Character Building
Motivasi Meraih Prestasi
03
Disusun Oleh :
Program Studi : Manajemen
Islahulben, SE., MM Sri Rahayu Handayani, SPd., MM
ABSTRAK TUJUAN
Mengenal potensi diri agar Setelah membaca modul ini,
dapat menjalankan hidup mahasiswa diharapkan
bermakna mampu untuk :
Memahami pengertian tujuan
hidup, manfaat dan macam-
macam tujuan hidup,
memotivasi diri untuk
mencapai prestasi yang baik.
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa
seseorang untuk bergerak atau bertindak. Sedangkan motivasi berprestasi ialah motivasi yang
menyebabkan orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi tiga
bagian, yakni:
Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan bisa karena keinginan untuk mendapatkan
imbalan fisik material, misalnya dengan terpenuhinya kebutuhan jasmani, baik berupa barang
atau uang. Motivasi seperti ini sangat lemah dan sifatnya sangat sementara. Misalnya orang
yang melakukan sesuatu untuk sekadar mendapat makanan guna menutupi rasa lapar, maka
ketika sudah kenyang ia akan kehilangan motivasi. Sebaliknya, ia pasti akan kehilangan motivasi
untuk melakukan perbuatan yang justru membuat ia lapar, misalnya berpuasa. Apalagi
memperjuangkan suatu kebenaran, yang mungkin akan membuatnya menderita. Jadi, motivasi
fisik material sekalipun ada dan memang perlu, tapi sulit untuk dikembangkan untuk menjadi
pendorong utama bagi manusia dalam berusaha.
2. Motivasi psiko-emosional
Motivasi psiko-emosional akan menggerakkan manusia untuk berbuat karena suatu kondisi
kejiwaan yang ingin dimiliki seseorang ini seperti rasa kebahagiaan, kehormatan, kebanggaan
dan sebagainya. Orang sering menyebutnya kepuasan batin. Misalnya,
seseorang berani melakukan perlawanan keras terhadap orang yang dinilai telah merusak nama
baiknya. Atau berjuang mati-matian dengan mempertaruhkan harta dan jiwa demi menjaga
kemerdekaan. Dan sebagainya. Motivasi ini meski lebih kuat bila dibandingkan dengan motivasi
fisik – material, sebenarnya juga masih lemah dan sementara sifatnya.
Inilah motivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun oleh kesadaran
seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang menciptakan manusia,
menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan meminta pertanggungjawaban manusia
atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi ibadah dan pertanggungan inilah yang
mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja, meski harus mengorbankan
harta, tenaga dan nyawa sekalipun, selama berjalan dalam batas yang diperintahkan Allah SWT.
Inilah konsep lillahi Ta’ala (demi Allah semata). Bila ditanamkan, dibina dan dijaga dengan
sebaik-baiknya, motivasi ini akan mampu membentuk pribadi yang konsisten, teguh dan berani.
Pada masa Rasulullah, motivasi ini mampu menggetarkan musuh pada Perang Badar meski
pasukan musuh berjumlah tiga kali lipat dari pasukan kaum Muslimin. Pada masa sekarang, kita
dapati pada pejabat yang jujur. Mereka berani menolak uang suap milyaran rupiah meski
sesungguhnya dari segi materi uang sebanyak itu tentu sangat menggiurkan. Tapi keimanannya
kepada Allah mencegahnya untuk berbuat seperti itu.
Maka, motivasi yang harus dibangun oleh setiap manusia dalam mewujudkan aktivitas
kehidupannya adalah motivasi spiritual semata. Dengan motivasi ini, seseorang akan terpacu
untuk berikhtiar terus-menerus disertai dengan sikap tawakal dan pantang berputus harapan
hingga akhirnya meraih keberhasilan dengan izin Allah Yang Maha Pemurah lagi
Penyayang. Inilah motivasi berprestasi yang sesungguhnya.
Adalah fitrah jika kondisi manusia itu labil. Keimanan seseorang itu fluktuatif. Motivasi juga
cenderung naik turun. Ada kalanya kita merasa di puncak motivasi. Terkumpul bola semangat
yang sangat besar di atas tangan kita. Namun kadangkala kita juga merasa sangat malas. Sama
sekali tidak ada gairah untuk melakukan sesuatu. Saat itulah motivasi kita turun.
Memang itu wajar. Akan tetapi kehidupan menuntut kita untuk senantiasa berprestasi.
Lingkungan akan memberi kita penghargaan apabila kita berprestasi. Tapi lingkungan juga akan
menghina kita jika tidak produktif. Islam pun mengajarkan demikian. Jika hari ini tidak berbeda
dengan hari kemarin, merugilah kita. Jika lebih buruk? Parah lagi, kita termasuk orang-orang
Kondisi di atas cukup bertentangan. Satu sisi kita dituntut prestatif, tetapi di sisi lain kita juga
punya rasa malas. Lantas, bagaimana cara kita menghilangkan rasa malas? Atau bagaimana
caranya menigkatkan motivasi?
Sebenarnya yang paling berhak meningkatkan motivasi kita adalah diri kita sendiri. Kitalah yang
lebih menentukan keberhasilan kita. Dan kita pun bisa mengusahakan peningkatan motivasi itu
melalui beberapa cara.
Menurut Anis Matta dalam bukunya, Model Manusia Muslim, motivasi atau kemauan dapat
dibangun dengan pemantapan tujuan hidup. Sedini mungkin, cobalah kita merumuskan tujuan
hidup kita sebenarnya. Karena orang yang tidak punya tujuan akan mudah terombang-ambing
oleh masalah.
Rumusan tujuan hidup ini hendaknya sejelas mungkin. Tidak cukup kita hanya bercita-cita
menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, agama, dan keluarga. Tetapi labih jauh lagi,
rumuskan dengan cara apa kita akan menjadi orang berguna. Misalnya kita ingin berguna dengan
menjadi seorang entrepreneur. Alasannya ingin memberi kesempatan kerja bagi orang lain.
Setidaknya itu lebih jelas dari cira-cita sebelumnya.
Jika sudah, cobalah visualisasikan tujuan itu sedetil-detilnya. Bayangkan gagahnya kita menjadi
seorang entrepreneur. Jalan-jalan sambil menggenggam handphone. Bolak-balik ke luar negeri
karena urusan bisnis. Pakaian rapi, rambut klimis, wangi, dan segar. Kendati kaya, kita pun tidak
lupa akan kewajiban sebagai seorang hamba. Tak pernah kita lalai mendirikan shalat, shaum,
tilawah, infaq, nikah, da’wah, dan berakhir dengan meraih gelar syuhada. Penggambaran cita-
cita yang detil ini akan membuat kita lebih bersemangat.
Jika kita masih merasa malas, cobalah analisis. Mengapa rasa malas itu muncul? Apakah karena
kita merasa tidak cocok terhadap jenis aktivitas tertentu? Jika itu alasannya, kita pun bisa
menyiasatinya. Cobalah cintai pekerjaan itu. Caranya dengan mencari tahu beribu manfaatnya.
Dengan mengetahui manfaat, kita akan lebih bersemangat dalam bekerja. Karena kecenderungan
2020 Character Building
5 Islahulben, SE., MM Sri Rahayu Handayani, SPd., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
manusia menyukai sesuatu yang memberinya manfaat. Rasulullah SAW sendiri sering
menjelaskan pahala-pahala yang akan didapat jika mengamalkan amalan tertentu.
Selain itu, rasa cinta bisa dimunculkan juga dengan mencintai Sang Pemilik Cinta Yang Kekal,
yaitu Allah. Niatkanlah setiap aktivitas kita dengan harapan mendapat cinta dan ridha dari Allah.
Karena itu adalah sebaik-baik tujuan.
Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak di sini artinya ialah memulai
berbuat. Seringkali kita merasa malas sebelum mencoba bekerja. Belum apa-apa, di benak kita
muncul anggapan-anggapan penghambat. Namun coba abaikan anggapan itu. Mulailah bekerja.
Karena bisa jadi setelah itu kita ternyata menemukan ritme yang asyik di sana. Sehingga
kemudian kita mendapati diri kita larut dalam aktivitas.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan orang-orang yang begitu aktif dan penuh
vitalitas dalam bekerja. Bila kita seorang karyawan, akan kita temukan teman-teman (atau Anda
sendiri) yang berlainan intensitas dan cara kerjanya dalam menyelesaikan tugasnya. Ada yang
amat giat untuk mencapai sukses, ada yang sedang-sedang saja, bahkan ada pula yang nampaknya
tidak ada gairah.
Suatu ketika dalam benak kita mungkin mencuat pertanyaan, apa sih gerangan yang melatar
belakanginya? Pertanyaan ini telah lama digeluti oleh para ahli pendidikan, ekonomi, sosiologi,
psikologi, antropologi, sejarah dan disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan manusia.
Namun demikian David McClelland Guru besar psikologi dari Harvard University,
Massachussett itu secara brillian mengupas kelemahan teori-teori para ahli antropologi, sosiologi,
sejarah geografi, dan bahkan psikoanalisis Freud sendiri yang menurutnya tidak mampu
menerangkan mengapa ada perbedaan intensitas kerja dan prestasi yang dicapai oleh manusia
satu dengan manusia lain, oleh bangsa satu dengan bangsa lain.
Kritik Me Clelland itu terutama dialamatkan kepada ketakmampuan teori tersebut dalam
menjelaskan perbedaan secara individual; antara si Amir dengan si Anton, si Tiara dengan si Nur.
Dalam buku-bukunya secara bergantian menggunakan teori ini dengan kebutuhan berprestasi
(need for Achievement disingkat n-Ach). Motif berprestasi inilah gerangan yang menjadi motor
penggeraknya.
Untuk mengetahui hal itu Clelland menyusun alat. untuk skala motif. la tidak secara konsisten
menentukan istilah yang digunakan antara “Achievement motive” dan “need for Achievement”.
Mungkin karena keduanya mempunyai pengertian yang tidak jauh berbeda atau sama saja. Motif
berprestasi adalah keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh
prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya.
Sementara n-Ach ia beri pengertian dorongan untuk meraih sukses gemilang, hasil yang sebaik-
baiknya menurut “standard” of exellence” yang akan lebih nampak dalam suasana rivalitas-
kompetitif.
“Standard kesempurnaan” itu lebih besar ditentukan atas dasar pertimbangan individu itu sendiri
ketimbang standar menurut ukuran lingkungan sosial. Kendatipun dalam kenyataannya mungkin,
bahkan pasti, merupakan hasil internalisasi diri, atau dibentuk oleh ukuran-ukuran sosial dengan
siapa orang itu berinteraksi.la menemukan, bahwa seseorang yang abilitasnya inferior tapi
memiliki n-Ach yang tinggi, akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan mereka yang
abilitasnya superior dengan n-Ach yang rendah.
Mungkin Anda tergoda untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk besar kecilnya atau
tinggi-rendahnya motif berprestasi pada diri seseorang. Terbentuknya motif berprestasi amatlah
kompleks, sekompleks perkembangan kepribadian manusia. Motif ini tidak lepas dari
perkembangan kepribadian tersebut, dan tidak pernah berkembang dalam kondisi vakum. Seperti
kita ketahui, betapa besarnya peranan kehidupan keluarga dalam perkembangan kepribadian
individu. Hubungan orang tua-anak sedikit demi sedikit menampakan pola-pola kepribadian dan
kemudian berkembang dengan segala karakteristiknya mencakup sikap, kebiasaan, cara berfikir,
motif-motif, dan sebagainya.
Sementara di luar, “dibentuk lewat hubungan yang penuh tantangan dengan teman-teman sekerja
rekan sekantor, hubungan dengan direktur, dan sebagainya. Tantangan mengandung konotasi
persaingan, kondisi mana dianggap sebagai stimulan utama n—Ach. Disinilah Me Clelland (juga
para ahli psikologi lain mendalami motif) bertolak dari teori “Seleksi Alam” dan “Lestasi bagi
yang kuat”, dari Charles Darwin (1809 - 1882).
Boleh anda cek sendiri. Kalau merasa motif berprestasi anda di tempat kerja kecil, umpamanya,
apa yang melatarbelakanginya? Ekonomi yang serba cukup, pimpinan yang kurang menghargai
prestasi, atau lingkungan tempat anda bekerja? Sebaliknya dengan motif berprestasi, bekerja akan
bertambah semangat. Beruntunglah Anda. Tapi periksa lagi dari mana itu sumbernya?
Secara sederhana besar kecilnya motif dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam menggapai
“standard of excellence”. Ini tentunya hanya gejala saja yang banyak berguna untuk menduga
n—Ach seseorang. Agar anda dapat mengecek intensitas motif berprestasi sendiri, ada baiknya
secara terperinci dikemukakan ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut dapat diidentifikasi dari segi
kognisi, konasi, dan afeksi/emosi.
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang pekerjaan, pendidikan,
sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh
Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285)
adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih
cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini
disebabkan oleh virus mental.
Dari pendapat tersebut Alex Sabur mengartikan bahwa dalam psikis manusia, ada daya yang
mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, ia dapat
mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pendorong tersebut dinamakan virus mental,
karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang biak dengan
cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan menimbulkan dampak dalam kehidupan.
Menurut McClelland dan Atkinson bahwa Achiement motivation should be characterzed by high
hopes of success rather than by fear of failure, artinya motivasi berprestasi merupakan ciri
seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan
kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland bahwa motivasi berprestasi merupakan
kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk
mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai
kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai
apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Sepanjang masa kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa seseorang selalu
punya harapan atau cita-cita. Antara individu yang satu dengan yang lainnya belum tentu
mempunyai harapan atau cita-cita yang sama. Misalnya waktu seseorang menginginkan menjadi
seorang dokter, tapi setelah dewasa menginginkan menjadi orang yang sukses dan kaya. Salah
satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi
berprestasi.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang
terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis,
memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab
yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan
dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang rendah.
Pada jaman dahulu, motivasi berprestasi pada remaja pada umumnya sangat tinggi karena pada
jaman dahulu fasilitas-fasilitas umum tidak selengkap saat ini. Belum banyaknya sarana-sarana
dan tempat-tempat hiburan yang banyak didatangi para remaja sebagai tempat bergaul seperti
halnya pada keadaan jaman dulu juga menyebabkan mereka lebih memfokuskan diri dan
berkosentrasi pada pelajaran sehingga motivasi berprestasi mereka jauh lebih tinggi bila
dibandingkan pada saat ini dimana fasilitas-fasilitas umum semakin banyak sehingga remaja
Untuk mendapatkan sesuatu jauh lebih sulit dibandingkan dengan saat ini, dimana remaja lebih
mudah mendapatkan semua yang diinginkannya karena semakin canggihnya teknologi. Hal ini
bisa terjadi karena adanya pengaruh, dalam hal ini teman. Atau mungkin keluarga tidak
memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, keluarga kurang menghargai
prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-
sia. Selain itu mungkin keluarga hanya memanjakan remaja dengan uang sehingga mereka
berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan uang karena mereka bisa mengandalkan
pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah. Oleh karena
itu kita diharapkan mampu meningkatkan motivasi berprestasi secara efektif dan efisien
Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri
individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu
yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk
individu menjadi pribadi yang kreatif.
McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Handoko (1992), menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri
manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku. Lewin (dalam
Petri) mengungkapkan bahwa perilaku merupakan fungsi dari faktor personal dan faktor
lingkungan dalam pengertian bahwa perilaku itu timbul karena adanya dorongan faktor internal
dan kekuatan faktor eksternal. Sementara itu Watson (dalam As’ad) menegaskan bahwa perilaku
pada dasarnya bersifat mekanistis, yaitu timbulnya disebabkan karena adanya stimulus. Perilaku
dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.
Woodhworth (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi
atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan
atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang
mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh
adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada
akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut
konsep Woodworth (dalam As’ad, 1982) mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu : (a)
intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu
berperilaku tertentu; (b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau
melakukan suatu perilaku tertentu; dan (c) persistensi; kecenderungan untuk mengulang perilaku
secara terus menerus.
2020 Character Building
14 Islahulben, SE., MM Sri Rahayu Handayani, SPd., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam As’ad) yang menegaskan bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan
atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja,
tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan
energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional factor, dimana timbulnya
perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada
individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar; serta interaksi antara keduanya.
Berdasarkan uraian di atas,konsep motivasi yang dikemukakan dalam kaitannya dengan perilaku
dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau
kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan
dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten
(perilaku berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk mengatasi atau memenuhi kebutuhan yang
menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri.
Mencari Pekerjaan di saat sekarang ini memang dianggap sebagian orang tidak mudah. Jika salah
melangkah sedikit saja anda akan gagal meraih kesuksesan.. Jangan pernah anda ragu-ragu dalam
mengirimkan surat lamaran kerja pada perusahaan yang anda minati. Cermati hal-hal penting
seputar dunia kerja, terutama bagi anda yang masih belum ada pengalaman kerja atau pemula.
Promosikan diri anda sebaik-baiknya surat lamaran kerja anda pada saat anda mengirimkan
lamaran pekerjaan tadi. Sebelum melangkah dan melaju ke depan buatlah analisa pada diri anda
sendiri. Kenali jenis pekerjaan yang anda inginkan, serta posisi dan gaji yang ingin anda
dapatkan. Coba anda jujur pada diri sendiri saat anda melakukan analisa tersebut.
Mungkin yang paling penting saat ini dalam menapaki dunia kerja adalah mencari informasi
pekerjaan sebanyak-banyaknya. Dengan cara Membuka pergaulan seluas-luasnya adalah sebuah
Rajinlah membaca koran karena disana tiap hari selalu ada lowongan kerja.
Ikutan mailling list kampus . Biasanya di milis ini anda akan dapat info lowongan kerja
dari almamater.
Bergabunglah dengan Head hunter untuk mendapatkan informasi secara gratis tentang
info lowongan kerja. Mereka ini mengkhususkan diri sebagai penemu, pengevaluasi dan
penyeleksi kandidat tenaga kerja bagi perusahaan yang membutuhkan.
Jika telah mendapatkan info kerja yang sesuai dan anda telah mengirimkan surat lamaran kerja
dan anda telah sampai pada sesi wawancara maka inilah tips dalam memulai wawancara :
Sukses, banyak orang yang menginginkan untuk menjadikan hidupnya menjadi seperti itu,
sukses. Sukses dalam berbagai bidang; sukses dalam asmara, sukses dalam studi/sekolah, atau
sukses dalam mengejar karier/bekerja. Tapi bagaimana menjadi sukses itu? sukses merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan dan sukses bukan merupakan akhir dari
proses karena sukses merupakan awal dari proses sebelumnya.
Berikut ini beberapa tips yang mungkin berguna untuk meraih sukses dalam bekerja:
Atkinson, J.W. 1958. Achievement Motive and Test Anxiety Asimilator Motives to Approach
http:www.depdiknas.co.id/jurnal/29faktor.htm.
Yuniarti, K.W. 1988. Pola Asuh, Self Esteem, Motivasi Berprestasi, dan Prestasi Belajar.
http://suksesitubebas.com/2012/12/04/pentingnya-memiliki-tujuan/
http://suksesitubebas.com/2012/07/13/tujuan-hidup-adalah-impian/
http://www.scribd.com/doc/24002434/Pengaruh-Motivasi-Berprestasi-Terhadap-Kinerja