0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hakekat dan dasar hukum pembelajaran karakter. Hakekat pembelajaran karakter adalah usaha untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti agar memiliki tingkah laku yang baik. Dasar hukum pembelajaran karakter tercantum dalam berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia Indonesia seutuhny
Dokumen tersebut membahas tentang hakekat dan dasar hukum pembelajaran karakter. Hakekat pembelajaran karakter adalah usaha untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti agar memiliki tingkah laku yang baik. Dasar hukum pembelajaran karakter tercantum dalam berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia Indonesia seutuhny
Dokumen tersebut membahas tentang hakekat dan dasar hukum pembelajaran karakter. Hakekat pembelajaran karakter adalah usaha untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti agar memiliki tingkah laku yang baik. Dasar hukum pembelajaran karakter tercantum dalam berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia Indonesia seutuhny
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam suatu kegiatan pengajaran atau pelatihan. Pendidikan sangat penting untuk menambah ilmu pengetahuan, sebagai persyaratan untuk menempuh karir atau pekerjaan yang diingankan, sebagai wadah dalam membentuk karakter, dan sebagai bekal dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Istilah Pendidikan Karakter atau Character Education yang menurut Thomas Lickona (1991) (dalam Gunawan Heri, 2017: 23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. Sedangkan pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004: 95) (dalam Kesuma, dkk., 2013: 5) “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.” Berdasarkan pendapat yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha dalam membentuk dan mendidik kepribadian seseorang agar menjadi lebih baik dari sebelumnya yang dapat dipraktikkan dalam kegiatan sehari-hari dan dapat berdampak positif terhadap dirinya sendiri dan juga lingkungannya. Sebagai contoh, seorang anak yang sekolah, nanti akan mendapatkan kegiatan yang dapat membentuk karakter anak tersebut. Misalnya setiap hari anak tersebut diajarkan untuk memulai kegiatan dengan berdoa terlebih dahulu, sehingga dengan rutinnya kegiatan tersebut dilakukan maka anak tersebut akan terbiasa menerapkan kegiatan berdoa sebelum memulai kegiatannya sehari-hari. Makna dari pendidikan karakter dapat dijelaskan sebagai pendidikan yang berarti sebuah bentuk kegiatan pembimbingan dan pengembangan dari potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik supaya dapat terarah dengan baik dan mampu menjadi kepribadian yang baik dalam kehidupannya. Bentuk kegiatan bimbingan dan pengembangan potensi diri yang dijalaninya tersebut dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh sejumlah tenaga pendidik kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya (Fadlillah & Khorida, 2013:16). Kata karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sebagai watak, tabiat, pembawaan, dan kebiasaan. Pengertian ini sama dengan uraian oleh Pusat Bahasa Depdiknas yang mengartikan karakter sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, dan watak. Sehingga dapat disimpulkan dari kedua arti kata tersebut bahwa pendidikan karakter memiliki makna sebagai suatu bentuk pengarahan atau pembimbingan supaya seseorang dapat memiliki tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai moralitas dan keberagaman yang ada di sekelilingnya. Dengan pendidikan karakter yang telah diprogram oleh pemerintah untuk seluruh lembaga pendidikan ini diharapkan dapat membantu menciptakan generasi bangsa yang berkepribadian baik dan menjunjung asas kebajikan dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. (Fadlillah & Khorida, 2013:20). B. Dasar Hukum Pembelajaran Karakter 1. Pancasila : Sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954 “Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. 3. Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 “Tujuan pendidikan adalah mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. 4. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen. Bab XIII ( Pendidikan dan KebudayaanI) Pasal 31 Ayat 3 “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. Bab XIII ( Pendidikan dan KebudayaanI) Pasal 31 Ayat 5 “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. 5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Ayat 1 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Ayat 2 “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Bab II (Dasar, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 1 “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Bab II (Dasar, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 2 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 6. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 “Tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi ipteks berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada tuhan yang maha esa.” 7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 : Tentang Standar Nasional Pendidikan. Bab II (lingkup, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 4 “Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.” 8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Bab III (Penyelenggaraan Pendidikan Formal) Bagian Pertama (Pendidikan Anak Usia Dini) Pasal 61 Ayat 2 Pendidikan anak usia dini bertujuan: membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia berkepribadian luhur, sehat, Berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 9. Kepres RI Nomor 145 “Tujuan pendidikan supaya : melahirkan negara sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggungjawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun materil dan berjiwa pancasila.” 10. Ketetapan MPRS No.XXVII/MPR/1966 “Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia Pancasila Sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 dan isi Undang-undang Dasar 1945.” 11. Ketetapan MPR No.IV/MPR/1973 “Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sesuai dengan hakekat pembangunan yang menekankan kepada “Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia.” 12. Ketetapan MPR No.II/MPR/1988 “memformulasikan tujuan pendidikan sebagai berikut : untuk meningkatkan kualitas manusia Indonsia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial.” 13. Ketetapan MPR No.11/MPR/1983 “Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cita tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membnagun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa” 14. Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan. Bab I (Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup) Pasal 1 Tujuan pembinaan kesiswaan : Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas. 15. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi . Bab I (Pendahuluan) Pafagraf 1 “Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.” C. Latar Belakang Pembelajaran Karakter Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan pada pembentukan karakter, sebagaimana digagas oleh para pendiri bangsa. Beberapa pendidik Indonesia modern yang kita kenal, seperti Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Moh Natsir, dll. Telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai bentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami.1 Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang mengatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab pasal 3. D. Sumber Nilai-Nilai Pembelajaran Karakter sumber-sumber pendidikan karakter yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan nasional (kemendiknas, 2010:7-9):
Agama Pancasila Budaya Media Pendidikan
E. Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa
Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetian, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. F. Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter anak. 1. Berkelanjutan; Mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. 2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; Mengandung makna bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan. Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. 4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wurihandayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar aktif.