Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI
MEASUREMENT THEORY
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi)
Dosen Pengampu: Agus Riyanto, S.E.,M.Ak.

Disusun Oleh Kelompak II :


1. Nur Anggi Andini (1962201007)
2. Melly Selia (1962201005)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa di praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 21 Maret 2022

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………...iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................. 4

1.2 Rumusan Masalah…………………………..…………..5

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………......5

BAB II Pembahasan

2.1 Pentingnya pegukuran ....………………………….......6

2.2 Skala.......................………………………….…..7

2.3 Pengoperasian Skala ...........…….…………….…….9

2.4 Jenis Pengukuran ......………………………………...12

2.5 Kendala dan Akurasi ...........……………….………...13

2.6 Pengukuran dalam Akuntansi…………………………....16

2.7 Permasalahan Pengukuran dalam Auditor…………….....17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ………………………………..……………19

3.2 Daftar Pustaka…………………………..……………....21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran diperlukan dalam disiplin ilmu pengetahuan atau bidang


pekerjaan khususnya profesi akuntansi yang bertujuan untuk menjadikan data
yang dihasilkan lebih informatif dan dipercaya. Sebagai penyedia informasi
akuntansi pengukuran merupakan hal yang penting karena data kuantitatif adalah
bagian dominan dari informasi akuntansi. Oleh karena pengukuran atribut yang
disajikan dalam laporan keuangan (misalnya aktiva, laba ataupun utang)
merupakan fungsi penting dalam akuntansi maka dari itu dalam pembahasan ini
akan menjelaskan konsep pengukuran.

Menurut Stevens, S.S., (1967: 677) pengukuran memiliki arti pemberian


angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan-aturan tertentu.
Sedangkan Suwardjono (2010) menyatakan bahwa pengukuran adalah pemberian
angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-
atribut, konsep atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang
menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut. Singkatnya dari
beberapa ahli yang mengemukakan definisi pengukuran pada intinya pemberian
angka kepada objek atau unit analisis untuk menggambarkan karakteristik yang
melekat pada objek tersebut.

Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan


pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut
menunjukkan makna ekonomi dan karenanya pengukuran yang demikian disebut
penilaian (valuation). Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu
objek untuk menentukan makna ekonomi objek tersebut di masa lalu, sekarang
atau yang akan datang. Sehingga kita dapat katakan bahwa pengukuran juga bisa
berarti proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
unsur laporan keuangan dalam neraca ataupun laba rugi. Terdapat perbedaan
asumsi mengenai pengukuran dan penilaian dalam akuntansi. Pengukuran
biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat pada
saat objek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian biasanya digunakan untuk

4
menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada tiap elemen
atau pos laporan keuangan pada saat penyajian laporan keuangan. Jadi secara
aplikatif dalam praktek pengukuran terjadi pada saat pencatatan sedang penilaian
pada saat penyajian.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dan pentingnya suatu pengukuran?

2. Apa saja jenis skala yang digunakan dalam sebuah pengukuran?

3. Bagaimanakah cara pengoperasian skala?

4. Apa saja tipe-tipe pengukuran?

5. Bagaimana konsep keandalan dan ketepatan dalam pengukuran?

6. Bagaimana pengukuran dalam akuntansi?

7. Bagaimana permasalahan yang dihadapi auditor dalam hubungannya dengan


pengukuran?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin penulis capai dalam menyusun


makalah ini untuk memahami:

1. Bagaimana konsep dan pentingnya suatu pengukuran

2. Jenis skala yang digunakan dalam sebuah pengukuran

3. Pengoperasian skala

4. Tipe-tipe pengukuran

5. Konsep keandalan dan ketepatan dalam pengukuran

6. Pengukuran dalam akuntansi

7. Permasalahan yang dihadapi auditor dalam pengukuran

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Pengukuran
Campbell, salah seorang yang pertama membahas masalah pengukuran,
mendefinisikan pengukuran sebagai “the assignment of numerals to represent
properties of material systems other than numbers, in virtue of the laws governing
these properties” atau “penempatan angka untuk mewakili sifat dari sistem
materiil selain angka, dalam kebajikan hukum yang mengatur sifat ini”.
Sedangkan menurut Stevens, seorang ahli teori terkemuka di bidang
pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial, menyebutkan pengukuran sebagai
“assignment of numerals to objects or events according to rules” atau
“penempatan angka ke objek atau peristiwa menurut aturan”.
“Systems” dalam pengertian Campbell adalah apa yang Stevens sebut
“objects or events”. Dalam hal ini dapat mencakup rumah, meja, orang, aset, atau
jarak tempuh. Properties adalah spesifikasi atau karakteristik dari systems, seperti
berat, panjang, lebar, atau warna. Yang diukur sifat dan bukan sistem itu sendiri.
Dalam hal ini, pengertian Campbell lebih tepat daripada pengertian Stevens
(Godfrey, et al., 2010: 134).
Ketika ditunjukkan hubungan antara pernyataan secara matematika yang
berkolerasi dengan hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran aspek
yang diberikan atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi. Dalam Akuntansi,
kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu menghitung atau menilai modal
dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran dalam modal selama
periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan
(Godfrey, et al., 2010: 134).
Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur (jumlah rupiah)
yang akan diletakkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang terlihat dalam
suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk merepresentasi makna atau atribut
objek tersebut. Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang
menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut (Suwardjono, 2010:
192-193).
Secara umum akuntansi dianggap sebagai salah satu alat pengukur
sekaligus suatu disiplin komunikasi. Pengukuran memiliki arti “pemberian angka-

6
angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan-aturan tertentu”
(Riahi-Belkaoui, 2006: 56).
Singkatnya dari beberapa ahli yang mengemukakan definisi pengukuran
pada intinya adalah pemberian angka kepada objek atau unit analisis untuk
menggambarkan karakteristik yang melekat pada objek tersebut.

Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat


berupa penilaian subjektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain, yang
dapat menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat
pula berupa pengukuran yang lebih objektif ataupun data statistik. Saat transaksi
jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh tentang pengukuran.
Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu kilogram, atau setengah
kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari-hari. Sedangkan dalam akuntansi
contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita mengukur keuntungan
dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan kemudian
menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah
memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang memengaruhi kekayaan
perusahaan.
Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan khusus
untuk menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan
karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu
objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita melakukan suatu
pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan
maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai
dengan karakteristik objek yang kita ukur.

B. Skala
Setiap pengukuran dibuat dalam suatu skala. Sebuah skala dibuat ketika
aturan semantik digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada
objek atau kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang angka-angka wakili,
sehingga memberikan arti kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat
tergantung pada aturan semantik yang digunakan. Menurut Stevens, skala dapat

7
diuraikan dalam istilah umum sebagai nominal, ordinal, interval, atau rasio
(Godfrey, et al., 2010: 134-135).

1. Skala Nominal
Dalam skala nominal, angka digunakan hanya sebagai label. Contoh yang
diberikan oleh Stevens adalah penomoran pemain sepak bola.
Skala nominal hanya merupakan klasifikasi, yang tidak menunjukkan
pengukuran apa yang dipertimbangkan untuk digunakan dalam penggunaan
istilah yang biasa. Torgerson menunjukkan, pengukuran mengacu pada sifat
objek, sedangkan dalam skala nominal angka sering menyatakan objek itu
sendiri, seperti penomoran atau penamaan pemain dalam tim olahraga. Sifat
utama angka yang dimiliki adalah untuk mengidentifikasi pemain atau objek.
Dalam sistem akuntansi, yang paling dekat dengan skala nominal adalah
klasifikasi aset dan kewajiban dalam kelas yang berbeda atau biasa disebut
dengan kode akun.

2. Skala Ordinal
Sebuah skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya
untuk membantu dalam penentuan lebih besar atau lebih kecil suatu hal, tanpa
memberitahukan seberapa besar atau seberapa kecilnya. Sebagai contoh,
misalnya seorang investor memiliki tiga peluang investasi yang layak untuk
menanamkan sejumlah uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1, 2, 3
berdasarkan nilai bersihnya saat ini (net present values), dengan peringkat
tertinggi 1 dan terendah 3.
Kelemahan skala ordinal adalah interval antar angka (1 sampai 2, 2 sampai
3, dan 1 sampai 3) tidak memberitahukan apapun mengenai perbedaan
kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.

3. Skala Interval
Skala interval memberitahukan informasi yang lebih banyak daripada
skala ordinal dan membantu dalam penentuan keseimbangan dari interval atau
perbedaan seperti suhu dan waktu. Jadi tidak hanya memberi peringkat pada
objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya seimbang dan diketahui.
Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan

8
thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal
ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30
derajat celcius, maka selain kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B
lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat
daripada ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat
dengan bebas atau tidak memiliki nol mutlak.

4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang:
 Menunjukkan kategori
 Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
 Interval atau jarak antar objek
 Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek
terakhir diketahui
Skala rasio menyampaikan informasi paling banyak. Angka-angka skala
rasio memiliki kualitas bilangan rill yang dapat dijumlahkan, dikurangi,
dikalikan, atau dibagi, dan dinyatakan dalam hubungan rasio. Contoh skala
rasio adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan
panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter
lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjang dari A.
Contoh skala rasio dalam akuntansi adalah penggunaan dolar untuk
mewakili biaya dan nilai. Jika aset A biayanya $10.000 dan aset B biayanya
$20.000, kita dapat mengatakan bahwa biaya B dua kali lipat biaya A.

C. Pengoperasian Skala
Salah satu alasan untuk membahas skala adalah bahwa aplikasi
matematika tertentu diperbolehkan hanya untuk jenis skala yang berbeda. Skala
rasio memungkinkan untuk semua operasi aritmatika dasar seperti penambahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian, dan juga aljabar, geometri analitik,
kalkulus dan metode statistik. Sebuah skala rasio tetap invarian (tetap) atas semua
transformasi ketika dikalikan dengan sebuah konstanta. Sebagai contoh
pertimbangkan hal berikut:
X′ = cX

9
Jika X mewakili semua titik pada skala tertentu, dan titik masing-masing
dikalikan dengan konstanta c, skala X yang dihasilkan juga akan menjadi skala
rasio (Godfrey, et al., 2010).
Hal ini berarti apabila kita mengukur panjang atau luas ruangan yang
ternyata hanya 400 cm yang kemudian diubah 400 cm menjadi 4 m dengan
mengalikan konstanta 1/100, sehingga kita dapat memastikan panjang ruangan
tidak berubah, sekalipun angka yang menjelaskan panjang telah mengalami
perubahan.
Dengan adanya invarian skala dapat memudahkan kita untuk mengetahui
kejadian atau peristiwa dimana teori atau ketentuan yang berlaku pada dasarnya
adalah sama, meskipun skalanya dinyatakan dalam unit-unit yang berbeda,
misalnya dari sentimeter ke meter. Perubahan invarian skala rasio akan
mengalami perubahan keutuhan bentuk keumuman hubungan variabel-variabel
yang sama (Godfrey, et al., 2010).
Tanpa invarian, mustahil diketahui bahwa X dua kali panjangnya dari Y
apabila diukur dalam sentimeter, padahal ukuran yang sebenarnya tiga kali lebih
panjang apabila diukur dalam ukuran meter. Dalam akuntansi, skala untuk biaya
saat ini adalah varian dari biaya historis, sebab sifat-sifatnya yang diukur berbeda.
Ketika mesin A diukur atau dinilai berdasarkan biaya historis (historical cost)
mugkin $90.000, tetapi ketika diukur dalam biaya saat ini (current cost) bisa saja
$110.000. Uji pengukuran dan dolar digunakan pada kedua kasus meski skalanya
berbeda dikarenakan varian. Dengan melakukan perubahan dari skala dolar
nominal menjadi daya beli skala dolar untuk sifat yang sama (biaya historis atau
biaya saat ini) dengan sendirinya akan mengabaikan invarian yang terstruktur
(Godfrey, et al., 2010).
Dengan skala interval, tidak semua operasi aritmatika dapat dilakukan.
Penambahan dan pengurangan dapat digunakan sehubungan dengan nomor
tertentu pada skala serta interval. Namun, perkalian dan pembagian tidak dapat
digunakan dengan mengacu pada nomor tertentu, hanya untuk interval. Alasannya
adalah karena kondisi invarian. Sebuah skala interval adalah invarian dalam setiap
transformasi linear dalam bentuk:
X′ = cX + b
Dengan adanya perubahan skala interval, maka sangat penting untuk
mengukur atau mengetahui sifat-sifat khusus dan skala interval lainnya untuk

10
mengukur sifat-sifat yang sama sebagaimana yang dilakukan dengan mengalikan
setiap titik skala pertama X dengan konstanta c namun dengan menambahkannya
pada konstanta b. Cara seperti ini dilakukan b karena terdapat titik nol absolut
pada skala interval. Misalnya perubahan dari temperatur celcius ke temperatur
fahrenheit, kita dapat mengalikan setiap derajat, misalnya 9/5 kemudian baru
menambahkan 32, untuk 9/5 dapat juga digunakan karena utilitas skala celcius
100 derajat dianggap bertentangan dengan 100 derajat untuk fahrenheit dan 32
dapat ditambahkan karena adanya titik beku untuk skala berikutnya (Godfrey, et
al., 2010).
Kondisi invarian dapat juga menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan
dan membagikan apabila ada kaitannya dengan interval, meski operasi-operasi
ilmu hitung seperti ini tidak dapat digunakan untuk bilangan-bilangan tertentu
pada skala. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut:
X′ = X + 10
Misalkan objek pada poin 3 dan 6 ada pada skala X, maka akan dapat
berubah menjadi skala X′, sehingga kita dapat memperoleh bilangan 13 dan 16.
Meski demikian rasio 13 dan 16 tidak sama dengan rasio 3 dan 6 karena adanya
penambahan konstanta. Adanya pengalian dan pembagian (misalnya rasio) adalah
karena tidak dapat dilakukan pada bilangan-bilangan tertentu. Karena itu, apabila
Robyn memperoleh 90 poin pada hasil ujian akuntasinya dan Maria memperoleh
45 poin, namun kita tidak dapat menyimpulkan bahwa Robyn mengetahui poin-
poin tersebut adalah dua kali lebih banyak dari poin atau yang dilakukan Maria
terutama yang ada kaitannya dengan materi ujian. Hal ini disebabkan tidak adanya
titik nol natural pada ujian terutama untuk yang tidak ada kaitannya dengan “tanpa
pengetahuan”. Sekalipun siswa memperoleh “0” pada ujian, namun kita tidak
dapat mengatakan bahwa siswa yang bersangkutan tidak mempunyai wawasan
atau pengetahuan sama sekali tentang permasalahan yang sesungguhnya.
Mengacu pada contoh tersebut, apa yang kita katakan bahwa Robyn lulus ujian
dan Maria gagal ujian, meski demikian kita tidak dapat melakukan campur tangan
secara komparatif banyaknya pengetahuan dikaitkan dengan angka. Seperti halnya
apabila varian kuantitas misalnya $5.000 lebih disukai, ketimbang dengan varian
bulanan terdahulu yang $10.000 yang lebih disukai. Selain itu, kita juga tidak
dapat menyimpulkan bahwa penggunaan material dalam bulan ini hanya ½ sama
efisiennya pada bulan-bulan terdahulu (Godfrey, et al., 2010).

11
Dengan skala ordinal, tidak satu pun dari operasi aritmatika dapat
digunakan. Kita tidak dapat menambah, mengurang, mengali, atau membagi
angka atau interval pada skala. Oleh karena itu, skala ordinal menyampaikan
informasi yang terbatas (Godfrey, et al., 2010).

D. Jenis pengukuran

Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi


dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan
pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell membaginya
kedalam dua jenis: fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa
diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiric (hukum) untuk mendukung
pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan
oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang
didiskusikan Campbell. (Godfrey, et al., 2010: 138)

1. Pengukuran Fundamental

Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa


diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak
bergantung pada pengukuran variabel apapun. Hal-hal seperti panjang,
hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang bisa diukur.
Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum
dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada
benda-benda yang sudah ada.

Pengukuran fundamental adalah angka yang dilekatkan pada suatu


kekayaan dengan mengacu pada hukum alam dan tidak didasarkan pada
pengukuran variabel-vaiabel lain. Contohnya pengukuran panjang bangunan.
(Yadiati, 2007: 65)

2. Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, pengukuran turunan adalah salah satu pengukuran
yang tergantung pada pengukuran dari dua atau lebih besaran lain. Contohnya

12
adalah pengukuran kepadatan. Hal ini tergantung pada pengukuran dari kedua
massa dan volume. Operasi pengukuran yang diturunkan tergantung pada
hubungan yang diketahui atas sifat-sifat dasar. Mereka didasarkan pada teori
empiris berkaitan properti yang diberikan kepada properti lainnya. Operasi
matematika dapat dilakukan pada angka dari pengukuran yang diturunkan
karena operasi paralel matematika dan fisik pada sifat-sifat mendasar.
Pengukuran, seperti suhu, bergantung hanya pada satu dari pada dua atau lebih
pengukuran lainnya. Untuk mengukur suhu, kita hanya perlu untuk mengukur
tekanan, volume atau hambatan listrik. Namun, dalam kasus-kasus ini
pengukuran didasarkan pada hukum alam.
Pengukuran turunan adalah pengukuran yang didasarkan pada pengukuran
dua atau lebih kuantitas dan tergantung pada eksistensi teori empiris yang
mengaitkan kekayaan tertentu dengan kekayaan lain. (Yadiati, 2007: 65)
Dalam ilmu akuntansi contoh pengukuran turunan adalah pengukuran
terhadap laba, yang mana laba dihasilkan dari turunan berupa variabel
pendapatan dan beban-beban.

3. Pengukuran Fiat
Pengukuran ini merupakan type dalam ilmu-ilmu sosial dan akuntansi,
menggunakan definisi yang dibuat semaunya untuk menghubungkan variabel
pengamatan tertentu untuk suatu konsep tertentu, tanpa mengkonfirmasi
dengan teori untuk mendukung hubungan ini. Sebagai contoh, dalam
akuntansi kita tidak perlu tahu bagaimana mengukur konsep keuntungan
secara langsung. Sebaliknya, kita mengasumsikan bahwa variabel pendapatan,
keuntungan, biaya dan kerugian yang berhubungan dengan konsep keuntungan
dan karenanya dapat digunakan untuk memberikan kita suatu ukuran tidak
langsung dari keuntungan.
Pengukuran fiat adalah pengukuran yang dibuat secara arbitrase yang
tergantung pada intuisi peneliti dan terlalu banyak alternatif dan definisi.
(Yadiati, 2007: 65)

E. Keandalan dan Akurasi


Untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan keandalan
dari suatu pengukuran atau keakuratan pengukuran, pertama kita harus

13
menyatakan bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali
perhitungan. Kita bisa menghitung jumlah kursi di ruang tertentu dan akan persis
benar. Tapi kecuali untuk menghitung, semua pengukuran melibatkan kesalahan.
(Godfrey, et al., 2010)

1. Sumber kesalahan
Sumber kesalahan dalam pengukuran adalah sebagai berikut, yang tidak
saling eksklusif.
a. Operasi pengukuran tidak tetap. Aturan untuk menetapkan angka untuk
properti tertentu biasanya terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi tidak
dapat dinyatakan tepat dan karenanya dapat ditafsirkan salah oleh
pengukur.
b. Pengukur, pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, bias, atau
menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak akurat.
c. Instrumen, banyak operasi memperkenankan untuk penggunaan alat fisik,
seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat
d. Lingkungan, tempat di mana operasi pengukuran dilaksanakan dapat
mempengaruhi hasil
e. Atribut yang tidak jelas, apa yang harus diukur mungkin tidak jelas,
terutama jika pengukuran melibatkan konsep yang tidak dapat diukur
secara langsung.
f. Risiko dan ketidakpastian, ini berkaitan dengan distribusi pengembalian
aset berwujud.

2. Pengukuran yang dapat diandalkan


Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut
harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan. Gagasan
keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran,
dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili sehubungan dengan
transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai peristiwa. Aspek
mempengaruhi ketepatan pengukuran.

14
Istilah ‘presisi’ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin
merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan
pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini
berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya, serta
persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali
yang diterapkan pada properti tertentu.

Arti terakhir ini pada dasarnya sama dengan keandalan. Dengan


menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan bahwa keandalan dari
pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti tertentu diukur
dengan menggunakan satu perangkat operasi.
Berdasarkan dua istilah tersebut, kita dapat mengatakan bahwa realibity
pengukuran berkaitan dengan presisi dengan mana suatu properti tertentu
diukur dengan menggunakan satu set operasi.

3. Pengukuran akurat
Konsistensi hasil, presisi dan keandalan tidak selalu menyebabkan akurasi.
Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil
yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat.
Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran
menuju ’nilai sejati’ dari atribut pengukuran.

Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan


secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili
nilai sebenarnya.

Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak


diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu
atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan
dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu
akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari ‘kegunaan’,
tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar
kuantitatif yang harus diterapkan.

15
F. Pengukuran dalam Akuntansi

Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan


untuk modal dan laba. Laba akuntansi sekarang diturunkan di bawah standar
akuntansi internasional, dari perubahan modal selama periode dari semua kegiatan
termasuk kenaikan dan penurunan nilai wajar aktiva bersih kecuali transaksi
dengan pemilik. Modal diturunkan dari nilai wajar bersih penilaian aktiva dan
kewajiban. Berarti kita harus mengukur nilai modal awal, pada jumlah
penghasilan yang diterima, jumlah modal yang digunakan, dan perubahan nilai
wajar aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode akan datang akan
mengukur jumlah laba dari berbagai macam sumber, termasuk dari operasional
dan penilaian kembali (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru dan
pembayaran dividen). Nilai wajar aktiva bersih yang disajikan kembali merupakan
modal awal pada periode berikutnya. (Godfrey, et al., 2010: 145).
Godfrey, et al., (2010:145) menyatakan sebaliknya, pendekatan
pengukuran dengan pendekatan yang dilakukan sebelum pengenalan standar
akuntansi internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan terhadap aktiva
bersih yang digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar dari
penggunaan modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal.
Keuntungan tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan
dan laba direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga
perolehan dan perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan.
Maka, kita dapat melihat bahwa laba turunan sangat tergantung pada bagaimana
kita mengukur modal awal dan bagaimana kita mengukur biaya dan alokasi
modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep penilaian modal dan akuntansi telah
berkembang dari waktu ke waktu dengan hasilnya menyatakan bahwa kita
memiliki pengukuran atas modal secara umum dan konsep laba.
Baru-baru ini, International Accounting Standard Board (IASB) telah
mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung kebutuhan untuk
suatu standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan
informasi keuangan yang sebanding. Hal ini menyebabkan dua perkembangan
penting dalam standar akuntansi internasional melalui standar akuntansi seperti
IAS 39/AASB 139 instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran IASB?FASB
proyek bersama mengenai pelaporan keuangan kinerja (1) bahwa pengukuran laba

16
dan pengakuan pendapatan harus dihubungkan dengan pengakuan tepat waktu dan
(2) bahwa pendekatan ‘nilai wajar’ harus diadopsi sebagai prinsip pengukuran
kerja. Jadi dari tahun 2005 kami melihat penggunaan (sebagaian) dari suatu
prinsip pengukuran yang berfokus pada perubahan nilai aktiva dan kewajibab
bukan penyelesaian proses pendapatan (Godfrey, et al., 2010: 147).
Singkatnya, berarti bahwa perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban
diakui segera saat terjadinya dan dilaporkan sebagai kompenan pendapatan. Lebih
lanjut, fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian dengan neraca repositori
utama sebagai informasi yang relevan, dan pengguna informasi akuntansi tersebut
adalah pemegang saham dan investor.

G. Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor


Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk
pengukuran keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai
perubahan atas nilai wajar aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukkan dengan
cara mencocokkan transaksi wajar pendapatan dan beban untuk periode auditor
dapat berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwa transaksi tersebut telah
ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun, ketika keuntungan
berasal dari perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk
auditor sekitar mengumpulkan bukti pada perkiraan manajemen (Godfrey, et al.,
2010: 150).
Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan dengan
menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh standar akuntansi
IAS 36/AASB 136. Pertanyaan ini mensyaratkan penurunan nilai aktiva diakui
sebagai rugi penurunan nilai.. Manajemen entitas perlu untuk menilai pada tanggal
pelaporan apakah ada indikasi bahwa aktiva mungkin terganggu. Jika kondisi
tersebut terjadi, manajemen akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva
tersebut. Jika jumlah yang dapat dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai
tercatanya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat
diperoleh kembali. Pengurangan itu adalah kerugian penurunan nilai. Kerugian
penurunan nilai diakui segera dalam laba pada banyak kasus.
Petunjuk standar audit internasional untuk kerugian penurunan nilai audit
dan perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan untuk
mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar

17
akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan
nilai wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus menentukan apakah
manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan asumsi yang masuk
akal. Jika standar akuntansi tidak menerapkan metode penilaian yang wajar. Ini
berarti bahwa sulit bagi auditor untuk tidak setuju dengan pemilihan manajemen
terhadap metode penilaian tertentu yang sedang digunakan oleh entitas lain.
Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode ini diterapkan secara
konsisten, sehingga manajer tidak memilah-milah metode dari tahun ke tahun
bergantung pada hasil laba yang mereka inginkan. Data tersebut akan mencakup
suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar
digunakan oleh perusahaan yang dibandingkan, data royalti, dan sebagainya
(Godfrey, et al., 2010: 151).
Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang
wajar dan asumsi yang mungkin, beberapa kemungkinan untuk jumlah perbedaan
kerugian penurunan nilai yang masuk akal diakui oleh manajemen. Jumlah yang
berbeda kan dapat diterima auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa
manajemen telah menerapkan model penilaian yang benar dan menggunakan data
yang sesuai. Dalam situasi tersebut mungkin auditor akan menghadapi tekanan
dari manjer untuk setuju dengan penilaian mereka atau akan kehilangan
perkerjaan audit karena akan digantikan kepada auditor yang lebih menyetujui.
Adanya berbagai alternatif metode penilaian aset yang menimbulkan
masalah tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat
diterima oleh auditor jika memenuhi persyaratan:
1. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten.

2. Menggunakan asumsi yang beralasan.

3. Data yang digunakan unuk penilaian tersebut valid.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengukuran melibatkan hubungan formal angka untuk beberapa atribut atau
kejadian dengan aturan semantik. Aturan semantik dalam akuntansi diwakili oleh
transaksi di pasar, dan alokasi penggunaan sumber daya modal terhadap pendapatan
yang masuk selama periode tersebut.
Aturan yang digunakan untuk pemberian atau penetapan angka yang
ditentukan sesuai dengan empat skala: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Dalam
akuntansi, kita menggunakan skala rasio untuk mengukur atribut keuangan pada
keuntungan, aset, dan kewajiban. Namun juga dapat menerapkan skala ordinal untuk
menentukan peringkat proyek-proyek investasi atau profitabilitas perusahaan, atau
skala interval dalam akuntansi biaya standar.
Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang
digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari
variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan
yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang
berbeda akan berbeda juga variabel-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara
yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode
pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu pengukuran fundamental, pengukuran
turunan, dan pengukuran fiat. Semua pengukuran melibatkan kesalahan dan banyak
pengukuran yang nilai sebenarnya (true value) tidak diketahui.
Untuk menentukan ketepatan atau keandalan dalam akuntansi, kita perlu tahu
atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari
akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi
pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari ‘kegunaan’, tetapi akuntan tidak
sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.
Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan
untuk modal dan laba. Perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui segera saat
terjadinya dan dilaporkan sebagai kompenan pendapatan. Lebih lanjut, fokus telah
bergeser ke arah konsep penilaian dengan neraca repositori utama sebagai informasi

19
yang relevan, dan pengguna informasi akuntansi tersebut adalah pemegang saham dan
investor.
Adanya berbagai alternatif metode penilaian aset yang menimbulkan
masalah tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat
diterima oleh auditor jika memenuhi persyaratan:
4. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten.

5. Menggunakan asumsi yang beralasan.

6. Data yang digunakan unuk penilaian tersebut valid.

20
DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory, 7th edition. Australia: John Wiley & Sons, Inc.

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi


Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Riahi – Belkaoui, Ahmed. 2006. Teori Akuntansi, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Yadiati, Winwin. 2007. Teori Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana.

21

Anda mungkin juga menyukai