Anda di halaman 1dari 3

Namaku Darren, aku adalah seorang penjelajah luar angkasa.

Aku menjelajahi  luar
angkasa tidak sendirian,  aku ditemani oleh empat temanku. Mereka adalah Sam, Andrew, Alvin,
dan Edison. Kami berlima tinggal di asrama khusus untuk penjelajah luar angkasa.  Kemudian
kami membuat team untuk menjalankan misi-misi kami untuk menjelajahi luar angkasa, kami
memberi nama team itu, dengan nama “Green Land”. Team kami lumayan terkenal di negaraku
ini, karena kami selalu menjalankan misi-misi kami dengan baik dan mencapai target yang
memuaskan.
Pada pagi itu, Tiba-tiba kami mendengar suara sirine, suara sirine itu berarti ada misi
untuk kami jalankan. Kemudian kami bergegas ke ruang kepala asrama itu, setelah kami sampai
di ruang itu, aku menanyakan kepada kepala asrama itu yang bernama Pak Phoenix.
“Ada misi apa Pak Phoenix?”, kataku kepada Pak Phoenix.
“Misi kali ini, kalian harus menyelidiki tentang hancurnya planet Quade, planet itu
dulunya adalah planet terbesar di Galaxy Xolvert. Kalian harus mengetahui mengapa planet
Quade itu bisa hancur.”, kata Pak Phoenik dengan jelas.
“Galaxy Xolvert itu di sebelah mana ya pak?”, kata Edison.
“Galaxy Xolvert terletak di dekat Galaxy Kulc.”, jawab Pak Phoenik.
“Kemudian, kapan kami menjalankan misi ini?.”, tanya Edison kepada Pak Phoenik.
“Kalian menjalankan misi ini besok, sekarang kalian mempersiapkan peralatan-peralatan
kalian, dan lain-lain. Bapak beserta pengurus asrama ini akan mengechek pesawat yang akan
kalian pergunakan besok.”, jawab Pak Phoenik dengan panjang lebar.
“Ok, Pak, terima kasih.”, kata kami serentak.
Kemudian kami segera pergi ke kamar kami masing-masing. Untuk mempersiapkan
peralatan-peralatam yang kami butuhkan untuk misi kali ini.
Setelah itu kami sudah berada di luar atsmosphere Bumi. Keadaan di luar atmosphere
bumi sangat sepi dan gelap. Kemudian kami mengikuti radar agar kami sampai di Galaxy
Xolvert. Kami menempuh perjalanan yang sangat panjang dan lama. Sehingga kami
mengaktifkan “autopilot”, autopilot adalah fasilitas pada pesawat untuk mengemudikan sendiri
tanpa campur tangan pilotnya.
Kami berlima kemudian berkumpul di ruang tengah pesawat itu untuk makan, dan
beristirahat. Kami sangat kelelahan karena perjalanan ini memakan waktu yang lama dan
membosankan. Setelah lama kami bersitirahat dan keperluan lain, kami segera kembali keruang
kendali.
“Ayo teman-teman kita kembali keruang kendali.”, kataku sambil berteriak kepada
teman-temanku.
“Ok.”, jawab mereka
Setelah sampai kami sampai di ruang kendali, radar kami menunjunkan Galaxy Xolvert
sudah berada di depan kita, kemudian kami semua melihat ke arah depan, di sana ada gumpalan
cahaya yang berwarna-warni.
“Ternyata Galaxy Xelovert itu galaxy yang sangat indah.”, kata Sam sambil terkagum-
kagum.
“Iya, ayo kita ambil foto galaxy itu.”, kata Sam sambil memfoto galaxy itu.
Kemudian kami masuk kedalam galaxy itu dan mencari Planet Quade, setelah lama
mencari, kami menemukan debu-debu angkasa yang berterbangan dan membentuk gumpalan.
Mungkin debu yang membentuk gumpalan itu adalah sisa-sisa hancurnya Planet Quade. Kami
memutuskan untuk mulai menyelidiki hancurnya planet itu. Kami kemudian berkeliling
gumpalan debu itu. Keadaan di sekitar gumpalan debu itu sangat panas, segera aku menyuruh
Andrew untuk menghidupkan AC yang ada di dalam pesawat itu.
“Andrew, tolong hidupkan ACnya, keadaan di sini sangat panas, lama-kelamaan nanti
kita bisa dehidrasi”, suruhku kepada Connor.
“Iya, memang udara di sini sangat panas”, jawab Connor sambil menghidupkan AC.
Setelah AC di hidupkan, udara di sekitar kami lumayan dingin. Akhirnya kami
berkeliling lagi untuk menyelidiki hancurnya Planet Quade. Setelah beberapa lama kami tidak
menemukan hasil, kami memutuskan untuk beristirahat dahulu dan makan, karena kami seharian
belum makan apapun. Sesudah perut kami terisi oleh makanan, kami meneruskan menyelidiki
hancurnya Planet itu. Salah satu dari kami berkata,
“Mungkin hancurnya planet itu disebabkan oleh tebrakan antara planet itu dengan
asetroid yang besar.”, kata Sam.
“Iya, mungkin saja, karena di sekitar sini ada banyak asteroid-asteroid yang
berterbangan.”, kata Edison.
“Edison, segeralah memfoto gumpalan debu itu dan asteroid-asteroid yang ada di sekitar
gumpalan itu, foto itu kita butuhkan untuk laporan kita”, suruhku kepada Sam.
“Iya, tapi cameranya masih di charge, nanti saja setelah baterainya penuh.”, jawab Sam
kepadaku.
Tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak pesawat kami, kami kaget karena guncangan itu
sangat besar. Kemudian kami melihat keluar pesawat melalui jendela pesawat itu. Kami kagum
melihat ada asteroid besar yang melintas di dekat pesawat kami. Seperti biasa aku menyuruh
Sam untuk memfoto benda-benda luar angkasa itu. Setelah beterai kamera penuh, Sam segera
memfoto asteroid itu, dan benda-benda lainyayang berguna untuk laporan kami. Kemudian aku
menyuruh Edison dan Andrew untuk mengecheck keadaan pesawat setelah di tabrak oleh
asteroid tersebut. Setelah sesaat lamanya, akhirnya mereka kembali keruang kendali.
“Keadaan pesawat ini baik-baik saja, kerusakannya tidak parah, hanya barang-barang di
ruang belakang berantakan.”, kata Edison kepada kami semua yang berada di ruang kendali.
“Syukurlah kalau begitu, mari kita bereskan barang-barang yang berantakan di ruang
belakang.”, kata Sam.
“Ok, tapi jangan semuanya yang membereskan barang-barang itu, kita membagi tugas
saja, Aku, Sam, dan Andrew, berjaga di ruang kendali, Alvin dan Edison membereskan barang-
barang di ruang belakang. Setuju kah kalian?”, kataku kepada teman-temanku.
“Setuju!”, sahut teman-temanku secara bersamaan.
Kemudian kami bergegas untuk melaksanakan tugas kami masing-masing. Setelah Alvin
dan Edison selesai membereskan barang-barang yang ada di ruang belakang, mereka segera
membantu kami di ruang kendali. Setelah itu, kami jberkumpul untuk menyusun laporan itu di
ruang tengah. Akhirnya kami selesai menyusun laporan itu. Kami sangat senang sekali karena
misi kali ini berhasil dengan baik.
Setelah itu kami kembali ke bumi, setelah sekian lama berada di luar angkasa. Kami
kembali ke bumi dengan rasa senang. Kami berlima segera bergegas ke ruang kendali, tiba-tiba
di sekitar pesawat kami, terlihat sangat gelap sekali, tidak ada bintang atau benda-benda langit
yang terlihat.
“Teman-teman ini ada apa!”, kata Sam dengan berteriak.
“Iya, ini ada apa, kok gelap sekali?, kata Edison.
“Kalian tenang saja, jangan berisik! Coba dengarkan suara mendesing itu.”, jawabku
dengan singkat kepada Sam dan Edison.
Kemudian kami mendengarkan suara bising itu, semakin lama semakin besar suaranya.
Saat suara mencapai kebisingan yang tinggi, kami memakai penutup telinga agar telinga kami
tidak  rusak oleh gelombang bunyi yang sangat besar itu. Tiba-tiba terjadi guncangan yang
sangat luar biasa di pesawat kami.
“Apakah ini lubang hitam!”, teriak Alvin.
“Mungkin!, segera kemudikan kapal dari lubang hitam ini! Cepat!!! Sebelum kita terhisap
kedalam lubang hitam ini!”, kata ku sambil berteriak.
Segera kami berusaha mengemudikan pesawat itu dengan sekuat tenaga kami, tapi
walaupun kami berusaha sekuat tenaga, pesawat kami tidak bisa keluar dari lubang hitam ini,
mungkin gaya gravitasi lubang hitam ini sangat besar, sehingga pesawat kami tidak dapat
digerakan. Kami hanya pasrah akan mukjizat yang mungkin akan datang kepada kami. Semakin
lama guncangan itu bertambah semakin kuat dan dahsyat. Pada akhirnya guncangan itu berhenti
juga.
“Apakah kita sudah terhisap ke dalam lubang hitam ini?”, tanya Alvin.
“Mungkin iya, tapi apakah kita masih hidup?”, jawab Connor.
“Sepertinya kita masih hidup.”, jawabku.
“Tuhan telah memberi kita mukjizat, mari kita berdoa sejenak untuk memberi terima
kasih kepada tuhan yang telah memberi kita hidup. Berdoa dimulai...”, kata Zed.

2 menit berlalu. . . . . . .
“Selesai..”, kata Alvin.
“Mari kita memeriksa keadaan pesawat ini”, kataku kepada teman-teman.
Kami kemudian membagi tugas untuk memeriksa keadaan pesawat ini, setelah beberapa
saat kami memeriksa pesawat, kami tidak menemukan kerusakan, kami hanya menemukan
barang-barang yang berantakan di seluruh ruang pesawat kami. Mungkin ketua dan pengurus
asrama, sudah merancang pesawat yang tahan banting terhadap kondisi apapun. Setelah selesai
memeriksa pesawat, kami kemudian beranjak ke ruang kendali, untuk meneruskan perjalanan
kembali ke bumi.
“Teman-teman mari kita bekerja sama dan berusaha untuk dapat pulang kebumi lagi.”,
kataku sambil duduk di kursi kendali.
“Ok, mari kita mulai lagi perjalanan pulang kita teman-teman.”, kata Alvin.
Kemudian pesawat itu melaju kencang menuju bumi, saat kami mencapai atsmosphere
bumi, kami melihat pemandangan yang luar biasa indahnya yaitu pulau-pulau di bumi tampak
hijau dan lautanya tampak biru.
“Lihat teman-teman, bumi kita nampak indah dari sini.”, kata Sam.
“Iya Sam, segera ambil fotonya untuk kenang-kenangan.”, suruh Edison.
“Ok.”, kata Sam dengan singkat.
Setelah kami sampai di daratan pulau, kami di sambut oleh orang banyak. Mereka bangga
atas kerja team kami dan ingin memberi ucapan selamat atas keberhasilan team kami. Saat pintu
pesawat kami buka, orang-orang bersorak-sorak, meneriakan nama team kami yaitu Green Land.
Kami berlima juga sangat senang karena di sambut dengan meriah.

Anda mungkin juga menyukai