Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup
berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar)
sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk
koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-
hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari
beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat
kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air
panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang
beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi
dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang
terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga
merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk
membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran
logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya
warna merah juga merupakan sistem koloid.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis koloid ?
3. Bagaimana penggunaan koloid ?
4. Apa saja sifat-sifat koloid ?
5. Bagaimana cara membuat koloid ?
6. Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak
dibutuhkan ?
7.  Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?
PEMBAHASAN
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones
adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen
zat padat dan zat cair.
1. Sistem Koloid Dalam Pengelompokkan Campuran
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara
campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi). Dengan kata lain,
campuran koloid merupakan bentuk peralihan campuran dari heterogen menjadi
homogen.
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur
pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja
campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa
gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil,
gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.
Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya,
perhatikanlah tabel berikut!
LARUTAN KOLOID SUSPENSI
Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa
Homogen Homogen Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika Tidak memisah jika Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Tidak dapat diamati Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan
mikroskop ultra mikroskop biasa
Diameter partikel < 10- Diameter partikel 10-7 - 10- Diameter partikel > 10-
7
cm. 5
cm. 5
 cm.
Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)
2. Macam-macam Koloid dan Pengelompokkannya
Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase
dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap,
disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat
terdispensi.
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu
koloid sol, emulsi, dan buih.
 Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.
 Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
  Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas
beberapa jenis            
1.   KOLOID SOL
Koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:
a.   Sol padat (padat-padat) 
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh: logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
b.   Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti, Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh:
cat, tinta, dan kanji.
c.   Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat
fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh:
asap dan debu.
2.  KOLOID EMULSI
Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut:
a.   Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh:
mentega, keju, jeli, dan mutiara.
b.   Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu,
minyak ikan, dan santan kelapa.
c.   Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh:
obat-obat insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
3.  KOLOID BUIH
Kolodi buih erdiri atas dua jenis, , yaitu sebagai berikut:
a.   Buih padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal
ini berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan
batu apung.
b.   Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti, zat terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih
soda, dan krim kocok
Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan,
yakni seperti dalam tabel berikut.       
No Fase Fase Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi

1 Gas cair buih, deterjen buih sabun, shampoo,


krim kocok
2 Gas padat busa padat karet busa, batu apung

3 cair gas aerosol cair kabut

4 cair cair emulsi susu, santan, minyak ikan,


es krim
5 cair padat emulsi padat mutiara, jeli, keju

6 padat gas aerosol padat asap

7 padat cair sol cat, tinta, larutan agar-


agar
8 padat padat sol padat, kaca berwarna, campuran
logam

           
3.   Beberapa Macam Koloid Dan Penggunaannya
Ada banyak penggunaan  sistem koloid  baik di dalam kehidupan sehari-
hari  maupun dalam berbagai industri  seperti industri kosmetik, makanan, farmasi
dan sebagainya. Beberapa macam koloid tersebut antara lain :
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat  atau cair terdispersi dalam
gas. Aerosol  yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di
udara. Dalam industri modern, banyak sediaan insektisida  dan kosmetika yang
diproduksi dalam bentuk aerosol, dan sering  kita sebut sebagai obat semprot,
Contohnya antara lain adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita
mengenal dua macam sol;
a.   Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan,
sehingga terbentuk  suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya
“cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah
padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin. Ciri-ciri sol liofil :
      Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan
medium terdispersinya
      Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
      Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat
proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang
teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak
saling bergabung
      Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
      Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
      Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan
koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan
medium pendispersinya.
      Memberikan efek Tyndall yang lemah
      Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
b.   Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan.
Liofib artinya “takut cairan” (phobia=takut). ). Contoh koloid liofob adalah sol
sulfida dan sol logam. Ciri-cirinya :
      Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinya
      Memiliki muatan positif atau negative
    Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya.
Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan
listrik Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
    Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah
menjadi sol Memberikan efek Tyndall yang jelas
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel Jika
medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masing-masing
disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid
hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid
hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol logam.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium
pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu  campuran koloid,
harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan  emulsi lemak
dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut
dalam  air banyak yang dibuat dan dipanaskan  dalam bentuk emulsi. Contohnya
emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim.

4. Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh
karena itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk
membedakan system koloid dari larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari –
hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna biru atau terkandang
merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka
sinar dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati
hal ini dapat dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji
memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan sinar
dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel yang relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit diamati.
2. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika
pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-
menerus dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown
(1773-1858), seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati
butiran sari tumbuhan pada permukaan air dengan mikroskop. Partikel koloid
dalam medium pendispersinya disebut gerak brown.Gerak brown dapat diuraikan
sebagai berikut: Partikel – partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas. Sistem koloid dengan medium
pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan
cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran partikel, semakin lambat gerak
brown. Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system,
koloid, semakin besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya,
gerak Brown dari partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu
system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat
cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait
dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki
kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya
adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu
permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti
penjernihan air.
4. Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel
koloid memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak
menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga
memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan
bersifat netral.
a.   Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan
proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya.
Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel
(OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya
sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari
medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium
pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+sehingga
bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion
CI- sehingga bermuatan positif.
- Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus
yang ada pada permukaan partikel koloid.
 Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam
(-COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan
muatan pada molekul protein.Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima
proton dan membentuk gugus –NH3. Ph tinggi, gugus –COOH akan mendonorkan
proton dan membentuk gugus –COO-. Pada pH intermediet partikel protein
bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.
 Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel
berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara
spontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid
disebut koloid terasosiasi. Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-
Na+.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor
non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
b.   Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.
c.   Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan
bermuatan listrik ini selanjutnya akan menarik ion-ion dengan
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang
lebih akurat adalah :
Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium
pendispersi difusi.
d. Elektroforesis
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan
listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan
partikel koloid.
5. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis.
Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung
membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya
disebut Koagulasi. Koagulasi biasa digunakan untuk perebusan telur, pembuatan
yoghurt, tahu, lateks, penjernihan air sungai, pembentukan delta, dan pengolahan
asap atau debu. Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat
dilakukan empat cara yaitu :
a.   Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke
electrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka
partikel akan kehilangan muatannya.
b.   Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang
bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral
maka terbentuk kogulasi.
c.   Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang
bermuatan positif akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel
koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan.
d.   Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-
partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan
lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.
6. Koloid pelindung
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu
cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau
memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam
pembuatan iystem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel
kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar
sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

5.   Pembuatan Koloid Sol


Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi,
karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel
larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar
dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel
kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar
sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.
1. Metode kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara
kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian
pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan partikel-partikel
larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran koloid.
a.   Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang:
As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b.   Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
c.   Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)
d. Penggatian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa
terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran
koloid. Misalnya:
- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih
dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang
dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil
diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan
penurunan kelarutan belerang dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan
terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan
etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Metode Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran
koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3
cara dalam metode ini, yaitu:
a.   Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat
yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa
digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,
dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

Sistem kerja alat penggilingan koloid:


Alat ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikel-
partikel yang kasar akan digiling melalui ruang antara kedua pelat baja tersebut.
Kemudian, terbentuklah partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian
didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membentuk sistem koloid.
Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas, tinta cetak, dsb.
b.   Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau
dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat
pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya
yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru
terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga
bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem
kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti
Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel
kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke
dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling
berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang
timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi
dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa
pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap
logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
d.   cara ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama berfungsi dalam
pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan
tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi berfrekuensi sangat
tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

6.   Pemurnian Koloid Sol


Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu
pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan
atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode
pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:
1. Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang
menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput
semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput
semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion
pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion
penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran
semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena
diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan
merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan
tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan
dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai
mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat
semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana
seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.
2.  Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik.
Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang
menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam
sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan
berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian
sistem koloid.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat
terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-
pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut.
Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka
ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi
tersebut disebut penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi
tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel
koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat
dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra
bertahap.

7.   Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi
banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi koloid untuk produksi cukup luas).
Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam
kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;
      Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat
luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu
menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan
darah.
      Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan
Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion
positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi
koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
      Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan
pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang
bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
      Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem
koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan
mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan.
      Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa
langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan
cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut
akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif
melalui reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3menghilangkan
muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi
pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
mengendap karena pengaruh gravitasi.
BAB III
PENUTUP

1.    Kesimpulan

   Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
    Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara
campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).
   Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi.
Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
   Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid, muatan
koloid sol, koagulasi, dan koloid pelindung.
   Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel
larutan atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam
pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi
- Metode dispersi
   Untuk pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid,
digunakan metode pemurnian yaitu: dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.

Anda mungkin juga menyukai