Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Idul Adha

KURBAN DAN SOLIDARITAS KITA DI MASA PANDEMI


Oleh: Nur Rohmad,1
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur,
tinggal di Dawarblandong Mojokerto

ْ َ َ َُْ َ ُ َُْ َ َُ َ َُ َ ََ َ ْ َ ُ
Khutbah I
ُ ْ َ ُ َ
ُ .‫ّللُاْلٍ ُد‬ ُِ ِ ‫بُو‬ ُ ‫اللُ ُأ ُك‬
ُ ُ،‫اّللُأكب‬ ُ ‫اّللُو‬ ُ ُ‫ل‬ ُ ِ‫لُإ‬ُ ‫لُ ِإ‬
ُ ُ،)9x(ُ‫ب‬ ُ ‫اللُأك‬ ُ
ُ ‫ْح ُد ُُه ُ ُشتْ َداَُ ُُّ ُال ْ َٔاخ ُُد ُاىْ َػزيْ ُُز ُاىْ َغ َف‬ َ
َ ْ ‫ ُأ‬،‫ار‬
ُ َ‫ـخخ‬ ْ ََ ُ ََ َ ُُ ْ َ ْ َ ْ
ُ ٍْ َ ‫اْل‬
ُ،‫ار‬ ِ ِ ‫ي‬ ‫و‬ ُ ُ
‫اء‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ُ ‫ا‬ ٌ ُ ُ
‫ق‬ ‫ي‬‫ـخ‬ ‫ي‬ ُ ُ
‫ي‬ ‫اَّل‬
ِ ِ ُ ُ
‫لل‬ ُ ُ
‫د‬
ُُ‫ام‬ َ ُ ُْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً ََُ َ َ ّ َ َ ُ َ ْ َ َُ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ََ
ُ ٌ‫ل ُ ِإ‬ ُ ُٔ ‫ن ُش ِيدُا ُُمٍدا ُعتد ُه ُورش‬ ُ ‫ ُوأشٓ ُد ُأ‬،‫م ُل‬ ُ ‫َشي‬ ِ ُ‫ل‬ ُ ُ ‫الل ُوخد ُه‬ ُ ُ‫ل‬ ُ ‫لإ ُ ِإ‬
ُ ُ‫ل‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫وأشٓ ُد ُأ‬
ًَ َ ً َ َ ْ َ َ ََ َ ََُ َ ّ َ ََ ْ ّ َ َ ّ َ ْ َْ َُ ْ ُ َ َْ َُْ
ُ‫ل ُة ُ ُدا ُئِ ٍُ ُث‬
ُ ‫ص‬ ُ ُ ،ُِّ ‫د ُِت‬
ُ ‫ص‬ ُ ‫ل ُ ُو‬ُِ ِ ‫َع ُآ‬ ُ ‫ ُ ُو‬،‫ُم ٍُ ٍُد‬ ُ ُ ‫ش ُِي ُِدُا‬ ُ ُ ‫َع‬
ُ ُ ًُ ‫و ُوش ِي‬ ُِ ‫ ُامهلل ُص‬،‫ار‬ َ
ِ ‫ي ُوكدو ُة ُاْلةر‬ ُ ‫الٍخ ِل‬
ُ َ َ َ ََ َ
ُ ُ.‫ار‬ُُ َُٓ ‫ال‬َُ ‫وُ َُو‬ ُ ْ‫الي ُي‬
ُ ُ‫ب‬ ُ ‫اك‬ ُ ‫ٌُاُ ُت ُػ‬
َ ُْ َْ َ َ َ َ َ َ َْ ْ ََْ ْ ُ ْ ُْ َ ْ ْ ََْ ََ ُ َْ ََ
ًُُِ ‫فُُمك‬ ُ ِ ُ‫و‬
ُِ ِ‫وُاىلائ‬ ُ‫ج‬ ُ ‫غ ُزُ ُو‬ ُ ُ‫لل‬ ُِ ‫سُ ُةِ ُخ ُل ُٔىُا‬ ُ ِ ‫ك ًُُ ُو ُن ُف‬ُ ‫ص ُي‬ُ ِ ‫لمُُِ ُأ ُو‬
ُ ‫ش‬ ُ ‫ال‬
ُِ ُ‫خ ُٔ ُة‬ ُ ‫ُ ُػ ُياُُِإ‬،‫ُأ ٌُاُ ُب ُػ ُد‬
َ َ َ َ َ َْْ َ َ َ َ َ ََْ َ ْ َ َْ َ ْ َ َ
ُ‫مُ ُْ َُُٔ ْاْل ْب ُخَـ ُر‬ ُ ‫نُشاُِئ‬ ُ ‫ُ ِإ‬،‫مُواْن ُر‬ ُ ‫ُفصوُُلِرب‬،‫اكُاىهٔث ُر‬ ُ ِ‫ُ ِإُاُأعطي‬/ُِّ ِ‫ِنخَاة‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Mengawali khutbhah id pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, khatib
berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam
keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara
melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Hari raya sejatinya adalah hari yang dirayakan setelah seorang hamba
melakukan berbagai ketaatan dan penghambaan kepada Allah ta’ala. Idul Fitri
sejatinya adalah bagi mereka yang telah sungguh-sungguh melaksanakan
ibadah puasa dan berbagai ibadah di bulan Ramadlan. Dan Idul Adha sejatinya
adalah bagi mereka yang telah menjalankan rukun haji yang paling utama, yaitu

1
Penulis dapat dihubungi melalui email: nurrohmad46@gmail.com

1
wukuf di Arafah, atau bagi mereka yang telah sungguh-sungguh melakukan
ketaatan dan ibadah pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.
Merekalah yang sejatinya berhari raya. Sedangkan orang-orang yang tidak
mendahului dua hari raya dengan berbagai ketaatan dan ibadah, lalu apa yang
mereka rayakan?
Hadirin jama’ah shalat idul adha rahimakumullah,
Hari raya sejatinya bukanlah hari kegembiraan bagi sebagian orang. Pada
hari raya, semestinya yang berbahagia bukanlah orang-orang tertentu.
Seharusnya kita semua bergembira. Seharusnya kita semua berbahagia. Karena
hari raya sejatinya adalah hari raya seluruh umat. Hari raya adalah kegembiraan
umat Islam di seluruh dunia. Hari raya adalah kegembiraan bersama.
Zakat fitrah yang mengiringi idul fitri dan kurban yang mengiringi idul adha
adalah bukti bahwa Islam menggariskan agar hari raya melahirkan kegembiraan
bersama. Orang yang mampu berzakat fitrah, maka ia berikan zakatnya kepada
orang-orang yang fakir dan miskin. Orang yang mampu berkurban, maka ia
bagikan daging hewan kurban kepada orang-orang yang tidak mampu, yang
sebagian dari mereka mungkin hanya merasakan daging setahun sekali.
Dengan itu, kegembiraan akan merata. Kegembiraan akan dirasakan oleh
sebanyak-banyaknya umat Islam.
Dari titik ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa memenuhi
kebutuhan orang-orang yang membutuhkan dan menggembirakan mereka
dengan zakat dan daging kurban adalah sesuatu yang semestinya selalu
mengiringi setiap momen hari raya. Hakikat hari raya adalah kegembiraan
bersama, kasih sayang, empati dan berbagi kepada sesama.
Hadirin rahimakumullah,
Sebagai upaya untuk menjadikan hari raya sebagai kegembiraan bersama,
kita seyogyanya menyambut hari raya dengan mempersiapkan diri kita untuk
berbagi dengan yang lain. Menjelang hari raya, kita persiapkan diri kita untuk
membantu sesama, meringankan beban saudara-saudara kita yang
membutuhkan dan menghilangkan kesedihan mereka dengan
menyumbangkan sebagian harta kita. Jika tidak mampu, maka dengan ucapan-
ucapan yang indah yang dapat menghibur hati mereka, dengan sapaan dan
senyuman tulus kepada mereka serta lantunan doa untuk kebaikan mereka.
Ketika kita berkumpul bersama ayah-ibu kita, bersama anak-anak kita,
teman-teman kita dan orang-orang yang kita cintai dalam rangka makan
2
bersama pada momen hari raya, ingatlah bahwa di sana masih banyak anak-
anak yatim yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka. Di
sana ada janda-janda yang bekerja membanting tulang mencari nafkah untuk
menghidupi anak-anak mereka. Ingatlah bahwa di berbagai tempat banyak
orang yang kehilangan pekerjaan pada musim pandemi ini. Di berbagai daerah
banyak orang kesulitan mencari nafkah akibat covid-19 yang terus mewabah.
Paling tidak, kita lantunkan doa untuk mereka pada hari yang penuh
keberkahan ini. Pada hari yang semestinya semua orang bergembira, mereka
menahan kesedihan, merasakan perihnya kehidupan dan menanggung beban
hidup yang serba kesulitan. Kita selipkan doa untuk mereka di tengah
kegemberiaan kita.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kita hadirkan dalam hati bahwa pada saat kita membantu orang-orang
yang membutuhkan atau mendoakan mereka, pada hakikatnya kita sedang
berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kita renungkan dan kita hadirkan dalam
hati kandungan makna dari ayat-ayat berikut ini:
ْ ُ َُْ ْ ُْ َ ْ َ ْ ُْ َ ْ َ ْ
)7ُ/‫نُأخصنخ ًُُأخصنخ ًُُ ِْلنف ِصك ًُُ(شٔرةُالرساء‬ُ ‫ِإ‬
Maknanya: “Jika kalian berbuat baik, sejatinya kalian telah berbuat baik bagi
diri kalian sendiri” (QS al-Isra’: 7)
ْ َ ْ ُ ُْ ََ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ُْ ََ ْ ُ َُْ َ َْ ْ ُ ُْ
ُ‫ي‬
ٍُ ‫َ ُخ‬
ُ ٌِ ُ ‫لل ُوٌا ُتِ ِفلٔا‬
ُِ ‫اء ُوج ُِّ ُا‬
ُ ‫ل ُاة ِخغ‬
ُ ‫ٔن ُ ِإ‬
ُ ‫ي ُف ِِلنف ِصك ًُ ُوٌا ُتِ ِفل‬
ٍُ ‫َ ُخ‬ ُ ٌِ ُ ‫َو ٌَا ُتِ ِفلٔا‬
َ َُ ْ ُ َ ْ ََُْ ْ ُ َْ َ َُ
)272ُ/‫ٔنُ)شٔرةُابللرة‬ ُ ٍ‫لُتظي‬ ُ ًُُ ‫فُإَِلك ًُُوأن ُخ‬ ُ ٔ‫ي‬
Maknanya: “Dan apa pun harta yang kalian infakkan di jalan Allah, maka
pahalanya itu untuk diri kalian sendiri. Dan janganlah kalian berinfak melainkan
karena mencari ridha Allah. Dan apa pun harta yang kalian infakkan, niscaya
kalian akan diberi pahala secara penuh dan kalian sedikit pun tidak akan
dirugikan” (QS al-Baqarah: 272)
Hadirkan juga dalam hati apa yang disabdakan Baginda Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam:

3
َ َ ْ َْ َُ ْ ًَْ ُ َُْ ُ َ َ َ َ ْ ُّ َ ُ ْ ًَُْ ُْ ْ َ َ ََ ْ َ
ُ،‫ب ُئمِ ُاى ِلياٌ ِث‬
ُ ِ ‫ُنفس ُالل ُعِّ ُنربث ُ ٌَِ ُنر‬،‫ُمؤ ٌِ ٍَ ُنر ُبث ُ ٌَِ ُنر ِب ُادلنيا‬ َ‫ٌَ ُنفس ُع‬
ُ ‫َت ُه‬َ َ ‫ُش‬ ُ ‫َت‬
َ ،‫ُم ْصي ًٍا‬ َ َ ‫ُش‬
َ َْ ٌَ ‫ُو‬
َ َ ْ َ َ ْ ُّ ْ‫ُغيَي‬َ ‫ُالل‬
ُ ‫َّس‬
َ َ َ ‫ ُي‬،‫ٌُ ْػَّس‬ ََ َ ََ ْ َ َ
ُ ‫َُع‬
ُ‫ُالل ُِف‬ ِ ، ‫ة‬
ِ ‫ر‬ ‫خ‬
ِ ُ
‫ال‬ ‫ُو‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ُادل‬ ‫ُف‬
ِ ّ
ِ ٍ ِ ‫وٌَ ُُيَّس‬
َ َْ ُ ْ َ ْ َ َ َ َْْ َْ ُ ْ َ َ ْ ُّ
)ً‫ُغٔ ِنُاىػت ِدٌُاَُكنُاىػتد ُِفُغٔ ِنُأ ِخي ُِّ(رواهُمصي‬ َ َ
ُ ‫ُوالل ُِف‬،‫ادلنياُوال ِخر ِة‬
Maknanya: “Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari kesulitan dunia,
maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat.
Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang dalam kesulitan, maka
Allah akan memberikan baginya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa
menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat. Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut
menolong saudaranya sesama muslim” (HR Muslim).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kepada mereka yang terdampak covid-19 atau mengalami masa-masa sulit
dalam hidupnya yang disebabkan berbagai masalah, kita katakan bahwa
musibah yang menimpa kalian tidak sebanding dengan apa yang menimpa Nabi
Ibrahim dan Nabi Isma’il beserta keluarga mereka.
Hadirin rahimakumullah,
Dalam penantian yang sangat lama hingga mencapai puncak usia 86
tahun, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam baru dikaruniai seorang anak yang kemudian
diberi nama Isma’il. Setelah belahan jiwanya itu tumbuh dewasa menjadi
seorang remaja, Allah memerintahkan kepada Baginda Nabi Ibrahim agar
menyembelih putra yang sangat dicintai dan dinanti-nanti itu.
Apa sikap Nabi Ibrahim dan Isma’il menerima perintah itu?. Dengan
ketundukan yang total kepada Allah, Ibrahim bersegera menjalankan perintah
itu tanpa ada keraguan sedikit pun. Sang putra juga menyambut perintah itu
dengan kepasrahan yang total tanpa ada protes sepatah kata pun.
Subhanallah!. Sebuah potret keluarga shalih yang lebih mengutamakan
perintah Allah dibandingkan dengan apa pun selainnya. Ayah dan anak saling
menolong dan menyemangati untuk melaksanakan perintah Allah. Dialog indah
antara keduanya terekam dalam al-Qur’an sebagaimana diceritakan oleh Allah:
َ َ َ َ ْ ُْ َ َ َُ ْ َ َ َ َْ َ َ
َ ُ َ‫ُكَ َالُي‬.....
َ ‫اُب‬
)202ُ/‫ىُفُالٍِامِ ُأِّنُأذَبمُفانظرٌُاذاُحرىُ(شٔرةُالصافات‬
ِ ‫ر‬ ‫ُأ‬‫ِّن‬ ‫إ‬
ِ ُ‫َن‬

4
Maknanya: “..... Ibrahim berkata: “Duhai putraku, sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?”ُ
(QS ash-Shaffat: 102)
Sebagaimana kita tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Sedangkan
perkataan Nabi Ibrahim kepada putranya, “Maka pikirkanlah apa
pendapatmu?,” bukanlah permintaan pendapat kepada putranya apakah
perintah Allah itu akan dijalankan ataukah tidak, juga bukanlah sebuah keragu-
raguan. Nabi Ibrahim hanya ingin mengetahui kemantapan hati putranya dalam
menerima perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi Isma’il menjawab
dengan jawaban yang menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allah jauh
melebihi kecintaannya kepada jiwa dan dirinya sendiri:
َ َ َ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ُْ َ َْْ َ َ َ َ َ
ُ
)202ُ/‫كالُياُأة ِجُاػػوٌُاُحؤم ُرُشخ ِجد ِِّنُ ِإنُشاءُاّللُ ٌَُِالصاةِ ِريَُ(شٔرةُالصافات‬
Maknanya: “Isma’il menjawab: “Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar” (QS ash-Shaffat: 102)
Jawaban Isma’il yang disertai “In sya Allah” menunjukkan keyakinan
sepenuh hati dalam dirinya bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak
Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak
dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demi mendengar jawaban dari sang putra tercinta, Nabi Ibrahim lantas
menciumnya dengan penuh kasih sayang sembari menangis terharu dan
mengatakan kepada Isma’il:
َ َْ ََ ََ ُ َ َ َْ ُ ْ َْ َ ْ
ُِ ‫َنَُعُأم ِر‬
‫ُاّلل‬ ُ ‫اُب‬
ُ ‫ُِػًُاىػٔنُأُجُي‬
“Engkaulah sebaik-baik penolong bagiku untuk menjalankan perintah Allah,
duhai putraku”
Nabi Ibrahim kemudian mulai menggerakkan pisau di atas leher Isma’il.
Akan tetapi pisau itu sedikit pun tidak dapat melukai leher isma’il. Hal ini
dikarenakan pencipta segala sesuatu adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Pisau
hanyalah sebab terpotongnya sesuatu. Sedangkan pencipta terpotongnya
sesuatu dan pencipta segala sesuatu tiada lain adalah Allah ta’ala. Sebab tidak

5
dapat menciptakan akibat. Baik sebab maupun akibat, keduanya adalah ciptaan
Allah subhanahu wa ta’ala.
Hadirin yang berbahagia,
Berkat takwa, sabar dan tawakal serta ketundukan total yang ditunjukkan
oleh Nabi Ibrahim dan Isma’il, Allah kemudian memberikan jalan keluar dan
mengganti Isma’il dengan seekor domba jantan yang besar dan berwarna putih
yang dibawa malaikat Jibril dari surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
َ ‫)ُوفَ َد ْيَِ ُاهُةذةْح‬
)207-201ُ/‫)ُ(شٔرةُالصافات‬207(ًٍُ ‫ُغ ِظي‬ ٍ ِِ َ 201(ُ‫ي‬ َ ْ َٔ ُٓ َ ‫ُْ َذاُل‬
ُ ‫ُابل َل ُءُال ْ ٍُت‬ َ َ
‫ِإن‬
ِ
Maknanya: “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami
tebus Isma’il dengan seekor sembelihan yang agung” (QS ash-Shaffat: 106-107)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mari kita renungkan bersama, hadirin sekalian. Di tengah pandemi covid-19
dan berbagai problem hidup, marilah kita meneladani apa yang diteladankan
oleh Nabi Ibrahim dan Isma’il ketika diuji oleh Allah dengan ujian yang sangat
berat tersebut.
Berkat ketakwaan, sikap sabar, tawakal, keteguhan hati dalam
menjalankan perintah Allah dan ketundukan yang total kepada-Nya, Nabi
Ibrahim dan Isma’il pada akhirnya mendapatkan jalan keluar dan pertolongan
dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Kita harus yakin bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan, jika kita
bersabar. Kita harus yakin bahwa di setiap musibah pasti ada hikmah, jika kita
bertawakal. Kita harus yakin bahwa di setiap masalah, pasti akan kita temukan
jalan keluar, jika kita bertakwa. Dan kita yakin bahwa di setiap kesusahan pasti
ada kebahagiaan, jika kita tunduk total kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menghindarkan negara kita secara
khusus dan seluruh negeri umat Islam secara umum dari segala bala’, musibah,
wabah, melambungnya harga, kemungkaran, keburukan, kekejian, berbagai
kesulitan dan kesusahan. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
ُ َُ ُْ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ََ َ ْ َْ َُُْ
َ ‫ُْ َُٔاىْ َغ ُف ْٔ ُر‬
ُ.ًْ‫ُالر ِخي‬ ُّ‫ُ ِإ‬،‫ُفاشخغ ِفروه‬،ً‫أكٔلُكٔ ِِلُُْذاُوأشخغ ِفرُالل ُِِلُوىك‬

6
‫ّللُاْل َ ٍْ ُد‪ُ.‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ َ َُ َ َُ َ ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َُ َ ْ‬
‫بُو ِ ُِ‬ ‫َ‬ ‫اللُ ُأ ُك ُ‬ ‫اّللُأكب‪ُ ُ،‬‬ ‫اّللُو ُ‬ ‫لُ ُ‬ ‫لُ ِإ ُ‬ ‫لُ ِإ ُ‬ ‫ب (‪ُ )7x‬‬ ‫اّللُأك ُ‬
‫َ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ُ َ َ َ ُ ََ َُ‬ ‫لل ُال ْ َ‬ ‫ْ ُ‬
‫لُ‬‫َع ُآ ِ ُِ‬ ‫ن‪َُ ُ ،‬و َ ُ‬ ‫دل ُ َغ ُدُا ُ‬ ‫ش ِيّ ُِد ُ َُو ُِ‬ ‫ُم ٍَ ٍُد ُ َُ‬ ‫َع ُ ُ‬ ‫ل ُم ُ ُ‬ ‫الص ُ‬ ‫ل ُة ُ ُو ُ‬ ‫الص ُ‬ ‫ان‪ُ ُ ،‬و ُ‬ ‫ِ‬
‫ادليَ‬
‫مُ َ‬ ‫ُ‬ ‫اْلٍَ ُد ُ ُِ ِ ِ‬
‫ي‬ ‫ٍ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َُ ْ‬ ‫ََ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ‬ ‫الز َ‬
‫َع ُ َم ُّر ُ َ‬ ‫َ َ ْ ََ ْ ََ‬
‫َُ‬‫ل ُالٍِـزُه ُغ ُِ‬ ‫مُ ُ‬ ‫َشي ُ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ه‬ ‫د‬ ‫خ‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫الل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ل‬ ‫إ‬
‫ِ ِ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ل‬ ‫إ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ن‬ ‫أ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫د‬ ‫ٓ‬ ‫ش‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ُ‬ ‫‪،‬‬ ‫ُ‬
‫ان‬
‫ِ‬ ‫ُ‬
‫ٌ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫د ُِت ُِّ ُ ُو ُح ُاةِ ُِػ ُي ُِّ ُ‬ ‫ص ُ‬ ‫ُو ُ‬
‫َ ْ َ ُ َ َ ّ َ َ ََُ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ُُْ َ ْ َ َ ُ َُ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َْ َ‬
‫نُخيل ُُّ‬ ‫يَُك ُ‬ ‫اَّل ُ‬ ‫لُ ِ‬ ‫ن ُش ِيدُاُُمٍداُعتد ُهُ ُو ُرشٔ ُ‬ ‫ن‪ُ،‬وأشٓ ُدُأ ُ‬ ‫انُوالٍَك ُِ‬ ‫اْلٓ ُِثُوالزٌ ُِ‬ ‫اْلص ٍِي ُِثُو ِ‬ ‫ِ‬
‫ُْ ُ‬
‫آن‪ُ .‬‬ ‫اىل ْر ُ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫َ ََ َ ََ َ َُ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫ََ َ ْ ُ َُْ ْ ُ ْ َ َ ْ‬
‫ُالل ُتػاَل ُِف ُْذا ُاَلٔمِ ُ‬ ‫ُاّلل ُغز ُوجو ُواتلٔا ُ‬ ‫ُأ ٌُا ُُب ُػ ُد‪ُ ،‬فأ ُو ِص ُيكً ُونف ِس ُةِخلٔى ِ‬
‫ْ‬ ‫َ َُ ْ َ َ َ َ َ ََ َ ّ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َُْْ ََ َ َََُ ْ َْ‬ ‫اىْ َ‬
‫َع ُُ ِب ِي ُِّ ُاىه ِري ًُُِ‬ ‫الل ُأمرك ًُ ُةِأم ٍُر ُغ ِظي ًٍ‪ُ ،‬أمرك ًُ ُةِالصل ُِة ُوالصلمُِ ُ ُ‬ ‫نُ ُ‬ ‫يً‪ُ ،‬واغئٍا ُأ ُ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ظ‬ ‫ػ‬
‫ُصيُّ ْٔا َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ُ ُ َ ُّ َ َ َ‬ ‫ََ َ َ ََ َ َ َ‬
‫ُو َشي ٍُٔاُ‬ ‫ُغيَيْ ِّ َ‬ ‫ُآٌ ُِ ْٔا َ‬ ‫يَ َ‬ ‫ُاَّل َ‬
‫ب‪ُ ،‬يا ُأيٓا ِ‬
‫ُال ّ َ ُّ َ‬ ‫َُع َ‬ ‫ٔن‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ُي‬ ‫ّ‬ ‫خ‬ ‫ك‬ ‫ِ‬ ‫ئ‬ ‫ل‬ ‫ن ُاّلل ُوم‬ ‫ال‪ِ ُ /‬إ ُ‬ ‫ػل ُ‬
‫ِِ‬
‫َ ّ َْ َ ْ َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َُ َ َ ّ َ َ ّ ْ ََ ْ ََ َ ّ َ ََ َّ ََُ َ ََ‬ ‫ت َ ْصي ً‬
‫ارضُ‬ ‫ي‪ُ،‬و‬ ‫ُو َصد ِت ُِّ اىط ِي ِب ُ‬ ‫ُآل‬
‫ِِ‬ ‫َع‬ ‫اركَُعُش ِي ِدُاُوُ ِب ِيِاُُم ٍُ ٍدُو‬ ‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ُو‬ ‫ً‬ ‫ي‬
‫ِ‬ ‫ش‬ ‫ُو‬ ‫و‬ ‫ِ‬ ‫ُص‬ ‫ً‬ ‫ٓ‬ ‫الي‬ ‫ا‪،‬‬ ‫يٍ‬ ‫ِ‬
‫ُو َع َْ َ‬ ‫َ ْ َ ُ ََ َ َُْ َ‬ ‫َ‬ ‫ُاْلُيَ َفا ِء َ‬ ‫ْ‬ ‫اليَ ُٓ ًَ َ‬
‫ُالص َداةَ ِثُ‬ ‫ُشائر َ‬
‫ِِ‬ ‫لَع‪َ ،‬‬ ‫ُو َ ٍّ‬ ‫ان َ‬ ‫ٍ‬ ‫ث‬‫ع‬ ‫ُو‬ ‫ر‬ ‫ٍ‬ ‫ع‬ ‫ُو‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ُة‬ ‫ِب‬ ‫ُأ‬ ‫‪،‬‬ ‫يَ‬ ‫ُالراش ِد َ‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ُغ‬
‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اْلي‪ُ ُ،‬‬ ‫الص َ‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫ُْ ْ َ َْْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫ُوال ْ ٍُ ْؤٌ َ‬ ‫َ‬ ‫‪ُ،‬وال ْ ٍُ ْؤٌِ َ‬ ‫َ‬ ‫ُوال ْ ٍُ ْصي َ‬ ‫َ‬ ‫ُاغف ْرُليْ ٍُ ْصيٍ َ‬ ‫َُ َ ْ‬
‫ات‪ُ،‬‬ ‫ِ‬ ‫ٔ‬ ‫م‬ ‫اْل‬ ‫ُو‬ ‫ً‬ ‫ٓ‬ ‫ِ‬ ‫ٌ‬‫ِ‬ ‫ُِ‬
‫ء‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫خ‬ ‫‪ُ،‬اْل‬ ‫ات‬‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ات‬ ‫ِ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ي‬ ‫ِِ‬ ‫اليًٓ ِ ِ‬
‫ََ َ َ َ َ ًَ ََ َ ًُ َ َ َ ًَ‬ ‫َُ َ ْ َْ‬ ‫يب ُ ُ َ َ َ‬ ‫يع ُكَر ٌ‬ ‫ُشٍ ٌ‬ ‫م َ‬ ‫َ َ‬
‫َّسةُ‬ ‫ُعيدُا ُْذا ُشػادة ُوحلْحا‪ُ ،‬وم‬ ‫ات‪ُ ،‬اليًٓ ُاجػو ِ‬ ‫ُُميب ُادلغٔ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِإُ‬
‫َ ْ‬ ‫الر َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُغيَيَِْ‬ ‫غ ْد ُه َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ ًَ َ َْ ً َ ََ ً َ ًَََ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َََ ًُ َ َْ‬
‫‪ُ،‬واَلُ ٍْ َُِ‬ ‫ُو َ‬ ‫َ‬ ‫اْل َ ْ‬ ‫َ‬
‫ات‬‫ِ‬ ‫ْح‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اُة‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫أ‬ ‫‪ُ،‬و‬ ‫ث‬ ‫ت‬ ‫ُم‬ ‫ُو‬ ‫اء‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫‪ُ،‬و‬ ‫ث‬ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫أ‬ ‫ُو‬ ‫ث‬ ‫يِ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫أ‬ ‫ٍ‬ ‫ُط‬ ‫ّ‬‫ِ‬ ‫ي‬ ‫ػ‬‫ِ‬ ‫اُ‬ ‫وحراْحا‪ُ،‬و ِزدُ‬
‫َ َ ََ ََ‬ ‫َََْ َُ َ َ‬ ‫َ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َْ ْ َ‬ ‫َ َََْ‬
‫اس ُدأبِا‪ُ ،‬اليًٓ ُأ ِدمِ ُالص ُػادة َُعُ‬ ‫ي ُلِيِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ُاْل‬ ‫ل‬ ‫ذ‬ ‫ب‬ ‫ُو‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫خ‬ ‫يٍ‬ ‫ُش‬
‫ِ‬ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ٔ‬ ‫ٍ‬ ‫ُال‬ ‫و‬‫ِ‬ ‫ػ‬ ‫ُاج‬ ‫ً‬ ‫ٓ‬ ‫ُالي‬ ‫‪،‬‬ ‫ت‬ ‫ِ‬ ‫َك‬ ‫واىب‬
‫ُادل ْنياَُ‬ ‫م ُف ُّ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ْ‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ ُْ َْ ْ َ َ ُُ َ َ ْ َ ْ‬
‫اُف ُأْ ِييِاُوأرخا ٌِِا‪ُ،‬وأك ِرٌِاُةِكر ِم ِ‬ ‫ُش ُابلٓجث ُِف ُبئحِِا‪ُ،‬واخفظِ ِ ُ‬ ‫وط ِِِا‪ُ،‬وان ِ‬
‫َ‬
‫ُّ ْ َ َ َ َ ً َ ْ َ َ َ َ ً َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ‬ ‫‪ُ،‬ر َب َِاُآح َ‬ ‫َو ْالخ َرة َ‬
‫اُاْلَِثُ‬ ‫ار‪ُ،‬وأد ِخيِ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ُال‬ ‫اب‬ ‫ذ‬ ‫اُغ‬ ‫ِ‬ ‫ك‬
‫ِ‬ ‫‪ُ،‬و‬ ‫ث‬ ‫ِ‬ ‫ص‬ ‫ُخ‬ ‫ة‬
‫ِ‬ ‫ر‬ ‫خ‬
‫ِ‬ ‫ُال‬ ‫ِف‬ ‫ِ‬ ‫‪ُ،‬و‬ ‫ث‬ ‫ِ‬ ‫ص‬ ‫اُخ‬ ‫ي‬‫ن‬ ‫ُادل‬ ‫اُف‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫اُغ َفار‪ُ.‬‬ ‫َ َ ََْْ َ َ ُ َ َ‬
‫ار‪ُ،‬ياُغ ِزيزُي‬ ‫ٌعُاْلةر ِ‬

‫‪7‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ُْ ْ َ َْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َُْ ُ َْ ْ َ ْ ْ‬ ‫َ َ‬
‫ان‪ُ،‬و ِإيخا ِء ُ ِذيُاىلرَب ُويَِه ُغ َِ ُاىفدشاءُِ‬ ‫لل‪ُ،‬إن ُالل ُيأمر ُةِاىػد ِل ُوالخص ِ‬ ‫ِغتاد ُا ِ‬
‫ُ‬ ‫َ َْ َْ َْ ُْ ُ ْ ََ ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُْ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ََ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ‬
‫للُ‬
‫ِ‬ ‫ُا‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫َّل‬
‫ِ‬ ‫ُو‬ ‫ً‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ذ‬‫ُي‬ ‫ً‬ ‫ي‬‫ظ‬‫ِ‬ ‫ػ‬ ‫ُاى‬ ‫واُالل‬ ‫ر‬ ‫اذن‬ ‫ظكً ُىػيكً ُحذنرون‪ُ ،‬ف‬ ‫ْغ‪ُ،‬ي ِػ ُ‬
‫ِ‬ ‫والٍِه ِر ُوابل‬
‫ْ‬ ‫َ ْ َ ُ ْ ٌ َ ْ ٌ َ ُ ُّ َ َ َ ْ ُ ْ َ‬
‫يُ‬
‫ُوُكَُعمٍ ُوأنخً ُِِب ٍُ‬‫أكب‪ِ ُ،‬عيدُش ِػيد ُ‬

‫‪8‬‬

Anda mungkin juga menyukai