PELAYANAN HEMODIALISIS
INISIASI DIALISIS
Secara ideal semua pasien dengan LFG <15 ml/menit dapat mulai menjalani dialisis.
Namun dalam pelaksanaan klinis pedoman yang dapat dipakai adalah :
1. LFG <10 ml/menit dengan gejala uremia/malnutrisi
2. LFG <5 ml/menit walaupun tanpa gejala
3. Indikasi khusus :
a. Terdapat komplikasi akut (edema paru, hiperkalemia, asidosis metabolik)
b. Pada pasien nefropati diabetik dapat dilakukan lebih awal
KONTRAINDIKASI DIALISIS
1. Tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada HD
2. Keadaan tertentu :
- akses vaskuler sulit
- instabilitas hemodinamik
- koagulopati
- penyakit Alzheimer
- demensia multi infark
- sindrom hepatorenal
- sirosis hati lanjut dengan ensefalopati
- keganasan lanjut
DOSIS DAN ADEKUASI DIALISIS
Setiap pasien HD harus diberikan resep/perencanaan program HD (prescribed dose)
dengan target mencapai adekuasi dialisis yang ideal yaitu dinilai dengan Kt/V = 1,2
(URR 65%) untuk HD 3x per minggu selama 4 jam dan 1,8 untuk HD 2x per minggu
selama 4-5 jam per kali HD. Frekuensi pengukuran adekuasi HD dilakukan secara
berkala minimal tiap 6 bulan (idealnya 1 kali tiap bulan).
AKSES VAKSULER
Akses vaskuler yang adekuat (baik) adalah akses vaskuler yang dapat memberikan
aliran darah minimal 200-300 ml/menit. Akses tersebut memerlukan perawatan agar
bebas dari infeksi, stenosis, tromboembolik dan aneurisma. Pembuatan akses vaskuler
pada pasien pra-HD sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya setelah mendapat
penjelasan dari dokter dan pasien menyatakan persetujuannya.
Terdapat 2 macam akses vaskuler :
1. Akses vaskuler permanen (AV shunt)
2. Akses vaskuler temporer yang terdiri dari : akses vena femoralis, vena jugularis
interna, atau vena subklavia.
Teknik kanulasi akses vaskuler dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Kanulasi langsung ke pembuluh darah besar (vena femoralis, sefalika, radialis)
2. Kanulasi dengan kateter lumen ganda yang dipasang pada vena femoralis,
jugularis atau subklavia
ANTIKOAGULASI
Selama berlangsungnya hemodialisis, diperlukan antikoagulasi supaya tidak terjadi
pembekuan darah di dalam sirkuit ekstrakorporeal. Heparin berat molekul besar
(unfractioned heparine) masih merupakan standar antikoagulasi. Berdasarkan risiko
perdarahan pasien, maka prosedur pemberian antikoagulan dapat dibagi menjadi :
1. Antikoagulasi rutin
2. Antikoagulasi pada pasien berisiko perdarahan
Menilai koagulasi sewaktu dialisis dilakukan dengan cara :
1. Secara visual :
a. Darah dalam sirkuit ekstrakorporeal berwarna sangat tua
b. Dalam dialiser terlihat garis-garis merah
c. Dalam drip chamber terlihat busa dan pembentukan bekuan darah
d. Darah setelah melalui dialiser tak dapat masuk ke venous chamber
e. Terlihat bekuan dalam arterial hender dari dialiser
2. Tekanan dalam sirkuit ekstrakorporeal
3. Keadaan dialiser pasca dialisis
4. Mengukur volume residual dari dialiser
PENANGANAN KOMPLIKASI AKUT
Merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada pasien karena adanya tanda atau
gejala yang timbul akibat reaksi dialisis. Komplikasi yang sering terjadi antara lain :
hipotensi, hipertensi, mual muntah, sakit kepala, kejang, kram, demam disertai
menggigil, nyeri dada, gatal-gatal, dan lain-lain.
Pemantauan dan penanganan komplikasi akut bertujuan untuk mencegah timbulnya
hal-hal yang merugikan dan membahayakan, mengurangi penderitaan, memberikan
rasa nyaman dan mengurangi keluhan pada saat dialisis.
Penanganan komplikasi akut harus dilakukan segera dengan cepat, tepat dan efisien.
Dalam keadaan darurat, berikan tindakan resusitasi sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Pemakaian obat-obatan darurat dengan menggunakan trolley emergency.
Sedangkan di luar obat darurat, gunakan obat inventaris dan lengkapi kembali setelah
digunakan. Jika tidak ada konsultan ginjal hipertensi atau spesialis penyakit dalam,
dapat meminta bantuan pada dokter jaga ICU atau dokter jaga ruangan.
PEMANTAUAN EVALUASI JANGKA PANJANG
Setiap pasien baru dilakukan penilaian yang meliputi pemeriksaan fisik lengkap dan
penunjang sbb :
- darah perifer lengkap
- elektrolit darah (Na, K, Cl, Ca, P)
- HBs Ag
- Anti HCV, anti HIV
- Foto dada
- EKG/ekokardiografi
Bila tidak ada indikasi khusus, maka dilakukan pemeriksaan sesuai jadwal berikut ini :
- Na, K, Ca, P, ureum (tiap 3 bulan)
- SI, TIBC, Ferritin sesuai konsensus anemia
- HBs Ag, anti HCV, analisa gas darah, EKG (tiap 6 bulan)
- Ekokardiografi (tiap 3 tahun)
Kalori dari karbohidrat adalah sisa dari perhitungan untuk protein dan lemak. Pemberian
kalori yang adekuat sangat penting untuk membuat keseimbangan nitrogen menjadi
positif. Menentukan kebutuhan kalori harus memperhitungkan kebutuhan kalori dari
penyakit komorbid. Total kalori yang harus diberikan adalah penjumlahan dari
kebutuhan kalori pada keadaan basal dengan kebutuhan kalori pada keadaan stres.
Pada proses HD perlu diperhitungkan adanya kehilangan asam amino sebesar 1-2
g/jam dialisis. Oleh karena itu asupan protein harus dinaikkan menjadi 1-1,2 g/kg
BB/hari. Pada pemberian diit sangat rendah protein (0,3-0,4 g/kg BB idea/hari)
diberikan tambahan suplemen keto analog.
Pasien yang menderita malnutrisi memerlukan protein dan energi yang lebih tinggi,
apabila asupan tidak adekuat diperlukan suplemen nutrisi oral. Pemberian nutrisi via
nasogastric tube dan nutrisi parenteral intradialitik (NPID) perlu dipertimbangkan pada
pasien dialisis yang memerlukan dukungan nutrisi yang signifikan.
Pasien PGK berisiko mengalami defisiensi atau kelebihan satu atau lebih mikronutrien
karena asupan yang tidak adekuat, gangguan absorbsi mikronutrien akibat obat atau
toksin uremik, gangguan metabolisme, atau akibat kehilangan atau penambahan yang
didapat selama dialisis.
Mikronutrien berfungsi pada tingkat sel sehingga defisiensi maupun kelebihan
mikronutrien hanya bersifat subklinis dan baru akan terdeteksi apabila telah berada
pada stadium lanjut.
Monitoring dan evaluasi :
Monitoring status nutrisi sebaiknya dilakukan menggunakan teknik : anamnesis diit,
berat badan, SGA dan penanda biokimia (albumin serum, kolesterol serum, kreatinin
serum, saturasi transferin).
Anamnesis diit pada pasien HD yang stabil sebaiknya dilakukan setiap 3-6 bulan oleh
ahli gizi atau setiap 3 bulan jika usia >50 tahun atau telah menjalani HD >5 tahun.
Pasien yang mengalami malnutrisi sejak awal HD sebaiknya dilakukan food recall
setiap 1 bulan. Konseling pada pertemuan pertama dengan ahli gizi dilakukan selama
45-60 menit dan follow-up berikutnya dilakukan selama 30-45 menit.
Dilakukan penghitungan rerata berat badan pasca dialisis selama 1 bulan dan dinilai
persentase perubahannya setiap bulan. Penghitungan IDWG didasarkan atas berat
badan kering.
Penanda biokimia albumin, kolesterol, dan kreatinin serum dievaluasi 1 bulan setelah
HD dimulai dan selanjutnya setiap 3 bulan pada pasien yang klinisnya stabil. Penanda
biokimia tersebut dilakukan setiap 1 bulan sekali pada pasien yang secara klinis tidak
stabil dengan berbagai komorbid, inflamasi yang persisten, atau sedang mendapatkan
terapi diit intensif.