OLEH :
NIM.113063J118058
BANJARMASIN
2019
A. ANATOMI FISIOLOGI
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur
padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan
1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan,
sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam
nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar anatara
40-47. Diwaktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Fungsi Darah :
a. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
- Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
- Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
- Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
- Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
- Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses fisiologis.
Karakteristik Darah :
- Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
- Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume
darah; tersuspensi dalam plasma darah
- PH darah : 7,37 – 7,45
- Temp : 38°C
- Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067
Bagian-Bagian Darah
Sel-Sel Darah
- Eritrosit (Sel darah merah)
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya 0.007
mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya
kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin
(hemoglobin adalah protein pigmen yang meberi warnamerah pada
darah. Hemoglobin terdiri atas protein yang di sebut globin dan
pigmen non-protein yang disebut heme.), setiap eritrosi mengandung
sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya kenyal sehingga dapat
berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk
dari asam amino. Mereka juga memerlukan zat besi wnita memerlukan
lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu
menstruasi. Sewaktu hsmil diperlukan zat besi dalam jumlah yang
lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.Sel
darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari tulang
pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan konselus pada ujung
tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum.
Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai
tahap mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin;
kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya
dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah. Rata-rata panjang hidup
sel darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan
dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati.
Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan
sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari
hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel
darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah lagi menjadi
bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-
hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang
rusak pada luka memar.
Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan hemoglobinnya
sebagai pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu
diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar
hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya, maka diperlukan
tranfusi darah. Fungsi : Mengikat oksigen dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru / melalui jalan
pernafasan. Produksi Eritrosit (Eritropoesis): Terjadi di sumsum tulang
dan memerlukan besi, Vit B12, asam folat, piridoksin (B6) Di
pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan. Masa hidup : 120 hari. Eritrosit tua
dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan limpa). Pemecahan
Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan dengan protein
(transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.
- Plasma Darah
Anatomi : merupakan komponen terbesar dalam darah dan
merupakan bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein
plasma darah 7%, asam amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak
0,9%, dan hormon, antibodi sebanyak 0,1% . Protein
Plasma :Mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-satunya unsur
pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk
mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi
ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan
bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul
pembawa lipid, beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat
penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi utama
berperan sebagai antibody.
c. Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di
hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah. Fungsi : mengangkut sari makanan ke sel-sel
serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan
selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan tubuh
terhadap penyakit atau zat antibodi.
- Proses Pembekuan Darah
Pembekuan darah yaitu darah yang mengeras dan menjadi sel yang
bersatu. Hal ini dikarenakan di dalam darah terdapat sel-sel yang dapat
membentuk jaringan secara cepat. Inilah kenapa disebut membeku
karena darah yang cair itu dapat seolah-olah “mengeras” dengan cepat.
Namun proses ini terjadi jika terdapat jaringan tubuh yang rusak, yang
mengakibatkan drah keluar dari pembuluh darah. Bila tidak, darah
hanya akan beredar menyuplai zat-zat yang dibutuhkan oleh organ
tubuh. Dalam proses pembekuan darah ada beberapa zat yang
dibutuhkan, yakni trombosit atau keping darah, fibrinogen,
protrombin, kalsium dan vitamin K.
Ketika luka terjadi yang mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh,
merobek pembuluh darah hingga darah keluar, maka hati akan
menggenjot produksi produksi komponen yang ada di trombosit
maupun plasma darah yang bernama fibrinogen. Fibrinogen adalah
sebuah glikoprotein yang ada dalam plasma darah dalam bentuk cairan
dan trombosit dalam bentuk granula yang semuanya dihasilkan oleh
hati. Fibrinogen ini yang kemudian melakukan proses koagulasi darah
dan meningkatkan viskositas darah. Proses ini akan menghasilkan
trombin dan protrombin dengan bantuan Ca2+ dan vitamin K. Trombin
yang terbentuk akan memecah fibrinogen menjadi benang fibrin.
Bersamaan dengan proses ini, terjadi pengendapan LDL yang memacu
proses terbentuknya plak dan memicu agregasi trombosit yang pecah
mengeluarkan trombokinase untuk merubah protrombin menjadi
trombin dan proses kembali ini menyebabkan semakin banyaknya
benang fibrin yang terbentuk.
B. KONSEP DASAR
1. Definisi
Reaksi transfusi adalah suatu pengrusakan secara imunologik sel-sel darah
merah yang inkompatibel yang diperoleh melalui transfusi darah. Reaksi
yang terjadi dapat berupa reaksi pirogen, reaksi alergi, reaksi hemolitik,
atau transmisi penyakit-penyakit infeksi.
2. Etiologi
3. Manifastasi Klinik
Reaksi segera yang mengancam nyawa terjadi pada ketidakcocokan
ABO. Manifestasinya antara lain adalah:
Kemerahan pada wajah yang segera timbul
Rasa hangat di vena yang menerima darah
Demam dan menggigil
Nyeri dada dan pinggang
Nyeri abdomen disertai mual dan muntah
Penurunan tekanan darah disertai peningkatan kecepatan denyut
jantung
Sesak napas (dispnu)
Reaksi transfusi terhadap sel darah putih bersifat lebih ringan dan
biasanya berupa demam dan kadang-kadang menggigil.
4. Komplikasi
Dapat terjadi gagal ginjal akibat terbentuknya silinder sel darah merah dan
sumbatan hemoglobin pada nefron.
5. Penatalaksanaan
Reaksi pirogen
Pasien harus diselimuti dan bila mungkin berikan air hangat (minum).
Reaksi pirogen biasanya tidak begitu berbahaya.
Reaksi alergi
Transfusi segera dihentikan.
Berikan epinefrin 1:1.000 sebanyak 0,5-1 ml subkutan (bila perlu
berikan 0,5-0,2 ml IV setelah diencerkan dulu).
Berikan antihistamin, misalnya difenhidramin 50 mg IM.
Preparat kortikosteroid parenteral.
Reaksi hemolitik
Hentikan transfusi.
Berikan diuretik untuk mencegah terjadinya nekrosis tubular akut.
Manitol 10% 10-15 menit diberikan sebanyak 1.000 ml.
Jika terdapat anuria, kemungkinan besar terjadi gagal ginjal.
Pengobatan dilakukan terhadap gagal ginjal akut. Penting
diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Lakukan pemeriksaan ulang darah donor dan resipien (cross-matched)
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Kaji adanya reaksi alergi, mis: kemerahan, urtikaria (biduran) atau
gatal-gatal menyeluruh, wheezing, anafilaksis.
Kaji adanya reaksi hemolitik akut, mis:Kemerahan pada wajah,
Rasa hangat di vena yang menerima darah, Demam dan menggigil,
Nyeri dada dan pinggang, Nyeri abdomen disertai mual dan
muntah, Penurunan tekanan darah disertai peningkatan kecepatan
denyut jantung, Sesak napas (dispnu)
Reaksi hemolitik tertunda: Biasanya terjadi 2 – 14 hari, Ditandai
dengan demam, Ikterik ringan, Penurunan terhadap Hb.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan b/d perdarahan.
2) Risiko tinggi infeksi b/d jalur akses vaskular.
3) Keracunan b/d toksisitas sitrat.
3. Intervensi
1) Kekurangan volume cairan b/d perdarahan.
Tujuan : TV dipertahankan dalam parameter yang ada untuk
mempertahankan perfusisistemik.
Intervensi :
a. Monitor dan catat masukan dan haluaran.
b. Kaji dan laporkan tanda dan gejala hipovolemia: penurunan TD
dan haluaran urin, takikardia, kelemahan, nadi halus, keluhan haus,
penurunan CVP, PCWP.
c. Observasi perdarahan dari selang dada.
d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium: Hb dan Ht tiap 4 jam sesuai
indikasi.