Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at

19 Rabi’ul Akhir 1445 H/03 November 2023


JAGA PERSATUAN, HENTIKAN CACIAN!
Oleh: al-Faqir Nur Rohmad[1]

ْ ْ
Khutbah I
َّ َّ َّ ً ً ْ ْ ْ ْ
َ‫ان‬
َ‫ َوالصلةَ َوالسلمَ َاْلتم ه‬،َ‫ل َوَأَبَ َدا َ َبهلَ َمَكَن‬ َ َ‫لل َ َالمَ َوجَ َو هَد َأَز‬ َ‫ل َمدَ َ ه‬ َ َ‫ا‬
ْ ْ ْ ْ
َ‫ن َت هبعه َْم‬َْ ‫آل َوصح هب هَه َوم‬ َ‫ َوَعَ َ ه ه‬،‫ل َعدنان‬ َ‫ ََعَ َس هيِّ هدنا َُم َّمدَ َس هيِّ هَد َو ه‬،‫اْلكملَ هن‬
َّ ْ ْ َّ َّ ْ ْ ْ
ََ‫نَس هيِّدناَُم َّم ًداَعبْده‬ َ ‫َوأشهدََأ‬،‫َش ْيكََل‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬
َ َ ‫ه‬
َ ‫د‬ ‫ح‬ ‫و‬ َ ‫لل‬
َ ‫ا‬ َ َ
‫ل‬ ‫إ‬
‫ه ه‬َ ‫ل‬
َ ‫إ‬ َ َ
‫ل‬ َ َ
‫ن‬ ‫أ‬ َ ‫د‬
َ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫َأ‬،‫به هإحسان‬
ْ َّ
.َ‫بَبعده‬ َ ‫َلََن ه‬،‫ورس ْول‬
ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ِّ ْ
َ‫ف َُمك هَم‬ َ‫ل َالق هديْ هَر َالقائه ه‬
َ ‫لَ ه‬ َ‫لل َالع ه ي‬
َ‫س َبهتقوى َا ه‬ َ ‫ن َأو هصيك َم َونف ه‬ َ ‫ َف هإ ه‬،َ‫أ َّما َبعد‬
ً ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ َّ
َ‫ي َما َاكتسبوا َفق هَد َاحتملوا َبهتانا‬ َ‫ات َبهغ ه‬
َ ‫اَّلينَ َي َؤذونَ َالمؤ هم هنيَ َوالمؤ همن ه‬ ‫ َو ه‬:‫هكتابه هَه‬
ْ
َ )58َ:‫و هإث ًماَم هبينًاَ(اْلحزاب‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Dari atas mimbar, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama
kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan
kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala
dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari
seluruh yang diharamkan.
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Di antara maksiat lisan adalah mencaci seorang Muslim,
melaknatnya, melecehkannya dan mengatakan setiap perkataan yang
menyakiti hatinya tanpa ada sabab syar’i (alasan yang dibenarkan oleh
syariat). Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ْ ْ
)َ‫اري‬
َ‫الخَ ه‬ َْ َ‫هسبَابََ َالم‬
َ ََ‫س هَل هَمَفَسَ َْوقََ(رَوَاه‬
Maknanya: “Mencaci seorang Muslim adalah kefasikan” (HR al-Bukhari)
Hadits ini menyebut perbuatan mencaci seorang Muslim sebagai
kefasikan karena ia tergolong dosa besar.
[1]
Katib Syuriyah MWCNU Dawarblandong, Kab. Mojokerto dan Pengasuh Majelis Ilmu & Dzikir
NURUL FALAH, Mojokerto. No. wa: 0815-15-785-373.

1
Sedangkan melaknat artinya adalah mencaci orang lain serta
mendoakannya agar dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah. Hal itu
seperti mengatakan: Semoga Allah melaknatmu, semoga laknat Allah
menimpamu, engkau terlaknat, atau engkau termasuk orang yang pantas
mendapat laknat Allah. Melaknat seorang Muslim hukumnya dosa besar.
Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tegas menyatakan:
ْ ْ ْ ْ
)‫نَكقت هل هَهَ(م َّتفقََعليْ هَه‬
َ‫لعنََالمؤ هم ه‬
Maknanya: “Melaknat seorangَ Mukmin itu serupa dengan membunuhnya”
(Muttafaqun ‘alaih)
Mencaci dan melaknat saudara sesama Muslim bukanlah sifat
seorang Mukmin yang sempurna imannya sebagaimana ditegaskan
Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
ْ
َْ ‫اح هشَ َولَ َال هذ‬
ََ‫ي هَء َ(رواهَ َأْحد‬ َّ ‫ليْسَ َ َال ْمَ ْؤمنَ َب‬
َّ َّ‫الط َّعانَ َولَ َالل‬
‫انَ َولَ َالف ه‬
‫ه‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬
َ )‫لـ ْر هم هذيََوغ ْيهما‬ َِّ‫وا ه‬
Maknanya: “Seorang Mukmin yang sempurna imannya bukanlah seorang
pencaci, pelaknat, bukan pula orang yang berkata kejiَ dan kotor” (HR
Ahmad, at-Tirmidzi dan lain-lain)
Bahkan dalam hadits lain, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dengan lugas bersabda:
ْ ْ ِّ َّ ََ‫انلاسََأ َْوَودعه‬
َّ ََ‫نَتركه‬ْ ‫اسَم‬ َّ َ‫ن‬
َّ َ‫َش‬ َّ
)َ‫اري‬
‫ه‬ ‫خ‬ ‫ال‬ َ‫اه‬
َ ‫و‬‫ر‬ ( ََ
‫ه‬‫ه‬ ‫ش‬
‫ه‬ ‫ح‬ ‫ف‬ َ‫اء‬
َ ‫ق‬ ‫ه‬ َ
‫ت‬ ‫ا‬ َ‫اس‬
َ ‫انل‬ َ َ ‫ه‬ ‫انل‬ َ َ ‫هإ‬
Maknanya: “Sesungguhnya termasuk manusia yang paling buruk adalah
seseorang yang ditinggalkan orang lain karena takut akan perkataan keji
dan kotornya” (HR al-Bukhari)
Sebaliknya, Mukmin yang baik adalah seorang mukmin yang orang
lain selamat dari gangguan lidah dan tangannya. Baginda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
ْ
)‫نَلهسانه هَهَوي هدههََ(م َّتفقََعليْ هَه‬
َْ ‫نَس هلمََالم ْس هلم ْونََ هم‬
َْ ‫الم ْس هلمََم‬
Maknanya: “Muslim yang sempurna imannya adalah seseorang yang orang
Muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya” (Muttafaqun
‘alaih)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itulah, mari kita jaga lidah. Jangan sampai ia menjadi
sumber bencana bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Lidah bisa
menjadi bencana bagi diri sendiri, karena jika tidak hati-hati, ucapan-
2
ucapan yang haram dan mengandung dosa akan meluncur dari lidah kita.
Imam al-Ghazali menuturkan: “Lidah adalah nikmat yang agung.
Bentuknya kecil. Tapi akibat yang ditimbulkannya bisa sangat besar.”
Hadirin,
Dengan sebab lidah, seorang anak bisa bertengkar dengan kedua
orang tuanya. Dengan sebab lidah, bisa terjadi perceraian antara suami
istri. Dengan sebab lidah, kerusuhan dan huru-hara dapat meletus di
mana-mana dan meluas ke mana-mana. Dengan sebab lidah, seseorang
bisa membunuh teman atau tetangganya. Dengan sebab lidah, bisa saja
terjadi kekacauan yang memporak-porandakan seluruh penjuru negeri.
Dan dengan sebab lidah, bisa jadi kita kehilangan sesuatu yang sangat
berharga bagi keutuhan sebuah negara, yaitu persatuan dan kesatuan.
Sangat benar apa yang disabdakan Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam:
ْ ْ ًْ ْ ْ ْ ْ
َ )‫يلصم ْ ََ(مَ ََّتفَقََعَلَيَْ هَه‬
َ ‫لَِخياَأ َوَ ه‬ َ ََ‫للَوايل ْومه‬
َ ‫ال هِخ هَرَفليق‬ َْ ‫م‬
َ‫نََكنََيؤ همنََ هَبا ه‬
Maknanya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (Muttafaqun ‘alaih)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Suatu ketika, sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
mendaki gunung Shafa. Setelah tiba di puncaknya, beliau memegang
lidahnya sembari berucap: “Wahai lidah, ucapkanlah perkataan yang baik
niscaya engkau beruntung. Diamlah dari perkataan yang buruk niscaya
engkau selamat. Lakukanlah itu sebelum engkau menyesal. Sungguh aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
)‫ان‬ َّ ََ‫نََلسَا َن َهَ(رواه‬
َ ‫الطَب ه‬ َْ ‫نَآدَمََ َم‬
َ ْ‫أَ َْكثَـرََِخَطَايَاَ َاب‬
‫ه ه هه‬ ‫ه‬
Maknanya: “Sebagian besar dosa dan kesalahan manusia itu bersumber
dari lidahnya” (HR ath-Thabarani)
Sahabat Nabi yang lain, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu suatu
ketika bertanya kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apakah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita
bicarakan?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya balik:
ْ ْ َّ ْ ْ ْ ْ َّ َ ‫ف‬ َّ َ َ‫ل َيكب‬ ْ
َ‫ل َحصائهدَ َأل هسن هت هه َم؟‬
َ َ‫اِخ هر هه َم َإه‬
‫ار ََعَ َوجو هه هه َم َأَ َو ََعَ َمن ه‬
َ‫انل ه‬ َْ ‫انلاسَ َ ه‬ َ ‫وه‬
)َ‫لـ َْر هَم هَذي‬
َِّ‫(رَوَاهََا ه‬

3
Maknanya: “Adakah sesuatu yang menjerumuskan manusia ke neraka lebih
banyak daripada perkataan yang diucapkan lidah-lidah mereka?” (HR at-
Tirmidzi)
Baginda Nabi juga menasihatkan:
َّ ْ ْ ْ َّ َّ ً ْ ْ َّ
)‫ان‬
َ ‫إهنكََل َمَتزَ َلَسَاَل هماَمَاَسَكَ ََفَ هَإذَاَتَكَلَ َم ََك هتبََلَكََأَ َوَعَلَ َيكََ(رواهََالطَب ه‬
Maknanya: “Sesungguhnya engkau senantiasa selamat selagi diam, namun
jika engkau telah berbicara, maka ucapanmu akan bermanfaat bagimu atau
membahayakanmu” (HR ath-Thabarani)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam sebuah peribahasa dikatakan: “Terlongsong perahu boleh
balik, terlongsong cakap tak boleh balik.” Artinya perkataan yang tajam
kerap kali menjadikan celaka diri dan tidak dapat ditarik kembali. Sebab
itu jika orang hendak berucap, hendaklah dipikirkan lebih dahulu. Sangat
penting bagi kita untuk berpikir sebelum berucap. Berpikir sebelum
berkomentar. Berpikir sebelum menulis di medsos. Tulisan adalah salah
satu dari dua lisan kita.
Jika baik dan bermanfaat, kita katakan atau kita tulis. Jika tidak ada
manfaatnya atau bahkan berpotensi menimbulkan keburukan,
kekacauan, kegaduhan dan kesalahpahaman, maka lebih baik diam. Jika
ada manfaat di satu sisi, namun ada pula mudaratnya di sisi yang lain,
maka kita mengikuti prinsip: Mencegah mafsadah lebih didahulukan
daripada menarik maslahah. Saring sebelum sharing. Tidak setiap yang
terpikir, kita ucapkan. Tidak setiap kejadian kita komentari. Jangan
mengomentari sesuatu yang kita tidak ada ilmu tentangnya. Alih-alih
komentar kita menyelesaikan masalah, justru malah menambah dan
memperuncing masalah.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Menjelang tahun politik 2024 mendatang, marilah kita jaga
persatuan dan kesatuan. Jangan beri peluang sedikit pun kepada para
pengadu domba untuk menceraiberaikan kita. Tahan setiap ucapan atau
komentar yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan.
Beda pilihan boleh. Asalkan jangan saling memaki. Beda pendapat boleh.
Asalkan jangan saling membenci. Kritikan boleh disampaikan. Asalkan
tetap menjaga kesantunan dan kesopanan. Jauhkan lisan kita dari
sumpah serapah, mencaci, memaki, mencela, menista, mengejek,
melaknat, mengutuk, menghina, mengolok-olok, melecehkan,

4
‫‪merendahkan, mencibir, mencemooh, menjelekkan, menghasut,‬‬
‫‪menggunjing, mengadu domba dan memfitnah.‬‬
‫‪Ingat, setiap apa yang kita ucapkan, lakukan dan yakini akan kita‬‬
‫‪pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Allah ta’ala berfirman:‬‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ ْ‬ ‫ْ ْ‬
‫يه َمَوأرجله َمَبهماََكنواَيعملونََ(انلور‪)24َ:‬‬
‫ه‬ ‫د‬
‫ه‬ ‫ي‬ ‫أ‬‫و‬ ‫َ‬‫َ‬
‫م‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬‫س‬‫ه‬ ‫ل‬‫أ‬ ‫َ‬‫َ‬
‫م‬ ‫ه‬
‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫َ‬‫د‬
‫َ‬ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫يومََت‬
‫‪Maknanya: “Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi‬‬
‫)‪atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS an-Nur: 24‬‬
‫‪Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,‬‬
‫‪Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan‬‬
‫‪ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.‬‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ ْ ْ‬ ‫ْ‬
‫ْ‬
‫استغ هفر ْوه‪َ،‬إهنهََهوََالغفورََالر هحيمَ‪َ .‬‬
‫َّ‬ ‫لَهَذاَوأ ْستغ هفرََاللََ ه َْ‬
‫لَولكم‪َ،‬ف‬ ‫أق ْولََق ْو ه َْ‬

‫ْ‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫َّ ْ ْ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬
‫ْ‬ ‫ِّ‬ ‫ْ‬
‫آلَ‬
‫ل َوأس هلمَ ََعَ َس هي هدنا َُممدَ َالمصطَف‪َ ،‬وَعَ َ ه هَ‬ ‫لل َوكَف‪َ ،‬وأص ه َ‬ ‫المدَ َ هَ‬
‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫وأ ْ‬
‫ن َس هيِّدناَ‬ ‫َشيْكَ َل‪َ ،‬وأشهدَ َأ َ‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫الل‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫إ‬
‫ه‬ ‫َ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫إ‬
‫ه‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ن‬ ‫أ‬ ‫َ‬ ‫د‬
‫َ‬ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫أ‬ ‫‪َ.‬‬ ‫ا‬‫ف‬ ‫و‬ ‫ال‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ه‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫اب‬‫ح‬ ‫ص‬
‫ُم َّم ًداَع َبْدهََورس ْولَ‪َ .‬‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ ْ ْ ْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ل َالع هظيْ هَمَ‬ ‫لل َالع ه هَِّ‬ ‫س َبهتقوى َا هَ‬ ‫َأ َّما َبعد‪َ ،‬فيا َأيها َالم ْس هلم ْون‪َ ،‬أو هصيك َم َونف ه َ‬ ‫َ‬
‫ْ‬ ‫ن َاللَ َأمرك َْم َبأ ْمرَ َعظيْم‪َ ،‬أمرك َْم َب َّ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬
‫السلمهَ ََعَ َن هب هيِّ هَه َالك هريْ هَمَ‬ ‫الصل َة َو َّ‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫واعلم ْوا َأ َ‬
‫ي‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫اّللَوملئهكتهََيصلونَََعََ َّ‬ ‫َّ َّ‬
‫اَّلينََآمنواَصلواَعلي هَهَوسلمواَ‬ ‫ب‪َ،‬ياَأيهاَ ه‬ ‫انل ي‬ ‫َ‬ ‫نَ‬ ‫فقالَ‪َ:‬إه َ‬
‫ه‬
‫َّ‬ ‫ِّ‬
‫آل َس هيِّ هدنا َُم َّمدَ َكما َصليْ َ ََعَ َس هِّي هدناَ‬ ‫ل ََعَ َس هِّي هدنا َُم َّمدَ َوَعَ َ هَ‬ ‫يما‪َ ،‬اللَه ََّم َص هَ‬ ‫ت ْسل ً‬
‫ه‬
‫ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫إبْراه َيْمَ َوَعَ َ َ ِّ‬
‫آل َس هيِّ هدنا َُم َّمدَ َكماَ‬ ‫ك ََعَ َس هِّي هدنا َُم َّمدَ َوَعَ َ هَ‬ ‫ار َ‬ ‫آل َس هي هدنا َ هإبرا ههيمَ َوب ه‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬
‫ي َإنَّكَ َْحيْ‬ ‫ْ ْ ْ‬ ‫بار ْك َ ََعَ َس ِّيدنا َإبْراهيْ‬
‫َميْدَ‪َ.‬‬ ‫آل َسيِّدنا َإبْراهيْ‬
‫ه‬ ‫َ‬ ‫د‬
‫َ‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬‫َ‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ف‬ ‫َ‬ ‫‪،‬‬
‫ه هه ه ه ه‬‫م‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َع‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫هه ه ه‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ ْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ات‪َ،‬‬ ‫اتَاْلحيا هَءَ همنه َمَواْلمو ه‬ ‫يَوالمؤ همن ه َ‬ ‫اتَوالمؤ هم هن َ‬ ‫يَوالم ْس هلم ه َ‬ ‫اللَه ََّمَاغ هف َْرَلهلم ْس هل هم َ‬
‫ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ َّ ْ‬
‫غ َوالسيوفََ‬ ‫امهلل َادف َع َعنا َاللءَ َوالغلءَ َوالوباءَ َوالفحشاءَ َوالمنكرَ َوال َ‬
‫َّ ً‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ ْ‬
‫نَ‬‫اص َة َو هم َْ‬ ‫َلنا َهذا َِخ‬ ‫ن َب ه‬ ‫المخت هلفةَ َوالشدائهدَ َوال همحن‪َ ،‬ما َظهرَ َ همنها َوما َبطن‪ َ ،‬هم َْ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ‬ ‫َّ ً َّ‬ ‫ْ ْ ْ‬ ‫ْ‬
‫كََشءََق هديرَ َ‬ ‫يََعمة‪ َ،‬هإنكَََعََ هَ‬ ‫انَالمس هل هم َ‬ ‫بَل هَ‬
‫‪5‬‬
ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ َّ
َ‫ن‬ ْ
َ‫ان َو هإيتا هَء َ هذي َالقربَ َوينهَ َع ه‬
َ‫إن َاللَ َيأمرَ َبهالعد هَل َواْلحس ه‬َ َ ،‫لل‬‫هعبادَ َا ه‬
ْ َّ َّ ْ ْ ْ ْ
ََ‫ َفاذكروا َاللَ َالع هظيْم‬.َ‫ َي هعظك َْم َلعلك َْم َتذكر ْون‬،‫غ‬ ‫ْ ه‬‫ال‬‫و‬ َ َ
‫ر‬
‫ه‬ ‫ك‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ال‬‫و‬ َ َ
‫ء‬
‫ه‬ ‫ا‬‫ش‬ ‫ح‬ ‫الف‬
ْ ْ ْ
.َ‫للَأكَب‬
َ‫َّلكرََا ه‬ ‫يذك ْرك َمَو ه‬
*** Ustadz Nur Rohmad, Penulis Tema Keislaman NU Online (Situs Resmi PBNU), Tinggal
di Dawarblandong, Kab. Mojokerto
Website : www.nurrohmad.com
Telegram : https://t.me/Ngaji_NURROHMAD
YouTube : @NurRohmadAbuNabiel
Facebook : Nur Rohmad (Abu Nabiel)
Instagram : nur_rohmad_abu_nabiel
TikTok : @nurrohmadabunabiel
Email : nurrohmad46@gmail.com
No. Wa : 0815-15-78-53-73
<<< Unduh Aplikasi “Ustadz Nur Rohmad” di Play Store >>>

Anda mungkin juga menyukai