Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MATEMATIKA

RANAH AFEKTIF & RANAH PSIKOMOTORIK


Dosen pengampu : Siti Ruqoiyyah ,M.Pd.

DISUSUN OLEH KEL.4 :


1) Suryaningsih : 200106094
2) Linda Rosiana : 200106075
3) Hanina Kurnia Ruwaida : 200106081
4) Maulani Hawa Bianggung Angelika : 200106087
5) Fathira Ihda Alfinaini : 200106072

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberi kami rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Makalah yang kami susun ini berjudul “Penilaian Afektif

dan Penilain Psikomotorik“. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas

kelompok mata kuliah Pembelajaran Matematika .

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat

menambah wawasan bagi kita semua.

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3

A. RANAH AFEKTIF ................................................................................................................ 3

1. Pengertian Ranah Efektif .................................................................................................... 3

2. Tingkatan ranah afektif ................................................................................................... 4

3. Karakteristik ranah afektif ............................................................................................... 6

B. RANAH PSIKOMOTORIK................................................................................................. 10

1. Pengertian ranah psikomotorik. ................................................................................... 10

2. Penilaian hasil belajar psikomotorik ............................................................................. 11

3. Aspek-aspek penilaian psikomotorik ........................................................................... 15

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 18

A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 20

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan

mencakup sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa

pembelajaran dan penilaianharus mengembangkan kompetensi peserta didik

yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan

psikomotor (keterampilan).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20

Tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah

menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa penilaian oleh guru

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik

penilaian yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan peserta

didik. Cakupan aspek penilaian yang dimaksud adalah aspek kognitif

(pengetahuan), aspek psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif (sikap).

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,

dan nilai. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat(dalam

arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat

berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu

yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan

serta nilai-nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat

diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif

tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik

1
dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran

kimia, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran kimia disekolah,

motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran kimia

yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru kimia

dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian ranah afektif ?

2. Apa yang dimaksud dengan penilaian ranah psikmotorik ?

C. Tujuan
1. Memahami penilaiann ranah afektif

2. Memahmi penilaian ranah psikomotorik

2
BAB II PEMBAHASAN

A. RANAH AFEKTIF

1. Pengertian Ranah Efektif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan

dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris

disebut attitude. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu

perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu

perangsang atau situasi yang dihadapi. Ellis mengatakan bahwa sikap

melibatkan beberapa pengetahuan tentang situasi, namun aspek yang

paling esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi,

kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan

pengetahuan.1

Sikap melibatkan pengetahuan tentang situasi. Situasi di sini dapat

digambarkan sebagai suatu obyek yang pada akhirnya akan

mempengaruhi emosi, kemudian memungkin kan munculnya reaksi atau

kecenderungan untuk berbuat. Dalam beberapa hal, sikap adalah

penentuan yang paling penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai

reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif senang dan

tidak senang untuk melaksanakan atau menjauhinya. Perasaan senang

meliputi sejumlah perasaan yang lebih spesifik seperti rasa puas, sayang,

1
M.Pd Rusydi Ananda, M.Si Drs. Asrul, and MA Dra. Rosnita, EVALUASI PEMBELAJARAN, vol. 4, 2016, 102.

3
dan lain-lain, perasaan tidak senang meliputi sejumlah rasa yang spesifik

pula yaitu rasa takut, gelisah, cemburu, marah, dendam, dan lain-lain.

Sikap juga diartikan sebagai “suatu konstruk untuk memungkinkan

terlihatnya suatu aktivitas”.

Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari berbagai unsur yang

terkait seperti sikap dengan kepribadian, motif, tingkat keyakinan, dan lain-

lain. Namun dapat diambil pengertian yang memiliki persamaan

karakteristik, dengan demikian sikap adalah tingkah laku yang terkait

dengan kesediaan untuk merespon obyek sosial yang membawa dan

menuju ke tingkah laku yang nyata dari seseorang. Hal itu berarti tingkah

laku dapat diprediksi apabila telah diketahui sikapnya.2

2. Tingkatan ranah afektif


a) Receiving atau attending

adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus)

dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,

gejala dan lain lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah:

kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan

menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.

Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai

kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada

jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai

atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau

menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri


2
M.Pd Arief Aulia Rahman, Evaluasi Pembelajaran, vol. 4, 2016, 96.

4
dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving ,

misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas

dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.

b) Responding Adanya partisipasi aktif”.

Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam

fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.

Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar

ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk

mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-

ajaran Islam tentang kedisiplinan

c) Valuing Menilai atau menghargai

artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap

suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak

dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada

receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar

mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang

diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep

atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah

mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”,

maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian.

Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya

5
d) Organization

Mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang

universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau

mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu

sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan

nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya

e) Characterization by evalue or calue complex

Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh

seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal

suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada

sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan

tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-

benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan.

Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah

mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga

membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap,

konsisten dan dapat diramalkan.

3. Karakteristik ranah afektif


Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk

diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama,

perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku

harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif

adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau


6
kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain,

misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang

kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah

perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan

yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.

Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang

kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau

bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang

kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah

dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang

ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin

bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran.

Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang

target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui.

Seringkali peserta Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif,

sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan

ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu

skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide

sebagai arah dari perasaan.

Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada

beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap

sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini

bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini

7
diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui.

Seringkali peserta.3

Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya,

yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

a. Minat (Interest) adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau

aktivitas yang menstimulus perasaan senang pada individu”.4 Jika

seseorang senang terhadap obyek atau aktivitas tertentu maka ia akan

mempunyai minat yang besar terhadapnya. Seorang siswa yang

senang dengan pelajaran fikih, maka ia akan menaruh minat yang

besar terhadap pelajaran tersebut, ia akan membaca buku-buku fikih,

semangat dengan pelajaran fikih dll, sehingga bisa dipahami bahwa

minat merupakan faktor pendorong bagi individu untuk melaksanakan

usahanya.

b. Sikap (Attitude) adalah kecenderungan untuk merespon sesuatu baik

individu, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya dengan caracara tertentu.

Sikap siswa dalam pembelajaran akan terlihat seperti adanya

kemauannya untuk menerima pelajaran, memperhatikan terhadap

penjelasan guru, menghargai guru. Maka dapat difahami bahwa sikap

akan memberikan arah kepada seseoang untuk melakukan perbuatan

yang positif ataupun negatif.

3
S . Pd I DWI IVAYANA SARI, “Evaluasi Pembelajaran,” Pendidikan 1 (2013): 60–61, www.blogspot.com.
4
Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 229.

8
c. Nilai (Value) adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Sedangkan

pengertian nilai hubungannya dengan pembelajaran adalah ketika

siswa mampu menghayati sebuah fenomena sehingga ia dapat

membedakan benar dan salah, baik dan buruk dan mana yang lebih

penting dalam hidup.5

d. Apresiasi, ini sering diartikan sebagai penghargaan terhadap suatu

benda baik abstrak maupun kongkret yang memiliki nilai luhur dan

umumnya dikaitkan dengan karya seni. Dalam proses belajar mengajar,

Apresiasi dapat dilihat dari prilaku siswa dalam menghargai guru dan

teman, menghargai waktu belajar dan memahami hal-hal yang lebih

penting dalam hidup

e. Penyesuaian (Adjustment). Diartikan sebagai penguasaan, yaitu

kemampuan membuat rencana dan mengatur respon-respon

sedemikian rupa sehingga dapat menguasai/menanggapi segala

macam konflik atau masalah. Sebagai contoh, siswa melakukan latihan

dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep dan bahan yang

telah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek

kehidupannya6

5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 1997), 121
6
Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), 260-
261

9
B. RANAH PSIKOMOTORIK

1. Pengertian ranah psikomotorik.


Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (Skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Singer (1972), mata ajar

yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang

lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik.

Menurut Ryan (1980: 3), penilaian hasil belajar psikomotor dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu: melalui pengamatan langsung selama

proses belajar-mengajar (persiapan), setelah proses belajar (proses), dan

beberapa waktu setelah selesai proses belajar mengajar (produk).

Tujuan pengukuran ranah psikomotor adalah selain untuk memperbaiki

pencapaian tujuan instruksional oleh siswa pada ranah psikomotor

khususnya pada tingkat imitasi, manipulasi presisi, artikulasi, dan

naturalisasi, juga dapat meningkatkan kemampuan gerak reflex, gerak

dasar, keterampilan perseptual, keterampilan fisik, gerak terampil, dan

komunikasi non-diskusif siswa.

Sedangkan manfaat dari ranah psikomotor adalah selain untuk

memperbaiki pencapaian tujuan instruksional oleh siswa pada ranah

psikomotor khususnya pada tingkat imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi,

dan naturalisasi juga dapat meningkatkan kemampuan gerak refleks,

10
gerak dasar, keterampilan perseptual, keterampilan fisik, gerak terampil,

dan komunikasi non-diskusif siswa.7

Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah: (a) imitasi, (b)

manipulasi, (c) ketepatan, (d) artikulasi, dan (e) naturalisasi. Imitasi:

mengamati dan menjadikan perilaku orang lain sebagai pola. Apa yang

ditampilkan mungkin kualitas rendah. Contoh: menjiplak hasil karya seni.

Manipulasi: mampu menunjukkan perilaku tertentu dengan mengikuti

instruksi dan praktek. Contoh: membuat hasil karya sendiri setelah

mengikuti pelajaran, ataupun membaca mengenai hal tersebut.

Ketepatan: meningkatkan metode supaya lebih tepat. Beberapa

kekeliruan tampak jelas. Contoh: bekerja dan melakukan sesuatu

kembali, sehingga menjadi “cukup baik.” Artikulasi: mengkoordinasikan

serangkaian tindakan, mencapai keselarasan dan internal konsistensi.

Contoh: memproduksi film video yang menampilkan musik, drama, warna,

suara dsb. Naturalisasi: telah memiliki tingkatperformance yang tinggi

sehingga menjadi alami, dalam melakukan tidak perlu berpikir banyak.

Misalkan: Michael Jordan bermain basket, Nancy Lopez memukul bola

golf.8

2. Penilaian hasil belajar psikomotorik


Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar

psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan

7
Nidar Yusuf and Titi Rohmah, “View Metadata, Citation and Similar Papers at Core.Ac.Uk,” PENGARUH
PENGGUNAAN PASTA LABU KUNING (Cucurbita Moschata) UNTUK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG ANGKAK DALAM PEMBUATAN MIE KERING 13 (2020): 91.
8
Arief Aulia Rahman, Evaluasi Pembelajaran, 4:107.

11
dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku

peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2)

sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes

kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan

sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam

lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa

penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan

menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu

pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan

mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol,

(5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang

telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam

penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup

persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat

proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik,

atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.

Tahapan Ranah Psikomotor Menurut Simpson yaitu:

a. Persepsi (perception); mencakup kemampuan untuk mengadakan

diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,

berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-

masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi

yang menunjukkan kesadaranakan hadirnya rangsangan dan

perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.

12
b. Kesiapan (set); mencakup kemampuan untuk menempatkan diri

dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan,

yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

c. Gerakan terbimbing (guided response); mencakup kemampuan

untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, yang dinyatakan

dengan menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang telah

diberikan.

d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response); mencakup

kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan

lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan, karena ia

sudah mendapatkan latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan

menggerakkan anggota-anggota tubuh.

e. Gerakan yang kompleks (complex response); mencakup

kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri

atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat, danefisien, yang

dinyatakan dalam suaturangkaian perbuatan yang berurutan, serta

menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu

keseluruhan gerakan yang teratur.

f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment); mencakup kemampuan

untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik

dengan kondisi setempat atau menunjukkan suatu taraf keterampilan

yang telah mencapai kemahiran.

g. Kreativitas (creativity); mencakup kemampuan untuk melahirkan

polagerak-gerik yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau insiatif

13
sendiri. Hanya orang yang berketerampilan tinggi dan berani berpikir

kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.

Menilai tujuan belajar psikomotor berbeda dengan cara menilai tujuan

belajar kognitif. Tidak semua tujuan belajar psikomotor dapat diukur dengan

tes, melainkan tujuanbelajar yang bersifat keterampilan ini dapat diukur

dengan kemampuan atau keterampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu 9.

Dalam asesmen psikomotorik, tujuan pembelajaran disesuaikan

dengan ranah psikomotor. R.H. Dave (1970) membagi hasil belajar ranah

psikomotor menjadi lima tahapyaitu:

a. imitasi (imitation)

imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan

sama persis dengan yang dilihat atau di perhatikan sebelumnya.contohnya

menendang bola dengan gerakan yang sama persis dengan yang dilihat

atau diperhatikan sebelumnya.

b. manipulasi (manipulation)

manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum

pernah dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.

Misalnya seorang siswa dapat melempar lembing hanya mengandalkan

petunjuk dari guru.

c. presisi (precision).

9
Sudaryono, Dasar-dasarEvaluasiPembelajaran, (Yogyakarta: GarahaIlmu, 2012), hlm 47

14
Presisis adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan akurat sehingga

mampu menghasilkan produk kerja yang presisi. Misalnya melakukan

tendangan pinalti sesuai dengan yang di targetkan (masuk gawang lawan).

d. artikulasi (articulation)

artikulasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan kompleks dan ketepatan

sehingga produk kerjanya utuh. Misalnya melempar bola keteman sebagai

umpan untuk ditendang kearah gawang lawan.

e. naturalisasi (naturalization).

Naturalisasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan secara refleks yaitu

keiatan melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Misal secara

refleks seseorang memegang tangan seorang anak kecil yang sedang

bermain dijalan raya ketika sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi

hal ini terjadi agar terhindar dari kecelakaan tertabrak.10

3. Aspek-aspek penilaian psikomotorik


Leighbody dan Kidd dalam bukunya Ismet Basuki dan Hariyanto

menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor meliputi : 1)

kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja; 2) kemampuan

menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun unrut-urutan pengerjaan; 3)

kecepatan mengerjakan tugas; 4) keserasian bentuk dengan yang

diharapkan dan atau criteria yang telah ditentukan.

Dalam hal ini Ryan (1980) dengan penekanan kepada kapan penilaian

dilaksanakan, menjelaskan bahwa hasil belajar psikomotor dapat diukur

melalui :
10
Sudaryono, Dasar-dasar evaluasi pembelajaran, (Yogyakarta: Graha ilmu,2012),hlm.49

15
1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik

selama proses pembelajaran praktik berlangsung,

2) Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan tes

kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,

dan sikap,

3) Memberikan penilaian kepada peserta didik beberapa waktu

berselang setelah pembelajaran usai

Menilai tujuan hasil belajar psikomotor berbeda dengan tujuan belajar

kognitif.Tidak semua tujuan belajar psikomotor dapat diukur dengan tes,

melainkan tujuan belajar yang bersifat ketrampilan ini diukur dengan

kemampuan atau ketrampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu. Untuk

melaksanakan pengukuran hasil belajar psikomotor, ada dua hal yang

perlu dilakukan, yaitu membuat soal dan membuat perangkat instrument

untuk mengamati kinerja peserta didik.Soal untuk hasil belajar psikomotor

dapat berupa lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar

eksperimen.Instrumen untuk mengamati kinerja peserta didik dapat

berupa lembar observasi atau portofolio.Lembar observasi adalah lembar

yang digunakan untuk mengamati keberadaan yang diamati.Lembar

observasi dapat berupa daftar cek atau skala penilaian11

Jenis tagihan dalam penilaian ranah psikomotor dilihat dari caranya dapat

di bedakan menjadi dua cara yaitu:

1. Penilaian kelas.

11
Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, hlm.218

16
Penilaian kelas adalah penilaian yang dilakukan secara terpadu

dengankegiatan pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan cara

mengamati setiap pesertadidik disaat mereka sedang belajar,

mengerjakan tugas, danmenjawab setiappertanyaan yang di tagih.

2. Penilaian berkala atau ujian blok.

Penilaian yang dilakukan secara berkala, tidak terus menerus

dan hanyapada waktu tertentu saja. Penilaian dengan sistem blok ini

dilakukan setelah peserta didik mempelajari beberapa indikator dalam

satu kompetensi dasar atau jika jumlah kompetensi dasar yang ditentukan

banyak maka ujian blok dapat dilakukan antara satu sampai dengan tiga

kompetensi dasar. Hal ini bisa menyebabkan pelaksanaan ujian blok

antara mata ajar yang satu dengan mata ajar lainya tidak bersamaan

waktunya. Namun adanya ujian blok dapat dilakukan sebagai pengganti

ujian akhir semester dengan materi yang diujikan adalah indikator atau

kompetensi dasar yang belum diujikan.

Untuk mengevaluasi hasil belajar domain psikomotor harus

dilakukan melalui pengamatan (observasi) terhadap si pembelajar

(siswa). Dalam melakukan observasi ini pengamat(observer) selain

melakukan evaluasi terhadap perilaku yang ditampilkan siswa, pengamat

juga belajar dari hasil pengamatan terhadap perilaku yang ditampakan

siswa yang dalam hal ini berperan sebagai model. Belajar melalui

pengamatan (observating learning) di dasarkan pada teori dari Bandura

yang dikutip dalam bukunya Hamzah B. Uno beliau mengatakan bahwa


17
pengamat dapat mempelajari keterampilan kognitif, afektif, atau

psikomotorik, dengan cara memperhatikan (attention) bagaimana orang

melakukan suatu keterampilan atau hal-hal baru. Dalam melakukan

pengamatan terhadap perilaku yang ditampilkan si pembelajar (siswa),

dapat di gunakan lembar pengamatan (observasi) untuk tujuan belajar

maupun sebagai evaluasi.12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan

persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude.

Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu

kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang

dihadapi.

Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu :

a. Sikap : suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak

suka terhadap suatu objek.

b. Minat : kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

c. Konsep diri : evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan

kelemahan yang dimiliki.

12
Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assement Pembelajaran, (Bumi Aksara, 2013), hm. 90

18
d. Nilai : suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang

dianggap baik dan yang dianggap buruk.

e. Moral : berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap

kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang

dilakukan diri sendiri.

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(Skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima

pengalaman belajar tertentu. Menurut Singer (1972), mata ajar yang

termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih

berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik.

Menurut Ryan (1980: 3), penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan

dengan tiga cara yaitu: melalui pengamatan langsung selama proses

belajar-mengajar (persiapan), setelah proses belajar (proses), dan

beberapa waktu setelah selesai proses belajar mengajar (produk).

B. Saran
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan

makalah ini, yaitu mengenai ruang lingkup pembahasan evaluasi

pembelajaran. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA
Arief Aulia Rahman, M.Pd. Evaluasi Pembelajaran. Vol. 4, 2016.

DWI IVAYANA SARI, S . Pd I. “Evaluasi Pembelajaran.” Pendidikan 1 (2013): 1. www.blogspot.com.

Rusydi Ananda, M.Pd, M.Si Drs. Asrul, and MA Dra. Rosnita. EVALUASI PEMBELAJARAN. Vol. 4, 2016.

Surapranata, S. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2005.

Sutomo, Teknik Penilaian Pendidikan, Surabaya: Bina Ilmu, 1995.

Thoha, M.C. Teknik Evaluasi Pendidikan, Cet I, Rajawali Pers, Jakarta, 1991

Yusuf, Nidar, and Titi Rohmah. “View Metadata, Citation and Similar Papers at Core.Ac.Uk.”
PENGARUH PENGGUNAAN PASTA LABU KUNING (Cucurbita Moschata) UNTUK SUBSTITUSI
TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG ANGKAK DALAM PEMBUATAN MIE
KERING 13 (2020): 274–82.

20

Anda mungkin juga menyukai