Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at [1]

Allah Ada Tanpa Tempat

َ َ َ ً ََ ًَ َ ْ ُ ْ َْ ْ َْ َّ ُ
Khutbah I
ْ َُْ
ُ‫ك‬ُِ ُ‫ٌ ُالش‬ ُِ ‫غ‬َ
ُ ُ ‫نُِه‬
ُ ًُ ‫ ُ ُال‬،‫ن‬ٍُ ‫ك‬
ُ ‫ل ُ ُي‬ ُ ِ‫ل ُوُُأ ُب ُدا ُ ُب‬
ُ ‫ج ُْ ُِد ُ ُأ ُز‬
ُ ُْ ًُ ‫ ُ ُال‬،‫ان‬ َ
ِ ْ‫ن ُاْلك‬ ُِ ِْ ‫لل ُيم‬ ُِ ُ ‫احل َ ًْ ُُد‬
ََ َ َ َْ َ ََ ّ َ َُ ََ ُ َ َ ُ َ َ َ َْْ َ َ َْْ َ
ُ‫آل‬
ُِ ِ ُ ‫َع‬ ُ ‫ ُ ُو‬،‫ان‬ ُ ٍُ ‫غ ُد‬ ُ ُ‫ل‬ ُِ ‫ش ُِي ُِد ُ ُو‬
ُ ُ ‫مًُ ٍُد‬ ُ ُ ‫َع‬ُ ُ ‫ل ُم‬ ُ ُ‫ل ُة ُ ُوالص‬ ُ ُ‫ ُ ُوالص‬،‫ن‬ ُِ ‫ك‬ ُ ‫اْل ُر‬ ُ ‫ضا ُِء ُ ُو‬ ُ ‫غ‬ ُ ‫اْل‬
ُ ‫ُو‬
َ َ ْ َ َ َُ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َْ ْ ْ َ ْ ََ ْ َ َ
ُُ‫ل‬
ُ ُ‫ك‬ ُ ‫ش ُي‬
ُِ ُ ‫ل‬ ُ ُ ‫ح ُد ُه‬ُ ‫الل ُ ُو‬
ُ ُ ُ‫لإ ُُِإل‬ َ ُ ُ‫ل‬ ُ ُ ‫أن‬ ُ ُ ‫ش ُّ ُد‬ ُ ‫ ُ ُأ‬،‫ان‬
ٍُ ‫ص‬ َُ ‫ح‬ُ ‫ق ُ َُوُِإ‬ ٍُ ‫ص ُد‬ُ ِ ِ‫ٌ ُ ُث ُِب َُػ ُُّ ُْى ُ ُب‬
ُ ‫ح ُِب ُُِ ُ ُو ُي‬
ُ ‫ص‬ ُ ‫ُو‬
ُ ُُ ُ َ َ ُ ُ ً َُ َ َ ّ َ ْ َ َ ْ َ ُ َُْ
ُُُ ‫خ ُو ُق‬ُ ُ‫ن‬ ُ‫ك‬ ُ ُ ‫اّلي‬ ُِ ُ ‫لل‬ ُِ ‫ش ُْْ ُل ُا‬ ُ ُ‫مًُدا ُر‬ ُ ُ ‫ش ُِي ُد ٍُا‬ ُ ُ ُ‫ش َُّ ُُد ُأن‬ ُ ‫ ُ َُوُأ‬،‫ان‬ُِ ‫ٌ ُ َُوالزُ َُي‬ ُِ ْ‫اْل ُي‬
ُ ٌُ ُِ ‫غ‬ُ ُ ‫نُه‬ ُ ًُ ‫ُال‬
َ ُْ
ُ ،‫آن‬ ُ ‫ُاه ُق ُْر‬
َْ َ َ َْ ََْ ْ ُ ْ ُْ ّ َ ‫َ َُْ َ َ ْم‬
ُ‫ُاهقائِ ِن ُِِف‬،‫ان‬ ِ ًَ‫لل ُال‬ ِ ‫ُف ِإِن ُأو ِصيكى ُونف ِِس ُبِجقْىُا‬،ٌِ ‫ح‬ ُ ‫ُ ِغباد ُالر‬،‫أياُبػ ُد‬
ً َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ ً َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ْ ُ َ َ َ
َ
ْ َْ َ َّ ُ َ ْ ُْ َ
‫ام ازواجا‬ ِ ‫اطر السمو ِت والار ِض جعل لكم ِمن انف ِسكم ازواجا و ِمن الانع‬ ِ ‫ ف‬:‫آن‬ ِ ‫ِلجابِ ُُِاهقر‬
ُ ْ َ
ْ ُ
ْ َّ َ ُ َ ٌ ْ َ ْ َ َ َْ ْ ْ ُ ُ َ َْ
)11 :‫يذرؤكم ِفي ِه ليس ك ِمث ِله شيء وهو الس ِميع الب ِصير (الشورى‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini,
khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi
untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan
semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Khutbah pada siang hari ini mengambil tema “Allah Ada Tanpa
Tempat”.
Hadirin rahimakumullah,
Seperti yang kita tahu bahwa Allah ada tanpa membutuhkan kepada
tempat dan arah. Ia ada, tapi keberadaannya tidak di atas ‘arsy, tidak di
langit, tidak di atas, di bawah, di kanan, di kiri, di depan ataupun di
belakang. Ia ada tapi keberadaannya tidak dapat dibayangkan sama
sekali. Ia tidak bisa dan tidak boleh disamakan dengan apapun dan siapa
1
Oleh: al-Faqir Nur Rohmad, Katib Syuriyah MWCNU Dawarblandong, Mojokerto dan
Pengasuh Majelis Ta’lim NURUL FALAH, Mojokerto. Email: nurrohmad46@gmail.com

1
pun serta makhluk manapun. Karena memang Ia bukan makhluk. Ia
adalah Khaliq. Hakikat-Nya tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan
makhluk. Tidak ada yang mengetahui hakikat-Nya kecuali hanya Dia.
Keyakinan seperti ini telah disepakati oleh para ulama Ahlussunnah wal
Jama’ah, salaf maupun khalaf.
Salah satu yang dipropagandakan kaum Wahhabi mulai menjelang
datangnya bulan Rajab hingga bulan yang mulia ini berakhir adalah
tentang keberadaan Allah yang digambarkan sebagai dzat yang
membutuhkan tempat. Mereka mengaku-ngaku sebagai Salafi dan
pengikut ulama salaf padahal ulama salaf terbebas dari keyakinan
mereka yang menyimpang. Kaum Wahhabi mengajarkan keyakinan
bahwa Allah di atas ‘arsy. Terkadang mereka mengatakan Allah di langit.
Dan terkadang mereka mengatakan Allah di atas. Mereka juga
mempropagandakan bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj menunjukkan
bahwa Allah di atas. Mereka mengatakan, Nabi Muhammad
diperintahkan naik ke atas untuk sowan menghadap kepada Allah yang
berada di atas Sidratul Muntaha. Wal ‘Iyadzu billah ta’ala.
Sangat penting untuk disampaikan ke khalayak bahwa Allah tidak
membutuhkan kepada apapun, termasuk kepada tempat dan arah. Hal
ini harus terus disampaikan secara masif kepada umat. Jika kita
menganggap umat sudah tahu akan hal ini. Lalu kita berhenti
mensyiarkan keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat. Sedangkan kaum
Wahhabi terus menerus tanpa henti menyampaikan bahwa Allah
membutuhkan tempat, khatib khawatir ketidakbenaran yang
disampaikan terus menerus akan dianggap benar oleh publik. Ini yang
sangat berbahaya. Berikutnya, ini bisa menjadi pintu masuk untuk
mempropagandakan ajaran-ajaran mereka lebih lanjut, seperti
pengafiran pelaku tawassul, tabarruk, pembagian tauhid menjadi tiga
dan lain-lain.
Isra’ dan Mi’raj bukanlah dalil bahwa Allah di atas. Tidak ada satu
pun ulama Ahlussunnah yang berpendapat demikian. Maksud dan tujuan
dari Isra’ dan Mi’raj adalah memuliakan Nabi dan memperlihatkan kepada
beliau sebagian dari tanda-tanda kemahakuasaan Allah serta untuk
menerima perintah shalat di suatu tempat yang mulia di atas sana yang
tidak pernah dilakukan dosa dan maksiat di dalamnya. Mengenai
penjelasan terkait Isra’ dan Mi’raj ini in sya Allah disampaikan dalam
kesempatan lain secara lebih rinci.

2
Hadirin rahimakumullah,
Wajib kita yakini bahwa Allah ada tanpa membutuhkan kepada
tempat dan arah. Dalil atas keyakinan ini dari al Qur’an adalah surat asy
Syura ayat 11 dan ayat-ayat muhkamat lainnya yang berkaitan dengan hal
itu. Allah ta’ala menegaskan:
ٌ َ ْ َ ََْ
ْ
)11 :‫ليس ك ِمث ِله شيء (الشورى‬
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai segala sesuatu pun dari makhluk-
Nya” (QS asy Syura: 11)
Lafazh ka dan mitsl secara makna sama, yakni seperti. Keduanya
digabung dalam satu rangkaian untuk menguatkan makna bahwa Allah
sungguh-sungguh tidak seperti segala sesuatu. Secara harfiah, ayat itu
bermakna “Tidak ada yang seperti seperti Allah”. Jika yang seperti
seperti Allah saja tidak ada, apalagi yang seperti Allah. Jadi ayat ini
menegaskan bahwa Allah sama sekali tidak serupa dengan apapun dari
semua segi. Oleh karena itu, seandainya Allah bertempat, maka ia serupa
dengan makhluk-Nya yang bertempat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Sedangkan dalil dari hadits di antaranya adalah sabda baginda
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim:
ٌ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َْ َ ََْ ٌ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َ ََْ
)‫ش ُءُ(رواهُمصوى‬
ُ ُ‫ك‬ ُ ٍُ ‫سُ ُد ُو‬
ُ ‫ٌُ ُف ُو ُي‬
ُ ‫اط‬
ُِ ‫ال‬
ُ ُ‫ت‬
ُ ٍُ ‫ش ُءُ ُوُأ‬
ُ ُ‫ك‬
ُ ‫سُ ُف ُْ ُق‬
ُ ‫تُاهظُا ُِِ ُرُ ُف ُو ُي‬
ُ ٍُ ‫ُوُأ‬

Maknanya: “Ya Allah Engkaulah azh-Zhahir (segala sesuatu menunjukkan


akan ada-Nya) tidak ada sesuatu di atas-Mu, dan Engkaulah al-Bathin (Yang
tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah-Mu” (HR Muslim)

Al Hafizh al Baihaqi (w. 458 H) mengomentari hadits ini dalam kitab al


Asma’ wa ash Shifat dengan mengatakan: “Jika tidak ada sesuatu di atas-
Nya dan tidak ada sesuatu di bawah-Nya, maka Dia ada tanpa tempat.”

Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,


Ijma’ ulama Ahlussunnah wal Jama’ah juga menjadi rujukan dalam
hal ini. Di antara yang mengutip ijma’ bahwa Allah ada tanpa tempat
3
adalah Imam Abu Manshur al Baghdadi (w. 429 H) dalam kitab al Farq
baina al Firaq. Beliau mengatakan:
ٌ َ َ َْ َ َْ ََ ٌ َ َ ْ َْ َ ُ َ ََ ْ ُ َْ ََ
ُ‫ُزيان‬
ُ ُِ ‫وأْجػْاَُعُأٍُُلَُي ِْي ُُِيكنُولَُي ِريُغوي‬

“Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat menyatakan bahwa


sesungguhnya Allah tidak diliputi tempat dan tidak dilalui zaman.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika kita memahami sifat 20 yang wajib ‘aqli bagi Allah, maka kita
akan dengan mudah menyimpulkan bahwa Allah ada tanpa tempat dan
tanpa arah. Salah satu sifat 20 bagi Allah adalah Mukhalafatuhu lil
Hawadits: Allah berbeda dengan seluruh makhluk. Jika seluruh makhluk-
Nya menempati suatu tempat, berarti Allah yang tidak serupa dengan
makhluk pasti-lah tidak menempati suatu tempat. Dia ada tanpa tempat.
Begitu juga sifat Qiyamuhu bi Nafsihi: Allah tidak membutuhkan kepada
selain-Nya. Seandainya Allah menempati ‘arsy, langit atau arah atas,
maka artinya Dia membutuhkan kepada makhluk-Nya yang bernama
‘arsy, langit dan arah atas. Tentu ini mustahil.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Begitu pentingnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat,
sampai-sampai hal ini juga tidak luput dari perhatian para ulama
Nusantara. Tidak kurang dari Syekh Nawawi al Bantani, Kiai Shaleh Darat,
Mufti Betawi Sayyid Utsman, Rais Akbar NU Kiai Hasyim Asy’ari, Pendiri
PP Zainul Hasan Kiai Muhammad Hasan al Genggongi, Kiai Raden Asnawi
Kudus, Kiai Sirajuddin Abbas, Syekh Ihsan Jampes, Kiai Abul Fadhol
Senori Tuban dan masih banyak lagi yang lain, mereka menegaskan
secara eksplisit akidah “Allah ada tanpa tempat” dalam karya-karya
mereka.
Agar khutbah ini tidak terlalu panjang, dalam kesempatan yang
penuh kemuliaan ini, khatib hanya mengutip apa yang didawuhkan oleh
Pendiri NU, Rais Akbar NU dan Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng KH
Muhammad Hasyim Asy’ari yang menyatakan dalam mukadimah kitab at
Tanbihat al Wajibat liman Yashna’ al Maulid bi al Munkarat:

4
َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َ ُ ْ َُ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ََ
ُ‫ان‬
ِ ‫اْلّ ِة ُوالزي‬
ِ ‫ُاْلص ًِي ِة ُو‬
ِ ٌِ ‫ُشيك ُل ُالًَـزه ُغ‬
ِ ‫وأشّد ُأن ُل ُإُِل ُإِلُ ُالل ُوحده ُل‬
َ ْ
ُِ ‫َوال ًَك‬
‫ن‬

“Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan
Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia maha suci dari berbentuk
(berjisim), arah, zaman dan tempat.”
Dari paparan khutbah di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa
keyakinan “Allah ada tanpa tempat” adalah akidah yang benar dan
berlandaskan al Qur’an, hadits Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, kesepakatan umat di berbagai belahan dunia serta didukung
dan disebarluaskan oleh para ulama di bumi Indonesia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan
ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
ُ.‫ُإٍ ُُُُ ُِ َُُْاهْ َغ ُف ْْ ُُرُالر ِحيْ ُى‬،‫اشجَ ْغف ُر ْو ُه‬ ُ ََ ْ َ ُ َْ ْ ََ َ ‫َُُْ َْ ْ م‬
ْ َ‫ُف‬،‫ك ْى‬
ِ ِ ‫لُوه‬
ُ ِ ُ‫الل‬
ُ ُ‫لُ ُِذاُوأشجغ ِف ُر‬
ُ ِ ْ‫أقْ ُلُق‬

5
‫‪Khutbah II‬‬
‫ُْ ْ َ َ َ ََ‬ ‫َ َ َ َُ َ ّْ َُ َ ّ ُ ََ َ ّ َ َُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬
‫آلُ‬
‫َع ُ ِ ُِ‬ ‫َع ُش ِي ِدٍا ُمً ٍُد ُالًصطَف‪ُ ،‬و ُ‬ ‫ل ُوأش ِو ُى ُ ُ‬ ‫لل ُوكَف‪ُ ،‬وأص ِ ُ‬ ‫احلً ُد ُ ُِ‬
‫َ ََّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َُ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ََ ْ َ َ ْ َْ َ ْ َ ُ ْ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ك ُل‪ُ ،‬وأشّ ُد ُأنُ ُش ِيدٍاُ‬ ‫شي ُ‬ ‫لُ ِ‬ ‫الل ُوحد ُه ُ ُ‬ ‫لإ ُإِلُ ُ ُ‬ ‫ن ُلُ ُ ُ‬ ‫ن ُالْفا‪ُ.‬أشّ ُد ُأ ُ‬ ‫وأصحابِ ُُِ ُ ُأِ ُِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َُ‬
‫ل‪.‬‬‫مً ًداُعبْ ُد ُُهُ َو َر ُش ْْ ُُ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ ْ ُ َ َ َ ُّ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ُ‬
‫ل ُاهػ ِظي ُِىُ‬ ‫لل ُاهػ ِ ُِّ‬ ‫ِس ُبِجقْى ُا ُِ‬ ‫ْ‬
‫ُأيا ُبػد‪ُ ،‬فيا ُأيّا ُالًص ِوًْن‪ُ ،‬أو ِصيك ُى ُونف ِ ُ‬ ‫ُ‬
‫ْ‬ ‫ََ َ ّ ْ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َََُ ْ َْ َ ْ َََُ‬ ‫َ َُْْ َ‬
‫َع ٍُ ِب ِي ُُِ ُاهم ِري ُِىُ‬ ‫الل ُأمرك ُى ُبِأم ٍُر ُغ ِظي ٍى‪ُ ،‬أمرك ُى ُبِالصل ُِة ُوالصلمُِ ُ ُ‬ ‫ُواغوًْا ُأنُ ُ ُ‬
‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬
‫ب‪ُ،‬يَاُأ ُّي َ‬ ‫َ َ ُ ُ َ ُّ َ َ َ‬ ‫َ َََ‬ ‫ََ َ‬
‫آيَُْاُ َصوْاُ َغويْ ُُُِ َو َش ِو ًُْاُ‬ ‫يٌُ َ‬ ‫اّل َُ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬
‫ِِ‬ ‫انل‬ ‫ُ‬‫ُ‬
‫َع‬ ‫ُ‬‫ُ‬
‫ْن‬ ‫و‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ُ‬‫ُ‬
‫ُ‬ ‫ج‬ ‫ك‬ ‫ِ‬ ‫ئ‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫الل‬ ‫ُ‬‫ن‬
‫ُ‬ ‫إ‬
‫فق ِ‬
‫‪ُ:‬‬ ‫ُ‬
‫ال‬
‫َ‬ ‫َ َ َ ْ َ َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َْ ً َ ُ َ ّ َ‬
‫َع ُ َش ِّي ِدٍاُ‬ ‫تُ َ ُ‬ ‫آل ُ َش ِيّ ِدٍا ُمً ٍُد ُلًا ُصوي ُ‬ ‫َع ُ ُِ‬ ‫َع ُ َش ِّي ِدٍا ُمً ٍُد ُ َو َ ُ‬ ‫نُ َ ُ‬ ‫تص ِويًا‪ُ ،‬الوُّىُ ُص ُِ‬
‫َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َ ّ َ َْ َْ ََ ْ َ‬ ‫َْ َْ َ ََ‬
‫آل ُ َش ِيّ ِدٍا ُمً ٍُد ُلًاُ‬
‫َ‬ ‫َع ُ ُِ‬ ‫َع ُ َش ِّي ِدٍا ُمً ٍُد ُ َو َ ُ‬ ‫كُ َ ُ‬ ‫ار ُ‬
‫ِ‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ى‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬‫إ‬
‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫ٍ‬ ‫د‬‫ِ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ش‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫آل‬‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫َع‬ ‫إِبرا ِِي ُى ُو‬
‫َ ّ َ َْ َْ ْ َْ َ َْ َ َ ٌْ َ ٌ‬ ‫َ َْ َ ََ َ ّ َ َْ َْ َ ََ‬
‫َميْ ُد‪ُ.‬‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫د‬ ‫ي‬ ‫ح‬‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ٍ‬ ‫إ‬ ‫ُ‬
‫ِ ِ‬ ‫ُ‬
‫ي‬ ‫ً‬ ‫ال‬ ‫ػ‬ ‫اه‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ِف‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫‪،‬‬ ‫ى‬ ‫ي‬‫ِ‬‫ِ‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫إ‬ ‫ُ‬
‫ِ ِ ِ‬ ‫ا‬ ‫ٍ‬ ‫د‬
‫ِ‬ ‫ي‬‫ش‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫آل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫َع‬ ‫ش ِي ِدٍا ُ ِإبرا ِِي ُى ُو‬ ‫َع ُ ُ‬ ‫تُ ُ‬ ‫بارك ُ‬
‫َ‬ ‫ُْ ْ َ َْْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ُْ ْ َْ َ ُْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُ ْ ْ ُْ ْ َْ َ ْ‬
‫ات‪ُ،‬‬ ‫اتُاْلحيا ُِءُ ِيَّ ُىُواْلمْ ِ‬ ‫يُوالًؤ ِيَ ِ ُ‬ ‫اتُوالًؤ ِي َِ ُ‬ ‫يُوالًص ِوً ِ ُ‬ ‫الوُّىُُاغ ِف ُرُلِوًص ِو ًِ ُ‬
‫ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُّ َ‬ ‫َْ َ‬
‫فُ‬‫الصيُ ْْ ُ‬ ‫غ ُو‬ ‫اء ُوالًَم ُر ُوال ُ‬ ‫اء ُواهفحش ُ‬ ‫امهلل ُادف ُْع ُعَا ُالل ُء ُواهغل ُء ُوالْب ُ‬
‫ُْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ َ َ َ ْ ََ َ َ َ َ ً‬
‫ٌُ‬‫َلٍا ُِذا ُخاص ُة ُ َو ِي ُْ‬ ‫ٌ ُب ِ‬ ‫الًخج ِوف ُة ُوالشدائِ ُد ُوال ًِحٌ‪ُ ،‬يا ُظّ ُر ُ ِيَّا ُويا ُبطٌ‪ِ ُ ،‬ي ُ‬
‫ُْ ْ َْ َ ً َ ََ ُّ َ ْ َ‬ ‫ْ‬
‫ش ٍُءُق ِديْ ٌُر ُ‬ ‫كُ‬‫َعُ ُِ‬ ‫كُ ُ‬ ‫يَُعية‪ِ ُ،‬إٍ ُ‬ ‫انُالًص ِو ًِ ُ‬ ‫بُ ََل ُِ‬
‫َ‬ ‫ُْ ْ َ َْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َُْ ُ َْ ْ َ ْ ْ‬ ‫َ‬
‫ٌُ‬‫ه ُغ ُِ‬ ‫ب ُويَ ُ‬ ‫ان ُو ِإيجا ُِء ُ ِذي ُاهقر ُ‬ ‫َ‬
‫الل ُيأم ُر ُبِاهػد ُِل ُواْلحص ُِ‬ ‫لل‪ُ ،‬إنُ ُ ُ‬ ‫اد ُا ِ‬ ‫ِغبَ ُ‬
‫َ ْ‬ ‫َ ُْ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ََ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ ُ‬ ‫َ ْ َ‬
‫الل ُاه َػ ِظيْ َُىُ‬ ‫ن‪ُ .‬فاذل ُروا ُ ُ‬ ‫غ‪ُ ،‬ي ِػظك ُى ُهػوك ُى ُثذلرو ُ‬ ‫ال‬ ‫و‬
‫َ ْ ِ َ ْ ِ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ر‬ ‫م‬ ‫َ‬‫ً‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ء‬‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ش‬ ‫اهفح‬
‫للُأك َ ُُ‬ ‫َْ ُ ُ ْ‬
‫ب‪ُ .‬‬ ‫ّلل ُُرُا ُِ‬ ‫يذل ْرك ُىُ َو ِ‬

‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur‬‬
‫‪dan Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto‬‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai