMK rata-rata sebesar 36,65°C, dengan
(100,0%) dilakukan oleh orang tua. standar deviasi 0,12541. Suhu terendah
8) Pendidikan 36,4° dan suhu tertinggi sebesar 36,9°C.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden d. Selisih Suhu Tubuh Bayi Sebelum dan
Berdasarkan Pendidikan Orang Tua. Setelah dilakukan PMK
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tabel 11
orang tua
SD 0 0,0
Selisih Suhu Tubuh Bayi Sebelum dan
SMP 1 2,1 Setelah Dilakukan PMK
SMA 40 83,3 Standar Minimal-
Variabel Mean
PT 7 14,6 Deviasi maksimal
Jumlah 48 100,0 Selisih Suhu
Tubuh Bayi
Sebelum dan 0,10 –
Tabel 8 menunjukkan bahwa 0,5063 0,19505
Setelah 1,0
karakteristik responden berdasarkan dilakukan
pendidikan orang tua di Ruang Melati PMK
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal sebagian Tabel 11 menunjukkan dari 48
besar SMA sebanyak 40 responden responden suhu bayi sebelum dan setelah
(83,3%), pendidikan Perguruan Tinggi dilakukan PMK rata-rata terjadi kenaikan
sebanyak 7 responden (14,6%) dan suhu tubuh bayi sebesar 0,5063 °C, dengan
pendidikan SMP sebanyak 1 responden standar deviasi 0,19505. Kenaikan Suhu
(2,1%). terendah 0,1° dan kenaikan suhu tertinggi
sebesar 1,0°C.

4
Tabel 12 Tabel 12 menunjukkan dari 48
Perubahan Suhu Tubuh Bayi Sebelum dan responden suhu bayi yang mengalami
Setelah Dilakukan PMK peningkatan sebanyak 47 responden, tidak
Variabel Peningkatan Penurunan Tetap Total ada yang mengalami penurunan dan
Suhu 47 0 1 48 terdapat 1 responden yang suhu tubuh bayi
Tubuh sebelum dan sesudah tetap tidak
Bayi mengalami perubahan.
Sebelum 2. Analisis Bivariat
dan
Analisis pengaruh perawatan
sesudah
dilakukan metode kanguru (PMK) terhadap
PMK perubahan suhu tubuh bayi berat badan
lahir rendah (BBLR)

Tabel 13
Pengaruh perawatan metode kanguru (PMK) terhadap perubahan suhu tubuh bayi berat badan
lahir rendah (BBLR)
Variabel Sebelum Sesudah Z P value
Mean±SD 95% CI Mean±SD 95% CI test
Suhu tubuh 36,1521 36,0978- 36,6542 36,6178- -5,993 0,000
bayi ±0,18679 36,2063 ±0,12541 36,6906

Berdasarkan tabel 13 dengan Hasil uji sehingga terdapat ketidakseimbangan


Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai p antara pembentukan panas (yang
value =0,000 (α< 0,05), nilai Z hitung sebesar - berhubungan dengan massa) dan
5,993 yang merupakan nilai mutlak. kehilangan panas (area permukaan tubuh),
Selanjutnya pada taraf kesalahan 5 %, Z tabel = memiliki kulit yang tipis dan permeabel
1,64 sehingga Z hitung lebih besar dari Z tabel, terhadap panas, memiliki lemak subcutan
maka Ha diterima artinya ada pengaruh yang yang sedikit untuk insulasi atau penahan
bermakna perawatan metode kanguru (PMK) panas (Lissauer & Avrof, 2009). Bayi baru
terhadap perubahan suhu tubuh bayi berat lahir belum mampu mengatur suhu
badan lahir rendah (BBLR). Dari nilai mean tubuhnya secara langsung saat lahir dan
dan nilai standart deviasi terlihat bahwa terjadi dapat dengan cepat kedinginan, jika
kenaikan suhu tubuh bayi BBLR, dimana mean kehilangan panas tidak segera dicegah,
dan standar deviasi sebelum dilakukan PMK bayi yang mengalami kehilangan panas
adalah 36,1521dan 0,18679 menjadi 36,6542 kemudian terjadi hipotermi serta berisiko
dan 0,12541. Hal ini menunjukan adanya jatuh sakit dan meninggal (Sarwono,
perubahan suhu tubuh bayi yang menunjukkan 2013).
peningkatan suhu setelah dilakukan PMK Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Feldman
PEMBAHASAN dan Eidelman (2013), yaitu rata-rata umur
Karakteristik Responden bayi prematur dari 35 responden yang
1. Karakteristik Responden dilakukan PMK adalah 12 hari. Jadi rata-
a. Usia Bayi rata bayi sudah dirawat sekitar 15 hari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam inkubator. Berbeda halnya dengan
dari 48 responden rata-rata bayi BBLR penelitian Begum, et al., (2008) yang
berusia 12,46 hari, dengan standar deviasi dilakukan di Jepang, rata-rata umur bayi
6,070. Usia termuda 4 hari dan tertua 24 pada saat penelitian dari 16 responden
hari. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian adalah 60 hari, dengan rata-rata masa
besar bayi cenderung akan mengalami gestasi 28 minggu, jadi bayi sudah dirawat
penurunan suhu tubuh. Sesuai dengan teori sekitar 2 (dua) bulan dalam inkubator.
bahwa pada bayi baru lahir sangatlah b. Jenis Kelamin Bayi
rentan terhadap hipotermia karena Hasil penelitian menunjukkan bahwa
memiliki area permukaan tubuh yang sebagian besar bayi berjenis kelamin
relatif besar dibandingkan massanya, perempuan sebanyak 25 responden
5
(52,1%), jenis kelamin laki-laki sebanyak d. Usia Kehamilan
23 responden (47,9%). Jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa
merupakan karakteristik bayi yang rata-rata usia kehamilan sebesar 33,67
didasarkan atas perbedaan laki-laki dan minggu, dengan standar deviasi 1,534.
perempuan. Belum ada penelitian yang Usia Kehamilan terendah 31 minggu dan
menunjukkan adanya perbedaan penurunan tertinggi 36 minggu. Hal ini menunjukkan
suhu tubuh bayi setelah dilahirkan bahwa semua bayi mengalami prematuritas
berdasarkan jenis kelamin, sehingga dapat murni yaitu masa gestasinya kurang dari
dikatakan bahwa apapun jenis kelaminnya, 37 minggu. Penelitian ini sejalan dengan
baik laki-laki maupun perempuan memiliki penelitian Wilham, (2015), yang
kesempatan yang sama untuk terjadi menyebutkan rata-rata masa gestasi ibu
penurunan suhu tubuh setelah dilahirkan. yang mempunyai bayi prematur adalah
Penelitian Fischer et al. (1998, dalam minggu. Sesuai dengan teori bahwa bayi
Dodd, 2013) menjelaskan tidak terdapat BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
perbedaan antara jenis kelamin laki-laki bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup
dan perempuan pada stabilitas frekuensi bulan (intrauterine growth restriction)
denyut jantung, pernafasan dan saturasi (Pudjiadi, dkk., 2010). Bayi yang kurang
oksigen dengan PMK dan inkubator. bulan (< 37 minggu) cenderung akan
Penelitian Hanifah dan Ernawati (2011) mengalami BBLR. Pada bayi BBLR
menyebutkan bahwa responden bayi sangatlah rentan terhadap hipotermia
prematur dengan jenis kelamin laki-laki karena memiliki area permukaan tubuh
cenderung lebih banyak dari pada yang relatif besar dibandingkan massanya,
perempuan, walaupun demikian, dari sehingga terdapat ketidakseimbangan
penelitian sebelumnya tidak ada yang antara pembentukan panas (yang
menyebutkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan massa) dan
mempengaruhi atau berisiko terjadinya kehilangan panas (area permukaan tubuh),
kelahiran bayi prematur dan memiliki kulit yang tipis dan permeabel
mempengaruhi hasil PMK. terhadap panas, memiliki lemak subcutan
c. Berat Badan Bayi yang sedikit untuk insulasi atau penahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa panas (Lissauer & Avrof, 2009).
rata-rata bayi memiliki berat badan e. Usia Ibu
1687,92 gram, dengan standar deviasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
196,349. Berat Badan terendah 1320 gram rata-rata usia ibu sebesar 22,67 tahun,
dan tertinggi 2010 gram. Hal ini dengan standar deviasi 2,234. Usia Ibu
menunjukkan bahwa semua bayi terendah 18 tahun dan tertinggi 28 tahun.
mengalami BBLR, sesuai dengan kriteria Hal ini sejalan dengan teori Astolfi &
sampel peneltiian yang hanya mengambil Zonda dalam Wijayanegara, et al. (2009),
sampel pada bayi BBLR. Hasil penelitian menyatakan bahwa resiko terjadinya
sejalan dengan penelitian yang dilakukan kelahiran bayi prematur antaranya faktor
Ali, et al,. (2009), bahwa bayi yang usia ibu. Bayi prematur merupakan salah
dilakukan PMK rata-rata mempunyai berat satu penyebab bayi BBLR. Wanita yang
badan 1607 gram. Sesuai dengan teori berusia kurang dari 20 tahun atau lebih
bahwa Bayi berat lahir rendah (BBLR) dari 35 tahun akan meningkatkan resiko
adalah bayi dengan berat lahir kurang dari mengalami persalinan prematur, 64%
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. meningkatkan terjadinya persalinan
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang prematur pada wanita yang berusia kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup dari 20 tahun dan 35 tahun atau lebih,
bulan (intrauterine growth restriction) terutama terjadi pada kehamilan pertama.
(Pudjiadi, dkk., 2010). Bayi BBLR adalah f. Anak Ke
bayi lahir dengan berat badan kurang dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa
2.500 gram tanpa memandang masa rata-rata bayi BBLR urutan anak ke 1,15,
kehamilan (Atikah & Cahyo, 2010). dengan standar deviasi 0,357. Urutan
terendah 1 dan tertinggi 2. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar
6
merupakan anak pertama yang berrarti 2008). Sutrisno (2012) menyatakan bahwa
kehamilan pertama pada ibu. Hal ini seseorang yang berpendidikan tinggi lebih
sejalan dengan teori yang menyebutkan baik keberhasilannya dibandingkan
bahwa kelahiran prematur lebih sering seseorang yang berpendidikan rendah.
terjadi pada kehamilan pertama (Pudjiadi, 2. Suhu Tubuh Bayi BBLR Sebelum
dkk., 2010). Penelitian dalam populasi dilakukan PMK
besar di Abu Dhabi menunjukkan tidak ada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbedaan antara jumlah paritas dengan rata-rata suhu tubuh sebelum dilakukan
kejadian kelahiran prematur sampai anak PMK sebesar 36,15°C. Hal ini
ke 5 (lima), namun pada paritas lebih dari menunjukkan bahwa bayi BBLR
10 ternyata kelahiran prematur meningkat mengalami hipotermia. Hipotermia pada
(Krisnadi dalam Wijayanegara, et al., bayi BBLR merupakan penurunan suhu
2009). tubuh bayi kurang dari 36,5°C. Untuk suhu
g. Perawat Utama Bayi tubuh normal pada bayi BBLR adalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara 36,5°C-37,5°C (Sarwono, 2013).
perawat utama bayi seluruhnya sebanyak Hipotermi sering terjadi pada neonatus
48 responden (100,0%) dilakukan oleh terutama pada BBLR karena pusat
orang tua. Hal ini karena hanya ibu yang pengaturan suhu tubuh bayi yang belum
diberi penjelasan dan pengetahuan tentang sempurna. Suhu tubuh rendah disebabkan
PMK dan cara meminimalkan terjadinya karena terpaparnya dengan lingkungan
hipotermi. Sesuai dengan teori yang yang dingin (suhu lingkungan rendah,
menyatakan bahwa orang tua bayi yang permukaan dingin atau basah) atau bayi
merawat sendiri bayinya akan menambah dalam keadaan basah atau tidak berpakaian
kepercayaan diri untuk merawat bayinya (Wiwik, 2010).
yang kecil, menghilangkan perasaan Bayi BBLR belum mampu mengatur
terpisah dan ketidakmampuan, serta orang suhu tubuhnya secara langsung saat lahir
tua merasakan kepuasan karena sudah dan dapat dengan cepat kedinginan, jika
berpartisipasi dalam merawat bayinya kehilangan panas tidak segera dicegah,
(Syamsu, 2013). bayi yang mengalami kehilangan panas
h. Pendidikan kemudian terjadi hipotermi serta berisiko
Hasil penelitian menunjukkan jatuh sakit dan meninggal. Penurunan suhu
bahwa sebagian besar pendidikan pada bayi BBLR terjadi pada menit-menit
responden SMA sebanyak 40 responden ke 10-20 setelah kelahiran. Bayi yang
(83,3%), pendidikan Perguruan Tinggi masih basah bisa kehilangan panas tubuh
sebanyak 7 responden (14,6%) dan yang cukup banyak untuk membuat suhu
pendidikan SMP sebanyak 1 responden tubuhnya turun sebanyak 2 – 4 °C (3,6 –
(2,1%). Sebagian besar pendidikan 7,2 °F). Hal ini disebabkan oleh
responden adalah SMA, pendidikan SMA ketidakmampuan bayi untuk menghasilkan
diharapkan sudah memiliki kemampuan panas yang cukup untuk mengimbangi
untuk merawat anak yang mengalami hilangnya panas saat kelahiran (WHO,
BBLR. Pendidikan diartikan sebagai suatu 2013). Selain itu bayi BBLR juga akan
usaha sendiri untuk mengembangkan kehilangan sebagian besar panas tubuhnya
kepribadian dan kemampuan di dalam dan melalui peristiwa evaporasi, konduksi,
diluar sekolah dan berlangsung seumur konveksi dan radiasi (WHO, 2013).
hidup. Pendidikan adalah salah satu proses Keadaan tersebut di atas bisa
perubahan tingkah laku, merupakan menyebabkan bayi mengalami
bimbingan yang diberikan seseorang hipothermia, apabila hipothermia ini
terhadap perkembangan orang lain menuju terjadi maka dibutuhkan penanganan
kearah cita-cita tertentu yang menentukan segera agar tidak terjadi komplikasi yang
manusia untuk berbuat dan mengisi lebih lanjut dengan cara dilakukan
kehidupan untuk mencapai keselamatan penerapan metode kanguru sesaat setelah
dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan bayi lahir, karena cara tersebut dianggap
untuk mendapat informasi misalnya hal-hal sebagai cara yang paling sederhana dan
yang menunjang kesehatan (Nursalam, mudah dilakukan, sehingga diharapkan

7
dapat meningkatkan suhu pada bayi baru Untuk metode ini ibu berfungsi
lahir yang hipothermi. Yaniedu (2011) sebagai host atau indung bagi bayi,
menyatakan penurunan suhu dipengaruhi sehingga dalam pelaksanaannya
oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan, keterlibatan ibu sangat berperan aktif,
syok, infeksi, kurang gizi, obat-obatan dan dimulai sejak awal sebagai pemberi
cuaca. Bayi mengalami mekanisme pelayanan untuk bisa memenuhi kebutuhan
hilangnya panas seperti konduksi, fisik dan emosionalnya. Yang pada
konveksi, evaporasi dan radiasi yang akhirnya hal tersebut dapat memberikan
menyebabkan bayi mengalami hipotermia. kontribusi positif dalam meningkatkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan kemampuan hidup bayi dan
penelitian oleh Mullany (2010) juga mengembangkan kualitas hidupnya.
disebutkan bahwa berat badan lahir Hasil penelitian sejalan dengan
merupakan faktor resiko hipotermia. Rasio penelitian yang dilakukan oleh Suradi dan
prevalensi hipotermia pada bayi baru lahir Yanuarso (2010) menyatakan bahwa
yang memiliki berat lahir < 2.000 gram keuntungan menggunakan metode kanguru
lebih tinggi daripada bayi dengan berat antara lain meningkatnya hubungan ibu-
lahir normal (> 2.500 gram). Setiap bayi dan stabilisasi suhu tubuh bayi.
pengurangan berat badan lahir sebanyak 4. Pengaruh perawatan metode kanguru
100 gram, resiko hipotermia akan (PMK) terhadap perubahan suhu tubuh
meningkat 7,4% pada bayi dengan berat bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
lahir 2.500-3.000 gram, 13,5% pada bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan berat lahir 2.000-2.500 gram dan ada pengaruh perawatan metode kanguru
31,3% pada bayi dengan berat lahir < terhadap perubahan suhu tubuh bayi berat
2.000 gram (Mullany, 2010). badan lahir rendah (BBLR) dengan p
3. Suhu Tubuh Bayi BBLR Setelah dilakukan value 0,000. Hal ini sesuai dengan
PMK pendapat Prawirohardjo (2012),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menyatakan bahwa “suhu yang optimal
suhu bayi setelah dilakukan PMK rata-rata pada bayi baru lahir dapat diperoleh
sebesar 36,65 °C, dengan standar deviasi dengan adanya kontak langsung antara
0,12541. Suhu terendah 36,4° dan suhu kulit bayi dengan kulit ibunya secara
tertinggi sebesar 36,9°C. Hal ini kontinu”. Oleh karena ibu bayi tersebut
menunjukkan bahwa setelah dilakukan merupakan sumber kehangatan yang
metode kanguru terjadi peningkatan suhu terbaik.
pada bayi BBLR. Ludington (1998) dalam Atikah &
Perawatan metode kangguru (PMK) Cahyo (2010) juga berpendapat bahwa
bermanfaat dalam menstabilkan suhu “Metode kanguru selain dapat
tubuh bayi, stabilitas denyut jantung dan meningkatkan kedekatan dan kasih sayang
pernafasan, perilaku bayi lebih baik, antara orang tua dan bayi, juga dapat
kurang menangis dan sering menyusu, meningkatkan kemampuan bayi untuk
penggunaan kalori berkurang, kenaikan mencapai suhu badan yang stabil, sehingga
berat badan bayi lebih baik, waktu tidur dengan metode ini hipothermia dapat
bayi lebih lama, hubungan lekat bayi-ibu dicegah, temperatur lebih stabil, serta
lebih baik dan akan mengurangi terjadinya mengurangi hilangnya panas tubuh”.
infeksi pada bayi (Syamsu, 2013). Kontak kulit ke kulit selama beberapa jam
Pada dasarnya prinsip metode pertama setelah lahir bukan hanya
kanguru ini adalah ibu diidentikkan merupakan tindakan untuk mencegah
sebagai kanguru yang dapat mendekap hiporthermia, hal itu juga memberikan
bayinya secara seksama, dengan tujuan kehangatan, memungkinkan pemberian
mempertahankan suhu tubuh bayi secara ASI secara dini serta mencegah terjadinya
optimal (36,5 – 37,5 °C). Suhu yang hipoglikemia.
optimal ini diperoleh dengan adanya Dilihat dari hasil penelitian ada 1 bayi
kontak langsung antara kulit bayi dengan BBLR yang setelah dilakukan metode
kulit ibunya secara kontinu kanguru itu tidak mengalami peningkatan
(Prawirohardjo, 2012). suhu dikarenakan kehilangan panas yang

8
disebabkan oleh permukaan tubuh bayi normal, mempercepat pengeluaran air susu
yang relatif lebih luas dibandingkan ibu (ASI) dan meningkatkan keberhasilan
dengan berat badan, kurangnya jaringan menyusui, perlindungan bayi dari infeksi,
lemak di bawah kulit, dan kekurangan berat badan bayi cepat naik, stimulasi dini,
lemak coklat (brown fat) dan terdapat 47 kasih saying, mengurangi biaya rumah
bayi BBLR yang mengalami peningkatan sakit karena perawatan yang pendek
suhu dikarenakan bayi mendapatkan (Atikah & Cahyo, 2010).
sumber panas alami (36-37 °C) terus Hasil penelitian ini sejalan dengan
menerus langsung dari kulit ibu, penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk
mendapatkan kehangatan udara dalam (2014) yang menyatakan bahwa perbedaan
kantung/baju ibu, serta ASI menjadi yang bermakna pada observasi Suhu tubuh
lancar. Sesuai teori (Atikah & Cahyo, bayi, frekuensi jantung, frekuensi nafas
2010) yang menyatakan bahwa bayi dapat dan saturasi oksigen bayi Berat Badan
tidak mengalami peningkatan suhu karena Lahir Rendah sebelum dan setelah
kehilangan panas yang disebabkan oleh dilakukan Perawatan metode Kangguru.
permukaan tubuh bayi yang relatif lebih Penelitian yang dilakukan oleh Suradi dan
luas dibandingkan dengan berat badan, Yanuarso (2010) menyatakan bahwa
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, keuntungan menggunakan metode kanguru
dan kekurangan lemak coklat (brown fat). antara lain meningkatnya hubungan ibu-
Selain itu. bayi BBLR yang tidak bayi dan stabilisasi suhu tubuh bayi. Hasil
mengalami peningkatan suhu dikarenakan penelitian Utami (2007) menyatakan
kemampuan untuk mempertahankan panas bahwa pengaruh antara penerapan metode
dan kesanggupan menambah produksi kanguru terhadap peningkatan suhu bayi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan baru lahir
otot-otot yang belum cukup memadai,
lemak subkutan yang sedikit, belum SIMPULAN DAN SARAN
matangnya sistem syaraf pengatur suhu Simpulan
tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih 1. Suhu tubuh bayi berat badan lahir rendah
besar dibanding dengan berat badan (BBLR) sebelum dilakukan perawatan
sehingga mudah kehilangan panas 1. Suhu metode kanguru PMK rata-rata sebesar
bayi stabil saat dalam posisi kangguru 36,15°C.
(selama 3 hari berturut - turut). Penelitian 2. Suhu tubuh bayi berat badan lahir rendah
yang dilakukan oleh Hanifah dan Ernawati (BBLR) setelah dilakukan perawatan
(2011) juga terdapat 11 BBLR yang metode kanguru PMK rata-rata sebesar
setelah dilakukan metode kanguru itu tidak 36,65°C.
mengalami peningkatan suhu. 3. Ada pengaruh perawatan metode
Perawatan dengan metode kanguru kanguru (PMK) terhadap perubahan suhu
efektif dalam meningkatkan suhu tubuh tubuh bayi berat badan lahir rendah
bayi, khususnya ketika peralatan dalam (BBLR) dengan p value sebesar 0,000 (α <
keadaan terbatas dan suhu lingkungan 0,05).
dalam keadaan dingin. Termoregulasi Saran
merupakan salah satu tugas yang paling 1. Bagi perawat
berat saat bayi baru lahir beradaptasi pada a. Perawat harus senantiasa meningkatkan
lingkungan ekstra uterin (Mori et al., pengetahuan tentang PMK dan selalu
2010). Menurut Chiu, Anderson and menerapkan PMK bagi BBLR di
Burkhammer (2015) perawatan kanguru instansi tempat kerja sedini mungkin
dapat memfasilitasi dalam menjaga dengan melihat kestabilan kondisi bayi
temperature yang aman pada bayi baru agar semakin memperkaya wawasan
lahir. Suhu bayi menjadi menurun ketika ia dan pengalaman perawat dalam
menyusu pada ibunya dengan merawat BBLR dengan metode
menggunakan metode kanguru. kanguru.
Keuntungan dan manfaat penerapan b. Perawat harus melakukan PMK sesuai
metode kanguru itu sendiri untuk protap yang berlaku untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi tetap

9
mendapatkan efek PMK yang lebih diharapkan mahasiswa dapat
baik. menerapkannya di lahan praktek.
c. Perawat maupun dokter harus 4. Bagi peneliti selanjutnya
memberikan pendidikan kesehatan pada a. Hasil penelitian ini disarankan dapat
ibu/orang tua bayi dengan BBLR digunakan sebagai dasar awal untuk
maupun ibu hamil yang beresiko melanjutkan penelitian dibidang sama
melahirkan bayi BBLR agar dengan variabel penelitian lain yang
mempunyai pemahaman lebih baik belum diungkap sehingga didapatkan
mengenai PMK dan perawatan bayi hasil atau informasi yang lebih luas dan
BBLR. lengkap. Misalnya perlu dilakukan
d. Penelitian ini dapat memberikan penelitian lebih lanjut pada faktor –
wawasan dan acuan bagi perawat untuk faktor yang mempengaruhi perubahan
melakukan penelitian lebih lanjut suhu tubuh bayi BBLR yaitu faktor
sehingga didapatkan pengetahuan yang lingkungan, syok, infeksi, kurang gizi,
lebih banyak mengenai manfaat PMK obat-obatan dan cuaca. Bagi peneliti
bagi BBLR selanjutnya, dikarenakan penelitian ini
2. Bagi Rumah Sakit tidak mengidentifikasi faktor – faktor
a. Mensosialisasikan PMK bagi BBLR lain yang mempengaruhi perubahan
kepada tenaga medis dan para medis suhu tubuh pada bayi BBLR, maka
melalui seminar, poster, ataupun diharapkan penelitian selanjutnya dapat
sosialisasi PMK oleh petugas kesehatan meneliti faktor – faktor yang
yang pernah mengikuti pelatihan PMK mempengaruhi perubahan suhu tubuh
kepada petugas lain. pada bayi BBLR
b. Mensosialisasikan kepada orang tua
bayi melalui pendidikan kesehatan DAFTAR PUSTAKA
dengan media poster, leaflet, pemutaran Ali, et al,. (2009). Kangaroo Mother Care As
video, ataupun ceramah. Compared to Conventional Care for
c. Membuat kebijakan mengenai Low Birth Weight Babies. Diakses
pelaksanaan PMK di ruang perawatan tanggal 25 Januari 2018
bayi
d. Mengadakan pelatihan tentang PMK Astuti, N.Y Novita, R.V. T dan Rustika (2014).
bagi tenaga medis dan paramedis Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
mengingat manfaat PMK bagi Dengan Kestabilan Tanda Vital Pada
pertumbuhan dan perkembangan BBLR Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di
sehingga dapat memperpendek masa Rumah Sakit An Nisa Tangerang.
rawat bayi di rumah sakit. Jurnal Keperawatan STIK Sint Carolus
e. Mengadakan kamar ibu di ruang
perawatan agar PMK dapat dilakukan Balitbangkes, (2012). Riset kesehatan dasar
secara lebih lama tidak hanya 1 jam (Riskesdes) 2012. Jakarta: Departemen
setiap harinya. Kesehatan RI
f. Meniadakan kamar bayi di ruang
perawatan bayi agar bayi BBLR yang Begum, E.A., et al,. (2008). Cerebral
sehat tidak terpisah dengan ibunya oxygenation responses during kangaroo
sehingga PMK dapat dilakukan secara care in low birth weight infants. BCM
termitten. Pediatrics, 8(51) : 1-9.
g. Memisahkan kamar perawatan ibu yang http://www.biomedcentral.com
memiliki bayi BBLR dengan ibu yang
melahirkan bayi aterm/bukan BBLR. Chiu, S. H., Anderson, G. C., & Burkhammer,
3. Bagi Institusi Pendidikan. M. D. (2015) Newborn temperature
a. Perlunya meningkatkan pembelajaran during skin-to-skin breastfeeding in
kepada mahasiwa secara intensif couples having breastfeeding
tentang asuhan keperawatan bayi difficulties. Birth, 32, 115-121
BBLR dengan metode PMK sehingga

10
Dodd, V.L. (2013). Effects kangaroo care in Applied Science and Education V9.i1
preterm infants. University of (11-19)
Connecticut. http://.proquest.umi.com
Rodrigo GM, Rodriguez R, Quesada S. (2014).
Feldman R, dan Eidelman (2013). Skin-to-skin Hypothermia Risk Factors in The Very
contact accelerates autonomic and Low Weight Newborn and Associated
neurobehavioral maturation in Morbidity and Mortality in a Neonatal
premature infants. Dev Med Child Care Unit. Journal of An Pediatric
Neurol; 45:1-8 (Barc), 2014 March; 80(3) : 144-150

Knobel, R., & Holditch-Davis, D. (2007). Sarwono, (2013). Ilmu Kebidanan, Jakarta :
Thermoregulation and heat loss Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prevention after birth and during Prawirohardjo.
neonatal intensive-care unit
stabilization of extremely low- Sutrisno, E. (2012). Manajemen Sumber Daya
birthweight infant. JOGNN, 36, 280- Manusia. Jakarta : Kencana
286
Suradi dan Yanuarso (2010). Metode Kanguru
Lissauer Tom & Fanaroff Avrof. (2009). At a Sebagai Pengganti Inkubator Untuk
Glance Neonatologi diterjemah dalam Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Sari
bahasa indonesia : Indonesia Erlangga Pediatri, Vol. 2, No. 1, Juni 2010: 29 -
35
Mori, R., Khanna, R., Pledge, D. & Nakayama,
T. (2010). Meta-analysis of Syamsu, A.F. (2013). Pengaruh Perawatan
physiological effects of skin-to-skin Metode Kanguru Terhadap Fungsi
contact for newborns and mothers. Fisiologis Bayi Prematur Dan
UKPediatrics international, 52, 161– Kepercayaan Diri Ibu Dalam Merawat
170 Bayi. Jurnal Keperawatan Soedirman
(The Soedirman Journal of Nursing),
Mullany LC, Katz J, Khatry SK, et. al. (2010). Volume 8, No.3, Nopember 2013
Neonatal Hypothermia and Associated
Risk Factors Among Newborns of Utami, A. P. (2007). Pengaruh Penerapan
Southern Nepal. Journal of BMC Med, Metode Kanguru Terhadap Peningkatan
2010 July; 8 : 43 suhu Bayi Baru Lahir (di BPS. Kasih Ibu
Ny. Soenarlin Jatirogo – Tuban). Jurnal
Nursalam, (2008). Manajemen keperawatan : Penelitian. Stikes NU Tuban
Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba WHO, (2013). Kangaroo mother care: A
Medika practical guide. Diunduh dari
http://whqlibdoc.who.int pada tanggal
Prawirohardjo, (2012). Buku Acuan Nasional 24 Agustus 2017
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP Wijayanegara, H. et al. (2009). Prematuritas.
Bandung: Penerbit Refika Aditama
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk.
(2010). Pedoman Pelayanan Medis Wiwik, (2010). Hipotermia. Diakses dari
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: http://asuhan-keperawatan.10.cc/2010/
IDAI. 07/hipotermi.html. Diakses Selasa 25
April 2017.
Rahmayenti, (2009). Pengaruh Perawatan
Metode Kanguru terhadap Pertumbuhan Yaniedu (2011). Mekanisme Kehilangan Panas.
Bayi,Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Diakses dari http://www.blogspot.com/
Merawat BBLR di RSUD Cibabat 2011/mekanisme-kehilangan-panas
Cimahi: Stikes Jend. A. Yani Cimahi. Diakses Selasa 25 April 2017
Jurnal IPTEKS Terapan Research of
11

Anda mungkin juga menyukai