Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Yeli Anggraini (4020019)

Natasya Rahmadanti (4020028)

Iwayuli Yani ( 4020033)

Kelas : 4B

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
membahas tentang “Landasan Pengembangan Kurikulum”.

Adapun makalah ini kami telah usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Oleh sebab itu,kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “Landasan


Pengembangan Kurikulum” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca. Selain itu,kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk
perbaikan makalah nantinya.

Lubuklinggau, 28 Februari 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Kurikulum .............................................................................................................. 5
3.1 Landasan Pengembangan Kurikulum ........................................................................................ 5
4.1 Macam - Macam Landasan Pengembangan Kurikulum ............................................................. 6
BAB III ............................................................................................................................................. 15
PENUTUP......................................................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan masyarakat akan selalu mengalami perubahan sebagai akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
menjadi motor penggerak utama dalam kehidupan masyarakat. Setiap sendi kehidupan
selalu bersentuhan dengan pengetahuan dan teknologi, misalnya kebutuhan primer
manusia, yakni makan, sandang, serta papan kesemuanya telah memanfaatkan teknologi;
maikanan cepat saji telah menjadi ikon manusia modern yang sibuk dan dinamis.
Perubahan tersebut menuntuk pendidikan dapat mengantisipasinya melalui penyiapan
sumber daya manusia yang mampu kompetitif dalam masyarakat global, artinya bahwa
perubahan tersebut menuntut pendidikan, secara khsusus pembelajaran, dapat
mengantisipasinya. Kurikulum sekolah harus mempersiapkan peserta didik menghadapi
tantangan – tantangan tersebut melalui keahlian dan keterampilan yang diperoleh melalui
pendidikan disekolah.
Dengan demikian, kurikulum tidak hanya mengarahkan siswa pada penguasaan konsep
saja, tetapi juga perlu mengembangkan orientasis siwa pada kehidupannya dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan penjelasan singkat diatas, perlu kiranya kita mengetahui landasan –
landasan kurikulum. Oleh karena itu dalam makalah ini, penyususn akan membahas
mengenai “Landasan Pengembangan Kurikulum”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Apa yang dimaksud landasan pengembangan kurikulum?
3. Apa saja macam – macam pengembangan landasan kurikulum?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui pengertian dari kurikulum
2. Mengetahui tentang landasan pengembangan kurikulum
3. Mengetahui macam – macam pengembangan landasan kurikulum

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum &
Buku Teks Matematika. Serta dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi
pembaca mengenai landasan pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum berawal dari dunia olahraga, yakni curir(pelari) dan
curere(tempat berpacu), yang diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali penghargaan(
Susilana, dkk.: 2006). Dalam dunia pendidikan diaplikasikan sebagai sejumlah mata
pelajaran(subject) yang harus ditempuh siswa dari awal sampai akhir program
pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. Dari pengertian
tersebut terungkap bahwa kurikulum memuat dua hal pokok, yakni (1) adanya mata
pelajaran yang harus ditempuh siswa, dan (2) tujuan utamanya memproleh ijazah.
Impilkasinya adalah setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang
diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan.
Kurikulum sebagai rencana belajar peserta didik, sebagaimana pengertian
Hilda Taba. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran adalah sebuah rencana
pembelajaran disuatu sekolah. Kurikulum mencakup sejumlah mata pelajaran yang
ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan yang harus ditempuh atau dipelajari
peserta didik disekolah atau pengajaran tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. Hal
ini didasarkan pada pengertian kurikulum diatas.
Kurikulum sebagai pengalaman belajar memandang kurikulum bukan hanya
rencana pembelajaran saja, melainkan juga sebagai suatu pengalaman belajar yang
nyata dan aktual terjadi dalam proses pendidikan disekolah. Kegiatan belajar yang
dilakukan pesert didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi.

3.1 Landasan Pengembangan Kurikulum


Landasan pengembangan kurikulum sangat penting, sehingga apabila
kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak menggunakan
landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan,
bangunan gedung tersebut tidak akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan
kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut
tidak akan mudah terombang – ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah
manusia(peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri. Hornby c.s
dalam “The Advance Learner’s Dictionary of current English” (Redja Mudyaharjo,
2001:8) mengemukakan definisi landasan sebagai berikut : “foundation...that on
which an idea or belief rest; anunderlying principle’s as the foundation of religius
belief; the basis or starting point...”. Jadi menurut Hornby c.s, landasan adalah
suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang
mendasari, contohnya seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak.
Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu
gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak
mengembangkan kurikulum.
Robert S. Zais(1976) mengemukakan empat landasan pengembangan
kurikulum, yaitu philosophy and the nature of knowledge, society and culture the
individual, and learning theority. Dengan berpedoman pada empat landasan tersebut
maka dibuat model yang disebut “an electic model of the curriculum and it’s
foundation”.
Berdasarkan perbandingan dua pendapat diatas secara umum dapat
disimpulkan bahwa landasan pokok dalam pengembangan kurikulum adalah
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, landasan ilmu
pengetahuan dan teknologi(iptek). Ke empat jenis landasan pengembangan
kurikulum tersebut diuraikan sebagai berikut.

4.1 Macam - Macam Landasan Pengembangan Kurikulum


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah rumusan yang
didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analisis, logis, sistematis dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum baik dalam
bentuk kurikulum sebagai rencana(tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk
pelaksanaan disekolah.
a. Filsafat Pendidikan
Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapi
manusia, termasuk masalah pendidikan pendidikan sebagai ilmu terapan, tentu
saja memerlukan ilmu – ilmu lain sebagai penunjang, diantaranya filsafat.
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran –
pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah – masalah pendidikan.
Menurut Redja Mudyahardjo(1989), terdapat tiga pemikiran filsafat yang
sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya dan
pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu : filsafat idealisme, filsafat
realisme dan filsafat pragmatisme.
b. Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Bidang telaahan filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia
itu? Kajian terhadap persoalan ini berupaya untuk menelusuri hakiakt
manusia, sehingga muncul beberapa asumsi tentang manusia. Misalnya
manusia adalah makhluk religius, makhluk sosial, makhluk yang berbudaya,
dan sebagainya. Dari beberapa telaahan tersebut filsafat mencoba menelaah
tentang tiga pokok persoalan, yaitu hakikat benar-salah(logika), hakikat baik-
buruk(etika), dan hakikat indah-jelek(estetika). Oleh karena itu maka ketiga
pandagan tersebut sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Terutama dalam
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Artinya kemana pendidikan akan
dibawa, terlebih dahulun harus ada kejelasan pandangan hidup manusia atau
tentang hidup dan eksistensinya.
Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa,
filsafat merupakan perangkat nilai – nilai yang melandasi dan membimbing ke
arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh
suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh
perorangan akan sangat mempengaruhi teradap tujuan pendidikan yang ingin
dicapai.
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada
pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini berarti
bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi
manusia yang ber-Pancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang
diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai dengan
kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.
Sebagai implikasi dari nilai – nilai filsafat Pancasila yang dianut
bangsa Indonesia, dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
seperti terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan an membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung
jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut,
tersurat dan tersirat nilai – nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila.
Melalui rumusan tujuan pendidikan nasional diatas, sudah jelas
tergambar bahwa peserta didik yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan
kita antara lain adalah untuk melahirkan manusia yang beriman, betaqwa,
berilmu dan beramal dalam kondisi yang serasi, selaras dan seimbang.
Disinilah pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup manusia dalam
hubungannya dengan pendidikan dan pembelajaran.
c. Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran –
pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Dengan
demikian tentu saja bahwa filsafat memiliki manfaat dan memberikan
kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian sistematis berkenaan
dengan kepentingan pendidikan. Menurut Nasution(19820 mengidentifikasi
beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu :
 Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana anak
–anak melalui pendidikan disekolah? Sekolah adalah suatu lembaga
yang didirikan untuk mendidik anak – anak ke arah yang dicita –
citakan oleh masyarakat, bangsa dan negara.
 Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang
dianut, kita mendapat hamparan yang jelas tentang hasil yang harus
dicapai.
 Filsafat dan tujuan pendidikan memberikan kesatuan yang bulat
kepada segala usaha pendidikan.
 Tujuan pendidikan memungkinkan si penduduk menilai usahanya,
hingga manakah tujuan itu tercapai.
 Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan
– kegiatan pendidikan.
d. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
karena tentu saja kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan
falsafah/pandagan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut oleh karena itu
terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan disuatu
negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada
masa penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada masa itu sangat
berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat
negara kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulum berpindah yaiut
disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh negara
Matahari terbit itu. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, dan secara
bulat dan utuh mengenakan pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam
berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan
nilai – nilai pancasila itu sendiri.
Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat
dipengaruhi oleh filsafat dan ideologi negara, namun tidak berarti bahwa
kurikulum bersifat statis, melainkan senantiasa memerlukan pengembangan,
pembaharuan, penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dan
perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah.

2. Landasan Psikologis
Penerapan landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum, tiada
lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dari segi
materi atau bahan ajar yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses
penyampaian atau pembelajarannya dan penyesuaian dari unsur – unsur upaya
pendidikan lainnya.
a) Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum
Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan – keunikan,
seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan – gerakan
tertentu. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebenarnya sejak lahir anak
telah memiliki potensi untuk berkembang. Bagi aliran yang sangat
percaya dengan kondisi tersebut sering menganggap anak sebagai orang
dewasa dalam bentuk kecil. J.J Rousseau, seorang ahli pendidikan bangsa
Perancis, termasuk yang fanatik berpandangan seperti itu. Dewasa dalam
bentuk kecil mengandung makna bahwa anak itu belum sepenuhnya
memiliki potensi yang diperlukan bagi penyesuain diri terhadap
lingkungannya, ia masih memerlukan bantuan untuk berkembang ke arah
kedewasaan yang sempurna, Rousseau memberi tekanan kepada
kebebasan berkembang secara mulus menjadi orang dewasa yang
diharapkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan anak itu adalah hasil
pengaruh lingkungan. Anak dianggap sebagai kertas putih, dimana orang
– orang sekelilingnya dapat bebas menulis dikertas tersebut. Pandangan
ini bertentangan dengan pandangan diatas, dimana justru aspek – aspek
diluar anak/lingkungannya lebih banyak mempengaruhi perkembangan
anak menjadi individu yang dewasa. Pandangan ini sering disebut teori
Tabularasa dengan tokohnya yaitu John locke.
Selain kedua pandangan tersebut, terdapat pandangan yang
menyebutkan bahwa perkembangan anak itu merupkan hasil perpaduan
antara pebawaan dan lingkungan. Aliran ini mengakui akan kodrat
manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun potensi ini akan
berkembang menjadi baik dan sempurna berkat pengaruh lingkungan.
Aliran ini disebut aliran konvergensi dengan tokohnya yaitu William
Stern. Pandangan yang terakhir ini dikembangkan lagi oleh Havighurst
dengan teorinya tentang tugas – tugas perkembangan (development talks).
Tugas – tugas perkembangan yang dimaksud adalah tugas yang secara
nyata harus dipenuhi oleh setiap anak/individu sesuai dengan taraf/ tingkat
perkembangan yang dituntut oleh lingkungannya. Apabila tugas – tugas
tidak terpenuhi, maka pada taraf perkembangan berikutnya anak/individu
tersebut akan mengalami masalah.
Melalui tugas – tugas ini, anak akan berkembang dengan baik dan
beroperasi secara kumulatif dari yang sederhana menuju ke arah yang
lebih kompleks. Namun demikian, objek penelitian yang dilakukan oleh
Havighurst adalah anak – anak Amerika, jadi kebenarannya masih perlu
diteliti dan dikaji dengan cermat disesuaikan dengan anak – anak
Indonesia yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Pandangan
tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap
pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi
tersendiri, memiliki perbedaan disamping persamaannya.
Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum yaitu :
a) Setiap anak diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat,minat dan kebutuhannya.
b) Disamping disediakan pelajaran yang sifatnya umum(program inti)
yang wajib dipelajari setiap anak disekolah, disediakan pula pelajaran
pilihan yang sesuai dengan minat anak.
c) Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan
juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang
berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke
jenjang pendidikan berikutnya.
d) Kurikulum memuat tujuan – tujuan yang mengandung pengetahuan,
nilai atau sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan
pribadi yang utuh lahir dan batin.

Implikasi lain dari pengetahuan anak terhadap proses pembelajaran


(actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu
berpusat kepada perubahan tingkah laku peserta didik.
b. Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat
dan perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak.
c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
d. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat
anak.
e. Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan
berkesinambungan dari suatu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan
secara terus menerus.

b) Psikologi Belajar dan Kurikulum


Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu
belajar. Belajar bisa diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi
melalui pengalaman. Segala perubahan perilaku baik yang berbentuk
kognitif, afektif maupun psikomotor dan terjadi karena proses pengalaman
dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar. Perubahan – perubahan
perilaku yang terjadi secaa insting atau terjadi karena kematangan, atau
perilaku yang terjadi secara kebetulan, tidak termasuk belajar. Mengetahui
tentang psikologi/teori belajar merupakan bekal bagi para guru dalam tugas
pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat
dikelompokkan ke dalam tiga rumpun, yaitu : Teori Disiplin Mental atau
Teori Daya (Faculty Theory), Behaviorisme, dan Organismik atau kognitif
Gestalt Field.
1. Menurut Teori Daya (Disiplin Mental)
Menurut teori ini, sejak kelahirannya anak/individu telah memiliki
potensi – potensi atau daya – daya tertentu (faculties) yang masing
– masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat,
daya berpikir, dya mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya
memecahkan masalah, dan daya - daya lainnya. Daya – daya
tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi dengan baik. Daya –
daya yang terlatih dapat dipindahkan dalam pembentukan daya –
daya lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui
pelatihan (drill),karena itu pengertian mengajar menurut teori ini
adalah melatih peserta didik dalam daya – daya itu, cara
mempelajari pada umumnya melalui hapalan dan latihan.
2. Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu koneksionisme atau
teori asosiasi, teori kondisioning, dan teori reinforcement (operant
conditioning). Behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa individu
tidak mebawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu
ditentukan oleh lingkungan(keluarga, sekolah, masyrakat). Teori ini
tidak mengakui sesuatu yang sifatnya mental, perkembangan anak
menyangkut hal – hal nyata yang dapat dilihat dan diamati. Teori
Asosiasi adalah teori yang awal dari rumpun Behaviorisme. Meurut
teori ini kehidupan tunduk kepada hukum stimulus–respon atau
aksi–reaksi. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan
stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
3. Teori Organismik (Gestalt)
Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih
bermakna daropada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan
dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk organism
yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara
keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon.
Menurut teori ini, stimulus yang hadir itu seleksi menurut tujuanya,
kemudian individu melakukan interaksi dengannya dan seterusnya
terjadi perbuatan belajar. Disini peran guru adalah sebagai
pembimbing bukan penyampai pengetahuan, siswa berperan
sebagai pengelola bahan pelajaran.
Belajar menurut teori ini bukanlah menghapal tetapi memecahkan
masalah, dan metode belajar yang dipakai adalah metode ilmiah
dengan cara anak dihadapkan pada berbagai permasalahan,
merumuskan hipotesis atau praduga, mengumpulkan data yang
diperlukan untuk memecahkan masalah, menguji hipotesis yang
telah dirumuskan, dan pada akhirnya para siswa dibimbing untuk
menarik kesimpulan-kesimpulan. Teori ini banyak mempengaruhi
praktek pengajaran disekokah karena memiliki prinsip sebagai
berikut.
1) Belajar pada keseluruhan
2) Belajar adalah pembentukan kepribadian
3) Belajar berkat pemahaman
4) Belajar berdasarkan pengalaman
5) Belajar adalah suatu proses perkembangan
6) Belajar adalah proses berkelanjutan

3. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis meyangkut kekuatan-kekuatan sosial
dimasyarakat. Kekuatan-kekuatan itu berkembang dan selalu berubah-ubah
sesuai dengan perkembangan zaman kekuatan itu dapat berupa kekuatan yang
nyata maupun yang potensial, yang berpengaruh dalam perkembangan
kebudayaan seirama dengan dinamika masyarkat.
Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam perkembangan
kurikulum dengan pertimbangan :
1. Individu lahir tak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.
2. Kurikulum dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari
cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan.
3. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut
kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa manusia yang
diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu : Ide, konsep, gagasan, nilai, norma,
peraturan, dan lain-lain. Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia
dalam bermasyarakat. Benda hasil karya manusia.

Masyarakat dan Kurikulum

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan


mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda. Kebudayaan
hendaknya dibedakan dengan istilah masyarakat yang mempunyai arti suatu
kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebgaai
suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap
masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan demikian yang
membedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya adalah
kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan
pemikiran seseorang, reaksi terhadap perangsang sangat tergantung kepada
kebudayaan dimana ia dibesarkan.

Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan mengubah pula


kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipenuhi oleh kondisi dari
masyarakat itu sendiri. Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan
masyarakat lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu
yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain kebutuhan masyarakat
pada umumnya juga berpengaruh terhadap individu-individu sebagai anggota
masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya
berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat modern yang bersifat mengglobal dan teknologis.

Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan


individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat.
Lingkungan sosial budaya merupakan sumber daya yang mencakup
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan uraian diatas,
sangatlah penting memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya
proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa
kurikulum yang landasab pengembangannya memperhatikan faktor
perkembangan masyarakat.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik(siswa)
menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perbuahan yang semakin
pesat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihannya bagi perannya dimasa yang
akan datang. Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan
ilmu-ilmu lainnya untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Ilmu dan
teknologi tak dapat dipisahkan. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
teramat pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka ada hal-


hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:

a. Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang


dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia,
pengembangan sarana dan prasarana IPTEK, penelitian dan
pelaksanaan dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang
dan ajsa.
b. Pembangunan IPTEK tertuju pada peningkatan kualitas, yakni
untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
c. Pembangunan IPTEK harus selaras(relevan0 dengan nilai-nilai
agama, nilai luhur budaya bangsa, nilai sosial budaya, dan
lingkungan hidup.
d. Pembangunan IPTEK harus berpijak pada upaya peningkatan
produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan
pengembangan yang lebih tinggi.
e. Pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang
memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah
konkret dalam pembangunan.

Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni :

a. Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK


untuk menunjang pembangunan dalam segala bidang.
b. Masyarakat, yang memanfaatkan IPTEK itu pengembangan
masyarakat dan mengembangkannya secara swadaya.
c. Akademisi terutama dilingkungan perguruan tinggi,
mengembangkan IPTEK untuk disumbangkan kepada
pembangunan.
d. Pengusaha, untuk meningkatkan produktivitas.

Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa


menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin
pesat termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman,
maupun kurikulum sebagai hasil dan pengembangannya harus mengacu atau
menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi
serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti
tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU
No.20 Tahun 2003.
Kurikulum yang dibuat tersebut hendaknya berlandaskan filosofis, psikologis,
karena apabila seandainya pengembangan kurikulum tidak sesuai dengan filosofis
Negara Indonesia serta psikologis peserta didik. Untuk dapat mencapai semua itu
maka seharusnya setiap komponen yang mempengaruhi perkembangan kurikulum
tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keseimbangan baik dari peserta
didik, guru maupun unsur-unsur pendukung lain.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu kepada sumber yang busa dipertanggungjawabkan nantinya.Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Wulansari, Ningrat. 2018. Makalah Pengembangan Landasan Kurikulum.
http://ningratwulansari.blogspot.com/2018/05/makalah-landasan-pengembangan-
kurikulum.html (diakses 28 Februari 2022)

https://text-id.123dok.com/document/zw0g400y-bab-i-pendahuluan-makalah-landasan-
kurikulum.html
DAFTAR PUSTAKA

Djollong, Andi, Fitriani. 2017. Kedudukan Guru Seagai Pendidik.


http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/istiqra/article/view/274/247 (diakses pada 21 Januari 2022)

http://eprints.ums.ac.id/16241/2/BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai