PPK Ketergantungan Benzodiazepin RSJ

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

Panduan Praktik Klinis

Ketergantungan Benzodiazepin

Rumah Sakit Jiwa DR. Soeharto Heerdjan


Jakarta
2022
2

Lembar Pengesahan

Panduan Praktik Klinis Ketergantungan Benzodiazepin

telah membaca dan menyetujui,

Ketua KSM Psikiatri Ketua Komite Medik

(dr. Adhi Wibowo, Sp.KJ(K), MPH) (dr. Ayesha Devina, Sp.KJ)

telah disahkan di Jakarta, pada tanggal ………………2022


oleh:

Direktur Utama

dr. Desmiarti, Sp.KJ., MARS


Direktur Utama

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 2


3

Tim Penyusun

Pengarah

Direktur Utama dr. Desmiarti, Sp.KJ., MARS

Direktur Medik dan Keperawatan dr. Parulian Sandy Noveria, MKK

Tim Penyusun

KSM Psikiatri dr. Adhi Wibowo, Sp.KJ(K), MPH


dr. Galianti Prihandayani, Sp.KJ
dr. Agung Frijanto. Sp.KJ, MH
dr. Moh. Reza Syah.Sp.KJ,. M.Kes
Dr. dr.Dharmawan Ardi, Sp.KJ
dr. Asmarahadi, Sp.KJ
dr. Ayesha Devina, Sp.KJ
dr. Ismoyowati, Sp.KJ
Dr. dr.Suzy Yusna Dewi, Sp.KJ (K)
dr. Safyuni Naswati.S, Sp.KJ
dr. Salikur Kartono M. Biomed, Sp.KJ
dr. Willy Steven, Sp.KJ
dr. Isa Multazam Noor. Sp.KJ(K)
dr. Muh. Danial Umar, Sp.KJ., M.Kes
dr. Savitri .W, Sp.KJ
dr. Arundhati.N, Sp.KJ(K)
dr. Ananditya Sukma Dewi Utami, Sp.KJ
dr. Irniati, Sp.KJ

Tim Penelaah Internal

Ketua Komite Medik dr. Ayesha Devina, Sp.KJ

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 3


4

Daftar Isi

Lembar Pengesahan......................................................................................................................2
Tim Penyusun................................................................................................................................3
Daftar Isi.........................................................................................................................................4
Daftar Tabel....................................................................................................................................5
Daftar Singkatan............................................................................................................................6
Pendahuluan..................................................................................................................................7
Isi......................................................................................................................................................8
1. Definisi..................................................................................................................................8
1. Anamnesis............................................................................................................................9
A. Keluhan utama..........................................................................................9
B. Riwayat pengobatan................................................................................10
C. Riwayat penyakit sekarang....................................................................11
D. Riwayat penyakit sebelumnya...............................................................11
E. Riwayat sosial...........................................................................................12
1. Pemeriksaan fisik...............................................................................................................12
1. Kriteria diagnosis...............................................................................................................12
1. Diagnosis banding.............................................................................................................14
1. Terapi..................................................................................................................................15
1. Edukasi...............................................................................................................................18
1. Pemeriksaan penunjang....................................................................................................18
1. Prognosis............................................................................................................................18
1. Kepustakaan.......................................................................................................................18
Disclaimer.....................................................................................................................................20
Lampiran 1. ..................................................................................................................................21

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 4


5

Daftar Tabel

Tabel 1. Durasi kerja benzodiazepin dan dosis ekuivalen .................................................... 8


Tabel 2. Gejala umum putus obat benzodiazepin ..................................................................9
Tabel 3. Menghitung dosis diazepam ekuivalen ....................................................................15
Tabel 4. Jadwal pengurangan dosis pada benzodiazepin dosis rendah ...............................16
Tabel 5. Jadwal pengurangan dosis pada benzodiazepin dosis tinggi ................................16

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 5


6

Daftar Singkatan
[in alphabetical order/diurutkan secara alfabetis], contoh:

DPL Darah Perifer Lengkap


DSM Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
GABA Gamma-aminobutyric acid
ICD International Classification of Diseases
ICU Intensive Care Unit
MET Motivational Enhancement Therapy
PPDGJ Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
PTSD Post Traumatic Stress Disorder
SDS Severity of Dependence Scale Score

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 6


Pendahuluan

Benzodiazepin secara luas diresepkan di praktek klinis psikiater dalam jangka


pendek untuk beberapa kondisi dan efek penenangnya sudah dibuktikan dalam beberapa
studi klinis sebelumnya. Kombinasi dari efektivitas dan risiko jangka panjang menjadi
alasan mengapa benzodiazepin menjadi masalah yang sulit dalam praktek klinis sehari-
hari. Jumlah pengguna benzodiazepin di seluruh dunia sangat banyak. Sebagai contoh, di
Amerika Serikat, sekitar 2% dari populasi dewasa (4 juta orang) menggunakan
benzodiazepin atau obat penenang secara reguler selama 5-10 tahun bahkan lebih. Dalam
survei terakhir Office for National Statistic General Houshold (Inggris) tahun 2007, 0,5% dari
populasi dilaporkan menggunakan obat penenang dalam beberapa tahun terakhir. Angka
serupa juga muncul di sebagian besar negara Eropa dan Asia. Jumlah penderita
ketergantungan benzodiazepin belum diketahui, tetapi berdasarkan survei di Inggris
diperkirakan sekitar 0,5-1 juta pasien.1
Reaksi putus zat yang berat disertai gejala fisik yang mengganggu seringkali
membuat pasien sulit melepaskan diri dari kergantungan benzodiazepin. Reaksi putus
zat yang tidak ditatalaksana dengan baik memiliki risiko jatuh ke dalam kondisi kejang
dan delirium yang dapat mengancam nyawa pasien.2
Sulitnya melepaskan diri dari ketergantungan benzodiazepin membuat biaya
penatalaksanaan kasus ini menjadi meningkat karena membutuhkan perawatan yang
lama di rumah sakit.Pada kasus-kasus tertentu di mana pasien sudah jatuh ke dalam
kondisi kritis juga diperlukan perawatan di ICU, yang membutuhkan biaya tinggi. Pada
kasus dimana pasien tidak dirawat, dilakukan penurunan dosis dengan dosis bertahap,
yang membutuhkan waktu lama untuk perawatan sehingga memerlukan biaya yang
tinggi.2
Penatalaksanaan kasus ini mengintegrasikan antara farmako terapi dan psikoterapi.
Kombinasi keduanya sudah terbukti lebih efektif dalam penelitian-penelitian
sebelumnya. Oleh sebab itu Panduan Praktik Klinis Ketergantungan Benzodiazepin ini
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada pasien dengan kondisi ini dan
memberikan opsi perawatan dan pengobatan terbaik dengan mengedepankan
keselamatan pasien.

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 7


Isi

1. Definisi

· Ketergantungan terjadi saat pengguna obat menjadi tidak mampu untuk


mengendalikan asupan dari obat tersebut. Ketergantungan memiliki dua komponen,
ketergantungan psikologi, yaitu perasaan subjektif kehilangan kendali, craving, dan
preokupasi untuk mendapatkan obat dan ketergantungan fisiologi, yaitu toleransi dan
konsekuensi fisik dari putus obat dan sifatnya spesifik setiap obat.1
· Sindrom putus obat didefinisikan sebagai gejala fisik dan psikologi yang dialami
seseorang setelah menghentikan atau mengurangi penggunaan suatu obat, yang dapat
dihilangkan dengan penggunaan kembali obat tersebut.2
· Sindrom putus obat benzodiazepin dapat bervariasi:
o Beberapa pengguna jangka panjang dapat mengurangi atau menghentikan
penggunaan benzodiazepin setelah bertahun-tahun penggunaan
o Beberapa lainnya dapat mengalami gejala berkepanjangan (beberapa bulan sampai
tahunan) setelah menghentikan penggunaan benzodiazepin akibat dari
▪ Reaksi putus obat atau
▪ Gejala penyakit dasar atau perburukan gejala yang dipicu oleh pengobatan
putus obat.2
· Rebound adalah bentuk ringan dari putus obat yang ditandai kekambuhan singkat dari
gejala dengan intensitas lebih berat.2
· Gejala putus obat seringkali muncul dalam 2-3 kali masa paruh benzodiazepin distop.
o Putus obat dari benzodiazepin short acting biasanya dimulai 1-2 hari setelah
pengobatan terakhir dan berlanjut 2-4 minggu atau lebih.
o Putus obat dari benzodiazepin long acting biasanya dimulai 2-7 hari setelah
pengobatan terakhir dan berlanjut 2-8 minggu atau lebih2

Tabel 1. Durasi kerja benzodiazepin dan dosis ekuivalen2

Benzodiazepin Dosis equivalen***

Intermediate acting* Alprazolam 0,5 mg

Lorazepam 1 mg

Long acting** Clobazam 20 mg

Clonazepam 0,5-1 mg

Diazepam 10 mg

Nitrazepam 10 mg

* waktu paruh obat dan metabolit 6-24 jam

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 8


** waktu paruh obat dan metabolit >24 jam

*** ekuivalen dapat bervariasi diantara individu

2. Anamnesis
A. Keluhan utama
Gejala utama biasanya timbul sebagai gejala rebound dari kondisi sebenarnya.
· Gejala insomnia atau kecemasan yang paling sering timbul
· Gejala biasanya lebih intens dan tiba-tiba yang dapat berkurang dalam
waktu beberapa minggu, namun bisa juga tidak berkurang secara stabil.

Tabel 2. Gejala umum putus obat benzodiazepin2

Gejala Psikologi Gejala

Akut+ Gejala Fisik Akut+ berkepanjangan++ Kejadian mayor+++


Gelisah, cemas Agitasi Cemas Mengamuk (pada

Agorafobia Flu-like symptoms Gelisah 1%-2% pasien

Serangan panik Tremor Depresi terutama jika

Mengamuk, Diaforesis Diare, konstipasimenghentikan

agresif Mual muntah atau kembung penggunaan obat

Obsesi Ataksia Insomnia dosis tinggi tiba-

Cravings Kejang Mengamuk tiba)

Mimpi buruk Parastesi Nyeri otot Delirium (jarang)

Eksitasi Tinitus Sulit konsentrasi danHalusinasi atau

Insomnia Sakit kepala mengingat ilusi tiba-tiba

Mudah marah Hipersensitivitas Gangguan persepsi(jarang)

Sulit konsentrasi sensori dan serangan panikvisual

Memori yangGangguan siklus(lebih jarang) taktil

mengganggu haid Kejang atau gejalaauditori

Paranoid Kaku dan nyeripsikotik Psikosis (sangat

Depresi otot (mialgia) jarang)

Gangguan Berar badan turun

persepsi (4-5 kg)

Gangguan visual Lemas / kelelahan

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 9


Gejala Psikologi Gejala

Akut+ Gejala Fisik Akut+ berkepanjangan++ Kejadian mayor+++

Pusing

Diare atau

Fobia sosial konstupasi

Depersonalisasi Palpitasi

Ruam
+
Dapat bervariasi waktu dan sifatnya dan dapat muncul berbarengan dengan

penyakit dasar (atau perburukan kondisi) yang dipicu oleh pegobatan putus

obat.
++
Terjadi sampai dengan 15% pasien dan dapat berlangsung beberapa minggu

sampai beberapa bulan


+++
Dapat terjadi saat dosis tinggi dihentikan tiba-tiba

B. Riwayat pengobatan4
· Tanyakan tentang penggunaan benzodiazepin
o Usia saat pertama kali menggunakan
o Berapa lama menggunakan obat secara rutin
o Frekuensi penggunaan obat dan jumlahnya selama 3 bulan terakhir
o Jalur masuk obat
o Riwayat overdosis

· Tentukan tingkat keparahan ketergantungan benzodiazepin


· Tingkat Severity of Dependence Scale Score (SDS) > 7 untuk penggunaan
benzodiazepin dapat memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 10


diagnosis ketergantungan benzodiazepin
· Tanyakan tentang penggunaan obat2
o Pengobatan yang mungkin memiliki efek sedatif adiksi
▪ Antidepresan seperti amitriptilin
▪ Antikonvulsan seperti fenobarbital, carbamazepin, dan fenitoin
▪ Antihistamin sedatif
▪ Opioid
▪ Alkohol
▪ Major tranquilizers atau neuroleptik (contoh proklorperazin,
trifluoperazin)
o Penggunaan kuinolon yang dapat menggantikan benzodiazepin pada
tempat pengikatan reseptor GABA (gamma-aminobutyric acid) yang
berakibat gejala putus obat akut.
C. Riwayat penyakit sekarang2
· Tanyakan tentang penghentian penggunaan benzodiazepin
o Gejala putus obat dari benzodiazepin short acting biasanya dimulai 1-2 hari
setelah pengobatan terakhir dan berlanjut 2-4 minggu atau lebih.
o Gejala putus obat dari benzodiazepin long acting biasanya dimulai 2-7 hari
setelah pengobatan terakhir dan berlanjut 2-8 minggu atau lebih (bulanan
atau tahunan)
D. Riwayat penyakit sebelumnya
· Tanyakan tentang riwayat gejala putus obat sebelumnya
o Gejala apa saja yang timbul dan bagaimana gejalanya berkurang
o Apakah ada komplikasi serius dari gejala putus obat (seperti kejang
atau halusinasi)
· Tanyakan tentang riwayat
o Kejang
o Diagnosis kesehatan jiwa seperti: skizopfrenia, depresi atau penyakit
bipolar, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), dan kelainan mental
lainnya
o Diabetes (berkaitan dengan duplikasi gejala seperti parastesi atau gejala
fisik lain yang mirip dengan diabetes atau hipo/hiperglikemi)
o Penyakit jantung
o Gangguan liver
o Cedera kepala
o Disabilitas fisik atau intelektual
o Alergi obat
· Pasien wanita harus ditanyakan apakah sedang hamil
· Tanyakan tentang2
o Kelanjutan dari cemas, panik, agorafobia, atau insomnia yang
bersamaan dengan penggunaan benzodiazepin
o Kesulitan menghentikan atau mengurangi dosis karena ada gejala putus
obat
o Penggunaan jangka panjang (beberapa bulan sampai tahunan) dalam
dosis terapetik rendah
E. Riwayat sosial
· Tanyakan tentang:

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 11


o Keadaan keluarga
· Apakah keluarga bersedia untuk mendukung selama putus obat
· Apakah anggota keluarga mengetahui tentang penggunaan obat itu
o Kondisi pekerjaan
o Hubungan keluarga dekat seperti pasangan atau anak
· Siapa yang merawat anak-anak
· Apakah ada keluarga dekat yang juga menggunakan obat2

3. Pemeriksaan fisik2
· Gejala dari putus obat bisa subjektif dengan beberapa tanda saja
· Periksa suhu apabila demam dan terdapat tanda infeksi
· Periksa tekanan darah dan nadi untuk menentukan fungsi autonom

4. Pemeriksaan penunjang2
Pada ketergantungan benzodiazepin, dilakukan pemeriksaan penunjang antara
lain:
· Pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL)
· Pemeriksaan fungsi liver dan ginjal
· Toksikologi urin (rapid test) opioid, kokain, benzodiazepine, amfetamin,
metamfetamin, canabis
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan
mendeteksi adanya komplikasi multi organ.
5. Kriteria diagnosis
Kriteria diagnosis ketergantungan benzodiazepin berdasarkan PPDGJ 3 terdapat
dalam F13. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa atau
Hipnotika

F13.2 Sindrom Ketergantungan


.20 Kini abstinen
.21 Kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindung
.22 Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi pemeliharaan atau
dengan pengobatan zat pengganti (ketergantungan terkendali)
.23 Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi dengan obat aversif atau
penyekat
.24 Kini sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif)
.25 Penggunaan berkelanjutan
.26 Penggunaan episodik (dipsomania)

Pedoman diagnostik
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih
gejala di bawah ini dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya:
(a) Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi)

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 12


untuk menggunakan zat psikoaktif
(b) Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak
mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan;
(c) Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau F1x.4) ketika
penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya
gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan golongan zat
yang sejenis dengan tujuan atau menghilangkan atau menghindari
terjadinya gejala putus zat;
(d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang
diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh
dengan dosis lebih rendah
(e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain
disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih
dari akibatnya;
(f) Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang
merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum
alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode
penggunaan zat yang berat, atau hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan
penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna
zat sungguh-sungguh, atau dapat diandalkan, sadar akan hakekat dan
besarnya bahaya.

F13.3 Keadaan putus zat


.30 Tanpa komplikasi
.31 Dengan konvulsi

Pedoman Diagnostik
· Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan dan diagnosis sindrom ketergantungan harus turut
dipertimbangkan.
· Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal ini
merupakan alasan rujukan dan cukup parah sampai memerlukan perhatian
medis secara khusus.
· Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan
psikologis (misalnya anxietas, depresi, dan gangguan tidur) merupakan
gambaran umum dari keadaan putus zat ini. Yang khas ialah pasien akan
melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan
penggunaan zat.

Kriteria diagnosis (Sedative, Hypnotic, or Anxiolytic Withdrawal) berdasarkan DSM-5.3


A. Penghentian atau pengurangan dosis obat sedasi, hipnotik, atau anxiolitik
yang sedang digunakan
B. Terdapat dua atau lebih gejala di bawah ini, yang timbul dalam beberapa jam

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 13


sampai beberapa hari setelah penghentian atau pengurangan dosis obat
sedasi, hipnotik, atau anxiolitik yang digunakan sesuai dengan kriteria A.
1. Hiperaktivitas autonom (seperti berkeringat, nadi lebih dari 100 kali per
menit)
2. Tremor tangan
3. Insomnia
4. Mual atau muntah
5. Halusinasi atau ilusinasi visual, taktil, atau auditori secara tiba-tiba
6. Agitasi psikomotor
7. Cemas
8. Kejang grandmal
C. Tanda dan gejala di kriteria B menyebabkan gangguan yang secara klinis
signifikan atau hendaya sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D. Tanda dan gejala tidak sebagai gejala penyerta penyakit medis lain dan tidak
lebih baik dijelaskan sebagai gangguan mental lain, termasuk intoksikasi atau
putus obat dari substansi lainnya.

ICD 10
Kriteria ketergantungan dapat dibagi menjadi tiga bagian gejala (tabel). Diagnosis
ketergantungan dibuat jika memenuhi 3 dari 6 kriteria yang terjadi dalam 12 bulan
terakhir.
Kriteria ICD – 10 untuk diagnosis Ketergantungan Benzodiazepin1
Dua kriteria terkait obat:
· Keharusan / craving untuk minum benzodiazepin
· Kesulitan mengontrol penggunaan benzodiazepin

Dua kriteria konsekuensi penggunaan:


· Mengabaikan kesesenangan / minat secara bertahap karena penggunaan
benzodiazepin
· Penggunaan benzodiazepin persisten walaupun dengan konsekuensi yang
berbahaya

Dua kriteria fisiologi:


· Status putus obat khas benzodiazepin
· Adanya bukti toleransi benzodiazepin

6. Diagnosis banding
· Putus obat dari substansi lain seperti alkohol, opioid, barbiturat.
· Kekambuhan dari kondisi utama yang menyebabkan benzodiazepin pertama
kali diresepkan seperti cemas, serangan panik, insomnia.
· Penyebab umum delirium, seperti infeksi dan kelainan metabolik.
· Komorbid lain, seperti epilepsi, hipoglikemi akut, ensefalopati hepatikum,
depresi.
· Kondisi psikiatri lain yang membutuhkan evaluasi psikitatri lebih lanjut
· Pertimbangkan evaluasi dari penggunaan substansi komorbid dengan
memeriksa kadar alkohol darah dan toksikologi urin.2

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 14


7. Terapi4

· Terapi didasarkan pada tingkat keparahan dan ketergantungan


benzodiazepin.
· Terapi farmakologi
o Penurunan dosis secara perlahan benzodiazepin/ taper
Langkah yang paling aman untuk mengatasi gejala putus obat
benzodiazepin adalah mengurangi dosis benzodiazepin secara perlahan-
lahan. Hal ini membantu mengobati gejala putus obat dan mencegah
terjadinya kejang. Langkah pertama adalah menstabilkan pasien dalam
dosis diazepam yang setara. Hitung berapa banyak diazepam yang setara
dengan dosis obat benzodiazepin yang sedang dipakai, sampai batas
maksimum 40 mg diazepam.

Tabel 3. Menghitung dosis diazepam ekuivalen4

5 mg diazepam setara dengan

Alprazolam 0,5 mg

Clobazam 10 mg

Lorazepam 0,5 mg

Nitrazepam 5 mg

Midazolam 2,5 mg

Dosis diazepam ini lalu diberikan per-hari dalam dosis terbagi tiga. Jika
dosis ekuivalen diazepam melebihi 40 mg, jangan berikan lebih dari 40 mg
selama masa stabilisasi. Biarkan pasien menstabilkan dosis diazepam
selama 4-7 hari. Berikut contoh pengurangan dosis untuk penggunaan
dosis rendah benzodiazepin (dibawah 40 mg diazepam )atau dosis tinggi
(diatas 40 mg diazepam). Jangka waktu setiap pengurangan dosis harus
didasarkan pada gejala dan keparahan putus obat. Pada umumnya butuh
waktu setidaknya 1 minggu untuk pengurangan dosis.4

Tabel 4. Jadwal pengurangan dosis pada benzodiazepin dosis rendah4

Waktu pemberian Total dosis harian

08.00 12.00 20.00

Dosis awal 5 mg 5 mg 5 mg 15 mg

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 15


Pengurangan ke-1 5 mg 2,5 mg 5 mg 12,5 mg

Pengurangan ke-2 5 mg - 5 mg 10 mg

Pengurangan ke-3 2,5 mg - 5 mg 7,5 mg

Pengurangan ke-4 - - 5 mg 5 mg

Pengurangan ke-5 - - 2,5 mg 2,5 mg

Tabel 5. Jadwal pengurangan dosis pada benzodiazepin dosis tinggi4

Waktu pemberian Total dosis

harian
08.00 12.00 17.00 21.00

Dosis awal 10 mg 10 mg 10 mg 10 mg 40 mg

Pengurangan ke-1 10 mg 5 mg 5 mg 10 mg 30 mg

Pengurangan ke-2 5 mg - 5 mg 10 mg 20 mg

Pengurangan ke-3 - - - 10 mg 10 mg

Pengurangan ke-4 - - - 5 mg 5 mg

o Pertimbangkan penambahan terapi psikologi untuk meningkatkan


efektivitas penurunan dosis ini, terutama pada pasien dengan gejala
insomnia atau gangguan panik
o Beberapa protokol tapering yang direkomendasikan berdasarkan level
penggunaan benzodiazepine saat ini : penggunaan dosis terapetik jangka
panjang dan misuse atau dalam dosis tinggi
o Pada pasien dengan riwayat penggunaan lebih dari satu jenis
benzodiazepine, tapering off dapat dilakukan secara satu persatu atau
bersamaan dengan monitoring kadar zat dalam plasma darah. Substitusi
dengan obat yang berikatan dengan reseptor GABA dapat diberikan untuk
mengurangi gejala putus zat.
o Pada pasien dengan riwayat penggunaan benzodiazepine bersamaan
dengan obat golongan opioid lainnya, tapering off dilakukan satu persatu,
dengan menurunkan dosis opioid terlebih dahulu, baru menurunkan dosis
benzodiazepine
o Terapi simptomatis untuk gejala putus obat
▪ Sakit kepala atau nyeri
Acetaminofen 1000 mg per oral setiap 4-6 jam jika perlu (maksimal
4000 mg/hari)
Ibuprofen 400 mg per oral 3 kali sehari jika perlu (jangan berikan pada
pasien dengan asma, ulkus gaster, atau gastritis)

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 16


▪Diare
Loperamid 4 mg per oral dosis awal, dilanjutkan 2 mg setiap BAB
(maksimum 16 mg sehari)
Larutan kaolin 15-20 ml per oral 4 kali sehari jika perlu
▪ Mual muntah
Metoklopramid 10 mg per oral atau intramuscular setiap 4-6 jam
(maksimum 3 kali sehari, hindari pada distonia)
o Penggunaan terapi farmakologi tambahan
▪ Antikonvulsan (valproat, pregabalin, carbamazepin)
▪ Antidepresan (imipramine dan paroxetin)
▪ Barbiturat (fenobarbital)
▪ Antagonis reseptor GABA (flumazenil)
o Pada kasus bermasalah selama penurunan dosis benzodiazepin2
▪ Pertimbangkan perubahan dosis ke terapi extended – low dose dari
benzodiazepin short acting sebelum penurunan dosis dimulai
▪ Penurunan dosis dari dosis tinggi ke extended low-dose dapat
bermanfaat bagi pengguna tertentu saja
· Terapi nonfarmakologi
o Edukasi pasien oleh dokter maupun perawat untuk menghentikan
pemakaian benzodiazepin (dalam tahap awal dan ringan ketergantungan)
o Diet.5
Menganjurkan pasien untuk menghindari alkohol dan stimulan ringan,
seperti kopi dan coklat
o Aktivitas5
Menganjurkan pasien untuk berolahraga secara teratur
o Konseling/edukasi
▪ Sekitar 30% pasien dilaporkan tidak dapat menghentikan penggunaan
benzodiazepin dengan tapering tanpa terapi psikologi tambahan5
▪ Motivational Enhancement Therapy. Merupakan intervensi dan
pendekatan konseling yang spesial didesain untuk memicu perubahan
motivasi. MET bekerja dengan membantu penderita adiksi belajar
mengubah pemikiran dan tingkah laku mereka. Setiap sesi berfokus
pada evaluasi informasi yang didapat dalam penilaian awal dan
menentukan goal untuk pertemuan berikutnya hingga mengubah
perspektif dan menahan diri dalam keadaan tanpa obat.
▪ Wawancara terstandar atau surat pribadi dari dokter yang
dikombinasikan dengan tapering.
▪ Penambahan terapi psikologi untuk meningkatkan efektivitas tape
pada pasien dengan insomnia atau gangguan panik serta dosis
terapeutik jangka panjang
▪ Penambahan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) pada tapering
▪ Kombinasi CBT dengan taper pada pasien dengan insomnia2

8. Edukasi
[Deskripsi rinci mengenai hal apa saja yang perlu dilakukan oleh pasien atau keluarganya selama
perawatan dan setelah pulang]

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 17


o Memberikan edukasi tentang ketergantungan benzodiazepin pada pasien yang
akan mengkonsumsi benzodiazepin jangka panjang.
o Edukasi oleh dokter sesuai dengan yang tercantum dalam terapi non
farmakoterapi pada poin sebelumnya

9. Prognosis
Komplikasi
o Komplikasi serius seperti tekanan darah tinggi, kejang, delirium, dan bahkan
kematian dapat terjadi selama putus obat tidak diobati.2
o Penghentian obat yang tiba-tiba dapat berakibat kejang.5

Prognosis
o Hingga 15% pasien yang mengalami putus obat dilaporkan menderita gejala yang
berkepanjangan dari beberapa bulan sampai beberapa tahun.5
o Penatalaksanaan putus obat oleh pasien sendiri tidak mungkin menyebabkan
kondisi abstinensi benzodiazepin
o Pasien yang diberikan benzodiazepin untuk gangguan psikologi atau cemas bisa
mengalami kekambuhan dan dianjurkan mendapat terapi psikologi untuk
gangguan seperti ini (aus)

10. Kepustakaan

1. Ford C, Law, F. Guidance for the use and reduction of misuse of benzodiazepines and
other hypnotics and anxiolytics in general practise [Internet]. Available from
www.emcdda.europa.eu/attachements.cfm/att_248926_EN_UK59_benzos.pdf [2014 July
cited 2018 April 6]
2. DynaMed [Internet]. Ipswich (MA): EBSCO Information Services. 1995 - . Record No.
114931, Benzodiazepine withdrawal syndrome;
http://www.dynamed.com/topics/dmp~AN~T114931/Benzodiazepine-withdrawal-
syndrome [updated 2017 Mar 31, cited 2018 April 6]
3. American Psychiatric Association. Diagnosis and statistical manual of mental disorders
DSM-5. Arlington; 2013. p 557-60
4. World Health Organization (WHO). Clinical Guidelines for Withdrawal Management and
Treatment of Drug Dependence in Closed Settings. WHO 2009 PDF
5. Royal Australian College of General Practitioners (RACGP). Prescribing drugs of
dependence in general practice part B: benzodiazepines. RACGP 2015 PDF

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 18


Disclaimer

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 19


Lampiran
Kuesioner Tingkat keparahan Benzodiazepine Dependence Scale (BDS)2

Selalu / Tidak/

hampir Kadang- hampir

  selalu Sering kadang tidak pernah

Apakah Anda kuatir

tentang penggunaan

benzodiazepin Anda? 3 2 1 0

Apakah Anda berpikir

bahwa pengobatan

benzodiazepin Anda

diluar batas? 3 2 1 0

Apakah Anda berharap

dapat menghentikan

penggunaan

benzodiazepin? 3 2 1 0

Apakah pikiran untuk

tidak menggunakan

benzodiazepin membuat

Anda cemas dan kuatir? 3 2 1 0

Seberapa sulit menurut

Anda untuk tidak

menggunakan

benzodiazepin? 3 2 1 0

Skor total ≥ 6 mengindikasikan ketergantungan benzodiazepin

Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 20


Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 21
Panduan Praktik Klinis – RSJ DR. Soeharto Heerdjan 22

Anda mungkin juga menyukai