Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AYU ASTUTI

NIM : 2031710097
MATKUL : FIQIH ZAKAT
PRODI : EKONOMI SYARI’AH

Penerapan zakat di masa pandemi


Zakat adalah salah satu rukun Islam yang memiliki komitmen sosial yang
begitu jelas, bahkan merupakan ibadah yang sangat penting, untuk
menumbuhkan jiwa sosial pelakunya karena Zakat menyentuh hajat orang
banyak yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat yang
membutuhkan (mustahiq) (Masudi, 1993).

Zakat dalam Islam mempunyai peranan sangat penting dan strategis


sebagai media dalam upaya pengentasan kemisikan dan juga pembangunan
ekonomi umat. Zakat tidak memiliki dampak baik apapun kecuali keridhaan
pemberi Zakat, dan harapan zakatnya diberi ganjaran Pahala oleh Allah Swt.

Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada kontrolnya


(Nizar, 2016). Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan
Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Zakat (Nizar, 2016). Meskipun faktanya pengelolaan Zakat di
Indonesia masih sangat kurang maksimal. Hal ini terlihat dari data 2020-2016
kemiskinan di Indonesia masih tinggi, meskipun cenderung menurun
(Dwihapsari, 2017).
Isu zakat ifak dan sedekah Tentang Optimalisasi Pera Lembaga Amil
Zakat Di masa Pandem

Dikutip Dari REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bambang Suherman, Ketua Umum


Forum Zakat 2018-2021

Bahwasanya Gerakan zakat kontemporer yang dipelopori oleh


masyarakat sipil sejak 1990-an, berperan penting dan krusial dalam
reinterpretasi dan reformasi pendayagunaan dana sosial Islam untuk
kesejahteraan umat. Setelah stagnasi panjang sejak era kemerdekaan, zakat
nasional bangkit di tangan masyarakat sipil melalui gerakan sadar zakat kepada
publik secara luas, memperkenalkan pengelolaan zakat secara kolektif dan
mendayagunakan zakat secara produktif.

Dengan pengelolaan dana sosial Islam secara professional-modern


berbasis prinsip-prinsip manajemen dan tata kelola organisasi yang baik, potensi
zakat nasional mulai tergali dengan dampak yang semakin luas dan signifikan.
Zakat yang semula hanya sekadar amal karitas, kini telah bertransformasi
menjadi kekuatan sosial-ekonomi yang signifikan. Pandemi Covid-19 yang
menghantam Indonesia sejak Maret 2020 lalu, telah menciptakan kerusakan
ekonomi skala besar.

Dalam waktu singkat, jutaan orang kehilangan pekerjaan, tidak bisa lagi
melakukan pekerjaan rutin mereka. Kemiskinan-pun melonjak, dari 24,8 juta
orang (9,22 persen) pada September 2019 menjadi 27,6 juta orang (10,19
persen) pada September 2020. Di setiap krisis, semangat berbagi dan minat
berdonasi masyarakat Indonesia selalu meningkat tajam, termasuk saat ini di
masa pandemi Covid-19.

Di berbagai daerah, masyarakat bergerak saling membantu dan


membangun solidaritas melawan dampak pandemi tanpa menunggu bantuan
pemerintah. Lembaga Amil Zakat (LAZ), tampil menjadi salah satu garda
terdepan dan tercepat masyarakat dalam respon bencana Covid19 ini.

Respon LAZ terhadap Covid-19 secara umum terbagi dalam 3 kelompok


intervensi. Pertama, intervensi kesehatan melawan Covid-19, mulai dari
tindakan pencegahan seperti edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
layanan penyemprotan disinfektan, penyediaan disinfection chamber, bantuan
hygiene kit, layanan hotline psiko-sosial, dan pembagian masker, hingga
tindakan tanggap darurat kesehatan seperti penyediaan APD (alat pelindung
diri) dan ventilator, dukungan untuk tenaga medis, layanan ambulan untuk
pasien dan jenazah, layanan isolasi mandiri dan pendampingan pasien, hingga
pemulasaran jenazah.

Dapat Di simpulan Bahwa sanya dengan adanya Badan Amil Zakat Di


tengah tengan pandemi saat ini sangat membantu masyarakat sebagaimana di
kutip dari Respon LAZ terhadap Covid-19 secara umum terbagi dalam 3
kelompok intervensi. Pertama, intervensi kesehatan melawan Covid-19, mulai
dari tindakan pencegahan seperti edukasi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), layanan penyemprotan disinfektan, penyediaan disinfection chamber,
bantuan hygiene kit, layanan hotline psiko-sosial, dan pembagian masker,
hingga tindakan tanggap darurat kesehatan seperti penyediaan APD (alat
pelindung diri) dan ventilator, dukungan untuk tenaga medis, layanan ambulan
untuk pasien dan jenazah, layanan isolasi mandiri dan pendampingan pasien,
hingga pemulasaran jenazah.

Keluarga miskin terdampak sangat keras oleh pandemi, mulai dari


turunnya penghasilan dan terganggunya kebutuhan pangan keluarga, hingga
hilangnya pekerjaan, menurunnya tingkat kesehatan dan terlantarnya pendidikan
anak. Selain melakukan berbagai upaya alternatif untuk bertahan (coping
strategy), keluarga miskin juga banyak tertolong oleh bantuan sosial yang
mereka terima.

Anda mungkin juga menyukai