PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Kegunaan Metedologi
Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13, hingga saat ini, fenomena
pemahaman Islam umat indonesia masih bersifat variatif, mungkin juga
pemahaman Islam di negara-negara lain. Kita tidak tahu persis, apakah ini
merupakan sesuatu yang alami yang harus diterima dan diambil hikmahnya
atau diperlukan adanya standarisasi pemahan agar tidak melenceng dari
ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta sejalan dengan
kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
1
A. Mukti Ali, Metodologi Ilmu Agama Islam, Yogyakarta: Tiara wacana, 1990, hal. 44
Akibat dari keadaan demikian, maka segala masalah yang ditanya kan
kepadanya selalu dilihat dari paradigma ilmu Fiqih. Ketika mereka ditanya
masalah pelacuran misalnya, maka jawabannya adalah dengan cara
memusnakan tempat pelacuran tersebut, karena dianggap sebagai tempat
maksiat. Padahal cara tersebut tidak akan memecahkan masalah, karena
masalah pelacuran bukanlah masalah keagamaan yang memerlukan ketetapan
hukum melainkan juga masalah ketenagakerjaan, kesenjangan sosial, struktur
sosial, sistem perekonomian dan sebagainya, yang dalam cara mengatasinya
memerlukan keterlibatan orang lain.
Dalam kenyataan sekarang ini, kita bisa melihat negara eropa yang
pernah mengalami masa bodoh, dan akhirnya sekarang bisa menjadi negara
yang sangat maju. Menurut Ali Syariat, ini semua dikarenakan mereka
terpengaruh metode pemikiran Aristoteles.7 Oleh karena itu, metode
pemikiran memiliki peranan sangat penting dalam kemajuan dan
kemunduran. Demikian pentingnya metode ini, Ali Mukti mengatakan bahwa
yang menentukan dan membawa stagnasi dan masa kebodohan dan kemajuan
bukanlah karena ada atau tidak adanya orang yang jenius, melainkan karena
metode penelitian dan cara melihat sesuatu.8
4
Ahmad Nawawi, Pengantar Studi Islam (Perspektif Metedologi). Yogyakarta: Azzagrafika, 2015, hal. 117
5
A. Mukti Ali, Metodologi Ilmu Agama Islam, Yogyakarta: Tiara wacana, 1990, hal. 44
6
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: TERAS, 2013, hal. 19-20
7
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2000, hal.146
8
Ibid, hal 44
Metodologi sendiri merupakan ilmu tentang metode. Dalam
pembahasan ini kami khususkan metodologi dalam ilmu Islam.
Fazlurrahman, orang Pakistan yang kini menjadi guru besar tamu di
Universitas Chicago, mempunyai pendapat bahwa pokok ajaran Islam ada
tiga, yaitu percaya kepada keesaan Allah, pembentukan masyarakat yang adil
dan kepercayaan hidup setelah mati. Untuk mempelajari hal itu, sudah barang
tentu orang harus mempelajari konteks sejarahnya yaitu, dalam suasana dan
situasi apa ayat Al-Qur'an itu diturunkan. Artinya bahwa Asbabun Nuzul
merupakan hadis yang juga merupakan sumber dalam memahami Islam,
rupa-rupanya digunakan Fazlurrahman dengan sanga hat-hati, dan hanya
hadis yang benar-benar hadis itulah yang diperg dengan mengingat sebab
sebab hadis itu diucapkan Nabi Mumerupakan satu kesatuan untuk
memahami hadis. Rupa-rupanya dalam penelitian hadis ini Fazlurrahman
sama sekali menolak hadis yang menurut pendapatnya bertentangan dengan
akal. Pengertian yang ia peroleh dari mempelajari Al-Qur'an dan Al-Hadis
dalam konteks sejarahnya itu lalu ditafsirkannya dalam perspektif
kontemporer
DAFTAR PUSTAKA
9
Faisar Ananda, Syafruddin Syam, M.Syukri Albani Nasution, Metode Studi Islam (Jalan Tengah
Memahami Islam). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2015, hal. 54-55
Ali, Mukti, Metodologi Ilmu Agama Islam, Yogyakarta, Tiara wacana, 1990.
Khoiriyah, Memamahmi Metedologi Studi Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2006
Nata, Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Grafindo
Persada, 2000.
Nawawi, Ahmad. Pengantar Studi Islam (Perspektif Metedologi).
Yogyakarta:Azzagrafika. 2015
Ananda, Faisar. Syam, Syafruddin. Albani Nasutio, M.Syukri, Metode Studi Islam
(Jalan Tengah Memahami Islam). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2015