Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at[1]

17 Juni 2022
Hikmah Manasik Haji

Khutbah I
َ َ ْ َ َ َ ِّ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َّ َّ َْ َ
ُ،‫ ُوالصَلةُ ُوالظَلمُ ُعلى ُمحمدُ ُط هي ه ُد ُول ه ُد ُعدهان‬،‫و ُالدً هان‬ ُ ‫لل ُاْل هل ه‬ ُ ‫الح ْمدُ ُ ه‬
َُ‫و‬ َ َ َ ْ َ َّ َ َّ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ ِّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ
ْ
ُ ٍ‫لهُ هإ ُّلُللاُُوحدهُُ ُّلُش هس‬ ُ ‫ُوأشهدُُأ ُنُ ُّلُ هإ‬،‫َو َعلىُ هآل ه ُهُوصح هب ه ُهُوج هاب هعي ه ُهُعلىُم هُسُالصم هان‬
ْ َ ً َّ َ َ َ ِّ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َّ ْ ْ َ َّ َ ْ َ
ُُ‫ ُوأشهدُ ُأ ُن ُط هيدها ُمحمدا ُعبده‬،‫ان ُواْله هان‬ ُ ‫ن ُال هجظ همي ه ُت ُوال هجه ه ُت ُوالصم ه‬ ُ ‫لهُ ُاْلىـصهُ ُع ه‬
ْ َ ْ َّ ْ َ َ
ُ ،‫انُخلقهُُالق ْس َآن‬ ُ َ ‫يُم‬ ُ ‫وزطىلهُُال هر‬
َْ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ِّ َ ْ َّ َ َ ْ َ َّ َ
ُ‫ُالقا هئ ه ُلُ هفي‬،‫للاُاْلى هان‬ ‫ي‬
ُ ‫ُفئ هويُأو هصين ُمُوهف هس يُ هبخقى ُُ ه‬،‫ادُالسحمُ هن‬ ُ ‫ُ هعب‬،‫أماُبعد‬
َ
ُ‫نُم ه ُِّلُف ُِّج‬
ْ
ُ َ ‫ض هامسُُ ًَأ هج‬
ُ ْ ‫ينُ هم‬ َ ُ‫اّلُ َو َع َلىُم ُِّل‬
ُ
ً َ َ ْ َ ِّ َ ْ
‫ج‬ ‫ز‬ ُ ُ
‫ىك‬ ‫ج‬‫أ‬ ًُ ُ
‫ج‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ُ ُ
‫اض‬ َّ ُ‫ُ َو َأ ِّذ ْ ُنُفي‬:‫آن‬
‫الى‬ ُ ْ
‫س‬ ‫ق‬
ْ َ
‫ال‬ ُ‫هلخ هاب ه ُه‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه ه ه‬ ‫ه ه ه‬
ُ )72ُ:‫َع هميقُُ(الحج‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di
akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini
dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan
ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan
semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Kaum muslimin rahimakumullah
Allah subhanahu wata’ala telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim
‘alaihissalamdan menjadikan Ka’bah sebagai tujuan dan dambaan hati
jutaan umat Islam. Kaum muslimin, tua-muda, fakir-kaya, pejabat-rakyat
jelata, Arab-China dan apapun suku dan negaranya berbondong-bondong
dari berbagai penjuru dunia pergi menuju ke Baitullah tiap tahun untuk
melaksanakan ibadah haji. Perbedaan bangsa, ras, suku, bahasa dan
warna kulit tidak menghalangi mereka untuk bersatu melaksanakan
ibadah yang sama, di tempat yang sama dan dengan tujuan yang sama,
yaitu sama-sama memenuhi panggilan Allah dengan niat mendapatkan
ridla-Nya semata. Allah ta’ala berfirman:

1
Oleh al faqir Nur Rohmad, Katib Syuriyah MWCNU Kec. Dawarblandong, Kab. Mojokerto dan
Pengasuh Majelis Ilmu dan Dzikir “NURUL FALAH”, Mojokerto. No. wa: 0815-15-785-373

1
َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َّ
ُ‫ن ُذلسُ ُ َوأهثى ُ َو َج َعل َىال ُْم ُشع ًىبا ُ َوق َبا هئ َُل ُ هل َخ َعا َزفىا ُ هإ َّ ُن‬ َّ ُ ‫ًَا ُ َأ ُّي َها‬
ُ ‫الىاضُ ُ هإها ُخلقىال ُم ُ هم‬
َ َ َ َّ َّ ْ َ ْ َ َّ َ ْ ْ َ َ ْ َ
ُ )31ُ:‫ّللاُع هليمُُخ هبيرُُ(الحجساث‬ ُ ُ‫ّللاُأجقال ُمُ هإ ُن‬
ُ ‫ألسمن ُمُ هعى ُدُ ه‬
Maknanya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia menurut Allah ialah orang yang paling taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala yang tampak
dan tersembunyi dari perbuatanmu.” (QS al Hujurat: 13)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika direnungkan dengan seksama dan mendalam, berbagai
rangkaian manasik haji memiliki makna dan pelajaran yang dapat kita
ambil hikmahnya. Haji adalah momen pertemuan tahunan yang begitu
besar, yang jutaan kaum muslimin berkumpul di sana. Mereka bersatu
ْ َ َّ َ َ
dalam kalimat ‫)ّل هُإله هُإّل ُللا ُمح َّمد ُ َزطىى ه‬,
(ُ‫ُللا‬ berdoa kepada Tuhan dan
pencipta mereka serta saling mengenal dan mengeratkan hubungan
antar mereka. Di sana, di tanah suci, mereka saling memahami dan
tolong menolong dalam kebaikan agar mereka semakin kuat melawan
godaan Iblis dan bala tentaranya.
Di sanalah tampak dengan jelas makna dan nilai persaudaraan dan
kesetaraan di antara kaum muslimin. Para jama’ah haji seluruhnya
melepas pakaian masing-masing dan menggantinya dengan pakaian
ihram yang lebih mirip dengan kain kafan mayat. Mereka menyerukan
kalimat talbiyah:
َ َ ْْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ّٰ َ
ُ‫ل َّب ْي َوُالله َّمُل َّب ْي َوُل َّب ْي َوُّلُش هسٍْ َوُل َوُل َّب ْي َوُ هإ َّنُال َح ْم َد َُوال هِّى ْع َمتُل َو َُواْلل َوُّلُش هسٍْ َو‬
َ
َُ ‫ل‬
‫و‬
dalam keadaan menanggalkan semua pakaian dan perhiasan dunia yang
fana’. Hanya pakaian Ihram yang mereka kenakan. Tua-muda, miskin-
kaya, Arab-non Arab, semuanya sama menurut Allah. Mereka tidak saling
mengungguli kecuali dengan takwa sebagaimana ditegaskan oleh
Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
َ َ َ ِّ َ َ َ ْ َ َ
َّ ‫ىُأ ْع َج ُم ُِّيُ ُإ َّّل ُُب‬
َ ‫الخ ُْق‬
ُ )‫اهُأبىُوعيمُفىُالحليت‬
‫ه‬ ‫و‬‫ز‬ ( ‫ي‬
ُ ‫ى‬ ‫ه ه ه‬ ُ ‫ُّلُفْل هُلعسهُِ ُيُ ُع ُل‬

2
Maknanya: “Tidak ada kemuliaan bagi orang Arab melebihi non Arab
kecuali dengan takwa” (HR Abu Nu’aym dalam Hilyah al Auliya’)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Haji adalah latihan sekaligus praktik dari kesabaran, menanggung
berbagai kesulitan dan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan
untuk memperoleh derajat yang tinggi dan meraih surga yang telah
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Haji adalah pintu yang luas
untuk melakukan kebaikan dan ketaatan serta meraih derajat takwa yang
merupakan sebaik-baik bekal menuju kehidupan akhirat.
Saudara-saudaraku seiman,
Ketika jutaan jamaah haji menyerukan kalimat talbiyah dengan
َ ّٰ َ
mengucapkan (ُ‫)ل َّب ْي َو ُالله َّم ُل َّب ْي َو‬, maka momen dan seruan ini
mengingatkan kita akan dahsyatnya peristiwa hari kiamat pada saat
manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Ketika malaikat Israfil ‘alaihis
salam meniup sangkakala maka terbelahlah kuburan-kuburan dan orang-
orang keluar darinya secara berbondong-bondong. Kemudian
dikumpulkan di Mahsyar dalam tiga keadaan. Sebagian dalam keadaan
makan, minum, berpakaian dan menaiki kendaraan. Mereka adalah kaum
muslimin yang bertakwa yang menjalankan semua kewajiban dan
menjauhi perkara-perkara yang diharamkan. Sebagian dalam keadaan
tidak beralas kaki dan telanjang bulat. Mereka adalah para pelaku dosa
besar di antara kaum muslimin. Dan sebagian lagi dikumpulkan dalam
keadaan terbalik, kaki di atas dan kepala di bawah lalu diseret oleh para
malaikat sebagai penghinaan terhadap mereka. Mereka adalah orang-
orang kafir.
Sedangkan sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan kita akan
kedatangan Sayyidina Ibrahim ‘alaihis salam ke Makkah al Mukarramah,
tempat turunnya wahyu, yang Allah jadikan aman dan tenteram. Sa’i
antara Shafa dan Marwah merupakan perjalanan menapak tilas kembali
apa yang dilakukan Sayyidah Hajar. Di Makkah, tempat yang tidak ada air
dan tanamannya, Hajar bersama Isma’il yang masih bayi ditinggal oleh
Nabiyyullah Ibrahim ’alaihis salam. Hajar pun bertawakkal secara penuh
kepada Allah sembari beriktiar dengan berlari-lari kecil antara Bukit Shafa
dan Bukit Marwah mencari air saat Ismail menangis dan butuh air. Hingga

3
pada akhirnya Allah hilangkan kesulitannya dan Allah berikan jalan keluar
dari masalahnya. Allah keluarkan untuknya air Zamzam yang nikmat dan
penuh berkah. Allah ta’ala berfirman:
َّ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َ ً َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َّ َ ْ َ َ
ُ‫ىُّللا‬
‫ه‬ ‫ل‬ ‫ُع‬ ‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫خ‬ ًُ ‫ن‬‫م‬‫ُو‬ ‫ب‬‫ظ‬‫ُوٍسشقه هُمن ُحيث ُّل ًُح ه‬،‫ُّللا ًُععل ُله ُمرسجا‬
‫د‬ ُ ‫ومن ًُخ هق‬
َ
ُ )1-7ُ:‫فه َى َُح ْظبهُُ(طىزةُالطَلق‬
Maknanya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya Dan barang siapa bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupinya.” (QS ath-Thalaq: 2-3)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sedangkan Wuquf di Padang ‘Arafah, maka di dalamnya terdapat
hikmah yang besar dan kenangan yang agung. Di sana kita melihat lautan
manusia. Kita mendengar lantunan suara mereka yang keras, berdoa
kepada Allah yang Mahakuasa, dalam keadaan merendahkan diri,
tunduk, berharap rahmat-Nya dan takut terhadap siksa-Nya. Mereka
berdoa kepada Allah, Sang Pencipta dan Pemilik mereka, dengan bahasa
yang bermacam-macam dan logat yang beragam. Ini semua
mengingatkan jamaah haji akan hari kiamat dan tahapan-tahapannya
yang menakutkan dan luar biasa, saat semua hamba berdiri
merendahkan diri dan sangat berhajat kepada pencipta mereka, pemilik
semua kekuasaan, yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.
Kaum muslimi rahimakumullah,
Adapun melempar jamrah, maka ibadah ini juga mengandung
hikmah yang agung bagi kita. Ketika melempar jamrah, jamaah haji akan
mengingat dan mengenang bagaimana Iblis menampakkan diri kepada
Nabi Ibrahim ’alaihis salam untuk menggodanya setiap kali berada di
masing-masing jamrah. Sayyidina Ibrahim ‘alaihis salam pun menghinakan
Iblis dengan melemparnya dengan batu kerikil sebagaimana
diperintahkan oleh Allah ta’ala. Maka kita, segenap ummat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam diperintah untuk melempar jamrah dalam
rangka menghidupkan sunnah Ibrahim ‘alaihis salam. Ini semua adalah
simbol perlawanan kepada Iblis dan penghinaan terhadapnya. Seakan
orang yang melempar berkata dalam dirinya kepada setan: “Seandainya
engkau menampakkan diri kepada kami sebagaimana engkau
4
menampakkan diri kepada Ibrahim, niscaya kami akan melemparmu
sebagai penghinaan terhadapmu.” Namun demikian, tempat-tempat ini
bukanlah tempat tinggal setan seperti dugaan sebagian orang.
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia,
Sedangkan thawaf adalah bentuk konsistensi dalam ketaatan
kepada Allah. Seakan orang yang berthawaf mengatakan: “Wahai
Tuhanku, ke manapun kami berkeliling dan di manapun kami berada,
kami tetap istiqamah taat kepada-Mu.” Thawaf juga merupakan
pengagungan terhadap rumah atau bangunan Ka’bah yang dimuliakan
oleh Allah. Allah ta’ala memerintahkan kita untuk mengagungkannya.
Baitullah adalah simbol yang menyatukan hati kaum muslimin dalam
beribadah kepada Allah. Oleh karenanya, kaum muslimin berthawaf
mengelilingi Ka’bah bukan untuk beribadah kepada Ka’bah, melainkan
karena melaksanakan perintah Allah.
Allah memerintahkan agar kita berthawaf mengelilinginya,
mengagungkannya dan Allah menjadikannya simbol untuk menyatukan
hati kaum muslimin di sekelilingnya dalam beribadah kepada Allah yang
Mahahidup dan mengatur segenap hamba-Nya. Sebagaimana kita bahwa
Allah tidaklah bertempat tinggal di Ka’bah. Kita wajib meyakini bahwa
Allah ta’ala ada, tanpa bersifat dengan sifat-sifat makhluk, tidak
membutuhkan tempat dan tidak menyerupai sesuatu pun di antara
makhluk-Nya.
Allah tidak tinggal di Ka’bah, tidak bertempat di langit dan tidak
menempati seluruh tempat. Akidah seorang muslim tidak lain adalah
bahwa Allah yang menciptakan semua makhluk tidaklah menyerupai
semua makhluk, tidak menyerupai langit dan bumi, tidak menyerupai
manusia dan tidak menyerupai sesuatu pun. Allah bukanlah benda (jism),
Allah bukan cahaya. Allah tidak memiliki gambar, rupa dan bentuk serta
sifat makhluk, apa pun itu. Apapun yang terlintas di benak kita, maka
Allah tidak menyerupainya. Inilah akidah yang diyakini dan diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat dan umat Islam dari
masa ke masa di berbagai belahan dunia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

5
‫‪Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan‬‬
‫‪ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan dapat kita amalkan‬‬
‫‪bersama.‬‬
‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َّ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ َ ْ ْ َ ََ‬
‫أقى ُىُقى هل ُيُهُراُوأطخغ هفسُُ ُ‬
‫للاُ هل ُيُولنم‪ُ،‬فاطخغ هفسوه‪ ُ،‬هإههُُه ُىُالغفىزُُالس هحيمُ‪.‬‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫َ‬ ‫َ َ َ َ َ ِّ ْ َ َ ِّ َ َ َ ِّ َ َ َّ ْ ْ َ َ‬ ‫َْ‬
‫صطفى‪َ ُ ،‬و َعلى ُ هآل هُهُ‬ ‫لل ُولفى‪ُ ،‬وأص هل ُي ُوأط هلمُ ُعلى ُط هي هدها ُمحمدُ ُاْل‬ ‫ال َح ْمدُ ُ ه ُ‬
‫َ‬ ‫َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ‬ ‫َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َّ‬
‫وُله‪َ ُ،‬وأش َهدُُأ َّ ُنُ َط هِّي َدهاُ‬ ‫لهُ هإ ُّلُللاُُوحدهُُ ُّلُش هسٍ ُ‬ ‫وأصح هاب ه ُهُأه ه ُلُالىفا‪ُ.‬أشهدُُأ ُنُ ُّلُ هإ ُ‬
‫م َح َّم ًداُ َع ْبدهُُ َو َزط ْىلهُ‪ُ .‬‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬
‫للا ُال َع هل ِّ هُي ُال َع هظ ْي ه ُمُ‬ ‫ُأ َّما ُ َب ْعد‪ُ ،‬ف َيا ُأ ُّي َها ُاْل ْظ هلم ْىن‪ُ ،‬أ ْو هص ْين ُْم ُ َوه ْف هس ُْي ُ هب َخ ْق َىيُ ُ ه ُ‬
‫َْ‬ ‫َ َ‬ ‫َّ َ َ َّ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َّ َ َ‬
‫الظَل ه ُم ُ َعلى ُه هب هِّي ه ُه ُالن هسٍْ ه ُمُ‬ ‫للا ُأ َم َسل ُْم ُ هبأ ْمسُ ُ َع هظ ْيم‪ُ ،‬أ َم َسل ُْم ُ هبالصَل هُة ُو‬ ‫واعلمىا ُأ ُن ُ ُ‬
‫ِّ‬ ‫َ ُّ َ‬ ‫َ َّ‬ ‫ص ُّلى َ ُن ُ َع َلى ُ َّ‬ ‫للاُ َو َم ََلئ َن َخهُ ًُ َ‬ ‫اى‪ُ:‬إ َّ ُنُ َ‬ ‫ََ‬
‫صلىاُ َعل ْي ه ُه ُ َو َط هلمىاُ‬ ‫ًن ُ َآمىىا ُ‬ ‫الى هب ِّ هي‪ًَ ُ ،‬اُأ ُّي َها ُال هر َ ُ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫ف‬
‫َ ِّ َ َ َّ َ َ َ َّ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ ً َ ّٰ َّ َ َ‬
‫ذ ُ َعلىُ‬ ‫آى ُط هي هدها ُمحمدُ ُلما ُصلي ُ‬ ‫ص ه ُِّل ُ َعلى ُ َط هِّي هدها ُم َح َّمدُ ُ َو َعلى ُ ه ُ‬ ‫حظ هليما‪ُ ،‬ا ُلله ُم ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ِّ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫آى ُ َط هِّي هدهاُ‬ ‫ك ُ َعلى ُ َط هِّي هدها ُم َح َّمدُ ُ َو َعلى ُ ه ُ‬ ‫آى ُط هي هدها ُ هإبس هاهي ُم ُوبا هز ُ‬ ‫َط هِّي هدها ُ هإ ْب َس هاه ْي َُم ُ َو َعلى ُ ه ُ‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ‬
‫وُ‬ ‫آى ُ َط هِّي هدها ُ هإ ْب َس هاه ْي َم‪ ُ ،‬هف ُْي ُال َع هاْل ْي َ ُن ُ هإ َّه َ ُ‬ ‫ذ ُ َعلى ُ َط هِّي هدها ُ هإ ْب َس هاه ْي َُم ُ َو َعلى ُ ه ُ‬ ‫محمدُ ُلما ُبازل ُ‬
‫َ‬ ‫ْ ْ َْ َ ْ ْ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫َ ّٰ‬
‫اء ُ هم ْنه ُْمُ‬ ‫اث ُْلا ْح َي هُ‬ ‫اث ُواْلؤ هم هىي ُن ُواْلؤ همى ه ُ‬ ‫َح هم ْيدُ ُ َُم هع ْيدُ‪ُ.‬ا ُلله َُّم ُاغ هف ُْس ُ هللم ْظ هل هم ْي َ ُن ُ َواْل ْظ هل َم ه ُ‬
‫اء ُ َو ْاْل ْى َن َُس ُ َو ْال َب ْغ ُيَُ‬ ‫اء ُ َو ْال َف ْح َش َُ‬ ‫اث‪ُ ،‬اللهم ُ ْاد َف ْ ُع ُ َع َّىا ُ ْال َب ََل َُء ُ َو ْال َغ ََل َُء ُ َو ْال َى َب َُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َْ‬
‫وْلامى ه‬
‫َ ُّ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ً‬
‫اص ُتُ‬ ‫نُبل هدهاُهراُخ‬ ‫اْلحن‪ُ،‬ماُظه ُسُ همنهاُوماُبطن‪ ُ،‬هم ُ‬ ‫فُاْلخخ هلف ُتُوالشدا هئ ُدُو ه‬ ‫والظيى ُ‬
‫َ َ‬ ‫َ ْ ْ َ ْ ْ ْ َ َ َّ ً َّ َ َ‬
‫وُ َعلىُم ه ُِّلُش ْيءُُق هد ًْسُ ُ‬ ‫انُاْلظ هل همي ُنُعامت‪ ُ،‬هإه ُ‬ ‫نُبلد ه ُ‬ ‫و هم ُ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫نُ‬ ‫اء ُ هذي ُالق ْسَِى ُ َوٍ ْى َهى ُ َع ه ُ‬ ‫ان ُ َو هإ ًْ َخ هُ‬ ‫للا ُ ًَأمسُ ُ هبال َع ْد ه ُى ُ َوْلا ْح َظ ه ُ‬ ‫إن ُ َُ‬ ‫للا‪ُ َّ ُ ،‬‬ ‫اد ُ ه‬ ‫هع َب َُ‬
‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ َ َ َّ‬ ‫َ ْ َ َ َْْ َ َ ْ‬
‫للا ُال َع هظ ْي َُم ُ ًَرل ْسل ُْمُ‬ ‫البغ هي‪ ٌَ ُ ،‬هعظن ُْم ُل َعلن ُْم ُجرلس ْو َ ُن‪ُ.‬فاذلسوا ُ ُ‬ ‫اء ُواْلىن هُس ُو‬ ‫الفحش هُ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬
‫للاُأل َبرُ‪.‬‬ ‫َول هرلسُُ ه ُ‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur,‬‬
‫‪Aswaja NU Center Mojokerto dan Dosen STAI Al-Azhar, Gresik‬‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai