Anda di halaman 1dari 9

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karunianya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Dalam rangka ikut berperan
serta menunjang proses perkuliahan, kami penyusun dapat menyelesaikan sebuah karya dalam
bentuk makalah sebagai pelengkap tugas mata kuliah Ilmu Alam Dasar. Makalah ini bertujuan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, serta bertanggungjawab, dinamis
dan berkesinambungan dalam memahami hubungan Ilmu Alam Dasar dengan Akuntansi.

Kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
menyusun makalah ini yang telah banyak memberi kontribusi kepada kami.

Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini memilikikekurangan baik
dalam segi penulisan maupun penyusunan kata, kiranya semua pihak yang menggunakannya
memberikan sumbangsih pemikiran demi kesempurnaan makalah ini.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada perkembangan globalisasi ini tentunya akan smakin berkembang pula kebutuhan
manusia akan sesuatu. Ilmu Alam Dasar merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam
perkembangan globalisasi. Dalam berbagai bidang, Ilmu Alam Dasar selalu memberikan kontribusi
yang besar terhadap kemajuan sains dan teknologi, terutama berpengaruh terhadap bidang
Akuntansi. Ilmu Alam Dasar sangat dibutuhkan untuk memecahkan berbagai masalah dan penemuan
penting di dunia. Hal ini tidak lepas dari peran Ilmu Alam Dasar yang memiliki fungsi tertentu untuk
membawa manusia menuju kemajuan yang pesat, salah satunya dengan membawa perkembangan
besar dalam dunia akuntansi yang salahsatunya dalam hal menyusun anggaran akan lebih efisien,
efektif, dan lebih akurat.

Teknologi merupakan penemuan yang dihasilkan dari ilmu alam dasar semakin berjalannya
waktu teknologi didunia ini semakin canggih, betapa canggihnya teknologi dapat menguasai semua
bidang, salah satunya akuntansi dengan adanya teknologi mempengaruhi kinerja akuntan, karena
dapat mempermudah dalam membuat anggaran dan meminimalisir kesalahahan. Hal tersebut yang
sangat dibutuhkan oleh pihak manejer untuk mengambil sebuah keputusan  dan memberikan
informasi untuk pihak luar seperti inversor. Akuntan bertugas menyajikan data untuk di informasikan
ke beberapa pihak apabila seorang akuntan berhasil menyajikan data yang baik dan dapat menarik
para investor itu merupakan kinerja yang baik seorang akuntan. Kinerja yang baik perlu yang
namanya proses,dan proses tersebutlah yang sama halnya dengan ilmu alam dasar. Adanya proses
pengolahan, pengklasifikasian, sampai proses pelaporan, proses tersebut sama halnya yang
dilakukan peneliti-peneliti untuk mengembangkan ilmu alam dasar.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud ilmu alam dasar dan ilmu akuntansi?

2.      Apa tujuan dan fungsi mata kuliah ilmu alam dasar diajarkan pada jurusan akuntansi?
3.      Apa keterkaitan dan pengaruh ilmua alam dasar dengan penyusun anggaran?

4.      Bagaimana dengan sistem perencanaan dan penganggaran di Indonesia?

1.3    Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  Ilmu Alam
Dasar serta untuk  menambah wawasan dan ilmu tentang hubungan ilmu alam dasar dengan bidang
lain terutama akuntansi.

BAB I

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Ilmu alam dasar dan ilmu Akuntansi 

Ilmu alam dasar atau sering disebut natural science merupakan ilmu pengetahuan yang
menjelaskan tentang gejala-gejala alam semesta termasuk dimuka bumi ini. Sehingga terbentuk
konsep dan prinsip. Menurut Abdullah Aly dan Eny Rahma (2006:V) “Ilmu Alamiah Dasar adalah
kumpulan ilmu pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) dan Teknonogi”

Definisi Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa( (mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi,


dan mengikhtisarkan) kejadian atau transaksi ekonomi yang menghasilkan informasi kuantitatif
terutama bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Amin. W, 1997).

B.     Tujuan dan fungsi mata kuliah ilmu alam dasar diajarkan dijurusan akuntansi

Tujuan mempelajari sains dasar ini adalah mengetahui semua perilaku alam semesta yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Secara garis besar rumusan tujuan sebagai berikut:

1.      Meningkatkan kesadaran tentang keterkaitan antara kehidupan manusia dan alam dan lingkungan.

Disini ilmu alam dasar mengajarkan kepada mahasiswa akuntansi bahwa bukan hanya membuat
laporan keuangan atau membuat anggaran dengan biaya sedikit dan dapat memperolah keuntugan
yang banyak, disini ilmu alam dasar mengajarkan untuk mendapatk margin yang besar perlu
kesadaran bahwa manusia dan alam itu terkait, bagaimana kita bisa mengeksplor alam untuk
mendapatkan margin yang tinggi tetapi dikemudian hari sumber daya alam sudah habis. Jadi harus
selaran untuk mendapat margin yang tinggi seorang perlu memperhatikan lingkungannya.

2.      Meningkatkan wawasan tentang alam dan lingkungan yang memberikan kekuatan bagi sumber-
sumber kemakmuran.

Dengan adanya ilmu alam dasar memberikan wawasan bahwa lingkungn merupakan sumber
kemakmuran, dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara ilmu alam dasar dengan ekonomi
terutama akuntansi, mahasiswa akuntansi harus memiliki wawasan tentang ilmu alam dasar sebagai
bekal menjadi akuntan.
3.      Meningkatkan kecintaan akan sumber-sumber alam dan lingkungan.

Mahasiswa akuntan harus peka terhadap lingkungan, mencintai lingkungan, karena lingkungan
merupakan tempat tinggal manusia. Contoh seorang akuntan harus memasukkan biaya lingkunga
kedalam laporan keuangan, hal tersebut merupakan cerminan kecintaanya pada lingkungan dan
alam

C.      Keterkaitan dan pengaruh Ilmu Alam dasar dengan penyusun anggaran.

Pada mulanya lahirnya ilmu alam dasar melalui proses yang panjang, karena sifatnya yang
alami perlu pengelolahan dan proses untuk berkembang menjadi menjadi lebih baik, sama halnya
dengan ilmu akuntansi memerlukan proses pengumpulan dan pengelolahan data agar medapat
perhitungan yang akurat. Ilmu alam dasar semakin lama semakin berkembang salah satunya IPTEK
yang semakin canggih tidak menutup kemungkinan seorang akuntan harus mempelajari hal
tersebut, untuk mempermudah pekerjaannya, seorang akuntan harus mengikuti perkembangan hal
tersebut karena berdampak positif salah satunya dalam menyusun sebuah anggaran akan lebih
efektif dan efisien, dibandingkan manual menggunakan kertas akan membutuhkan waktu yang lama,
memperbanyak pengeluaran perusahaan, dan berkurangnya SDA. Karena itu untuk mendapatkan
kualitas kinerja yang baik seorang akuntan dalam menyusun anggaran perlu belajar ilmu alam dasar
sebagai penunjang pekerjaannya.

Anggaran adalah suatu rencana yang dinyatakan secara kuantitatif, umumnya dalam bentuk
satuan uang,untuk jangka waktu tertentu. Anggran memuat tentang kegiatan yang dilaksanakan
oleh suatu perusahaan, yang penyusunannya biasanya berdasarkan setiap pusat pertanggung
jawaban yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Ilmu alam dasar dapat mempengaruhi
kinerja seorang akuntan dalam menyusun anggaran. akuntansi adalah kegiatan mencatat,
mengklasifikasi, mengolah, dan menyajikan laporan, akuntansi digunakan dihampir seluruh kegiatan
dunia bisnis untuk pengambilan keputusaan. Akuntansi dan ilmu alam dasar keduanya saling
berhubungan dimana keduanya merupakan ilmu yang berhubungan dengan menghitung angka dan
variabel. Seorang akuntan harus memiliki pengetahuan yang luas terutama tentang ilmu alam dasar
karena sangat dibutuhkan dalam menyusun anggaran dimana dalam menyusunnya seorang perlu
melihat keadaan sesungguhnya yang terjadi dialam  bukan  sekedar menyusun anggaran tanpa
melihat alam sekitarnya nantinya akan terjadi anggaran tidak berjalan sesuai dengan perhitungan
sebelum oleh karena itu akan mempengaruhi kualitas kinerja seorang akuntan saat pengambilan
keputusan kinerja akuntan sangat dipertaruhkan.

Kaitanya akuntansi dengan ilmu alam dasar dalam menyusun anggaran seorang akuntan
perlu melihat gejala- gejala alam disekitarnya, misalnya musim, musim pasti berganti ini terlihat dari
adanya 4 musin dibumi ini, yaitu hujan, kemarau, semi, dan dingin. Untuk menyusun anggaran
akuntan perlu melihat gejala alam satu bulan kedepan, dua bulan kedepan atau beberapa bulan
kedepan bagaimana musimnya?karena musim sangat mempengaruhi bisnis perusahaan untuk itu
anggaran harus disesuaikan kedepannya agar anggaran tersebut akurat. Contohnya seorang akuntan
menyusun anggaran untuk listik setiap bulannya 5 jt untuk bulan februari tanpa ada pembiayaan lain
untuk listrik, ternyata anggaran tesebut tidak sesuai karena pada bulan februari sering terjadi hujan
deras yang mengakibatkan listrik mati, sehingga pengeluaran membengkak untuk listrik 3 jt, karena
menggunakan genset terdapat tambahan 3 jt, dan biaya  perbaikan listrik sebanyak 2jt total 8 jt, hal
tersebut tidak sesuai dengan anggaran. apabila anggaran tersebut tidak sesuai maka akan
mempengaruhi kinerja kinerja akuntan dalam menyusun anggaran.ketidak sesuaian anggaran
dikarenakan tidak memahami kodisi alam sekitar, pengeluaran perusahaan tidak terduga akan
semakin banyak dengan biaya lain-lain yang tidak dianggarkan sebelumnya.

Dalam bidang akuntansi, dimana secara alamiah sebuah perusahaan ingin mendapatkan
keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin, untuk itu
perusahaan perlu membuat anggaran beban seminimal mungkin dengan cara mengolah semua
informasi tentang ilmu alam dasar dengan mengaitkan sebuah anggaran, untuk mendapat hasil yang
diinginkan biaya-biaya yang tidak perlu dimasukkan dapat diganti dengan sebuah alat yang
dikembangkan oleh ilmu alam dasar contohnya pengguaan kertas datau dokumen-dokumen dapat
diganti dengan komputer sehingga biaya yang dibebankan akan sedikit, nantinya akan
mempengaruhi produktifitas sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan akan maksimal, hasil
kinerja tersebut hanya dimiliki oleh seorang akuntan yang memiliki wawasan tentang ilmu alam
dasar, yang menggabungkan perhitungan ilmu alam dasar dalam menyusun anggaran biaya yang
dibebankan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Dari hal tersebut dapat tercermin
kinerja seorang akuntan dari wawasan yang dimiliki. Akuntansi tanpa ilmualam dasar yang
menunjang tidak akan menjadi sempurna hasilnya

D.      Sistem perencanaan dan penganggaran di Indonesia

Sistem perencanaan dan penganggaran di Indonesia telah mengalami beberapa kali


perubahan dalam penerapannya. Dari mulai menggunakan pendekatan tradisional hingga menjadi
penganggaran berbasis kinerja (PBK). Perubahan ini ditandai dengan lahirnya beberapa Undang-
Undang (UU), yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, serta UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.

Dalam rangka penerapan PBK, Kementerian Keuangan selaku Chief Financial Officer


(CFO)  menerbitkan beberapa peraturan tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran lingkup
K/L yang berorientasi kinerja. Upaya perbaikan pun terus dilakukan oleh Kementerian Keuangan
selaku CFO, salah satunya melalui penataan arsitektur dan informasi kinerja. Penataan yang
dilakukan tersebut bertujuan memperkuat pondasi sistem penganggaran berbasis kinerja. Selain
berperan sebagai CFO, Kementerian Keuangan selaku Chied Operational Officer (COO) juga terus
berupaya mengimplementasikan PBK dalam proses perencanaan anggaran dengan cara
melakukan benchmarking terkait penerapan reformasi pengelolaan keuangan publik untuk
mendapatkan best practices yang berstandar internasional. Selain itu penerapan Balanced
Scorecard  (BSC) sebagai Strategic Managerial tools  menjadi nilai tambah dalam penetapan indikator
kinerja. Harmonisasi antara PBK dan BSC diharapkan dapat menciptakan perencanaan dan
penganggaran yang berkualitas.

Perencanaan dan Penganggaran Berkualitas

Tiga cara penyusunan perencanaan dan penganggaran agar berkualitas adalah sebagai  berikut :

1.      Selaraskan proses penganggaran dengan perencanaan serta tata kelola organisasi. Keselarasan dapat
terwujud melalui integrasi penganggaran dengan perencanaan sesuai dengan tata kelola kinerja
organisasi dan arsitektur anggaran serta melibatkan secara aktif para pemangku kepentingan;

2.      Terapkan perencanaan dan penganggaran yang komprehensif melalui koordinasi serta quality


assurance  yang efektif. Selain itu diperlukan keterlibatan dan komitmen pimpinan tertinggi dalam
merencanakan dan melaksanakan anggaran;
3.      Lakukan monitoring dan evaluasi dalam rangka penganggaran berbasis kinerja dengan fokus pada
biaya, waktu, dan kinerja.

Proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian Keuangan (BA 015)


merupakan tanggung jawab seluruh Unit Eselon I. Pada pelaksanaannya Sekretaris Jenderal
menjadi internal advisor  dan koordinator dalam melakukan proses perencanaan dan penganggaran
antara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Direktorat Jenderal Anggaran (DJA),
Aparat Pemeriksa Internal Pemerintah (APIP) Inspektorat Jenderal, dan Unit Eselon I. Proses tersebut
tentunya harus melibatkan para pemangku kepentingan terkait agar dapat berkontribusi secara
efektif. Dengan begitu, para pemangku kepentingan akan mampu merencanakan sekaligus
memastikan proses penganggaran disusun secara konsisten. Selain itu, kebijakan anggaran akan
membantu para pemangku kepentingan dalam menentukan anggaran-anggaran yang bersifat
prioritas.

Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan pendekatan sistem perencanaan


penganggaran belanja negara yang menunjukkan secara jelas keterkaitan antara lokasi pendanaan
dan kinerja yang diharapkan atas alokasi belanja tersebut, serta memperhatikan efisiensi dalam
pencapaian kinerja. PBK dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas dalam
pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output  dan outcome   yang jelas sesuai dengan
prioritas nasional sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan secara
transparan kepada masyarakat luas (tax payers)..

Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup berdasarkan ps 45, UU PPLH

·           Pemerintah dan DPR RI serta pemerintah daerah dan DPRD wajib mengalokasikan anggaran yang
memadai untuk membiayai:

o  Kegiatan perlindungan dan pengelolaan LH,

o  Program pembangunan yang berwawasan LH

·           Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus LH yang memadai untuk diberikan
kepada daerah yang memiliki kinerja perlindungan dan pengelolaan LH yang baik

·           Selain ketentuan tersebut dalam rangka pemulihan kondisi LH yang kualitasnya telah mengalami
pencemaran/kerusakan pada saat UU ini ditetapkan, pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengalokasikan anggaran untuk pemulihan LH.

Analisis Resiko Lingkungan berdasarkan ps 47, UU PPLH

·       Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap LH,
ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib
melakukan analisis risiko LH;

·       Analisis risiko LH sebagaimana dimaksud meliputi:

o   Pengkajian resiko;

o   Pengelolaan resiko; dan/atau

o   Komunikasi resiko.

·       Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko LH diatur dalam Peraturan Pemerintah

Audit Lingkungan Hidup berdasarkan ps 48-52, UU PPLH


·       Pemerintah mendorong penanggungjawab usaha / kegiatan untuk melakukan audit LH dalam
rangka meningkatkan kinerja LH

·       Menteri mewajibkan audit LH kepada:

o   usaha/kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap LH, dan/atau

o   Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menunjukkan ketidak taatan terhadap peraturan perundang-
undangan

·       Penanggung jawab usaha/kegiatan wajib melaksanakan audit LH

·       Pelaksanaan audit LH terhadap kegiatan tertentu yang berisiko tinggi dilakukan secara berkala.

Sistem penganggaran yang berbasis kinerja (Performance Based Budgeting) merupakan


sistem yang saat ini berkembang pesat dan banyak dipakai oleh negara-negara maju di dunia sebagai
pengganti sistem penganggaran lama yaitu sistem Line Item Budgeting  (Bastian,2006:170). Robinson
and Last (2009) menyatakan performance-based budgeting  bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pengeluaran publik dengan mengaitkan pendanaan organisasi sektor publik dengan
hasil yang dicapai dengan penggunaan informasi kinerja secara sistematik. Carter (1994), seperti
dikutip Young (2003), menyatakan performance budget  menggunakan pernyataan misi, tujuan dan
sasaran untuk menjelaskan mengapa uang dikeluarkan. Penetapan misi, tujuan dan sasaran ini
merupakan cara untuk mengalokasikan sumber daya untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu
berdasarkan tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang terukur. Performance budgeting  dibedakan
dari pendekatan tradisional karena berfokus pada hasil dari pengeluaran yang dilakukan, bukannya
jumlah uang yang dikeluarkan.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penganggaran berbasis


kinerja (performance-based budgeting) merupakan suatu pendekatan sistematis dalam penyusunan
anggaran yang mengaitkan pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor publik dengan kinerja yang
dihasilkannya dengan menggunakan informasi kinerja. Performance
budgeting  mengalokasikan sumber daya pada program, bukan unit organisasi semata, dan
memakai output measurement  sebagai indikator kinerja organisasi. Pengkaitan biaya
dengan output  organisasi merupakan bagian integral dalam berkas atau dokumen anggaran. Sejalan
dengan pengertian dan tujuannya, Robinson dan Last (2009) menyatakan persyaratan mendasar
dalam penerapan bentuk sederhana penganggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting),
adalah:

1. Informasi mengenai sasaran dan hasil dari pengeluaran pemerintah dalam bentuk indikator
kinerja dan evaluasi program sederhana, dan
2. Proses penyusunan anggaran yang dirangcang untuk menfasilitasi penggunaan informasi
tersebut.
Hal ini, seperti yang dinyatakan Hou (2010), menunjukkan bahwa desain dari performance-based
budgeting  didasarkan pada pemikiran bahwa memasukan ukuran kinerja dalam anggaran akan
mempermudah pemantauan terhadap program untuk melihat seberapa baik pemerintah telah
mencapai outcome  yang dijanjikan dan diinginkan.

Sejalan dengan Robinson dan Last, Young (2003) menyatakan 4 (empat) karakteristik performance-
based budgeting.

1. Performance-based budgeting menetapkan tujuan atau sekumpulan tujuan yang akan


dikaitkan dengan atau yang digunakan untuk mengalokasikan pengeluaran uang.
2. Performance-based budgeting  menyediakan informasi dan data mengenai kinerja dan hasil
yang telah dicapai sehingga memungkinkan dilakukan perbandingan antara kemajuan yang aktual
dengan yang direncanakan.
3. Dalam penyusunan anggaran penyesuaian terhadap program dilakukan untuk menutup
setiap perbedaan yang terjadi antara target kinerja dan kinerja aktual.
4. Performance-based budgeting  memberi peluang untuk dilakukannya evaluasi kinerja secara
regular atau ad hoc yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan.
Lebih lanjut Robinson dan Last (2009) menyatakan penganggaran berbasis kinerja (performance-
based budgeting) hanya dapat berhasil jika setiap satuan kerja yang melakukan pengeluaran
anggaran (spending agency) diharuskan untuk:

1. secara eksplisit mendefinisikan outcome  yang pelayanannya diberikan kepada masyarakat,


dan
2. menyediakan indikator kinerja kunci untuk mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanannya
untuk menteri keuangan dan pembuat keputusan politik kunci selama proses penyusunan anggaran.
3. Program budget  mengklasifikasikan pengeluaran anggaran berdasarkan jenis pelayanan dan
tujuan, bukan berdasarkan jenis input (gaji, bahan, perjalanan dinas dan sebagainya)
sebagaimana pada traditional line-item budgeting. Robinson dan Last (2009) menyatakan
pada program budget  proses penyusunan anggaran harus berdasarkan pada program
(program based) yaitu satuan kerja harus mengajukan dan menyajikan anggarannya dalam
bentuk program dengan didukung biaya dan informasi kinerja. Senada dengan Robinson dan
Last, Shah dan Shen (2007) menyatakan bahwa bertentangan dengan line-item
budgeting, performance budgeting  menerapkan alokasi lumpsum untuk program-program
bukan klasifikasi line item secara rinci (detailed line item classification). Terkait dengan ini,
Rubin (2007) mengemukakan bahwa output model budgeting mengasumsikan bahwa
manajer atau pelaksana anggaran akan menggunakan sumber daya yang mereka akan
diminta bertanggung jawab bukan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan item-item
pengeluaran yang dilakukan, melainkan atas kuantitas dan kualitas hasil yang dijanjikan dari
paket sumber daya yang dialokasikan bagi mereka dalam anggaran. Pelaksanaan anggaran
membutuhkan adanya fleksibilitas input dimana pejabat pelaksana anggaran harus diberi
fleksibilitas yang lebih besar untuk memilih belanja-belanja yang dilakukannya untuk
menghasilkan pelayanan dengan cara yang paling efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengurangi sejumlah batasan yang harus diikuti pada pengeluaran anggaran berdasarkan
klasifikasi ekonomi (line item) pada traditional budgeting. Dibandingkan dengan traditional
line-item budgeting, performance budgeting  membenarkan untuk melakukan penggunaan
sumber daya fiskal secara lebih fleksibel dan meningkatkan akuntabilitas terhadap hasil.
Shah dan Shen (2007) menyatakan performance budgeting  meningkatkan fleksibilitas
manajerial dengan memberi manajer departemen atau program alokasi lumpsum tetap
(fixed lumpsum allocation) yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan untuk mencapai
hasil yang sudah disetujui dalam pemberian pelayanan. Manajer publik menikmati
peningkatan diskresi manajerial tapi diwajibkan bertanggung jawab atas apa yang mereka
capai dalam kinerja pemberian pelayanan. Namun, kedua persyaratan ini belum diakomodir
oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia, terutama untuk penyusunan anggaran
pemerintah daerah. Struktur anggaran yang digunakan dalam penyusunan APBD masih
menggunakan 12
4. Struktur line-item budgeting  di mana anggaran disusun menurut klasifikasi belanja sampai
dengan rincian objek belanja. Hal ini berimplikasi pada control  yang ketat
terhadap input  yang mengakibatkan kurangnya fleksibilitas bagi manajer (pengguna
anggaran) dalam menggunakan anggarannya. Dengan demikian, ketentuan mengenai
pengeluran anggaran yang diatur dalam peraturan perundangan yang ada belum
mendukung fleksibilitas pengeluaran anggaran oleh pengguna anggaran sebagai pejabat
yang mempunyai otoritas dalam melaksanakan pengeluaran anggaran.
5. E.     Program Penyusun Anggaran
6. Semakin berkembangannya IPTEK semakin berkembangnya juga sistem pemprogaman,
tidak menutup kemungkinan bila menusun anggaran mengikuti perkembangan sehingga
terciptalah sistem pemprograman untuk mempermudah dalam penyusunan
anggran.Sebagai sebuah sistem yang dibangun berdasarkan OLAP maka kegiatan
perancangan Aplikasi Sistem Penyusunan Anggaran terdiri dari dua kegiatan utama yaitu:
7. a.       Pembangunan Model Sistem
8. b.      Pengembangan User Interface Sistem.
9.
10. Kegiatan Pembangunan Model pada prinsipnya adalah mengembangkan struktur
multidimensional database beserta dengan algortima keuangan yang diperlukan dalam
proses penyusunan anggaran. User Interface System adalah sarana bagi user untuk
melakukan interaksi dengan sistem dan dapat merupakan sebuah Aplikasi Web atau Client-
Server. Aplikasi Web dapat dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman web
seperti ASP atau Third Party Tools yang telah tersedia sedangkan Aplikasi Client Server yang
dapat dikembangkan dengan bahasa pemorgraman seperti Visual Basic, C++, atau Java. User
Interface yang dibangun bagi aplikasi penyusunan anggaran harus mampu mengakomodasi
kegiatan-kegiatan dalam penyusunan anggaran seperti submission proses, approval,
comparison, dan kolaborasi.
11. Pengembangan Aplikasi Sistem Penyusunan Anggaran ini diharapkan dapat membantu
mempercepat proses penyusunan anggaran dan juga meningkatkan kemampuan analisa
kinerja perusahaan dengan lebih baik.
12. Kegiatan utama dalam pengembangan Aplikasi Sistem Penyusunan Anggaran
adalahpembangunan Model Sistem dan pembangunan User-interface Sistem yang meliputi
kegiatan penentuan dimensi dalam sebuah database serta pembangunan view bagi user
untuk melakukan entry data dan analisa anggaran.
13. BAB III
14. PENUTUP

15. KESIMPULAN
16.
17.             Dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukakan mata kuliah ilmu alam dasar dijurusan 
akuntansi sebagai penunjang dimasa depan saat menjadi seorang akuntan terutama dalam
penyusunan laporan, ilmu alam dasar memberikn wawasan terkait lingkungan dan alam
sekitar bahwa manusia tidak hanya memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh
keuntungan, manusia juga perlu melestarikan lingkungan. Kaitannya dalam penyusunan
anggaran seorang akuntan harus memiliki wawasan tentang lingkungan untuk membuat
anggran itu sesuai dengan perkiraan yang sudah diaggarkan, untuk menilai kinerja akuntan
dapat dilihat dengan bagaimana anggaran yang sudah disusun berjalan dengan baik
sehingga dapat menghasilkan margin bagi perusahaa bukan kerugian, disilah letak kinerja
akuntan dapat dinilai seberap abaiknya. Oleh karena itu penting bagi mahasiswa akuntansi
yang nantinya menjadi akuntan perlu memiliki wawasan lingkungan.
18.
19.                                                                                 Daftar Pustaka
20. Anonim. 2012. Bedah Hukum Lingkungan Hidup, (online).
(http://jujubandung.wordpress.com, diakses 18 Februari 2017 pukul 15.06).
21. Anonim. Tanpa tahun. Memahami Penganggaran Berbasis Kinerja, (online).
(www.setjen.kemenkue.go.id, diakses 18 Februari 2017 pukul 15.10).
22. Anonim. 2013. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja,
(online). (https://ikadekariyasa.wordpress.com,diakses 18 Februari 2017 pukul 14.25).
23. Ekanata. 2006. “Teknologi dalam Sistem Perencanaan keuangan Perusahaan” Jurnal Sistem
Informasi, (Online), Vol. IV No 17 Juni 2006  (http://journal.uii.ac.id/, diunduh 18 Februari
2016).
24. Sugeng. 2013. Pengertian Akuntansi, (online). (www.ekoonomi.com, diakses 22 Februari
2017 pukul 11.20).
25. Tim Fakultas Matematika dan IPA-UNESA.2016.Sains Dasar.Surabaya:Unipress.

Anda mungkin juga menyukai