Anda di halaman 1dari 7

Nama : Iis Erma Kurnia Ningsih(19591100)

Kelas : PGMI 6D

A. Hakekat Pembelajaran Karakter


Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang
dilakukan secara terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam suatu
kegiatan pengajaran atau pelatihan. Pendidikan sangat penting untuk menambah ilmu
pengetahuan, sebagai persyaratan untuk menempuh karir atau pekerjaan yang
diingankan, sebagai wadah dalam membentuk karakter, dan sebagai bekal dalam
menghadapi era globalisasi saat ini. Istilah Pendidikan Karakter atau Character
Education yang menurut Thomas Lickona (1991) (dalam Gunawan Heri, 2017: 23)
adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku
yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan
sebagainya.
Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang
kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. Sedangkan pendidikan karakter menurut
Ratna Megawangi (2004: 95) (dalam Kesuma, dkk., 2013: 5) “Sebuah usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya.”
Berdasarkan pendapat yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter merupakan suatu usaha dalam membentuk dan mendidik kepribadian
seseorang agar menjadi lebih baik dari sebelumnya yang dapat dipraktikkan dalam
kegiatan sehari-hari dan dapat berdampak positif terhadap dirinya sendiri dan juga
lingkungannya. Sebagai contoh, seorang anak yang sekolah, nanti akan mendapatkan
kegiatan yang dapat membentuk karakter anak tersebut. Misalnya setiap hari anak
tersebut diajarkan untuk memulai kegiatan dengan berdoa terlebih dahulu, sehingga
dengan rutinnya kegiatan tersebut dilakukan maka anak tersebut akan terbiasa
menerapkan kegiatan berdoa sebelum memulai kegiatannya sehari-hari. Makna dari
pendidikan karakter dapat dijelaskan sebagai pendidikan yang berarti sebuah bentuk
kegiatan pembimbingan dan pengembangan dari potensi yang dimiliki oleh setiap
peserta didik supaya dapat terarah dengan baik dan mampu menjadi kepribadian yang
baik dalam kehidupannya.
Bentuk kegiatan bimbingan dan pengembangan potensi diri yang dijalaninya tersebut
dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh sejumlah tenaga pendidik
kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya (Fadlillah & Khorida, 2013:16). Kata karakter menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sebagai watak, tabiat, pembawaan, dan
kebiasaan. Pengertian ini sama dengan uraian oleh Pusat Bahasa Depdiknas yang
mengartikan karakter sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, tempramen, dan watak. Sehingga dapat disimpulkan dari
kedua arti kata tersebut bahwa pendidikan karakter memiliki makna sebagai suatu
bentuk pengarahan atau pembimbingan supaya seseorang dapat memiliki tingkah laku
yang baik sesuai dengan nilai moralitas dan keberagaman yang ada di sekelilingnya.
Dengan pendidikan karakter yang telah diprogram oleh pemerintah untuk seluruh
lembaga pendidikan ini diharapkan dapat membantu menciptakan generasi bangsa
yang berkepribadian baik dan menjunjung asas kebajikan dan kebenaran dalam
kehidupan sehari-hari. (Fadlillah & Khorida, 2013:20).
B. Dasar Hukum Pembelajaran Karakter
1. Pancasila : Sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai: Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan
2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954 “Tujuan pendidikan dan pengajaran
ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air”.
3. Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 “Tujuan pendidikan adalah
mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
4. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen.
 Bab XIII ( Pendidikan dan KebudayaanI) Pasal 31 Ayat 3 “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.
 Bab XIII ( Pendidikan dan KebudayaanI) Pasal 31 Ayat 5 “Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia”.
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
 Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Ayat 1 “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
 Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Ayat 2 “Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman”.
 Bab II (Dasar, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 1 “Pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”.
 Bab II (Dasar, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 2 “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
6. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025
“Tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi ipteks berdasarkan
pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada tuhan yang maha esa.”
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 : Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Bab II (lingkup, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 4 “Standar Nasional
Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.”
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
 Bab III (Penyelenggaraan Pendidikan Formal) Bagian Pertama (Pendidikan
Anak Usia Dini) Pasal 61 Ayat 2 Pendidikan anak usia dini bertujuan:
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia berkepribadian luhur, sehat, Berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif,
mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
9. Kepres RI Nomor 145
“Tujuan pendidikan supaya : melahirkan negara sosialis Indonesia yang susila,
yang bertanggungjawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia,
adil dan makmur baik spiritual maupun materil dan berjiwa pancasila.”
10. Ketetapan MPRS No.XXVII/MPR/1966
“Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia Pancasila Sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 dan isi Undang-undang Dasar 1945.”
11. Ketetapan MPR No.IV/MPR/1973
“Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Sesuai dengan hakekat pembangunan yang menekankan kepada
“Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia.”
12. Ketetapan MPR No.II/MPR/1988
“memformulasikan tujuan pendidikan sebagai berikut : untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonsia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri,cerdas, dan terampil serta sehat jasmani
dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta
pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan
sosial.”
13. Ketetapan MPR No.11/MPR/1983 “Tujuan pendidikan nasional adalah
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian,
mempertebal semangat kebangsaan dan cita tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membnagun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”
14. Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan. Bab I
(Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup) Pasal 1 Tujuan pembinaan kesiswaan :
Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi
bakat, minat, dan kreativitas.
15. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi . Bab I
(Pendahuluan) Pafagraf 1 “Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.”
C. Latar Belakang Pembelajaran Karakter
Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan
semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,
kebijakan pendidikan memang diarahkan pada pembentukan karakter,
sebagaimana digagas oleh para pendiri bangsa. Beberapa pendidik Indonesia
modern yang kita kenal, seperti Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Hatta, Tan
Malaka, Moh Natsir, dll. Telah mencoba menerapkan semangat pendidikan
karakter sebagai bentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan
konteks dan situasi yang mereka alami.1
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang
mengatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab pasal 3.
D. Sumber Nilai-Nilai Pembelajaran Karakter
sumber-sumber pendidikan karakter yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan
nasional (kemendiknas, 2010:7-9):

 Agama
 Pancasila
 Budaya
 Media
 Pendidikan

E. Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa


 Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
 Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
 Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
 Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
 Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
 Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
 Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
 Demokratis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
 Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
 Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
 Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetian, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi dan politik bangsa.
 Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain
 Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja
sama dengan orang lain.
 Cinta Damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
 Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
 Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
 Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
 Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
F. Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter anak.
1. Berkelanjutan;
Mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta
didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah;
mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler.
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan;
Mengandung makna bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah
bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang
dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur,
ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn,
IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan
ketrampilan.
Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan;
Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter
bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan
prinsip ”tut wurihandayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta
didik.
Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam
suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.
Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan
maka guru menuntun peserta didik agar aktif.

Anda mungkin juga menyukai