Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ARTIKEL

AKUNTANSI SYARIAH

Nama : Doi Risfinda Alfianti

NIM : 20110034

UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Jl. Mertojoyo Blok L, Merjosari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65144
Sumber : https://www.kompasiana.com/tri04848/60cac2c195a0ab49e2107892/asas-transaski-
syariah-dalam-kehidupan-sehari-hari

Asas Transaski Syariah dalam Kehidupan Sehari-hari


Dalam artikel kali ini kita akan membahas apa itu transaksi syariah? Transaksi sering terjadi
atau dialami dalam kehidupan sehari-hari kita misalnya dengan membayar atau membeli
suatu barang.

Jadi apa sih transaksi itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) transaksi
merupakan bentuk persetujuan jual beli dalam kegiatan perdagangan antar pihak pembeli dan
juga penjual.

Berdasarkan penjelasan dari transaksi menurut KBBI lalu transaksi syariah itu apa? Transaksi
syariah merupakan kegiatan jual beli yang berdasarkan dengan ketentuan hukum islam
dengan menggunakan akad. Maksud dari akad disini menurut terminologi hukum islam akad
sebagai pertalian untuk penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang sesuai dengan syariah
yang dianjurkan.

dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menerapkan transaksi syariah dengan menggunakan
akad sesuai dengan syariah yang dianjurkan saat melakukan pembelian atau pembayaran.
Misalnya ketika akita hendak membeli sesuatu barang maka dilakukan kesepakatan antar
keduabelah pihak terlebih dahulu baik dari penjual atau pembeli dan tidak merugikan
keduabelah pihak. Jika keduabelah pihak telah sepakat dengan harga yang diberikan oleh
penjual dan tidak ada unsur merugikan maka transaksi dapat dilanjutkan.

Setiap aktivitas manusia menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai indikator baik
atau buruknya dalam berusaha. Agar terciptanya sistem kelolah yang baik maka kita harus
mengetahui bagaimana asas bertransaksi syariah yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari? Berikut penjelasannya :

Asas Persaudaraan (Ukhuwah) Transaksi syariah mengutamakan nilai kebersamaan prinsip


dalam asas ini ialah saling mengenal (ta'ruf), memahami (tafahum), menolong (ta'awun),
menjamin (takaful), dan beraliansi (tahaluf) tanpa mengambil keuntungan diatas kerugian
orang lain.

Asas Keadilan ('adalah) Menempatkan sesuatu kepada yang berhak dan sesuai dengan
porsinya. Prinsip dalam asas ini ialah melarang riba, kezaliman, judi, ketidakjelasan, dan
haram.

Asas Kemaslahatan (maslahah) Sebagai bentuk kebaikan serta manfaat bagi manusia baik
di duniawi atau ukhrawi, material dan spiritual. Kemaslahatan harus mempunyai dua unsur
yaitu halal, thayib, dan mempunyai unsur tujuan ketetapan syariah (maqashid syariah).

Asas Keseimbangan (tawazun) Transaksi syariah tidak hanya memperhatikan kepentingan


individu atau pemilik tetapi memperhatikan juga kepentingan publik yang merasakan manfaat
dari ekonomi tersebut.

Asas Universalisme (syumuliyah) Transaksi syariah yang dimana subtansinya tidak


membeda-bedakan baik suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat kerahmatan
semesta (rahmatan lil alamin).
Sumber : https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-kelebihan-sistem-akuntansi-syariah/

Sistem Akuntansi Syariah: Pengertian dan


Kelebihannya
Pengertian Sistem Akuntansi Syariah

Berikut ini adalah pengertian akuntansi syariah menurut para ahli:

Napier

Akuntansi syariah adalah bidang akuntansi yang menekankan pada 2 (dua) hal yaitu
akuntabilitas dan pelaporan.

Akuntabilitas tercermin dari tauhid yaitu dengan menjalankan segala aktivitas ekonomi sesuai
dengan ketentuan Islam. Sedang pelaporan ialah bentuk pertanggungjawaban kepada Allah
dan manusia.

Dr. Omar Abdullah Zaid

Suatu aktivitas yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi, tindakan, serta keputusan
yang sesuai dengan syariat dan jumlah-jumlahnya di dalam catatan yang representatif.

Sehingga berkaitan dengan pengukuran dengan hasil keuangan yang berimplikasi pada
transaksi, tindakan, dan keputusan tersebut untuk membantu pengambilan keputusan yang
tepat.

Adnan M. Akhyar

Sistem akuntansi syariah adalah praktek akuntansi yang bertujuan untuk membantu mencapai
keadilan sosial ekonomi.

Serta mengenal sepenuhnya akan kewajiban kepada Tuhan, individu, dan masyarakat yang
berhubungan dengan pihak-pihak terkait pada aktivitas ekonomi seperti akuntan, manajer,
auditor, pemilik, pemerintah sebagai sarana bentuk ibadah.

Sofyan S. Harahap

Akuntansi syariah adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam.

Akuntansi syariah ada dua versi, akuntansi syariah yang yang secara nyata telah diterapkan
pada era di mana masyarakat menggunakan sistem nilai islami khususnya pada era Nabi
SAW, Khulaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya.

Kedua Akuntansi syariah yang saat ini muncul di era kegiatan ekonomi dan sosial dikuasai
oleh sistem nilai kapitalis yang berbeda dari sistem nilai Islam.
Kelebihan Sistem Akuntansi Syariah

Sistem Bagi Hasil

Akuntansi syariah tidak memiliki sistem bunga, namun menggunakan sistem bagi hasil
dengan menanggung risiko bersama-sama oleh semua pihak yang terlibat.

Dengan menggunakan sistem bagi hasil, keuntungan bisa dilihat dengan jelas, dan sistem
pembagian hasil telah ditetapkan sesuai kesepakatan di awal.

Misalnya, terdapat dua pihak, di mana pihak pertama berperan sebagai pemilik modal, dan
pihak kedua sebagai pengelola modal. Kedua pihak ini akan mengetahui bagaimana
keuntungan datang dan pembagiannya sesuai dengan kesepakatan di awal.

Menggunakan Prinsip Jual Beli Murabahah dalam Sistem Akuntansi Syariah

Dalam transaksi jual beli, akuntansi syariah menerapkan sistem yang sesuai dengan ketentuan
agama islam. Misalnya transaksi antara Bank dan nasabah yang ingin mengajukan kredit.

Dengan prinsip murabahah, nasabah dan Bank akan membuat sistem kerja berdasarkan
kesepakatan awal yang dibicarakan di awal antara dua pihak yang bersangkutan.
Menerapkan prinsip ini berarti kedua belah pihak juga harus membicarakan berapa bunga
yang akan dibayar dan diterima oleh masing-masing pihak tanpa melihat suku bunga yang
berlaku.

Terhindar dari Riba

Riba adalah penetapan bunga pada sistem akuntansi syariah saat pengembalian berdasarkan
persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.

Biasanya persentase yang ditentukan bisa lebih dari nilai barang yang ditransaksikan.

Dalam akuntansi syariah, penyajian laporannya tidak ganya menggunakan konsep time value
of money dan dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat lebih bagus dan memenuhi kebutuhan
di mata investor.

Akuntansi syariah menunjukkan bahwa transaksi bisnis juga bisa mengandung nilai moral
dan norma.

Memiliki Unsur Tenggang Rasa

Akuntansi syariah tidak hanya fokus pada pelaksanaan akuntansi, tapi juga terdapat unsur
zakat yang menjadi salah satu kelebihannya.

Teori yang ada dalam akuntansi juga tidak sekedar mengatur dan memperhitungkan
kepentingan bisnis, tapi juga memperhitungkan kepentingan yang memiliki unsur toleransi
pada semua pihak.

Landasan Hukum dari Tuhan

Dengan menggunakan sistem akuntansi syariah, landasan hukum yang digunakan sesuai
dengan kaidah agama Islam. Di mana ketentuan dan dasar hukumnya tidak dibuat oleh tangan
manusia, tapi berasal dari Tuhan.

Untuk ketentuannya pun tidak dapat diragukan lagi dan tidak akan berubah seiring
perkembangan zaman. Menerapkan sistem akuntansi syariah berarti perusahaan akan
memiliki tanggung jawab sosial yang lebih besar dan memiliki etika bisnis yang lebih baik.

Itulah beberapa pengertian dan kelebihan sistem akuntansi syariah. Dengan menerapkan
sistem ini, perusahaan Anda bukan hanya dapat berkembang dengan baik, tapi juga dapat
membantu perkembangan masyarakat secara lebih luas.
Sumber : https://jagoakuntansi.com/2017/02/19/koperasi-syariah/

Koperasi Syariah
[Pengertian dan potensi kopersi syariah]

Koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan
menggunakan prinsip-prinsip syariah.

Di Indonesia, sebenarnya koperasi berbasis nilai-nilai Islami lahir pertama kali dalam bentuk
paguyuban usaha bernama Sarikat Dagang Islam (SDI). SDI ini didirikan oleh H. Samanhudi
di Solo, Jawa Tengah. Anggotanya para pedagang muslim dan mayoritas pedagang batik.
Pada perkembangan selanjutnya, SDI berubah menjadi Sarikat Islam yang lebih bernuansa
politik. Koperasi syariah mulai booming seiring dengan perkembangan dunia industri syariah
di Indonesia yang dimulai dari pendirian Bank Syariah pertama pada tahun 1992. Secara
hukum koperasi syariah dinaungi oleh Keputusan Menteri (Kepmen) Koperasi dan UKM
Republik Indonesia Nomor 91 tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia telah menjadi negara dengan
Islamic Micro Finance terbesar di dunia dengan 22 ribu gerai koperasi syariah dan Baitul
Maal Wat Tamwil (BMT) – salah satu jenis koperasi syariah. Jumlah ini cukup signifikan
mengingat secara hukum koperasi syariah baru didirikan pada tahun 2004.

Jumlah anggota KJKS/ UJKS mencapai 232.558 orang pada April 2012. Sementara jumlah
pinjaman yang disalurkan sebesar Rp. 1,64 triliun. Sedangkan jumlah simpanan yang
diterima sebanyak Rp. 1,45 triliun. Aset KJKS dan UJKS mencapai Rp. 2,42 triliun.
Sedangkan untuk BMT, total aset yang dikelola diperkirakan mencapai nilai Rp 5 trilyun,
nasabah yang dilayani sekitar 3,5 juta orang, dan jumlah pekerja yang mengelola sekitar
20.000 orang. Data tersebut membuktikan bahwa koperasi syariah punya potensi yang sangat
besar dalam menyejahterakan masyarakat Indonesia, terutama melalui akses pembiayaan dan
penyerapan tenaga kerja.

Nilai tambah utama koperasi syariah terletak pada sistem bagi hasil yang ditawarkan. Sistem
bagi hasil, hubungan antara peminjam dan yang meminjamkan diganti menjadi hubungan
kemitraan. Penentuan jumlah tambahan tidak ditetapkan sejak awal, karena pengembalian
bagi hasil didasarkan kepada untung rugi dengan pola rasio bagi hasil. Maka jumlah bagi
hasil baru diketahui setelah berusaha atau sesudah ada untung. Dengan demikian, jumlah bagi
hasil selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu, sesuai dengan besar kecil keuntungan yang
diraih pengelola dana. Hal ini berbeda dengan bunga yang telah ditetapkan di awal. Pada
sistem bunga jumlah tambahan yang dibebankan harus dibayarkan oleh peminjam meskipun
usaha yang dijalankan mengalami kerugian. Penerapan bagi hasil ini dirasa lebih adil bagi
kedua belah pihak dan diharapkan melalui sistem ini pemerataan pendapatan dan keadilan
sosial dapat diwujudkan. Selain itu, penerapan bagi hasil ini juga semakin mendorong
masyarakat untuk semakin giat melakukan usaha-usaha produktif.

[Tujuan Pengembangan Koperasi Syariah]


Tujuan dari koperasi syariah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan
kesejahteraan masyarakat dan ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia
berdasarkan  prinsip-prinsip islam.

Fungsi dari koperasi syariah yaitu:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya;
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional
(fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam;
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta;
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan
kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.

[Perbedaan koperasi syariah dan koperasi konvensional]

Perbedaan-perbedaan dapat terlihat pada aspek, diantaranya sebagai berikut :

1. Pembiayaan

Koperasi konvensional memberikan bunga pada setiap naabah sebagai keuntungan koperasi.
Sedangkan pada koperasi syariah, bagi hasil adalah cara yang diambil untuk melayani para
nasabahnya.

2. Aspek pengawasan

Aspek pengawasan yang diterapkan pada koperasi konvensional adalah pengawasan kinerja,
ini berarti koperasi hanya diawasi kinerja para pengurus dalam mengelola koperasi. Berbeda
dengan koperasi syariah, selain diawasi pada pengawasan kinerjanya, tetapi juga pengawasan
syariah. Prinsip-prinsip syariah sangat dijunjung tinggi, maka dari itu kejujuran para intern
koperasi sangat diperhatikan pada pengawasan ini, bukan hanya pengurus, tetapi aliran dana
serta pembagian hasil tidak luput dari pengawasan.

3. Penyaluran produk

Koperasi konvensional memberlakukan sostem kredit barang atau uang pada penyaluran
produknya, maksudnya adalah koperasi konvensional tidak tahu menahu apakah uang
(barang) yang digunakan para nasabah untuk melakukan usaha mengalami rugi atau tidak,
nasabah harus tetap mengembalikan uang sebesar yang dipinjam ditambah bunga yang telah
ditetapkan pada RAT. Aktivitas ini berbeda di koperasi syariah, koperasi ini tidak
mengkreditkan barang-barangnya, melainkan menjualn secara tunai maka transaksi jual beli
atau yang dikenal dengan murabahah terjadi pada koperasi syariah, uang / baramg yang
dipinjamkan kepada para nasabahpun tidak dikenakan bunga, melainkan bagi hasil, artinya
jika nasabah mengalami kerugian, koperasipun mendapatkan pengurangan pengembalian
uang, dan sebaliknya. Ini merupakan salah satu bagi hasil yang diterapkan pada koperasi
syariah.

4. Fungsi sebagai lembaga zakat

Koperasi konvesional tidak menjadikan usahanya sebagai penerima dan penyalur zakat,
sedangkan koperasi syariah, zakat dianjurkan bagi para nasabahnya, karena kopersai ini juga
berfungsi sebagai institusi Ziswaf .

[Prinsip koperasi syariah]

Prinsip koperasi syariah yaitu:

1. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak
2. Manusia diberi kebebasan buermuamalah selama bersama dengan ketentuan syariah
3. Manusiamerupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi
4. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setisp bentuk riba dan pemusatan sumber dana
ekonomi pada seglintir orang atau sekelompok orang saja.
5. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
6. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.
7. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional
8. Pembagian SHU dilakukan secara adil,sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota.

[Produk koperasi syariah]

Sesuai dengan sifat koperasi dan fungsinya,makan sumber dana yang diperoleh harus
disalurkan kepada anggota maupun calon anggota.dengan menggunakan bagi hasil
(mudharabah atau musyarakah) dan juga dengan jual beli (piutang mudharabaah, piutang
salam, piutang istishna’ dan sejenisnya),bahkan ada juga yang bersifat jasa umum,misalnya
pengalihaan piutang (Hiwalah), sewa menyewa barang (ijarah) atau pemberian manfaat
berupa pendidikan dan sebagainya.

Produk penyaluran dana kopersi syariah diantaranya:

1. Investasi/kerjasama
Dapat dilakukan didalam bentuk mudharabah dan musyaraakah. Dalam penyaluran dana
koperasi syariah berlaku sebagai pemilik dana (shahibul maal) sedangkan pengguna dana
adalah pengusaha (mudharib),kerja sama dapat dilakukan dengan menandai sebuah usaha
yang dinyatakan layak untuk diberi modal. Contohnya: untuk pendirian klinik, kantin.

2. Jual beli (Al Bai’)

Pembiayaan jual beli dalam UJKS pada koperasi syariah memiliki beragam jenis yang dapat
dilakukan antara lain seperti:

 Pertama: jual beli secara tangguh antara penjual dan pembeli dimana kesepakatan harga si
penjual menyatakan harga belinya dan si pembeli mengetahui keuntungan penjual,transaksi
ini disebut Bai Al Mudharabah.
 Kedua: jual bei secara paralel yang dilakukan oleh 3 pihak. Jika koperasi membayarnya di
muka disebut Bai’Salam.

3. Jasa-jasa

Disamping itu produk kerjasama dan jual beli koperasi syariah juga dapat melakukan
kegiatan jasa layanan antara lain:

a.  Jasa Al Ijarah (sewa)

Adalah akad pemindahan hak guna atau manfaat barang atau jasa melalui pembayaran upah
sewa tanpa pemindahan hak milik atas barang itu sendiri,contoh:penyewaan
tenda,soundsistem,dan lain-lain

b.  Jasa Wadiah (titipan)

Dapat dilakukan pula dalam bentuk barang seperti jasa penitipan  barang dalam Locker
karyawan atau penitipan sepeda motor, mobil dan lain-lain.

c.  Hawalah (Anak piutang)

Pembiayaan ini ada karena adanya peralihan kewajiban dari seseorang terhadap pihak lain
dan dialihkan kewajibannya kepada koperasi syariah.

d.  Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Dalam koperasi syariah gadai ini tidak menggunakan bunga akan tetapi
mengenakan tarif sewa penyimpanan barang yang digadaikan tersebut, seperti gadai emas.

e.  Wakalah (Perwakilan)
Mewakilkan urusan yang dibutuhkan anggota kepada pihak koperasi seprti pengurusan
SIM,STNK. wakalah juga berarti penyerahan pendelegasian atau pemberian mandat.

f.  Kafalah (penjamin)

Kafalah adalah jaminan yang diberikan koperasi (penanggung) pada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban anggotanya. Kafalah ada karena adanya transaksi anggota dengan pihak
lain dan pihak lain tersebut membutuhkan jaminan dari koperasi yang anggotanya
berhubungan.

g.  Qardh (pinjaman lunak)

Jasa ini termasuk kategori pinajaman lunak,dimana pinjaman yang harus dikembalikan
sejumlah dana yang diterima tanpa adanya tambahan.kecuali anggota mengembalikan lebih
tanpa persyaratan dimuka maka kelebihan dana tersebut diperbolehkan diterima koperasi dan
dikelompokkan dalam Qardh (atau Baitul maal). Umumnya dana ini diambil dari simpanan
pokok.

[Sistem keuangan koperasi syariah]

Sumber Dana

Untuk mengembangkan usaha koperasi syariah,maka para pengurus harus memiliki strategi
pencarian dana,sumber dana dapat diperoleh dari anggota,pinjaman atau dana-dana yang
bersifat hibah atau sumbangan. Semua jenis sumber dana tersebut dapat diklasifikasikan
sifatnya saja yang komersial, hibah atau sumbangan sekedar titipan saja. Secara
umum,sumber dana koperasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Simpanan pokok

Merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar simpanan pokok tersebut
sama.Akad syariah simpanan pokok tersebut masuk kategori akad musyarakah. Yakni sebuah
usaha  yang didirikan secara bersama-sama,masing-masing memberikan dana dalam porsi
yang sama dan berpartisipasi dalam kerja dan berpartisipasi dalam bobot yang sama.

2. Simpanan wajib

Masuk dalam kategori modal koperasi sebagimana simpanan pokok dimana besar
kewaibannya diputuskan berdasarkan hasil musyawarah anggota serta penyetorannya
dilakukan secara kontinu setiap bulannya sampai seseorang dinyatakan keluar dari
keanggotaan koperasi syariah.

3. Simpanan sukarela
Bentuk investasi dari anggota atau calon anggota yang memiliki kelebihan dana kemudian
menyimpannya di koperasi syariah. Bentuk simpanan sukarela ini memiliki dua jenis karakter
antara lain:

Bersifat dana titipan yang disebut (Wadi’ah) dan diambil setiap saat. Titipan terbagi atas dua
macam yaitu titipan amanah dan titipan yad dhomamah.

Bersifat investasi yang memang ditujukan untuk kepentingan usaha dengan mekanisme bagi
hasil (mudharabah) baik Revenue Sharing, Profit Sharing maupun profit and loss sharing.

4. Investasi pihak lain

Dalam melakukan operasionalnya lembaga koperasi syariah sebagaimana koperasi


konvensional pada umumnya, biasanya selalu membutuhkan suntikan dana segar agar dapat
mengembangkan usahanya secara maksimal,prospek pasar koperasi syariah teramat besar
sementara simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas. Oleh karenanya,diharapkan dapat
bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti bank syariah maupun program-program
pemerintah. Investasi pihak lain ini dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip
Mudharaabah maupun prinsip Musyarakah.

Distribusi Bagi Hasil

Pembagian pendapatan atas pengelolaan dana yang diterima koperasi syariah dibagi kepada
para anggota yang memiliki jenis simpanan atau kepada pemilik modal yang telah
memberikan kepada koperasi dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah. Sedangkan
pembagian yang bersifat tahunan maka distribusi tersebut termasuk kategori SHU dalam
aturan koperasi.

Untuk pembagian bagi hasil kepada anggota yang memiliki jenis simpanan atau pemberi
pinjaman adalah didasarkan kepada hasil usaha yang riil yang diterima koperasi pada saat
bulan berjalan. Umumnya ditentukan berdasarkan nisbah yaitu rasio keuntungan antara
koperasi syariah dan anggota atau pemberi pinjaman terhadap hasil riil usahanya. Lain halnya
dengan konvensional pendapatan dari jasa pinjaman koperasi disebut jasa pinjaman (bunga)
tanpa melihat hasil keuntungan riil melainkan dari saldo jenis simpanan.maka dengan
demikian pendapatan bagi hasil dari koperasi syariah bisa niak turun sedangkan untuk
konvensional bersifat stabil. Apabila koperasi syariah menerima pinjaman khusus (restricted
investment atau Mudharabah Muqayyadah), maka pendapatan bagi hasil usaha tersebut hanya
dibagikan kepada pemberi pinjaman dan koperasi syariah. Bagi koperasi pendapatan tersebut
dianggap pendapatan jasa atas Mudharabah Muqqayyadah.

Begitu pula dengan pendapatan yang bersumber dari jasa-jasa seperti wakalah, hawalah,
Kaafalah disebut Fee koperasi syariah dan pendapatan sewa (ijarah) disebut margin,
sedangkan pendapatan hasil investasi ataupun kerjasama(Mudharaabah dan Musyarakah)
disebut pendapatan bagi hasil.

Dalam rangka untuk menjaga likuiditas, koperasi diperbolehkan menempatkan dananya


kepada lembaga keuangan syariah diantaranya Bank Syariah, BPRS maupun koperasi syariah
lainnya. Dalam penempatan dana tersebut umumnya mendapatkan bagi hasil juga.
Untuk pembagian SHU tetap mengacu kepada peraturan koperasi yaitu diputuskan oleh  rapat
anggota. Pembagian SHU tersebut telah dikurangi dana cadangan yang dipergunakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai