PERKULIAHAN KE 1-6.docx-Dikonversi
PERKULIAHAN KE 1-6.docx-Dikonversi
Pendahuluan
Pada bab I ini akan diuraikan penggolongan sistem bilangan, perbandingan
antar bilangan, operasi bilangan dan penerapan dalam perhitungan rasio. Materi
ini banyak digunakan dalam matakuliah yang di dalamnya terdapat operasi-
operasi aljabar. Setelah menyelesaikan materi ini, mahasiswa akan dapat
menerapkan konsep bilangan dalam masalah bisnis.
Kompleks
Nyata (Rael)
Khayal
Irrasional Rasional
Bulat Pecahan
1. Bilangan Asli
Bilangan asli adalah bilangan yang paling sederhana, biasanya dilambangkan
dengan notasi : 𝑁 = {1, 2, 3, … }, dengan bilangan asli kita dapat
menghitungka buku-buku kita, teman-teman kita dan uang kita. Bilangan asli
sering juga disebut bilangan bulat positif. Pada bilangan asli dikenal operasi
1
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ada lima sifat dasar
himpunan asli terhadap operasi penjumlahan dan perkalian, yaitu :
1) Sifat Tetutup
2) (∀ 𝓍, 𝑦 ∈ 𝛮) 𝑥 + 𝑦 ∈ 𝑁 𝑑𝑎𝑛 𝑥𝑦 ∈ 𝑁
3) Sifat Kamutatif
4) (∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑁) 𝑥 + 𝑦 = 𝑦 + 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑥𝑦 = 𝑦𝑥
5) Sifat Asosiatif
6) (∀ 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑁) 𝑥 + (𝑦 + 𝑧) = (𝑥 + 𝑦) + 𝑧 𝑑𝑎𝑛 𝑥(𝑦𝑧) = (𝑥𝑦)𝑧
7) Sifat Distributif Perkalian terhadap Penjumlahan
i. (∀ 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈𝑁) 𝑥 (𝑦 + 𝑧) = 𝑥𝑦 + 𝑥𝑧
8) Sifat Identitas terhadap Perkalian
(∃ 1 ∈ 𝑁)(∀ 𝑥 ∈ 𝑁) 1𝑥 = 𝑥1 = 𝑥
unsur identitas adalah 1
Terhadap operasi pengurangan dan pembagian, himpunan bilangan asli
tidak bersifat tertutup, sebagai contoh : sekalipun 3 ∈𝑁 dan 2 ∈ 𝑁
𝑍 = 𝑁 ∪ {0} ∪ {−𝑛|𝑛 ∈ 𝑁}. Kelima sifat bilangan asli masih tetap berlaku
pada bilangan bulat ditambah dua sifat lagi yaitu :
1) (∀𝑥 ∈ 𝑍) 𝑥 + 0 = 𝑥 & 0 𝑥 = 𝑥 0 = 0.
2
2) (∀𝑥 ∈𝑍)(∃𝑦 ∈𝑍) 𝑥 + 𝑦 = 0 (y disebut lawan x dinotasikan 𝑦 =
−𝑥).
3
Terhadap operation pembagian, himpunan bilangan bulat tidak bersifat
1
tertutup, sebagai contoh ambil 1 ∈ 𝑍 dan -2 ∈ 𝑍,
−2 ∉ 𝑍. Jadi hasil
pembagian dua bilangan bulat tidak selalu bilangan bulat. Keberadaan
blangan bulat ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan manusia
sehingga bilangan bulat perlu dikembangkan dan akhirnya lahirlah
bilangan pecahan.
3. Bilangan Rasional
Pada dasarnya bilangan rasional diperoleh dari suatu pembagian dua bilangan
bulat m dan n, ditulis
𝑚 dimana 𝑛 ≠ 0. Bilangan yang dibagi (m) disebut
𝑛
Bilangan pecahan dapat juga dinyatakan dalam bentuk decimal, seperti contoh
: 0.8, 0.975, 0.48, …, dengan jumlah angka (digit) dibelakang titik decimal
yang berhingga, tetapi ada juga bentuk pecahan decimal yang jumlah angka
1
dibelakang titik decimalnya yang tidak berhingga, seperti : = 0,3333 …,
3
1
= 0,1666 … . Pecahan seperti ini disebut pecahan decimal berulang.
6
1000 x = 2972,972972…
x = 2,972972… -
2970
999 x = 2970 atau 𝑥 =
999
4. Bilangan Irrasional
Selain bentuk decimal berulang, ada juga bentuk decimal tidak terulang, seperti
4
berulang tidak mungkin dinyatakan dalam bentuk , 𝑚, 𝑛 ∈𝑍, 𝑛 ≠ 0.
𝑚
𝑛
5
Himpunan semua bilangan-bilangan dengan bentuk decimal tidak berulang
disebut himpunan bilangan irrasional.
5. Bilangan Real
Gabungan antara himpunan bilangan rasional (pecahan) dengan himpunan
bilangan bilangan irrasional menghasilkan himpunan bilangan real. Himpunan
bilangan real dapat dinyatakan dalam garis bilangan-bilangan real, suatu garis
lurus yang setiap titiknya mewakili satu dan hanya satu bilangan real dan
sebaliknya setiap bilangan real dapat dinyatakan oleh satu dan hanya satu titik
pada garis tersebut. Sedemikian rupa sehingga aturan titik-titik pada garis
tersebut bersesuaian dengan relasi urutan antara bilangan-bilangan real.
Himpunan bilangan real biasanya dinyatakan dengan notasi R. R bersama-
sama dengan operasi perkalian dan penjumlahan memenuhi sifat-sifat berikut :
1) Sifat tertutup terhadap penjumlahan dan perkalian
∈ 𝑅 − {0})(∃𝑧 ∈ 𝑍 ) 𝑥𝑧 = 1
Invers penjumlahan dari x diberi lambang –x dan invers perkalian dari x
1
diberi lambang .
𝑥
6. Bilangan Kompleks
6
Himpunan bilangan kompleks adalah himpunan bilangan yang dinyatakan notasi
𝐶 = {𝑎 + 𝑖𝑏|𝑎. 𝑏 ∈ 𝑅, 𝑖 2 = −1}.
Operasi penjumlahan dan perkalian bilangan kompleks didefinisikan sebagai
berikut :
Operasi Penjumlahan ;
(𝑎 + 𝑖𝑏) + (𝑐 + 𝑖𝑑) = (𝑎 + 𝑐) + 𝑖(𝑏 + 𝑑)
Operasi Perkalian;
(𝑎 + 𝑖𝑏)(𝑐 + 𝑖𝑑) = (𝑎𝑐 − 𝑏𝑑) + 𝑖(𝑎𝑑 + 𝑏𝑐)
Secara geometri, suatu bilangan kompleks dapat dinyatakan dengan sebuah titik
pada bidang datar XY pada sistem koordinat.
≥ 𝑥𝑏.
3. Jika 𝑎 ≤ 𝑏 dan 𝑥 ≤ 0, maka 𝑥𝑎 ≥ 𝑥𝑏, sedangkan jika 𝑎 ≥ 𝑏 dan 𝑥 ≤ 0, maka 𝑥𝑎
≤ 𝑥𝑏.
4. Jika 𝑎 ≤ 𝑏 dan 𝑐 ≤ 𝑑, maka 𝑎 + 𝑐 ≤ 𝑏 + 𝑑, sedangkan jika 𝑎 ≥ 𝑏 dan
𝑐 ≥ 𝑑, maka 𝑎 + 𝑐 ≥ 𝑏 + 𝑑.
Contoh sifat 1 :
7
Misalkan 𝑎 = 5 dan 𝑏 = 7, 𝑎 < 𝑏 maka −𝑎 > −𝑏, sebab −5 > −7, sedangkan jika
Contoh sifat 2 :
Misalkan 𝑎 = 5 dan 𝑏 = 7 serta 𝑥 = 2, 𝑎 < 𝑏 maka 𝑥𝑎 < 𝑥𝑏 sebab 2.5 <
2.7 atau 10 < 14, sedangkan jika 𝑎 = 9 dan 𝑏 = 6 serta 𝑥 = 2, 𝑎>𝑏
maka 𝑥𝑎 > 𝑥𝑏, sebab 2.9 > 2.6 atau 18 > 12.
Contoh sifat 3 :
Misalkan 𝑎 = 5 dan 𝑏 = 7 serta 𝑥 = −2, 𝑎 < 𝑏 maka 𝑥𝑎 > 𝑥𝑏 sebab (- 2)(5) >
−2, 𝑎 > 𝑏 maka 𝑥𝑎 < 𝑥𝑏, sebab (-2)(9) < (-2)(6) atau -18 < -12.
Contoh sifat 4 :
Misalkan 𝑎 = 5 dan 𝑏 = 7 serta 𝑥 = 4 dan 𝑑 = 6, 𝑎 < 𝑏 dan 𝑐 < 𝑑 maka
𝑎 + 𝑐 < 𝑏 + 𝑑, sebab 5 + 4 < 7 + 6 atau 9 < 13, sedangkan jika 𝑎 = 9 dan
𝑏 = 6 serta 𝑐 = 8 dan 𝑑 = 7, 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 𝑑 maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑑, sebab
9 + 8 > 6 + 7 atau 17 > 13.
9
(+𝑎) + (−𝑏) = (+𝑐) jika |𝑎| > |𝑏|
Contoh : (+8) + (-5) = (+3)
atau
(+𝑎) + (−𝑏) = (−𝑑) jika |𝑎| < |𝑏|
Contoh : (8) + (-12) = (-4)
4) Jumlah dari bilangan negative (-a) dan bilangan positif (+b) adalah
bilangan positif (+c) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b,
atau bilangan negative (-d) jika harga mutlak a lebih besar dari harga
mutlak b. (−𝑎) + (+𝑏) = (+𝑐) jika |𝑎| < |𝑏|
Contoh : (-6) + (+9) = (+3)
atau
(−𝑎) + (+𝑏) = (−𝑑) jika |𝑎| > |𝑏|
Contoh : (-8) + (6) = (-2)
2. Operasi Pengurangan
1) Selisih antara dua bilangan positif (+a) dan (+b) adalah bilangan positif
(+c) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b, atau bilangan
negative (-d) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b.
(+𝑎) − (+𝑏) = (+𝑐) jika |𝑎| > |𝑏|
Contoh : (+8) – (+7) = (+1) atau
(+𝑎) − (+𝑏) = (−𝑑) jika |𝑎| < |𝑏|
Contoh : (+8) – (+9) = (-1)
2) Selisih antara dua bilangan negative (-a) dan (-b) adalah bilangan positif
(+c) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b, atau bilangan
negative (-d) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b.
(−𝑎) − (−𝑏) = (+𝑐) jika |𝑎| < |𝑏|
Contoh : (-8) – (-9) = (+1) atau
(−𝑎) − (−𝑏) = (−𝑑) jika |𝑎| > |𝑏|
Contoh : (-8) – (-7) = (-1)
3) Selisih antara bilangan positif (+a) bilangan negative (-b) adalah bilangan
positif (+c), hal ini identik dengan penjumlahan dua bilang positif.
10
(+𝑎) − (−𝑏) = (+𝑐)
Contoh : (+8) – (-9) = (+15)
4) Selisih antara bilangan negative (-a) dan bilangan positif (+b) adalah
bilangan negative (-c), hal ini identik dengan penjumlahan dua bilangan
negative.
(−𝑎) − (+𝑏) = (−𝑐)
Contoh : (-8) – (+7) = (-15)
3. Operasi Perkalian
1) Hasil kali antara dua bilangan positif (+a) dan (+b), serta hasil kali antara
dua bilangan negative (-a) dan (-b), adalah sebuah bilangan positif (+c).
(+𝑎) × (+𝑏) = (+𝑐) (−𝑎) × (+𝑏) = (+𝑐)
Contoh : (+8) x (+7) = (+56) (-8) x (-7) = (+56)
2) Hasil kali antara dua bilangan berlainan tanda (+a) dan (-b) atau (-a) dan
(+b) adalah bilangan negative (-c).
(+𝑎) × (−𝑏) = (−𝑐) (−𝑎) × (+𝑏) = (−𝑐)
Contoh : (+8) x (-7) = (-56) (-8) x (+7) = (-56)
4. Operasi Pembagian
1) Hasil bagi antara dua bilangan positif (+a) dan (+b), serta hasil bagi antara
dua bilangan negative (-a) dan (-b), adalah sebuah bilangan positif (+c).
(+𝑎) ÷ (+𝑏) = (+𝑐) (−𝑎) ÷ (−𝑏) = (+𝑐)
Contoh : (+4) ÷ (+2) = (+2) (-4) x (-2) = (+2)
2) Hasil bagi antara dua bilanganyang berlainan tanda (+a) dan (-b) atau (-a)
dan (+b) adalah sebuah bilangan negative (-c).
(+𝑎) ÷ (−𝑏) = (−𝑐) (−𝑎) ÷ (+𝑏) = (−𝑐)
Contoh : (+4) ÷ (-2) = (-2) (-4) x (+2) = (-2)
1.4 Operasi Bilangan Pecahan
Bilangan pecehan adalah bilangan rasional yang tidak bulat atau tidak utuh.
Berdasarkan cara penulisannya, bilangan pecahan dapat dibedakan atas pecahan
biasa dan pecahan desimal. Pecahan biasa selalu menunjukkan pembagian antara
11
1
dua bilangan, sebagai contoh: pecahan
4
menunjukkan bentuk pembagian 1:4.
Setiap pecahan biasa pada dasarnya dapat diubah bentuk menjadi pecahan desimal,
yakni dengan cara mengisikan atau mencantumkan angka-angka tertentu yang
1
memenuhi di belakang tanda koma, jadi pecahan biasa dapat dituliskan menjadi
4
contoh di atas merupakan contoh layak. Sedangkan pecahan tak layak adalah
pecahan yang harga mutlak angka pembilangnya lebih besar dari harga mutlak
angka penyebutnya. Jika diubah ke bentuk desimal maka angka di depan tanda
3
koma
5
sealu angka bukan nol, contoh pecahan tak layak: , yang apabila
34
bilangan terdiri dari bilangan bulat dan bilangan pecahan maka ia disebut bilangan
1 1
campuran. Angka 2 atau 2,5 adalah bilangan campuran karena 2
dapat ditulis
2 2
12
1
menjadi 2 +
2 atau 2,5 = 2 + 0,5. Pecahan tak layak pada hakekatnya adalah
bilangan campuran karena ia dapat diuruikan menjadi bilangan bulat dan bulangan
13
pecahan, bahkan ia dapat berubah menjadi bilangan bulat saja. Itulah sebabnya ia
disebut pecahan tak layak, karena ia tak murni sebagai sebuah pecahan.
1. Operasi Pemadanan
Angka-angka atau suku-suku dalam sebuah pecahan dapat diperbesar atau
diperkecil tanpa mengubah nilai pecahayannya, selama kedua sukunya
(pembilang dan penyebut) dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama.
Secara umum dapat ditulis sebagai berikut ;
Memperbesar Pecahan : Memperkecil Pecahan :
𝑎 𝑎× 𝑐 𝑎 𝑎 ∶𝑐
= =
𝑏 𝑏 ×𝑐 𝑏 𝑏∶
𝑐
Contoh memperbesar pecahan
:
3 3×4
12 12 12 × 5 60
= = , = =
4 4×4 16 16 × 5 80
16
3 12
Pecahan-pecahan , ,
60 adalah pecahan sepadan.
4 16 80
3
Pembesaran pecahan dapat dilakukan secara tak terbatas.
4
14
2. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Dua buah pecahan atau lebih hanya dapat ditambahkan dan dikurangkan
apabila memiliki suku-suku pembagi yang sama atau sejenis. Hal ini berarti
apabila suku-suku pembagiannya belum sama, terlebih dahulu harus
15
disamakan sebelum pecahan-pecahan tersebut ditambahkan atau dikurangkan.
Untuk menyamakan suku-suku pembagiannya, diusahakan pecahan-pecahan
tersebut memiliki suku pembagi terkecil (spbt).
Contoh :
5 1 6
1) + =
5 2 7
6 2 4 1
2) − = =
8 8 8 2
3 2 1 2 3
3) + = + = = 1
9 3 3 3 3
3 2 1 2 −1
4) 9 − 3= 3
− =3 3
16
3. Operasi Perkalian
Perkalian antar pecahan dilakukan dengan cara mengalikan suku-suku
sejenis, suku terbagi dikalikan dengan suku terbagi dan suku pembagi
dikalikan dengan suku pembagi. Perkalian yang mengandung bilangan
campuran dilakukan dengan cara mengubahnya terlebih dahulu menjadi
pecahan tak layak sebelum dikalikan. Secara umum dapat dirumuskan sebagi
berikut :
𝑎 𝑥 𝑎𝑥
× =
𝑏 𝑦 𝑏𝑦
𝑥 𝑝
𝑎𝑦 + 𝑥 𝑏𝑞 + 𝑝 (𝑎𝑦 + 𝑥)(𝑏𝑞 + 𝑝)
𝑎 ×𝑏
𝑦= 𝑞 × = 𝑦𝑞
𝑦 𝑞
Contoh :
3 5 3×5 15 5
1) 4 × 6= 4×6
= 24 = 8
1 1 17 11 187 3
2) 4 × 5 = × = = 23
4 2 4 2 8 8
4. Operasi Pembagian
Pembagian antar pecahan dapat dilakukan dengan 3 (tiga) macam cara, yaitu :
Cara I :
Kalikan pecahan terbagi (pembilang) dengan kebalikan dari pecahan pembagi
(penyebut).
𝑎 𝑥 𝑎 𝑦 𝑎𝑦
: =
𝑏 = × 𝑏𝑥
𝑏 𝑥
𝑦
Contoh :
71
7 4 28 4 1
: × =
8
= 4 8 1 8 =3 =3
8 2
Cara II :
Ubah terlebih dahulu kedua pecahan terbagi dan pecahan pembagi sehingga
17
keduannya mempunyai suku pembagi bersama terkecil (spbt), batalkan
(coret) spbt tersebut dan kemudian bagilah suku-suku terbagi yang tersisa.
18
𝑎 𝑥 𝑎𝑦 𝑏𝑥 𝑎𝑦 𝑏𝑦 𝑎𝑦
: = : = × =
𝑏 𝑏𝑦 𝑏𝑦 𝑏𝑦 𝑏𝑥 𝑏𝑥
Contoh : 𝑦
21
8 3 8 8 8 2
: : = × =
3
= 4 12 12 12 3 3 = 2
3
Cara III :
Kalikan terlebih dahulu kedua pecahan dengan spbt-nya, selesaikan atau
sederhanakan masing-masing pecahan dan kemudian baru dibagi.
𝑎 𝑥 𝑎 𝑥 𝑎𝑦
: × 𝑏𝑦) : ( × 𝑏𝑦) = (𝑎𝑦): (𝑏𝑥) =
𝑏 =( 𝑦 𝑏𝑥
𝑏
𝑦
spbt-nya adalah by
Contoh :
1 1
: 1 1 3
4 × 12) : ( × 12) = 3 ∶ 4 =
=( 3 4
3 4
𝑥𝑎 ∶
𝑦𝑏.
20
Contoh :
Sebuah toko menaikkan harga beberapa barangnya dalam rasio 5 : 2, sebulan
kemudian toko tersebut melakukan penjualan obral dengan menurunkan
harga barangnya dalam rasio 3 : 4. Tentukanlah :
1) Harga jual barang uang semua seharga Rp. 20.000
2) Harga semula barang yang ditawarkan dengan harga orbal Rp.35.000
Jawab :
1) Rasio harga semula terhadap obral :
5 3 15
× =
2 4 8
15
Jadi harga barang yang semula harga Rp.20.000 = x 20.000 = 37.500.
8
15
2) Harga semula × = Harga obral
8
8
Harga semula = Harga obral ×
15
8
Harga semula = 35.000 ×
15 = 18.667
Contoh :
1) Sebuah kelas di Preston Technical College mempunyai 20 orang. Rasio
antara pria dan wanita adalah 3 : 7. Berapa banyak pria dan wanita dalam
kelas tersebut?
2) Misalnya rasio yang ditetapkan pada soal 1 merupakn rasio umum untuk
semua kelas di Preston Technical College. Berapa jumlah wanita dalam
suatu jelas jika diketahui ada 9 pria?
Jawab :
21
1) Rasio pria : wanita = 3 : 7, ini berarti dari setiap 10 (3 x 7) orang ada 3
3
pria dan 7 wanita atau 7
10 adalah pria dan adalah wanita.
10
3
Jadi, jumlah pria = 7
10 × 20 = 6 dan jumlah wanita = × 20 = 14.
10
2) Diketahui :
Rasio pria : wanita = 3 : 7
Jumlah pria = 9 orang
Ditanya :
Jumlah Wanita = … ?
Misalnya n = jumlah keseluruhan siswa dalam kelas.
3
Jumla pria = 10
10 × 𝑛 atau 𝑛 = × jumlah pria
3
10
𝑛 = × 9 = 30
3 7
Jumlah Wanita = 7
10 ×𝑛= × 30 = 21
10
2) Diketahui :
Rasio upah sebelumnya dengan upah sekarang adalah 11 : 9
Upah sebelumnya Rp. 200.000
Ditanya :
Upah sekarang = …?
9
Upah sekarang =
11 × Upah sebelumnya
9
Upah sekarang =
11 × 200.000 = 163.636,4
Jadi, upahsi Budi sekarang adalah Rp. 163.636,4 per minggu.
3) Diketahui :
Rasio antara harga baru dengan harga semula = 5 : 4
Ditanya :
a. Jika harga semua = Rp.8.000, harga baru = …?
b. Jika harga baru = Rp. 20.000, harga semula = … ?
Jawab:
a. Harga baru = 5
× harga semula
4
Harga baru 5
= × 8.000 = 10.000
4
b. Harga semula 4
= × harga baru
Harga semula 5
4
= × 20.000 = 16.000
5
1.6 Penutup
23
1. Benarkah bahwa jika 𝑎 < 𝑥 < 𝑏, maka selalu 𝑥𝑎 < 𝑥𝑏 ?
2. Mana yang salah diantara pernyataan-pernyatan berikut ?
a. Bilangan positif berpangkat genap menghasilkan bilangan positif.
b. Bilangan negative berpangkat genap menghasilkan bilangan positif.
c. Bilangan negative berpangkat ganjil menghasilkan bilangan negative.
d. Bilangan positif berpangkat ganjil menghasilkan bilangan negative.
3. Ubahlah pecahan-pecahan biasa di bawah ini menjadi pecahan decimal,
sampai dengan tiga angka di belakang koma :
5
a. c. e. −3
8 20
7
9 d. 11 f. 13
b. 5 −9
12
10. Selesaikan :
a. 0,32 + 0,08 + 0,12 c. 0,32 × 0,08 × 0,12
b. 0,32 - 0,08 - 0,12 d. 0,32 ÷ 0,08 ÷ 0,12
11. Berapa banyak dari laba sebesar Rp. 14.750.000 yang akan diterima oleh Pak
Daeng, Pak Sangkala, Pak Baco, jika mereka mengadakan usaha sekawan.
24
Kontribusi Pak Daeng 2,5 kali dari Pak Sangkala yang memberikan
kontribusi 40% lebih besar dari Pak Baco.
12. Suryamas bersaudara yakni Eki, Aldi dan Ina mengadakan usaha patungan
dengan mendirikan Balai Pertemuan. Mereka masing-masing menanam
modal berturut-turut Rp. 2.000.000, Rp. 4.000.000 dan Rp. 3.000.000. bunga
yang dibayar atas modal yang ditanam pada suku 10,25% p.a. dan laba dibagi
menurut proporsi modal ditanam. Jika laba dalam setahun Rp. 3.622.500
(diluar bunga yang dibayar), berapa penerimaan masing-masing dari bunga
dan laba ?
25
SESI PERKULIAHAN KE : 3-4
TIK
Mahasiswa mampu menerapkan konsep fungsi atau persamaan dalam menyelesaikan
masalah-masalah bisnis.
Sasaran pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian fungsi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jensi fungsi.
3. Mahasiswa mampu menggambar fungsi linier.
4. Menyelesaikan sistem persamaan linier.
Bahan bacaan :
1. Anton, Horwad. 1988. Aljabar Linier Elementer, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Badrudin R, Algifari. 1997. Matematika Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
3. Dumairy. 1990. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
4. Habieb Marno, H. Aziz Eddy. 2004. Matematika Ekonomi & Bisnis, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
5. PEDC. 1987. Matematika Keuangan. Bandung: PEDC.
6. Sembiring, L. dkk. 1997. Matematika Keuangan. Bandung: M2S.
7. Surbakty, DM. 1990. Matematika Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Kesaint Blane Indah.
Pertanyaan kunci/tugas :
1. Beri contoh pentingnya memahami konsep fungsi dalam kehidupan sehari-hari ?
2. Apa yang dimaksud dengan fungsi ?
3. Bagaimana mengubah suatu persamaan menajdi persamaan lain dengan benar ?
4. Sebutkan metode yang digunakan dalam menyelesaikan suatu sistem persamaan linier
5. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk menerjemahkan suatu informasi ke
dalam bentuk persamaan ?
6. Jelaskan penggolongan sistem bilangan ?
BAB II FUNGSI
Pendahuluan
Pada bab II ini akan diuraikan jenis-jenis fungsi, grafik fungsi, membangun
fungsi, penyelesaian sistem persamaan linier dan pernerapan fungsi dalam
ekonomi dan bisnis. Materi pada bab ini digunakan dalam matakuliah statistika
bisnis, manajemen produksi dan operasi. Setelah menyelesaikan materi ini,
mahasiswa akan dapat menerapkan konsep fungsi dalam kegiatan ekonomi dan
bisnis.
1
Secara umum sebuah fungsi dinyatakan dengan notasi : 𝑦 = 𝑓(𝑥).
Fungsi
2
𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1𝑥 + 𝑎1𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑛𝑥𝑛
Pangkat tertinggi pada variabel suatu fungsi polinom mencerminkan derajat
polinomnya, sekaligus juga mencerminkan derajat persamaan atau fungsi tersebut.
Fungsi linier adalah fungsi polinom khusus yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat satu. Bentuk umum fungsi linier adalah :
𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑎0 + 𝑎4𝑥, 𝑎0 = konstanta, 𝑎1 ≠ 0
Fungsi-fungsi lain yang pangkat tertinggi dari variabelnya lebih dari satu,
secara umum disebut fungsi non-linear, meliputi fungsi kuadrat, fungsi kubik dan
seterusnya. Fungsi kuadrat adalah fungsi polinom yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat dua, bentuk umum fungsi kuadrat adalah : 𝑦 = 𝑎0 +
𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑛log 𝑥
Fungsi trigonometric dan fungsi hiperbolik adalah fungsi yang variabel
bebasnya merupakan bilangan-bilangan trigonometric. Contoh fungsi
trigonometric :
𝑦 = 𝑓(𝑥) = sin 2𝑥
Contoh fungsi hiperbolik : 𝑦 = 𝑓(𝑥) = arc cos 5𝑥
Selain pembagian jenis fungsi seperti yang telah diuraikan di atas, fungsi juga
dapat dibedakan berdasarkan letak ruas variabel-variabelnya atas dua jenis yaitu
fugsi eksplisit dan fungsi implicit. Fungsi eksplisit adalah fugsi yang variabel
2
bebasnya dan variabel terikatnya terletak di ruas yang berlainan. Sedangkan
fungsi implicit adalah fungsi yang variabel bebas dan terikatnya terletak di satu
ruas yang sama, di ruas kiri semua atau di ruas kanan semua. Secara operasional,
bentuk umum persamaan fungsi yang eksplisit dan yang implisit dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Bentuk-bentuk Fungsi
2
1. Mengambil minimal 2 titik pada sumbu x kemudian menentukan nilai pada
sumbu y sesuai dengan bentuk fungsinya. Titik-titik perpotongan antara nilai
pada sumbu x dan nilai pada sumbu y dihubungkan dengan garis lurus.
2. Menentukan titik potong pada sumbu x (y = 0) dan menentukan titik potong
dengan sumbu y (x = 0). Kedua titik potong tersebut dihubungkan dengan
garis lurus.
Contoh 2.1 :
Gambarkan kurva dari fungsi linier berikut : 𝑦 = 2 + 𝑥
x 0 1 2 3 4
y 2 3 4 5 6
2. Menentukan titik potong pada sumbu x dan sumbu y. Titik potong pada sumbu
x menyebabkan nilai y = 0, sehingga :
𝑦 = 2 + 𝑥0
=2+𝑥
𝑥 = −2
Jadi, titik potong dengan sumbu x adalah (-2,0)
Titik potong pada sumbu y menyebabkan nilai x = 0, sehingga :
𝑦= 2 +𝑥
𝑦=2+0
𝑦=2
2
Jadi, titik potong dengan sumbu x adalah (0,2)
2
Contoh 2.2 :
Diketahui titik A (2,1) dan titik B (4,3), tentukan persamaan liniernya ?
Penyelesaian ;
Dari titik A diketahui (𝑥1, 𝑦1) = (2, 1) dan dari titik B diketahui
(𝑥2, 𝑦2) = (4, 3)
𝑦−1 𝑥−2
=
3−1 4−2
𝑦−1
= 𝑥−2
2
2
2(𝑦 − 1) = 2(𝑥 − 2)
2𝑦 − 2 = 2𝑥 − 4
2𝑦 = 2𝑥 − 4 + 2 = 2𝑥 − 2
𝑦=𝑥− 1
2. Cara Koordinat Lereng (Gradien)
Dari sebuah titik dan suatu lereng dapat dibentuk sebuah persamaan linier
atau fungsi linier yang memenuhi titik dan lereng (gredien) tersebut. Misalkan
diketahui sebuah titik A dengan koordinat (𝑥1, 𝑦1) dan lereng garisnya adalah
2
Sebuah persamaan linier dapat dibangun apabila diketahui penggalnya
(titik potong) pada salah satu sumbu dan lereng garis yang memenuhi
persamaan tersebut. Rumus mencari liniernya adalah :
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥, 𝑎 = penggal, b = lereng
Contoh 2.4 :
Misalkan penggal dan lereng garis 𝑦 = 𝑓(𝑥) masing-masing adalah 3 dan 2, tentukan
persamaan liniernya ?
Penyelesaian :
Diketahui : a = 3 dan b = 2
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑦 = 3 + 2𝑥
Jadi 𝑦 = 𝑓 (𝑥) = 3 + 2𝑥
2
𝑦 = 4 − 2𝑥
Jadi, persamaan liniernya adalah : 𝑦 = 4 − 2𝑥
2.5 Sistem Pensamaan Linier
Sistem persamaan linier secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Metode Substitusi
Dua persamaan dengan dua variabel dapat diselesaikan dengan cara
menyelesaikan terlebih dahulu sebuah persamaan untuk salah satu variabel,
kemudian mensubstitusikannya ke dalam persamaan yang lain.
Contoh 2.6 :
Carilah nilai variabel x dan variabel y dari dua persamaan berikut :
2x + 3y = 7 … (1)
x + 4y = 6 … (2)
Penyelesaian :
Selesaikan lebih dahulu salah satu persamaan untuk variabel tertentu, misalkan
variabel x untuk persamaan (2), hasilnya adalah :
x + 4y = 6
x = 6 – 4y … (2a)
Substitusi persamaan (2a) ke persamaan (1), hasilnya sebagai berikut :
2x + 3y = 7
2
2 (6 – 4y) + 3y = 7
12 – 8y + 3y = 7
-5y = 7 – 12 = -5
−5
𝑦= = 1 … (3)
−5
Substitusi persamaan (3) ke persamaan (2a), hasilnya :
𝑥 = 6 − 4𝑦
𝑥 = 6 − 4(1) = 6 − 4 = 2
Jadi, nilai variabel x = 2 dan variabel y = 1.
2. Metode Eliminasi
Dua persamaan dengan dua variabel data diselesaikan dengan metode
menghilangkan untuk sementara (mengeliminasi) salah satu dari variabel
yang ada sehingga dapat dihitung nilai dari variabel yang lain.
Contoh 2.7 :
Carilah nilai variabel x dan variabel y dari dua persamaan berikut :
3𝑥 + 2𝑦 = 9 … (1)
4𝑥 + 𝑦 = 7 … (2)
Penyelesaian :
Misalkan variabel yang mau dieliminasi adalah y, maka samakan
koefisien variabel y dari kedua persamaan dengan cara kalikan persamaan (1)
dengan 1 dan persamaan (2) dengan 2, sehinga diperoleh :
3𝑥 + 2𝑦 = 9 |𝑥1| 3𝑥 + 2𝑦 = 9
4𝑥 + 𝑦 = 7 |𝑥2| 8𝑥 + 2𝑦 = 14
Agar variabel y hilang, kurangkan kedua persamaan baru di atas,
hasilnya sebagai berikut :
3𝑥 + 2𝑦 = 9
8𝑥 + 2𝑦 = 14 (−)
−5
−5𝑥 = −5, 𝑥=
−5 = 1 … (3)
2
Selanjutnya substitusi persamaan (3) ke salah satu persamaan (1) atau (2),
hasilnya:
3𝑥 + 2𝑦 = 9
3(1) + 2𝑦 = 9
2𝑦 = 9 − 3 = 6
6
𝑦= =3
2
3. Metode Grafik
Dua persamaan dengan dua variabel dapat diselesaikan dengan metode
grafik, yaitu dengan cara mencari titik potong kedua grafik persamaan
tersebut. Sebagaimana telah diuraikan bahwa grafik persamaan linier dengan
dua variabel yaitu berupa garis lurus. Grafik masing-masing persamaan dapat
ditentukan dengan cari mencari titik potong dengan sumbu x (ketika y=0) dan
titik potong dengan sumbu y (ketika x=0).
Contoh 2.8 :
Cailah nilai variabel x dan variabel y dari dua persamaan barikut :
3𝑥 + 2𝑦 = 6 … (1)
4𝑥 + 𝑦 = 8 … (2)
Penyelesaian :
Menetukan grafik persamaan (1) :
Titik potong pada sumbu x, maka y = 0, sehingga :
6
3𝑥 + 2𝑦 = 6, 3𝑥 + 2(0) = 6, 3𝑥 = 6, 𝑥 = =2
3
Jadi titik potong pada sumbu x adalah (2,0).
Titik potong pada sumbu y, maka x = 0, sehingga :
6
3𝑥 + 2𝑦 = 6, 3(0) + 2𝑦 = 6, 2𝑦 = 6, 𝑦 = =3
2
Jadi titik potong pada sumbu y adalah (0,3).
2
Titik potong pada sumbu x, maka y = 0, sehingga :
8
4𝑥 + 𝑦 = 8, 3𝑥 + 0 = 8, 4𝑥 = 8, 𝑥 = =2
4
Jadi titik potong pada sumbu x adalah (2,0)
Titik potong pada sumbu y, maka x = 0, sehingga :
4𝑥 + 𝑦 = 8, 4(0) + 𝑦 = 8, 𝑦 = 8
Jadi titik potong pada sumbu y adalah (0,8)
Grafik dari kedua persamaan di atas adalah sebagai berikut :
4. Metode Determinan
Untuk menyelesaikan n persamaan dengan n variabel (n ≥ 2) dapat
digunakan metode campuran antara metode eliminasi dan metode substitusi.
Jika jumlah persamaan dan variabel cukup banyak, proses penyelesaian
dengan metode campuran akan bertele-tele sebab harus melakukan beberapa
kali penyederhanaan sehingga metode ini kurang efisien digunakan. Untuk
mengatasi permasalahan ini dapat digunakan metode determinan.
𝑎𝑏
Determinan secara umum dilambangkan dengan notasi : | | dimana
𝑐 𝑑
a, b, c dan d adalah bilangan tertentu.
Banyaknya baris dan kolom dalam determinan harus sama. Banyaknya
baris atau kolom menunjukan dimensi atau derajat dari determinan tersebut.
3
Determinan berderajat n maksudnya adalah determinan yang berdimensi n,
artinya terdiri dari n baris dan n kolom.
Prinsip pengerjaan determinan adalah dengan mengalikan unsur-
unsurnya secara diagonal dari kiri-atas menurun ke kanan-bawah dan dari
kiri-bawah menaik kanan-atas, kemudian hasil perkalian menurun dikurangi
dengan hasil perkalian menaik.
𝑎 𝑏
| | = 𝑎𝑑 − 𝑐𝑏
𝑐 𝑑
Untuk determinan berderajat 3 :
𝑎 𝑏 𝑐𝑎 𝑏
|𝑑 𝑒 𝑓| 𝑑 𝑒| = 𝑎𝑒𝑖 + 𝑏𝑓𝑔 + 𝑐𝑑ℎ − 𝑔𝑒𝑐 − ℎ𝑓𝑎 − 𝑖𝑑𝑏
𝑔 ℎ 𝑖𝑔 ℎ
Contoh 2.9 :
1 −3
Tentukan determinan dari matriks A =(
4 6 ) dan matriks B =
2 5 3
(1 −1 2)
3 2 4
Penyelesaian :
1 −3
| | = (1)(6) − (4)(−3) = 6 − (−12) = 6 + 12 = 18
4 6
2 5 3 2 5
|1 −1 2| 1 −1| = (2)(−1)(4) + (5)(2)(3) + (3)(1)(2) − (3)(−1)(3)
3 2 4 3 2
−(2)(2)(2) − (4)(1)(5) = −9 + 30 + 6 + 10 − 8 − 20 = 10
Penyelesaian persamaan linier dengan metode determinan dapat
dilakukan dengan cara berikut ;
Misalkan diketahui dua persamaan berikut dengan dua variabel :
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐
𝑑𝑥 + 𝑒𝑦 = 𝑓
Menentukan nilai x dan y yang memenuhi kedua persamaan di atas dapat
dilakukan sebagai berikut :
Persamaan di atas ditulis dalam bentuk matriks :
𝑎 𝑏 𝑥 𝑐
( )( )=()
𝑐 𝑑 𝑦 𝑓
3
𝑎 𝑏
Misalkan : A = ( ), B = (𝑥), dan C = (𝑐 )
𝑐 𝑑 𝑦 𝑓
Persamaan matriks : A x B = C
Untuk menentukan nilai x dan y dengan metode determinan rumusnya
sebagai berikut :
𝑎 𝑐
𝑐 𝑏 |𝐴𝑦|
|𝐴𝑥|= | 𝑓 𝑒| = 𝑐𝑒 − 𝑓𝑏 |𝑑 𝑓| = 𝑎𝑓 − 𝑑𝑐
𝑥 = |𝐴| 𝑎 𝑏 𝑎𝑒 − 𝑑𝑏 𝑦= = 𝑎 𝑏 𝑎𝑒 − 𝑑𝑏
| | |𝐴| | |
𝑑 𝑒 𝑑 𝑒
Dimana :
Ax adalah matriks A yang unsur kolom pertamanya di ganti dengan unsur
matriks C. Ay adalah matriks A yang unsur kolom keduanya di ganti dengan
unsur matriks C. Misalkan diketahui tiga persamaan berikut dengan tiga
variabel :
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐𝑧 = 𝑘
𝑑𝑥 + 𝑒𝑦 + 𝑓𝑧 = 𝑙
𝑔𝑥 + ℎ𝑦 + 𝑖𝑧 = 𝑚
Menentukan nilai x, y dan z yang memenuhi ketiga persamaan di atas dapat
dilakukan sebagai berikut ;
Persamaan di atas dituis dalam bentuk matriks :
𝑎 𝑏 𝑐 𝑥 𝑘
(𝑑 𝑒 𝑓 ) ( 𝑦 ) = ( 𝑙 )
𝑔 ℎ 𝑖 𝑧 𝑚
𝐴×𝐵=𝐶
𝑎 𝑏 𝑐 𝑥 𝑘
Dimana : 𝐴 = (𝑑 𝑒 𝑓) , 𝐵 = (𝑦) , 𝐶 = ( 𝑙 )
𝑔 ℎ 𝑖 𝑧 𝑚
Untuk menentukan nilai x, y dan z dengan metode determinan rumusnya
sebagai berikut :
𝑥 = |𝐴𝑥| |𝐴𝑦|
𝑦= 𝑧 = |𝐴𝑧|
|𝐴| |𝐴| |𝐴|
𝑎 𝑏 𝑐
|𝐴| = |𝑑 𝑒 𝑓| = 𝑎𝑒𝑖 + 𝑏𝑓𝑔 + 𝑐𝑑ℎ − 𝑔𝑒𝑐 − ℎ𝑓𝑎 − 𝑖𝑑𝑏
3
𝑔 ℎ 𝑖
3
𝑘 𝑏 𝑐
|𝐴𝑥| = | 𝑙 𝑒 𝑓| = 𝑘𝑒𝑖 + 𝑏𝑓𝑚 + 𝑐𝑙ℎ − 𝑚𝑒𝑐 − ℎ𝑓𝑘 − 𝑖𝑙𝑏
𝑚 ℎ 𝑖
𝑎 𝑘 𝑐
|𝐴𝑦| = |𝑑 𝑙 𝑓| = 𝑎𝑙𝑖 + 𝑘𝑓𝑔 + 𝑐𝑑𝑚 − 𝑔𝑙𝑐 − 𝑚𝑓𝑎 − 𝑖𝑑𝑘
𝑔 𝑚 𝑖
𝑎 𝑏 𝑘
|𝐴𝑧| = |𝑑 𝑒 𝑙 | = 𝑎𝑒𝑚 + 𝑏𝑙𝑔 + 𝑘𝑑ℎ − 𝑔𝑒𝑘 − ℎ𝑙𝑎 − 𝑚𝑑𝑏
𝑔 ℎ 𝑚
Contoh 2.10 :
1. Tentukan nilai x dan y dari sistem persamaan berikut dengan
menggunakan metode determinan :
2𝑥 + 3𝑦 = 13
𝑥 + 4𝑦 = 14
Penyelesaian :
2 3
|𝐴| = | | = (2)(4) − (1)(3) = 8 − 3 = 5
1 4
13 3
|𝐴𝑥| = | | = (13)(4) − (14)(3) = 53 − 42 = 10
14 4
2 13
|𝐴𝑦| = | | = (2)(14) − (1)(13) = 28 − 13 = 15
1 14
|𝐴𝑥| 10
=
𝑥 = |𝐴| =2
5
|𝐴𝑦| 15
=
𝑦 = |𝐴| =3
5
2. Tentukan nilai x, y dan z dari sistem persamaan berikut dengan
menggunaka metode determinan :
𝑥 + 2𝑦 − 𝑧 = 2 2𝑥
+ 3𝑦 − 2𝑧 = 14
3𝑥 − 𝑦 + 3𝑧 = 10
Penyelesaian :
3
1 2 −1
| 𝐴| = | 2 3 2 | = (1)(3)(3) + (2)(2)(3) + (−1)(2)(−1) −
3 −1 3
(3)(3)(−1) − (−1)(2)(−1) − (3)(2)(2)
= 9 + 12 + 2 + 9 + 2 − 12
= 22
2 2 −1
|𝐴𝑥| = |14 3 2|
10 −1 3
= (2)(3)(3) + (2)(2)(10) + (−1)(14)(−1) −
(10)(3)(−1) − (−1)(2)(2) − (3)(14)(2)
= 18 + 40 + 14 + 30 + 4 − 84
= 22
1 2 −1
|𝐴𝑥| = |2 14 2 | = (1)(14)(3) + (2)(2)(3) + (−1)(2)(10) −
3 10 3
(3)(14)(−1) − (10)(2)(1) − (3)(2)(2)
= 42 + 12 − 20 + 42 − 20 − 12
= 44
1 2 2
|𝐴𝑧| = |2 3 14| = (1)(3)(10) + (2)(14)(3) + (2)(2)(−1) −
3 −1 10
(3)(3)(2) − (−1)(14)(1) − (10)(2)(2)
= 30 + 84 − 4 − 18 + 14 − 40
= 66
|𝐴𝑥|22
𝑥= =
=1
|𝐴| 22
|𝐴𝑦| 44
𝑦= = =2
|𝐴| 22
|𝐴𝑧| 66
𝑧= = =3
|𝐴| 22
3
2.6 Penerapan Fungsi Linier
3
P
𝑄 = 𝑎 − 𝑏𝑃
𝑎 1
𝑃= − 𝑄
𝑏 𝑏
Dimana : Q = quantity (jumlah) dan P = price (harga).
Hukum permintaan mengatakan bahwa apabila harga naik maka
jumlah barang/jasa yang diminta akan berkurang, sebaliknya apabila
harga turun maka jumlah barang/jasa yang diminta akan bertambah.
Gerakan harga berlawanan arah dengan gerakan jumlah sehingga kurva
permintaan berlereng negative atau grafik garisnya miring ke kiri.
P
𝑎
𝑏
0 a Qd
3
Gambar 2.6 Fungsi Penawaran
Hukum penawaran mengatakan bahwa apabila harga naik maka
jumlah barang/jasa yang diminta juga akan bertambah, apabila harga
turun maka jumlah barang/jasa yang diminta juga akan berkurang.
Gerakan harga searah dengan gerakan jumlah, sehingga kurva
permintaan berlereng positif atau grafik garisya miring ke kanan.
Contoh 2.11 :
1. Persamaan permintaan : 𝑃 = 10 − 𝑄 atau Q = 10 - P
2. Persamaan penawaran : 𝑃 = 3 + 𝑄
3
3) Keseimbangan Pasar
Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam keseimbangan
(equilibrium) apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut sama
dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dapat ditulis
dalam bentuk kesamaan : 𝑄𝑑 = 𝑄𝑠
Dan secara grafik merupakan perpotongan kurva permintaan dan
kurva penawaran. Pada posisi keseimbangan pasar terjadi harga
keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah keseimbangan
(equilibrium quantity). Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterengan : P
𝑄𝑑 : Jumlah Permintaan
𝑄𝑠 : Jumlah Penawaran
𝑄𝑠
𝐸 : Titik Keseimbangan
𝑃𝑒 : Harga
KeseimbaEngan 𝑃𝑒
𝑄𝑒 : Jumlah Keseimbangan
𝑄𝑑
0 𝑄𝑒 Q
Gambar 2.7 Keseimbangan Pasar
Contoh 2.12 :
Fungsi permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan 𝑃 =
12 − 𝑄 dan fungsi penawarannya oleh persamaan 𝑃 = 3 + 0,5 𝑄. Berapa
harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang terjadi di pasar ?
Penyelesaian :
Diketahui persamaan permintaan : 𝑃 = 12 − 𝑄
Persamaan penawaran : 𝑃 = 3 + 0,5𝑄
Ubah kedua persamaan di atas menjadi Q sebagai subyek persamaan.
Hasilnya sebagai berikut : 𝑄𝑑 = 12 − 𝑃 … (1)
𝑄𝑠 = −6 + 2𝑃 … (2)
Keseimbangan pasar terjadi apabila : 𝑄𝑑 = 𝑄𝑠
3
12 − 𝑃 = −6 + 2𝑃
−𝑃 − 2𝑃 = −6 − 12
−3𝑃 = −18
𝑃 = 6 … (3)
Substitusi persamaan (3) ke persamaan (1) :
𝑄 = 12 − 𝑃
𝑄 = 12 − 6 = 6
Jadi, harga keseimbangan : 𝑃𝑒 = 6 dan jumlah keseimbangan : 𝑄𝑒 = 6.
Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
4
(P). jika sebelum pajak persamaan penawarannya : 𝑷 = 𝑎 + 𝑏𝑄, maka
sesudah dikenakan pajak sebesar t persamaannya menjadi : 𝑷 = 𝑎 + 𝑏𝑄 +
𝑡 = (𝑎 + 𝑡) + 𝑏𝑄.
Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
𝑄𝑑: Jumlah Permintaan
𝑄𝑠 : Jumlah Penawaran
𝑄𝑡 : Jumlah Penawaran setelah pajak sebesar t
�
𝐸 : Titik Keseimbangan
𝐸𝑡 : Titik Keseimbangan setelah pajak sebesar t
𝑃𝑒 : Harga Keseimbangan
𝑃𝑡 : Harga Keseimbangan setelah pajak sebesar t
�
𝑄𝑒 : Jumlah Keseimbangan
Contoh 2.13 :
4
Fungsi permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan 𝑃 = 12 − 𝑄,
sedangkan fungsi penawarannya 𝑃 = 3 + 0,5 𝑄. Barang tersebut dikenakan
pajak sebesar 3 per unit. Berapa harga keseimbangan dan jumlah
keseimbangan sebelum pajak dan berapa pula herga keseimbangan dan
jumlah keseimbangan sesudah pajak?
Penyelesaian :
Sebelum pajak diperoleh harga keseimbangan 𝑃𝑒 = 6 dan jumlah
keseimbangan: 𝑄𝑒 = 6 (lihat contoh sebelumnya). Sesudah pajak, harga jual
yang ditawarkan oleh produsen menjadi lebih tinggi, persamaan
penawarannya berubah menjadi :
Persamaan penawaran sebelum pajak : 𝑃 = 3 + 0,5𝑄
Persamaan penawaran setelah pajak :
𝑃 = 3 + 0,5𝑄 + 3 = 6 + 0,5𝑄 atau
𝑄 = −12 + 2𝑃 … (1)
Persamaan permintaan tidak berubah, yaitu : 𝑃 = 12 − 𝑄 atau 𝑄 = 12 −
𝑃 … (2)
Keseimbangan pasar : 𝑄𝑑 = 𝑄𝑠
12 − 𝑃 = −12 + 2𝑃
−𝑃 − 2𝑃 = −12 − 12
−3𝑃 = −24
−24
𝑃= = 8 … (3)
−3
Substitusi persamaan (3) ke persamaan (1), hasilnya sebagai berikut :
𝑄 = −12 + 2𝑃
𝑄 = −12 + 2(8) = −12 + 16 = 4
Jadi sebuah pajak diperoleh : 𝑃𝑡 = 8 dan 𝑄𝑡 = 4
𝑒 𝑒
4
Beban Pajak yang ditanggung oleh Konsumen:
Karena produsen mengalihkan sebagian beban pajak kepada konsumen
melalui harga jual yang lebih tinggi pada akhirnya beban pajak tersebut
ditanggung bersama oleh produsen dan konsumen. Besarnya bagian dari
pajak yang ditanggung oleh konsumen (𝑡 𝑘) adalah selisih antara harga
keseimbangan
sesudah pajak (𝑃 𝑡 ) dan harga keseimbangan sebelum pajak (𝑃 ) atau dapat
𝑒 𝑒
𝑡 𝑘 = 𝑃𝑡 − 𝑃 = 8 − 6 = 2
� �
Hal ini berarti dari setiap unit barang yang dibeli konsumen, konsumen
menanggung beban pajak sebesar 2, dengan kata lain dari pajak sebesar 3 per
unit barang, sebesar 2 (67%) ditanggung oleh konsumen.
4
𝑡𝑝 = 𝑡 − 𝑡𝑝 = 3 − 2 = 1
Hal ini berarti dari setiap unit barang yang diproduksi dan dijual oleh
produsen, produsen menanggung beban pajak sebesar 1, dengan kata lain dari
pajak sebesar 3 per unit barang, sebesar 1 (33%) ditanggung oleh produsen.
Jadi meskipun pajak tersebut dipungut oleh pemerintah melalui pihak
produsen, namun sesungguhnya pihak konsumenlah yang lebih berat
menanggung beban pajak.
2.7 Penutup
1. Bentuklah persamaan linier yang garisnya melalui pasangan titik-titik
berikut :
a) (-1, 4) dan (1, 0) c) (0, 0) dan (1, 5)
b) (-1 -2) dan (-5, -2) d) (1, 4) dan (2, 3)
2. Bentuklah persamaan linier yang garisnya melalui titik (-1, 3) dan mempunyai
koefisien arah atau lereng sebesar :
a) 5 c) 2 e) -1
b) 3 d) 0
3. Misalnya : 𝑦 = 8 − 2𝑥. Hitunglah :
a) 𝑓(1)
c) 𝑓(2) e) 𝑓(4)
b) 𝑓(1)
d) 𝑓(3) f) 𝑓(5)
4. Berapa lereng dan penggal garis pada sumbu y dari persamaan-persamaan berikut :
a) 𝑦 = −𝑥 b) 𝑦 = −3 − 3𝑥 c) 𝑦 = 6 + 4𝑥
4
5. Tentukan titik potongan dari garis-garis berikut :
a) 𝑦 = −2 + 4𝑥 dan
b) 𝑦 = −2 + 4𝑥 dan c) 𝑦 = 6 dan 𝑦=
𝑦 = 2 + 2𝑥
𝑦=6 10 − 2𝑥
6. Selesaikan determinan-determinan berikut :
7 3 2 1 12 −3 1 2 3
a) |4 8 5| b) |10 7 6| c) |4 5 6|
6 4 9 5 4 3 7 8 9
d) 𝑃 ∩ 𝑄 e) 𝑃 − (𝑄 − 𝑅) f) (𝑃 − 𝑄) − 𝑅
7. Hitunglah nilai x dan y dari sistem persamaan berikut :
8𝑥 = 4 + 4𝑦 dan 2𝑥 + 3𝑦 − 21 = 0, dengan menggunakan metode :
a) Substitusi
c) Grafik
b) Eliminasi
d) Determinan
8. Tentukan nilai a, b dan c dari sistem persamaan berikut :
𝑎+𝑏+𝑐=3
5𝑎 − 9𝑏 − 2𝑐 = 8
3𝑎 + 5𝑏 − 3𝑐 = 45
Dengan menggunakan metode :
a) Eliminasi dan Substitusi
b) Determinan
9. Permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan 𝑃 = 10 − 2 𝑄 dan
penawarannya oleh persamaan 𝑃 = 4 + 𝑄, barang tersebut dikenakan pajak sebesar
3 per unit, tentukan :
a) Harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum pajak (gambarkan grafiknya),
b) Haraga dan jumlah keseimbangan pasar setelah pajak (gambarkan grafiknya),
c) Berapa persen bagian pajak yang ditanggung oleh konsumen dan berapa persen
yang ditanggung produsen,
d) Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah.
4
SESI PERKULIAHAN KE : 5-6
TIK
Mahasiswa mampu melakukan perhitungan upah dan gaji sesuai peraturan yang
berlaku.
Sasaran pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian upah dan gaji.
2. Mahasiswa mampu menghitung upah dan gaji kotor.
3. Mahasiswa mampu menghitung upah dan gaji bersih.
Bahan bacaan :
1. Anton, Horwad. 1988. Aljabar Linier Elementer, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Badrudin R, Algifari. 1997. Matematika Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
3. Dumairy. 1990. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:
BPFE.
4. Habieb Marno, H. Aziz Eddy. 2004. Matematika Ekonomi & Bisnis, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
5. PEDC. 1987. Matematika Keuangan. Bandung: PEDC.
6. Sembiring, L. dkk. 1997. Matematika Keuangan. Bandung: M2S.
7. Surbakty, DM. 1990. Matematika Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Kesaint Blane
Indah.
Pertanyaan kunci/tugas :
1. Apa yang dimaksud dengan upah ?
2. Apa yang dimaksud dengan gaji ?
3. Apa yang dimaksud dengan lembur ?
4. Sebutkan beberapa metode perhitungan upah dan gaji kotor ?
5. Sebutkan dan jelaskan perhitungan upah dan gaji bersih serta pajak penghasilan
?
BAB III UPAH DAN GAJI
Pendahuluan
Bila seseorang bekerja pada suatu instansi atau perusahaan baik negeri
maupun swasta, mereka pasti menginginkan suatu imbalan dari pekerjaannya.
Imbalan ini sangat penting penting bagi pekerja untuk lebih meningkatkan
produktivitasnya. Imbalan inilah yang biasa disebut upah atau gaji. Bagaimana
cara perhitungannya
?
Dalam bab ini akan diuraikan : pengertian upah dan gaji, penghitungan upah
dan gaji kotor dan perhitungan upah dn gaji bersih. Setelah menyelesaikan materi
ini, mahasiswa akan mampu menghitung upah dan gaji sesuai aturan yang
berlaku.
4
1. Gaji
4
Pembayaran gaji jumlahnya tetap perminggu, perbulan atau pertahun. Di
Indonesia gaji dibayar perbulan sementara di Australia gaji di bayar per dua
minggu. Gaji kotor merupakan gaji yang belum dikurangi berbagai
pergurangan.
Contoh 3.1
1. Timbul adalah seorang pegawai tetap di Perusahaan XYZ. Dalam setahun
ia menerima gaji sebesar Rp 24.000.000. Berapa gaji kotor yang diterima
setiap bulannya?
2. Darto adalah seorang arsitek yang sangat terkenal. Gaji yang diterimanya
per tahun Rp 52.000.000. Berapa gaji kotor yang dia terima dalam setiap
minggu ?
Jawab:
1. Diketahui :
Gaji kotor per tahun = Rp 24.000.000
Ditanya :
Gaji kotor per bulan = …?
24.000.000
𝐺𝑎𝑗𝑖 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 =𝐺𝑎𝑗𝑖 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
= 2.000.000
𝑃𝑒𝑟
12
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐺𝑎𝑗𝑖 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 =
2. Diketahui: 12
Gaji kotor per tahun = Rp 52.000.000
Ditanya:
Gaji kotor per minggu = …?
52.000.000
𝐺𝑎𝑗𝑖 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟
𝐺𝑎𝑗𝑖 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟 𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 = 1.000.000
=𝐺𝑎𝑗𝑖 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟 𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 = 52
2. Upah 52
4
Untuk perhitungan upah ada beberapa metode yang biasa dipakai, antara lain:
1) Tarif Per Jam
Dalam metode ini pekerja dibayar berdasarkan tarif per jam. Upah
dihitung berdasarkan lamanya bekerja dalam satuan jam.
Rumus :
2. Diketahui :
Upah = Rp.60.000
Jam kerja = 4 jam
Ditanya :
Tarif upah per jam = … ?
𝑈𝑝𝑎ℎ
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟 𝐽𝑎𝑚 = 46
𝐽𝑎𝑚
60.000
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟 𝐽𝑎𝑚 = 15.000
= 4
3. Diketahui :
Tarif upah per jam = Rp.4.500
Upah = Rp.90.000
Ditanya :
Jam Kerja = … ?
90.000 𝑈𝑝𝑎ℎ
𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 =4.500 = 20
𝐽𝑎𝑚𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
= 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟
2) Lembur
Lembur terjadi bila jam kerja melebihi jam kerja normal atau lembur
dapat dikatakan sebagai kelebihan jam kerja dari standar kerja normal
yang telah ditetapkan perusahaan (biasanya 40 jam per minggu). Tarif
upah lembur pada umumnya lebih tinggi dari tariff upah normal. Tarif
upah lembur biasanya satu setengah kali tarif upah normal, sedangkan
tariff upah lembur hari minggu dan hari-hari besar biasanya ditetapkan
dua kali tarif upah normal, atau ditetapkan berdasarkan kebijakan
perusahaan.
Rumus :
4
2. Sari, dalam satu minggu bekerja selama 45 jam dengan tarif upah per
jam Rp.10.000. Berapakah upah yang diterima sari dalam seminggu
bila jam kerja normal 40 jam dan tariff lembur1,5 dari tariff normal ?
Jawab :
1. Diketahui :
Upah normal = Rp.400.000
Jam kerja normal = 40 jam seminggu
Tarif upah lembur = 1,5 dari tarif upah normal
Ditanya :
Pendapatan Rambo = … ?, bila jamkerja totalnya = 54 jam.
400.000
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟 𝐽𝑎𝑚 = = 10.000
𝑈𝑝𝑎ℎ
40𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟 𝐽𝑎𝑚 =
𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟 𝑃𝑒𝑟 𝐽𝑎𝑚 =𝑃𝑒𝑟
1,5 ×𝐽𝑎𝑚
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 = 1,5 ×𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝑈𝑝𝑎ℎ 10.000𝑃𝑒𝑟
= 15.000
𝐽𝑎𝑚
𝐽𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟
𝐽𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟 = 54
= 𝐽𝑎𝑚 − 40
𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 14
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝑈𝑝𝑎ℎ𝑈𝑝𝑎ℎ 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟
𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟 = 𝐽𝑎𝑚=𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟
14 × 15.000 = 210.000
× 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟 𝑃𝑒𝑟 𝐽𝑎𝑚
Pendapatan Rambo = Upah Normal + Upah Lembur
= 400.000 + 210.000
= 610.000
2. Diketahui :
Jam Kerja Total = 45 jam
Tarif Upah Normal Per Jam = Rp.10.000
Jam Kerja Normal dalam seminggu = 40
jam Ditanya :
Upah Total = … ?
4
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 40 × 10.000 = 400.000
1
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟 = (𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙) × 1 (𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙)
1 2
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟 = (45 − 40) × 1
2 (10.000) = 75.000
Contoh 3.𝑈𝑝𝑎ℎ
4 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟
4
Upah = …?
𝑈𝑝𝑎ℎ = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡 × 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
𝑈𝑝𝑎ℎ = 500 × 22.500 = 11.250.000
2. Diketahui :
Upah = Rp 15.403.125
Jumlah Unit = 125
Ditanya:
Tarif Upah Per Unit = …?
𝑈𝑝𝑎ℎ
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
15.403.125
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 123.225
= 125
3. Diketahui :
Upah = Rp.18.375.000
Tarif Upah Per Unit = Rp.525.000
Ditanya :
Jumlah Unit = … ?
18.375.000𝑈𝑝𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡𝑈𝑛𝑖𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ = = = 35
525.000
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
4) Komisi
Karyawan yang terlibat dalam penjualan barang biasanya dibayar
berdasarkan persentase dari penjualan total, pembayaran inilah yang
biasa disebut komisi. Pembahasan mengenai komisi telah diuraikan pada
pokok bahasan persentase.
Contoh 3.5 :
5
CV.Andalan memberikan komisi 20% untuk penjualan sampai dengan
Rp.2.000.000, dan 30% di atas Rp.2.000.000. Pada minggu pertama Rias
berhasil menjual barang Rp.3.000.000. Berapakah komisi yang diterima ?
Jawab :
Diketahui :
Tarif Komisi = 20%, jika penjualan = Rp.2.000.000
Tarif Komisi = 30%, jika penjualan > Rp.2.000.000
Jumlah Penjualan = Rp.3.000.000.
Ditanya :
Komisi = … ?
𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑖 𝐼 = 20% × 2.000.000 = 400.000
𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑖 = 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑖 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑖 𝐼𝐼 = 30% × (3.000.000 − 2.000.000) = 300.000
𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑖 = 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑖 𝐼 + 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑖 𝐼𝐼 = 400.000 + 300.000 = 700.000
3.3 Perhitungan Upah dan Gaji Bersih
Pada umurnya selain ditetapkan besarnya gaji atau upah kotor karyawan,
perusahaan juga memberikan tunjangan atau fasilitas untuk para karyawannya.
Tunjangan yang diterima akan menambah penerimaan karyawan. Tunjangan yang
diberikan kepada karyawan, misalnya :
1. Tunjangan Kesehatan
2. Tunjangan Perumahan
3. Tunjangan Pajak
4. Tunjangan Keluarga
5. Tunjangan Jabatan
6. Dan lain-lain
Disamping tunjangan yang menambah pendapatan karyawan, ada juga
beberapa pengurangan untuk menghitung upah atau gaji bersih yang diterima
karyawan. Pengurangan ini merupakan ketentuan ataupun kesepakatan antara
karyawan dan perusahaan. Pengurangan untuk upah atau gaji kotor, antara lain :
1. Asuransi tenaga kerja
2. Iuran pegawai
5
3. Pajak penghasilan/pendapatan
4. Pembayaran cicilan hutang (bila ada)
5. Dan lain-lain.
Berapa hal yang perlu diperhatika dalam menghitung pajak
penghasilan/pendapatan (PPh) :
1. Untuk menentukan besarnya penghasilan bersih pengawai karyawan atau
karyawati yang menerima penghasilan tetap diperbolehkan untuk
dikurangkan dari penghasilan kotor:
1) Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan kotor, setinggi-tingginya
Rp.648.000 setahun atau 54.000 sebulan.
2) Iuran yang terikat pada gaji kepada dana pension yang disetujui oleh
Menteri Keuangan.
2. Biaya untuk mendapatkan, memperoleh dan memelihara uang pensiun,
ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan kotor, setinggi-tingginya Rp.216.000
setahun atau Rp.18.000 sebulan.
3. Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak Pegawai, karyawan atau
karyawati, penghasilan bersihnya dikurangi dengan Penghasilan tidak Kena
Pajak (PTKP) yang besarnya sebagai berikut :
Setahun (Rp) Sebulan (Rp)
Diri pegawai, karyawan atau 144.000
a. 1.728.000
karyawati
Tambahan untuk pegawai atau
b. 864.000 72.000
karyawan yang sudah kawin (10%)
Tambahan untuk setiap orang keluarga
sedarah dan dalam garis lurus, serta
c. anak angkat yang menjadi tanggungan 864.000 72.000
sepenuhnya paling banyak 3 orang
(2%)
Bagi karyawati yang menunjukan
keterangan tertulis dari Pemerintah 72.000
d. 864.000
Daerah setempat, bahwa suaminya
tidak bekerja
4. Besarnya tarif pajak penghasilan adalah 10% dari penghasilan kena pajak bila
penghasilan sampai Rp.25 juta setahun. 15% bila penghasilan lebih besar
5
Rp.25 juta sampai Rp.50 juta setahun, dan 30% bila penghasilan lebih dari
Rp.50 juta setahun.
5. Penghasilan kotor berupa upah harian, upah satuan dan upah borongan serta
penghasilan berupa honorarium sampai dengan jumlah Rp.14.400 sehari,
tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.
Catatan :
Ketentuan di atas dapat berubah setiap saat sesuai ketetapan yang berlaku.
Penghitungan pemotongan pajak penghasilan terhadap penghasilan pegawai,
karyawan atau karyawati tetap.
1. Gaji atau Upah Bulanan
Contoh 3.6 :
Yusri bekerja di perusahaan Asri sebagai sekretaris dengan memperoleh
gaji sebelum Rp.1.500.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
10.000,-. Yusri sudah beristri tetapi belum mempunyai anak. Berapakah
besarnya pajak penghasilan yang ditanggungYusri dan besar penghasilan
bersihnya setelah kena pajak penghasilan ?
Jawab :
a. Gaji bulanan Rp 1.500.000
b. Potongan :
1. Biaya jabatan
5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
2. Iuran Pensiun = Rp 10.000 +
Rp 85.000 -
Penghasilan sebulan sebelum kena Pajak Rp 1.415.000
3. PTKP
-Untuk wajib pajak sendiri = Rp 144.000
5
= Rp 72.000
-Untuk wajib pajak yang kawin
+
Rp 216.000 -
Penghasilan kena pajak sebelun Rp 1.199.000
Penghasilan pajak setahun = 12 x Rp 1.999.000
= Rp 14.388.000
Pajak penghasilan Setahun (PPh Pasal 21)
=10 % x Rp 14.388.000 = Rp 1.438.800
5
Penghasilan kena pajak sebelun Rp 1.612.000
Penghasilan pajak setahun = 12 x Rp 1.612.000
= Rp 19.344.000
Pajak penghasilan Setahun (PPh Pasal 21)
=10 % x Rp 19.344.000 = Rp 1.934.400
5
4. Upah Satuan
Contoh 3.9 :
Kia bekerja sebagai perakit Komputer pada PT Visi Com. Upah dibayar
berdasarkan jumlah satuan yang dihasilkan, yaitu Rp 100.000 per
computer. Dalam satu minggu (6 hari), Kia dapat merakit 12 buah
computer. Berapa upah bersih yang diterimanya dalam seminggu?
Jawab :
a. Upah Seminggu = 12 x Rp 100.000 Rp 1.200.000
Upah sehari Rp 1.200.000 : 6 = Rp 200.000 Rp 200.000
5. Upah Borongan
Contoh 3.10 :
Santi mengerjakan perkerjaan borongan dekorasi pesta
perkahwinandengan upah borongan Rp 1.000.000. Pekerjaan itu
diselesaikan selama 2 hari. Berapakah penerimaan bersih yang diterima
Santi?
Jawab :
a. Upah borongan Rp 1.000.000
Upah borongan sehari Rp 1.000.000 : 2 = Rp 500.000
5
1
Tentukan upah kotor jika tarif per jam kerja Rp 8.500 ditambah 1 tarif
2
normal, apabila total jam kerja lebih dari 40 jam per minggu?
8. Budi memperoleh gaji satu tahun sebesar Rp 25.500.000. Berapakah gaji
yang diterima jika dibayar:
a. Bulanan
b. Dua mingguan
c. Mingguan
Jika pajak Rp 50.000, asuransi Rp 20.000 dan Taspen Rp 10.000 per bulan.
Berapakah gaji bersih yang diterima Budi?
9. Sebuah perusahaan memberikan komisi 2.5% pada salesman A setiap
penjualan dan memberikan gaji tetap Rp 1.750.000 per bulan. Pajak Rp
25.000, asuransi Rp 15.000, serikat pekerja Rp 10.000. Berapa gaji bersih
yang diterima salesman A, jika bulan ini mampu menjual rumah sebesar
Rp 80.000.000?
10. Dina bekerja pada suatu perusahaan menerima gaji mingguan Rp 350.000.
Dia telah berkeluarga dengan 2 orang anak. Hitunglah pajak penghasilan
yang harus ditanggung Dina dan penghasilan bersih yang diterimanya
dalam sebulan?