Anda di halaman 1dari 15

DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH

BANGSA INDONESIA

OLEH:

KELOMPOK 1

HARYANTI 60700121001

PUSPITASARI 60700121030

FAJAR ISKANDAR 60700118046


A. PENDAHULUAN
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat

diartikan kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi

negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar

pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan

negara. Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia tak

ada yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiiri atas berbagai suku bangsa

dapat dipersatukan oleh pancasil. Itu sebabnya sering kali Pancasila dianggap

sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun coba menggulingkannya,akanberhadapan

langsung dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara

indonesia.Sebagai dasar negara republik indonesia pancasila nilai-nilainya telah

dimiliki oleh bangsa indonesia sejak zaman dulu. Nilai –nilai tersebut meliputi nilai

budaya, adat – istiadat dan religiusitas yang diimplimentasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Jati diri bangsa indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang

dijadikan pandangan hidup. Tindak–tanduksert perilaku masyarakat nusantara sejak

dahulu kala telah tercermin dalam nilai-nilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik

indonesia berusaha merumuskan nilai-nilai luhur itu kedalam sebuah ideologi

bernama pancasila. Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara

kepulauan dan bentuk pemerintahan republic sehingga disebut dengan Negara

KesatuanRepublik Indonesia (NKRI), dan masyarakatnya tidak asing lagi

denganpancasila. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat

Indonesiamengenal Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman, dan

pandanganhidup,yang nilainya diangkat dari kehidupan masyarakat sendiri.

Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidupbangsa


Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara,masyarakat,

dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepassatu sama lain

melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dankedudukannya sebagai

dasar Negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa.Pengertian dari kata “kesatuan

bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwasila yang satu meliputi dan menjiwai

sila-sila yang lain.Lantas perumusan pancasila juga dapat dijadikan sebagai

pandanganhidup bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan berbangsa

danbernegara. Seperti yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga

merupakandasar Negara Indonesia, yang berarti dasar dari hukum tertinggi di

Indonesiaatau sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Hal ini terdapat

padaPembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan Naskah Proklamasi

Indonesia.Pancasila juga merupakan ideology terbuka, yaitu bersifat khas

danorisinil. Kelima sila dalam pancasila ini memang bersifat universal

sehinggadapat ditemukan dalam gagasan berbagai masyarakat lain. Letak

kekhasandan orisinilitasnya yaitu sebagai falsafah dan ideology Negara.Pancasila

juga berperan dalam sejarah ketatanegaraan RepublikIndonesia yaitu yang berpusat

pada Undang-Undang Dasar 1945 yang benar-benar harus dijiwai oleh seluruh

masyarakat Indonesia. Negara yang berpaham kedaulatan rakyat, yaitu Negara

tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada rakyat karena rakyat adalah sumber

dari kekuasaan Negara. Sedangkan arah perumusan norma-norma hukum harus

memberikan jaminan kemudahan dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi rakyat

untukmenunjukkan bahwa rakyatlah yang berdaulat. Untuk itu sebagai warga

Negara yang baik dan bertanggung jawabseharusnya masyarakat mengikuti dan


mematuhi pancasila, karena sepertipemaparan di atas telah disebutkan bahwa

pancasila adalah sumber dari segalasumber hukum atau dasar Negara yang harus

dipatuhi. Karena dalam sila-silapancasila tidak memihak kepada satu orang saja

melainkan keseluruh warga Negara Indonesia. Pancasila dapat diperuntukan kepada

negara, masyarakat dan pribadi bangsa Indonesia. Dengan perkataan lain pancasila

itu sebagai norma hukum dan dasar negara Republik Indonesia, sebagai social etis

bangsa Indonesia dan sebagai pegangan moral rakyat atau negara Republik

Iindonesia. Lahirnya pancasila itu dalam penanaman pidato Ir. Soekarno selaku

anggota “Dokuritzu zumbi Tyoosakai” atau badan penyelidik usaha persiapan

kemerdekaan Indonesia yang ditetapkan oleh sidangnya yang pertama pada tanggal

28 s/d 1 Juni 1945 di Jakarta. Yang di ucapkannya dalam sidang, dipimpin oleh

ketuanya Radjiman Wedyodiningrat. Dikenal di dalam pidato Ir. Soekarno pada

tahun 1945 di Jakarta. Pancasila sebagaidasar negara asala mulanya itu dari

pengambilan pancasila, panca sama dengan lima dansila sama dengan asas atau

dasar, dan didirikannnya negara Indonesia. Dari pemaparan di atas dapat diketahui

arti pancasila itu secara umum, dan anggapan pancasila sebagai dasar negara

Indonesia dalam pembukaan undang-undang dasar Repulik Indonesia 1945 menurut

presiden. Ir. Soekarno.


B. PEMBAHASAN

Dinamika adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari gaya dan torsi

dan efeknya pada gerak. Pembahasan utama dalam dinamika ialah mekanika klasik

yang berkaitan dengan hukum gerak Newton terutama pada sistem partikel.

Konsep-konsep dasar dalam dinamika disusun ooleh Isaac Newton.

Sejarah perkembangan pancasila dalam bangsa

A. Pancasila Pra Kemerdekaan

Ketika Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik

Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta

kepada sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan

itu menimbulkan rangsangan anamnesis yang memutar kembali ingatan para

pendiri bangsa ke belakang. Hal ini mendorong mereka untuk menggali kekayaan

kerohanian, kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah.

Begitu lamanya penjajahan di bumi pertiwi menyebabkan bangsa Indonesia hilang

arah dalam menentukan dasar negaranya. Dengan permintaan Dr. Radjiman inilah,

figur-figur negarawan bangsa Indonesia berpikir keras untuk menemukan kembali

jati diri bangsanya. Pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari tanggal

29 Mei - 1 Juni 1945, tampil berturut-turut untuk berpidato menyampaikan

usulannya tentang dasar negara. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin

mengusulkan calon rumusan dasar negara:

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan dan

5. Kesejahteraan Rakyat.

Selanjutnya Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945 mengemukakan teori-

teori Negara, yaitu:

1. Teori negara perseorangan (individualis)

2. Paham negara kelas

3. Paham negara integralistik.

Kemudian disusul oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan

lima dasar negara yang terdiri dari:

1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)

2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)

3. Mufakat (demokrasi)

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan).

B. Pancasila Era Kemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh

Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari

kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan

tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di

Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya.

Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan

kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada tanggal 16


Agustus 1945 terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam

penyusunan teks proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02.00-04.00

dini hari. Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan

Mr. Ahmad Soebardjo di ruang makan Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di

jalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno. Sukarni

(dari golongan muda) mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi

itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Isi

Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat

yang tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945

C. Pancasila Era Orde Lama

Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh

terhadap munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang

memenuhi “anjuran” Presiden/ Pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang

Dasar 1945” dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta

sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak lainnya menyetujui ‘kembali ke Undang-

Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya dengan Pancasila seperti yang

dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang disahkan PPKI

tanggal 18 Agustu 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan tersebut

tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante (Anshari, 1981: 99).

Majelis (baca: konstituante) ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959.

Kejadian ini menyebabkan Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit

Presiden yang disetujui oleh cabinet tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian
dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4 Juli 1959 dan diumumkan secara

resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana Merdeka

(Anshari, 1981: 99-100).

Dekrit Presiden tersebut berisi:

1. Pembubaran konstituante

2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku

3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

D. Pancasila Era Orde Baru

Adapun nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Pedoman

Penghayatanmdan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) berdasarkan

ketetapan tersebut meliputi 36 butir, yaitu:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamadan

kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

b. Hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan

penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan

hidup.

c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan

kepercayaannya.

d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. .Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab

a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban

antara sesama manusia.


b. Saling mencintai sesama manusia.

c. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan teposeliro.

d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

g. Berani membela kebenaran dan keadilan.

h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

3. Sila Persatuan Indonesia

a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa

dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

c. Cinta tanah air dan bangsa

d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-

Bhinneka Tunggal Ika.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama.

d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.

f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati Nurani yang

luhur.

g. Keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5. Sila Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.

b. Bersikap adil.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

d. Menghormati hak-hak orang lain.

e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

g. Tidak bersifat boros.

h. Tidak bergaya hidup mewah.

i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

j. Suka bekerja keras.

k. Menghargai hasil karya orang lain.

l. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan social

E. Pancasila Era Reformasi

Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat

pelaksana Negara, dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik.


Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka

timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa,

cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya

“reformasi” di segala bidang politik, ekonomi dan hukum (Kaelan, 2000: 245). Saat

Orde Baru tumbang, muncul fobia terhadap Pancasila. Dasar Negara itu untuk

sementara waktu seolah dilupakan karena hampir selalu identik dengan rezim Orde

Baru. Dasar negara itu berubah menjadi ideologi tunggal dan satu- satunya sumber

nilai serta kebenaran. Negara menjadi maha tahu mana yang benar dan mana yang

salah. Nilai-nilai itu selalu ditanam ke benak masyarakat melalui indoktrinasi (Ali,

2009: 50). Dengan seolah-olah “dikesampingkannya” Pancasila pada Era Reformasi

ini, pada awalnya memang tidak nampak suatu dampak negatif yang berarti, namun

semakin hari dampaknya makin terasa dan berdampak sangat fatal terhadap

kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Dalam kehidupan sosial, masyarakat

kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi konflik-konflik horisontal dan

vertikal secara masif dan pada akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan dan

kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Dalam bidang budaya, kesadaran masyarakat

atas keluhuran budaya bangsa Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi

disorientasi kepribadian bangsa yang diikuti dengan rusaknya moral generasi muda.

Dalam bidang ekonomi, terjadi ketimpangan-ketimpangan di berbagai sector

diperparah lagi dengan cengkeraman modal asing dalam perekonomian Indonesia.

Dalam bidang politik, terjadi disorientasi politik kebangsaan, seluruh aktivitas politik

seolah-olah hanya tertuju pada kepentingan kelompok dan golongan. Lebih dari itu,

aktivitas politik hanya sekedar merupakan libido dominandi atas hasrat


untukberkuasa, bukannya sebagai suatu aktivitas. Argumen tentang dinamika

pancasila

Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia

memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.

Sebagaimana diketahui bahwa Soekarno adalah termasuk seorang perumus bahkan

penggali dan pemberi nama dasar negara. Dalam perjalanan pemerintahannya,

ideologi Pancasila mengalami pasang surut karena dicampur dengan ideologi

komunisme dalam konsep Nasakom. Pancasila sebagai ideologi dalam masa

pemerintahan Presiden Soeharto diletakan pada kedudukan yang sangat kuat melalui

TAP MPR No. II/1978 tentang permasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto Pancasila

menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik ( Orpol ) dan organisasi

masyarakat ( Ormas ).

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan

perbedaan, tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas

Indonesia yang dinyatakan dalam seloka " Bhinneka Tunggal Ika ". Maka Pancasila

merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat

Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan.

َ ‫ون ِإ ْخ َوةٌ َفَأصْ لِحُوا َبي َْن َأ َخ َو ْي ُك ْم َوا َّتقُوا هَّللا َ َل َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم‬
‫ُون‬ َ ‫ِإ َّن َما ْالمُْؤ ِم ُن‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu

mendapat rahmat.” (QS.al-Hujurat:10)


Keterkataitannya antara ayat dengan materi ini yaitu pada pancasila. Pada sila

ketiga yaitu persatuan indonesia. Dalam agama kita harus manjaga dan mempererat

ukhuwah.

Ayat ini menjelaskan perlunya melakukan perdamaian antara dua kelompok yang

berselisih karena sesungguhnya kita semua itu bersaudara

C. PENUTUP

Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara oindonesia, sehingga dapat

diartikan kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi

negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai

dasarpemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa

dan negara. Pancasila terdiri dari 4 perkembangan yaitu pancasila era pra

kemerdekaan, kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan reformasi.

Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia

memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan,

tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang

dinyatakan dalam seloka " Bhinneka Tunggal Ika ".


DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam

Melindungi Hak Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47,

Nomor 1, 2018

Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak

Pidana, Deepublish, Yogyakarta, 2015.

Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human

Trafficking Di Daerah Perbatasan Indonesia, Jurnal Selat, Volume 4, Nomor

1, 2016.

Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak

Anak Sebagai Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman,

Justicia Islamica, Volume 13, Nomor 2, 2016.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Perlindungan Anak Yang Tereksploitasi Secara

Ekonomi Oleh Pemerintah Kota Padang, Veritas et Justitia, Volume 2,

Nomor 1, 2016.
Laurensius Arliman S, Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan

Perundang-Undangan Di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3,

2016.

Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam

Penegakan Ham Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor

2, 2017.

Laurensius Arliman S, Aswandi Aswandi, Firgi Nurdiansyah, Laxmy Defilah,

Nova Sari Yudistia, Ni Putu Eka, Viona Putri, Zakia Zakia, Ernita Arief,

Prinsip, Mekanisme Dan Bentuk Pelayanan Informasi Kepada Publik Oleh

Direktorat Jenderal Pajak, Volume 17, No Nomor, 2020.

Larensius Arliman S, Koordinasi PT. Pegadaian (Persero) Dengan Direktorat

Reserse Narkoba Polda Sumbar Dalam Penimbangan Barang Bukti

Penyalahgunaan Narkotika, UIR Law Review, Volume 4, Nomor 2, 2020,

Laurensius Arliman S, Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0,

Ensiklopedia Sosial Review, Volume 2, Nomor 3, 2020.

Anda mungkin juga menyukai