TARI KREASI
DISUSUN OLEH :
Tari yang ditampilkan oleh seorang penari dalam menarikan tokoh. Oleh karena
menarikan seorang tokoh yang bisa bersumber dari sejarah, cerita wayang, cerita rakyat,
legenda dan lain-lain, maka karakter atau perwatakannya harus tampil dengan jelas.
Karakter dalam tari terlihat dari volume gerak yang harus dipertahankan selama
ditampilkan. Contoh tari Gatotkaca dari cerita wayang Mahabharata adalah seorang
kesatria yang gagah. Tari Gatotkaca memiliki volume gerak luas yang ditandai dengan
angkatan kaki dan tangan yang terbuka lebar disertai pandangan yang lurus ke depan.
Berbeda halnya dengan tokoh Arjuna yang berkarakter halus, maka tarinya memiliki
volume gerak sedang dengan pandangan mata menunduk. Dalam hal ini bapak/ibu guru
dipersilahkan motivasi siswa untuk mengamati dan mengasosiasikan tokoh-tokoh ideal
dalam kehidupan nyata untuk diketemukan karakternya dan direpresentasikan ke dalam
tari kreasi.
b. Tari berpasangan
Tari yang ditampilkan oleh dua orang penari, atau berpasangan baik laki-laki -
perempuan, perempuan - perempuan, atau laki-laki - laki-laki. Prinsip tari berpasangan
adalah adanya saling interaksi diantara penari. Saling mengisi dalam gerak dan membuat
komposisi yang terencana. Adakalanya tari berpasangan ditampilkan oleh lebih dua
orang, yang penting tari tersebut berkonsep dua yang saling mengisi. Contohnya tari
Serampang dua belas dari Melayu, walaupun ditarikan secara masal, tetapi konsep dua
yang saling mengisi masih terjaga. Dalam hal ini bapak/ibu guru dipersilahkan
memotivasi siswa untuk mengamati dan mendiskusikan tari berpasangan agar bisa
dikreasikan kembali sesuai selera estetis siswa.
c. Tari kelompok
Tari yang ditampilkan lebih dari 3 (tiga) orang penari. Tidak ada ketentuan mutlak jumlah
maksimal, contoh tari Saman dari Aceh, tari piring dari Minangkabau, tari Merak dari
Jawa Barat, dan lain-lain. Akan tetapi, ada tari yang memiliki ketentuan khusus.
Misalnya, pada tari Bedhaya dari Jawa yang ditampilkan oleh 5 orang penari bisa juga 7
atau 9 penari, yang masing-masing penari memiliki peran dan lintasan tari yang sudah
baku. Dalam hal ini bapak/ibu guru memiliki peran sebagai motivator, menstimulus siswa
untuk berkreasi tari kelompok.
4. Mengidentifikasi jenis tari kreasi
Sementara itu, tari kreasi juga dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yang akan
dipaparkan pada pemaparan di bawah ini.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tari kreasi dari berbagai daerah tentunya
memiliki keragaman dan keunikan yang berbeda dengan kawasan lainnya.
Perkembangan seni, termasuk seni tari terus terjadi secara alami dan sesuai dengan
tuntutan zaman. Oleh karena itu, muncul keragaman seni tari baik di Nusantara
maupun di luar Nusantara (mancanegara). Terdapat beberapa tari yang masih
berpegang teguh pada nilai-nilai tradisi, ada pula yang mengusung modernitas
sepenuhnya. Oleh karena itu, jenis tari kreasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu
tari kreasi berpolakan tradisi dan tari kreasi baru yang tidak berpolakan tradisi
(nontradisi).
1) Tari kreasi berpolakan tradisi
Tari kreasi berpolakan tradisi adalah tari kreasi yang dilandasi oleh kaidah-kaidah
tari tradisi baik dalam koreografi , musik/karawitan, tata busana dan rias, maupun
tata teknik pentasnya, tanpa menghilangkan esensi tradisinya. Salah satu contoh tari
kreasi baru yang berpolakan tradisi adalah tari Nandak Gojek dari Betawi yang
merupakan pengembangan gerak tari Topeng Betawi dengan iringan musik gamelan
topeng dan properti tari, yaitu payung.
2) Tari kreasi baru tidak berpolakan tradisi (nontradisi)
Tari kreasi baru nontradisi adalah tari kreasi yang garapannya melepaskan diri dari
pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi , musik, rias, dan busana maupun tata
teknik pentasnya. Salah satu tari kreasi baru nontradisi, yaitu tari kontemporer.
Nilai Estetis Dari Sebuah Tari Kreasi adalah nilai keindahan yang terdapat dalam
karya seni. Seni tari sebagai bagian dari seni, umumnya sudah tentu memiliki nilai
estetis sebagai kriteria untuk menilai keindahan gerak.
Wiraga digunakan untuk menilai: Kompetensi menari, meliputi keterampilan menari,
hafal terhadap gerakan, ketuntasan gerak, dan keindahan gerak.
Wirama untuk menilai: Kesesuaian dan keserasian gerak dengan irama (iringan),
kesesuaian dan keserasian gerak dengan tempo.
Wirasa untuk menilai: Kesesuaian gerak dengan tema tari yang terlihat dalam cara
kamu memberikan penjiwaan terhadap tari.