Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SUPERVISI PENDIDIKAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

OLEH :
KELOMPOK X
1. INA MARYANA A
2. NENENG HASANAH

DOSEN PENGAMPU : RIDHA FADILA PUTRI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH AL-QUR’ANIAH
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT serta
shalawat dan salam kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi
Muhammad SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa
kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang paling
bermanfaat bagi seluruh umat manusia sehingga oleh karena-Nya kami dapat
menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Administrasi dan Supervisi Pendidikan yang
berjudul Supervisi Pendidikan ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pada Mata Kuliah
Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Dalam proses penyusunan tugas ini
penulis menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak
dan partisifasi anggota kelompok, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu, oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah
SWT, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
segala saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Besar harapan penulis semoga
Makalah ini bermanfaat khususnya bagi kelompok kami dan bagi pembaca lain
pada umumnya.
Manna, Desember 2021
Penulis
KELOMPOK X

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan 3
B. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan 13
C. Prinsip Supervisi Pendidikan 16
D. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemampuan mengajar memerlukan seperangkat pengetahuan dan
ketrampilan tertentu, agar dapat melaksanakan tugasnya dengan semestinya.
Kemampuan mengajar mulai dibentuk sejak para mahasiswa calon guru
mengikuti perkuliahan pada lembaga pendidikan guru. Selanjutnya ketrampilan
mengajar dapat dikembangkan atau ditingkatkan dalam pembinaan jabatan
dilapangan, hal ini dapat diakukan dengan usaha mandiri maupun dengan
bantuan orang lain. Pekerjaan memberi bantuan tadi disebut supervisi dan
pemberi bantuan disebut supervisor.
Pengelolaan supervisi pendidikan di sekolah-sekolah, berbeda sasaran,
tujuan, dan esensinya jika dibandingkan dengan pengelolaan kegiatan inspeksi.
Kegiatan inspeksi miliki sasaran, tujuan dan esensi lebih kepengawasan yang
mencari-cari kesalahan dan bersifat mendadak atau tanpa di rancang terlebih
dahulu. Kegiatan supervisi pendidikan memiliki tujuan, sasaran, dan esensi
yang lebih bernuansa pembinaan dalam rangka membantu meningkatkan
kegiatan proses belajar mengajar guru di kelasnya, dan dilaksakan secara
terprogram. Namun dalam pelaksanaan pengelolaan supervisi pendidikan
masih dipandang perlu memantapkan lagi tentang tata cara pelaksanaanya agar
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Selanjutnya, untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pendidikan seorang guru harus mengetahui bagaimana
cara mengelola mutu pendidikan.
Istilah supervisi baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa terakhir ini
(Suharsimi Arikunto,2004). Kegiatan serupa yang dahulu banyak dilakukan
adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau pemilikan. Dalam konteks
sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupaka bagian dari
proses administrasi dan manajemen. Kegiaan supervisi melengkapi fungsi-
fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian
terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan.
1
Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih
cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan
sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari
semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian
yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan.
Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat
diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas
organisasi yang bersangkutan.

B. Perumusan Masalah
1. Apa Konsep Dasar Supervisi Pendidikan ?
2. Apa saja Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan ?
3. Apa Prinsip Supervisi Pendidikan ?
4. Apa Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
3. Untuk mengetahui Prinsip Supervisi Pendidikan
4. Untuk mengetahui Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan


A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Secara etimologi, supervisi berasal dari kata super dan visi, yang
artinya melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas,
yang dilakukan pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas dan kinerja
bawahan. Secara istilah, dalam Carter Good’s Dictionary Education,
supervisi adalah segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru
dan tenaga kependidikan lainya untuk memperbaiki pengajaran. Termasuk
di dalamnya adalah menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan
perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar, serta
mengevaluasi pengajaran.
Menurut H. Mukhtar dan Iskandar, supervisi adalah mengamati,
mengawasi dan membimbing, dan memberikan stimulus kegiatan-kehiatan
yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud mengadakan perbaikan.
Konsep supervisi didasarkan pada keyakinan bahwa perbaikan merupakan
usaha yang kooperatif dari semuaorang yang berpartisipasi dan supervisor
sebagai pemimpin, yang bertindak sebagai stimulator, pembimbing dan
konsultan bagi para bawahannya dalam rangka perbaikan tersebut. Supervisi
pendidikan adalah suatu usaha untuk mengoordinasi dan membimbing
pertumbuhan guru-guru disekolah secara kontinu baik individu maupun
kelompok. Bantuan apa pun ditujukan demi terwujudnya perbaikan dan
pembinaan aspek pengajaran.
Menurut Moh.Badrus Sholeh, secara semantik, supervisi
pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah
perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu
mengajar dan belajar pada khususnya. Menurut Kimball Wiles (1967),

3
konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut, “Supervision is
assistence in the development of a better teaching learning situation.”
Dalam buku Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan
mengutip keterangan dari Dictionary of Education Good Carter menjelaskan
tentang pengertian supervisi, yaitu usaha dari petugas-petugas sekolah
dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Berbeda dengan penjelasan Mc Nerney yang dikutip oleh buku
Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, yang melihat bahwa
supervise itu sebagai suatu prosedur memberi arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
Sehingga dapat dirumuskan supervisi tidak lain dari usaha memberi
layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok
dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pemberi supervisi
pada akhirnya ialah memberikan pelayanan dan bantuan.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat di ambil beberapa catatan
penting dalam kegiatan supervisi. Pertama, ada perhatian lebih dari atasan
untuk membangkitkan kualitas dunia pendidikan dengan meningkatkan
kualitas aktor yang paling penting yang langsung berinteraksi dengan anak
didik, yaitu guru. Perhatian ini melahirkan usaha yang dilakukan secara
sistematis, kontinu dan konsisten. Kedua, adanya kerjasama aktif antara
supervisor dengan guru untuk mengembangkan dunia pendidikan, tidak
sepihak secara otoriter, sentralistik dan diskriminatif.
Supervisor menampilkan diri sebagai sosok yang mengarahkan,
membimbing dan memberdayakan, supaya guru bisa melesat dengan potensi
dan gayanya sendiri. Apalagi terhadap guru-guru senior yang sudah lama
berkecimpung di dunia pendidikan dengan segudang pengalaman lapangan,
mereka tentu membutuhkan kearifan, kesantunan dan keramahan dalam
melakukan interaksi, tidak melakukan intruksi sepihak.
4
B. Rasional Supervisi Pendidikan
Dewasa ini, setiap pekerjaan menuntut adanya sikap profesional.
Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani makhluk hidup yang
berupa anak-anak atau siswa dengan berbagai karakteristik yang berbeda.
Pekerjaaan guru menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan
kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya mengalami
stagnasi. Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan
profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang
dilakukan oleh Ace Suryani menunjukkan bahwa Guru yang bermutu dapat
diukur dengan lima indikator, yaitu : pertama, kemampuan profesional
(professional capacity), sebagaimana terukur dari ijazah, jenjang
pendidikan, jabatan dan golongan, serta pelatihan. Kedua, upaya profesional
(professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar,
pengabdian dan penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan
profesional (teacher's time), sebagaimana terukur dari masa jabatan,
pengalaman mengajar serta lainnya. Keempat, kesesuaian antara keahlian
dan pekerjaannya (link and match), sebagaimana terukur dari mata pelajaran
yang diampu, apakah telah sesuai dengan spesialisasinya atau tidak, serta
kelima, tingkat kesejahteraan (prosperiousity) sebagaimana terukur dari
upah, honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan yang rendah
bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan
bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah
menjadi sambilan. Guru profesional memiliki pengalaman mengajar,
kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab,
wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif,
memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik
dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana
studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan
mengembangkan kurikulum. Akhir-akhir ini banyak guru, dengan berbagai
alasan dan latar belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga mereka tidak
dapat fokus mencapai tujuan pengajaran. Seringkali kesejahteraan yang
5
kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru untuk
menyepelekan tugas utamanya. Implikasinya adalah banyak kegiatan
pengajaran yang tidak sesuai dengan tujuan umum pengajaran, kebutuhan
siswa, dan tujuan sekolah. Guru memasuki kelas tidak mengetahui tujuan
yang pasti, yang penting demi menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi
luntur ketika yang dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah dalam
pengalaman. Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan
kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan. Jarang pula yang secara
rutin pergi ke perpustakaan untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan.
Kebiasaan membeli buku menjadi suatu kebiasaan yang mustahil dilakukan
karena guru sudah merasa puas mengajar dengan menggunakan LKS
(Lembar Kegiatan Siswa) yang berupa soal serta sedikit ringkasan materi.
Dapat dilihat daftar pengunjung di perpustakaan sekolah maupun di
perpustakaan umum, jarang sekali guru memberi contoh untuk mengunjungi
perpustakaan secara rutin. Jurnal terkemuka manajemen pendidikan,
Educational Leadership pernah menurunkan laporan mengenai tuntutan guru
professional. Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang
guru dituntut memiliki lima hal, yakni: 1) Guru mempunyai komitmen pada
siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru
adalah kepada kepentingan siswanya. 2) Guru menguasai secara mendalam
bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada
siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. 3)
Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes
hasil belajar. 4) Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada
waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang
telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana
yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar
siswa. 5) guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya.
6
Dalam konteks yang aplikatif, dengan adanya supervisi pengajaran
diharapkan para guru menguasai sepuluh kompetensi sebagai berikut :
1) Menguasai bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi (standar
kompetensi dan kompetensi dasar seperti digariskan dalam kurikulum, b)
menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi atau pengembangan
bahan ajar yang lebih luas.
2) Mengelola program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan tujuan
pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur pembelajaran
yang tepat, c) melaksanakan program belajar-mengajar, d) mengenal
kemampuan anak didik.
3) Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran,
b) menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi.
4) Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal, memilih dan
menggunakan media, b) membuat alat bantu yang sederhana, c)
menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar, d)
menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan.
5) Menguasai landasan-landasan pendidikan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pengajaran.
6) Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar yang dapat menyentuh
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
7) Dapat mengevaluasi hasil belajar dan pengajaran yang menjadi bahan
pertimbangan untuk membenahi kepentingan pelajaran selanjutnya.
8) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi:
a) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan konseling, b)
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pengajaran.
Alasan rasional mengapa supervisi itu penting adalah untuk
perbaikan pengajaran/pembelajaran. Adapun untuk mendukung proses
pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang
7
akan ada di dalam sekolah dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan
sistem. Menurut Townsend dan Butterworth, ada sepuluh faktor penentu
terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu, yakni :
1) Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah
2) Partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf,
3) Proses belajar-mengajar yang efektif,
4) Pengembangan staf yang terpogram,
5) Kurikulum yang relevan,
6) Memiliki visi dan misi yang jelas,
7) Iklim sekolah yang kondusif,
8) Penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan,
9) Komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan
10) Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Melalui supervisi pengajaran, maka peran guru secara lebih luas,
didorong untuk meningkatkan mutu dan makna sebagai suatu kadar proses
dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan
pendekatan dan kriteria tertentu.
Dalam konteks pengajaran, seorang guru menentukan mulai dari
input, proses, dan output. Input pengajaran adalah segala sesuatu sumber
dan bahan ajar yang tersedia untuk berlangsungnya proses pengajaran.
Proses pengajaran merupakan transformasi sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan input sehingga mampu menciptakan
situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Output pengajaran adalah kinerja guru yang
dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya,
inovasinya melalui prestasi hasil belajar siswa.
Makna positif lain yang dapat dipetik dari supervisi adalah
mengurangi beban guru. Fullan & Stiegerbauer dalam "The New Meaning
of Educational Change" mencatat bahwa setiap tahun banyak guru yang
berurusan dengan banyak problem yang hal itu menjasi sumber stres bagi
8
mereka. Mungkin tak aneh bila dilaporkan banyak guru mengalami stres dan
jenuh. Dengan dukungan supervisi, maka guru dapat dibantu untuk
memecahkan serangkaian problema yang mereka derita itu. Sehingga
dengan demikian mereka dapat terkurangi bebannya.
Supervisi juga menjadi pertukaran pengalaman dan transfer
pengetahuan baru. Supriadi mengatakan: "orang yang mendalami teori
difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau inovasi dalam
bidang apa pun, termasuk dalam pengajaran, memerlukan tahap-tahap yang
dirancang dengan benar sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan".
Sejak awal, supervisi harus di sesuaikan dengan sebuah kondisi yang perlu
diperhitungkan, mulai substansi sampai kondisi-kondisi lokal tempat
institusi itu diimplementasikan. Intinya, supervisi merupakan cara untuk
melakukan suatu perubahan yang mendasar, melibatkan banyak pihak, dan
dengan skala yang luas akan selalu memerlukan pikiran, tenaga dan waktu.
Supervisi dijalankan berdasarkan kriteria yang jelas, terukur dan realistik
dalam sasarannya, dan dirasakan manfaatnya oleh pihak yang
melaksanakannya. Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto
C. Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan mempunyai tujuan dan manfaat yang penting
di antaranya adalah sebagai berikut :
2. Membangkitkan dan mendorong semangat guru dan pegawai
administrasi sekolah lainya untuk menjalankan tugas dengan sebaik-
baiknya.
3. Agar guru dan pegawai administarasi lainnya berusaha melengkapi
kekurangan-kekurangan mereka dalam penyelenggaraan pendidikan,
termasuk dalam macam-macam media intruksional yang diperlukan bagi
kelancaran jalannya proses belajar dan mengajar yang baik.
4. Bersama-sama berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan
metode-metode baru demi kemajuan proses belajar dan mengajar yang
baik.

9
5. Membina kerjasama yang harmonis antara guru, murid dan pegawai
sekolah. Misalnya dengan mengadakan seminar, workshop, in-service,
maupun training.
Supervisi harus dilakukan secara kontinu atau reguler, misalnya
bulanan, per semester, tahunan, dan lain sebagainya. Dalam melakukan
supervisi, harus jelas indikator-indikator yang harus dipantau.Supervisi
dilakukan dengan lima tujuan, yaitu :
2. Menghasilkan kinerja terbaik dengan cara memperoleh feedback dari
semua pihak atau aspek yang sedang kita kerjakan.
3. Meningkatkan rencana kerja dan melakukan tindakan perbaikan segera
terhadap beberapa penyimpangan yang mungkin terjadi.
4. Menjajaki progress dan perubahan yang terjadi dari sisi input, proses,
maupun output melalui sistem pelaporan dan pecatatan.
5. Membantu pengambilan keputusan.
6. Temuan hasil supervisi selanjutnya akan menjadi bahan atau bagian dari
alat evaluasi selanjutnya.
Tujuan supervisi pedidikan adalah untuk mengembangkan situasi
belajar mengajar yang baik. Adapun tujuan-tujuan itu adalah :
1. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk memahami tujuan
pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.
2. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya untuk menjadi anggota masyarakat
yang efektif.
3. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosa secara kritis
terhadap aktifitas-aktifitas dan kesulitan mengajar, serta menolong
mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
4. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga
sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif.
5. Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya
secara maksimal dalam kegiatan profesinya.

10
6. Membantu pimpinan untuk membantu mempopulerkan sekolah kepada
masyarakat dalam meningkatkan program-program pendidikan.
7. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi
aktifitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktifitas perkembangan peserta
didik.
8. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegitas) antar guru-
guru.
Kegiatan supervisi merupakan proses aktifitas untuk meningkatkan
kemampuan professional guru, dalam jangka penjang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kemajuan belajar anak, sasaran
program supervisi ditunjukan secara langsung kepada guru yang melayani
kegiatan belajar, namun demikian program supervisi juga memperhatikan
pertumbuhan belajar murid. Oleh karena itu supervisi dapat diartikan
sebagai kegiatan professional guru-guru. Dalam pelaksanaan supervisi perlu
pemahaman dan ketrampilan yang professional. Professional dalam
mengorganisasi guru, menguatkan teknik-teknik supervisi, dan memiliki
perilaku etik yang baik.
D. Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara garis besar fungsi supervisi dapat dikelompokkan dalam
tiga bidang yaitu kepemimpinan, kepengawasan dan pelaksana. Fungsi
kepemimpinan melekat pada seorang supervisor karena dia adalah
pemimpin. Begitu pula pengawas yang tugas pokoknya melakukan
pengawasan. Sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada supervisor, karena
ia adalah para pelaksana di lapangan yang dalam istilah bakunya adalah
pejabat fungsional, sama halnya dengan guru dan kepala sekolah1
Rincian dalam fungsi kepemimpinan, seorang supervisor
hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a) Meningkatkan semangat kerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah yang
berada di bawah tanggung jawab dan kewenangannya.

1
Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan,Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III,1994) hal.185
11
b) Mendorong aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personil
sekolah.
c) Mendorong terciptanya suasana kondusif di dalam dan di luar lingkungan
sekolah.
d) Menampung, melayani dan mengakomodir segala macam keluhan aparat
kependidikan disekolah tersebut dan berusaha membantu pemecahannya.
e) Membantu mengembangkan kerja sama dan kemitraan kerja dengan
semua unsur terkait.
f) Membantu mengembangkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di
sekolah.
g) Membimbing dan mengarahkan seluruh personil sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran pada sekolah tersebut.
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, supervisor hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
a) Mengamati dengan sungguh-sungguh pelaksanaan tugas kepala sekolah,
guru dan seluruh staf sekolah diketahui dengan jelas tugas yang
dilaksanakan itu sesuai dengan rencana atau tidak.
b) Memantau perkembangan pendidikan di sekolah yang menjadi tanggung
jawab dan kewarganegaraannya termasuk belajar siswa pada sekolah
yang bersangkutan.
c) Mengawasi pelaksanaan administrasi sekolah secara keseluruhan yang
didalamnya terdapat administrasi personil, materil, kurikulum dsb.
d) Mengendalikan penggunaan dan pendistribusian serta pengelolaan sarana
dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah tersebut.
Dalam melaksanakan fungsi pelaksana, seorang supervisor
hendaknya memperhatikan kegiatan-kegiatan berikut:
a) Melaksanakan tugas-tugas supervisi/pengawasan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b) Mengamankan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
c) Melaporkan hasil supervisi/pengawasan kepada pejabat yang berwenang
untuk dianalisis dan ditindak lanjut.
12
B. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Ruang lingkup kepengawasan meliputi supervisi akademik dan
manajerial. Supervisi akademik dan manajerial tersebut tercakup dalam
kegiatan :
1) Penyusunan program supervisi;
2) Pelaksanaan program supervisi;
3) Evaluasi hasil pelaksanaan program supervisi;
4) Membimbing dan melatih profesional guru dan/atau kepala sekolah.
Penyusunan program supervisi difokuskan pada peningkatan
pemenuhan standar nasional pendidikan. Pelaksanaan program supervisi
meliputi :
1) Melaksanakan pembinaan guru dan atau kepala sekolah,
2) Memantau delapan standar nasional pendidikan, dan
3) Melaksanakan penilaian kinerja guru dan/atau kepala sekolah.
Evaluasi hasil program supervisi dimulai dari tingkat sekolah binaan
dan tingkat kabupaten/kota dan tingkat propinsi untuk pengawas PLB.
1. Supervisi Akademik
Supervisi akademik atau pengawasan akademik adalah fungsi
pengawas yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan,
pemantauan, penilaian dan pelatihan profesional guru dalam :
1) Merencanakan Pembelajaran;
2) Melaksanakan Pembelajaran;
3) Menilai Hasil Pembelajaran;
4) Membimbing Dan Melatih Peserta Didik, Dan
5) Melaksanakan Tugas Tambahan Yang Melekat Pada Pelaksanaan
Kegiatan
Ruang Lingkup supervisi akademik meliputi :
1) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
menyusun administrasi perencanaan pembelajaran/program bimbingan.

13
2) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam
proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan
3) Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan
kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik.
4) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
menggunakan media dan sumber belajar
5) Memberikan masukan kepada guru dalam memanfaatkan lingkungan dan
sumber belajar
6) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan
melatih peserta didik.
7) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pembelajaran
8) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian
untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan.
9) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-
hasil yang dicapainya.
2. Kepengawasan Manajerial
Supervisi manajerial atau pengawasan manajerial merupakan
fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang
terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang
mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan
kompetensi sumber daya tenaga pendidik dan kependidikan. Dalam
melaksanakan fungsi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai :
1) Fasilitator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan
manajemen sekolah,
2) Asesor dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta
menganalisis potensi sekolah,
3) Informan pengembangan mutu sekolah, dan
4) Evaluator terhadap hasil pengawasan.
 Pembinaan:
a. Tujuan :
14
Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan
pemahaman dan pengimplementasian kompetensi yang dimilik
oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan ( SNP )
b. Ruang Lingkup:
1) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah
berdasarkan SNP, baik rencana kerja tahunan maupun rencana
kerja 4 tahunan, pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi
internal, kepemimpinan sekolah dan Sistem Informasi
Manajemen (SIM).
2) Membantu Kepala Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah
(EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya dalam upaya
penjaminan mutu pendidikan.
3) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-
sumber belajar lainnya.
4) Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan
program bimbingan konseling disekolah.
5) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam
pengelolaan dan administrasi sekolah (supervisi manajerial),
yang meliputi :
a. Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi
kepala sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu
pendidikan di sekolah
b. Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah.
c. Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk
melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya.

C. PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN


Secara sederhana prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai berikut :
15
 Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
 Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif 
 Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan
sebenarnya.
 Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
 Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional,
bukan didasarkan atas hubungan pribadi.
 Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi
dan sikap pihak yang disupervisi.
 Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak
tergantung pada kepala sekolah
Pendapat lain mengenai Prinsip-prinsip Supervisi adalah :
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada
guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan
dan bukan mencari-cari kesalahan.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya
bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa
atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan
kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan
balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya
supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk
mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan
sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang
disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar
pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat
tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.

16
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-
hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.
Sedangkan menurut Tahalele dan Indra fachrudi (1975) prinsip-prinsip
supervisi sebagai berikut : 
 Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif,
 Supervisi harus kreatif dan konstruktif,
 Supervisi harus ”scientific” dan efektif,  
 Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru, 
 Supervisi harus berdasarkan kenyataan, 
 Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru
untuk mengadakan “self evaluation”
Kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan tugasnya
harus memperhatikan prinsipprinsip supervisi agar dalam pelaksanaan
supervisi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
a. Prinsip Ilmiah.
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut. 1) Kegiatan supervisi
dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengajar. 2) Untuk memperoleh data perlu
diterapkan alat perekam data seperti angket, observasi, percakapan pribadi,
dan seterusnya. 3) Setiap kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis
terencana.
b. Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusian yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman
untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna
menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan
dan bawahan.

c. Prinsip Kerjasama

17
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi “ sharing of
idea, sharing of experience ” memberi support mendorong, menstimulasi
guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan (Piet Sahertian, 2008).
Karena prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah-kaidah
yang harus dipedomani atau dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi,
maka hal itu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para supervisor,
baik dalam konteks hubungan supervisor guru, maupun di dalam proses
pelaksanaan supervisi.

D. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan


Supervisi merupakan salah satu tugas pokok dalam manajemen
pendidikan bukan hanya merupakan tugas pekerjaan inspektur maupun
pengawas saja melainkan juga tugas pekerjaan kepala sekolah terhadap guru-
guru dan pegawai-pegawai sekolahnya.2 Jika supervisi dilaksanakan oleh
kepala sekolah, maka kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai
pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan dan
merupakan sebuah tindakan preventif untuk mencegah agar tidak terjadi
penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.3
Kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai supervisor berkewajiban
membimbing para guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Bagi
guru yang sudah baik agar dapat dipertahankan kualitasnya dan sebaliknya bagi
guru yang kurang baik dapat dikembangkan kualitasnya menjadi lebih baik. Di
samping itu, baik guru yang berkompeten maupun yang masih lemah harus
2
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, hal. 84
3
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013. hal. 111
18
diupayakan agar tidak ketinggalan zaman dalam proses pembelajaran maupun
materi yang diajarkan.4 Sebagai supervisor, kepala sekolah berfungsi sebagai
sosok pribadi yang secara kontinu memberikan bimbingan, bantuan,
pengawasan, dan penilaian terhadap masalah-masalah yang berhubungan
dengan pengembangan dan perbaikan program kegiatan pengajaran dan
pendidikan. Kepala sekolah harus memberikan layanan yang optimal kepada
seluruh pelaksana pendidikan, khususnya pelayanan bagi guru yang secara
profesional bertanggung jawab langsung terhadap proses belajar mengajar di
sekolah.5 Sebagaimana yang dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007, bahwa kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu memiliki
kompetensi diantaranya :
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
2. profesionalisme guru.
3. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
4. pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
5. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
6. peningkatan profesionalisme guru.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dikembangkan pada diri setiap
guru oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah (1) kepribadian guru, (2)
peningkatan profesi secara kontinu, (3) proses pembelajaran, (4) penguasaan
materi pelajaran, (5) keragaman kemampuan guru, (6) keragaman daerah, dan
(7) kemampuan guru dalam bekerja dengan masyarakat. Butir 1 sampai dengan
4 menyangkut pengembangan individu guru dan butir 5 sampai 7 menyangkut
konteks sekolah.6
Menurut Kilpatrick sebagaimana yang dikutip Ahmad Barizi,
sekurangkurangnya ada dua tugas yang harus dilaksanakan supervisor.
Pertama, mengendali program in-service dengan kewibawaan dan
semangat kepemimpinan. Kepala sekolah di sini disarankan mampu
4
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, hal. 4
5
Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif: Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam,
Malang: UIN-Maliki Press, 2011. hal. 169-170.
6
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, hal. 5.
19
memberikan layanan kepada semua bawahan secara akomodatif dalam suasana
keakraban dengan tanpa mengurangi kewibawaan dan semangat kerja yang
diinginkan. Kepala sekolah harus mampu meretas semua persoalan
kependidikan yang muncul dengan adil dan bijaksana. Kepala sekolah tidak
diperkenankan melakukan deskriminasi layanan kepada semua sivitas sekolah.
Kedua, membantu guru baru dalam menemukan dirinya untuk
melaksanakan tugas keguruan. Di sini kepala sekolah harus bisa melaksanakan
supervisi kepada semua guru mata pelajaran, sehingga kepala sekolah adalah
seorang aktor yang seakan-akan piawai di dalam penguasaan bidang pelajaran.
Misalnya kepala sekolah yang secara profesional dari lulusan fakultas agama,
bagaimana pun secara umum harus mampu memahami kerangka ilmu eksakta
seperti Matematika, IPA, Seni, dan sebagainya. Sehingga supervisi kepada
guru-guru yang bersangkutan bisa dilakukan dengan baik.
Sekali lagi, hal paling urgen yang harus dipegangi kepala sekolah
adalah human relationship-nya dengan sikap saling menghormati dan
menghargai. Kepala sekolah sebagai jabatan profesional mengandaikan adanya
layanan maksimal di segala waktu dan kesempatan untuk orang lain. Kepala
sekolah juga mampu membangun suasana dialogis-interaktif antara sesama
guru. Urgensi human relationship kepala sekolah sebagai supervisor akademik
dapat pula dikatakan bahwa suasana akademik dapat terbentuk jika guru-guru
itu merasa aman dan bebas mengembangkan kreativitas dan produktivitasnya
dengan penuh tanggungjawab.7
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, tugas dari kepala sekolah
sebagai supervisor adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2. Berusaha dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media
intruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses
belajar-mengajar.

7
Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif: Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, hal.
170.
20
3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan
metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang
sedang berlaku.
4. Membina kerjasama yang baik harmonis di antara guru-guru dan pegawai
sekolah lainnya.
5. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan
perpustakaan sekolah, dan mengirim mereka untuk mengikuti
penataranpenataran, seminar sesuai dengan bidangnya masing masing.
6. Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 dan
instansiinstansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.8
Dari dua pendapat di atas tentang peran kepala sekolah sebagai
supervisor, secara substansi tidak ada perbedaan, yaitu sama-sama bertujuan
memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para guru dan staf dalam
mengatasi masalah-masalah yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian dalam rangka peningkatan profesionalisme guru dan juga membina
hubungan kerjasama antara guru dan instansi-instansi lain dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan siswa.
Jika hal-hal tersebut di atas dapat dilakukan dengan baik oleh kepala
sekolah, maka yang menjadi harapan sekolah berangsur-angsur maju dan
berkembang sebagai alat yang benar-benar memenuhi syarat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Tetapi, kesanggupan dan kemampuan kepala sekolah
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
berhasil tidaknya supervisi itu antara lain :

a. Lingkungan masyarakat di mana sekolah berada


Apakah sekolah itu di Kota besar, di Kota kecil, atau di pelosok. Di
lingkungan masyarakat orang kaya atau di lingkungan masyarakat yang
umumnya kurang mampu. Di lingkungan masyarakat intelek atau pedagang
atau petani, dan lain-lain.
8
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hal. 119.
21
b. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggungjawab kepala sekolah
Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak
jumlah gurunya dan murid-muridnya, memiliki halaman dan tanah yang
luas atau sebaliknya.
c. Tingkatan dan jenis sekolah
Apakah sekolah yang di pimpinnya itu SD atau SMP. Sekolah umum atau
sekolah kejuruan, dan sebagainya. Kesemuanya itu memerlukan sikap dan
sifat supervisi tertentu.
d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia
Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwewenang,
bagaimana sosial ekonominya, hasrat kemauan dan kemampuannya, dan
sebagainya.
e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.
Bagaimana baiknya kondisi dan situasi sekolah yang tersedia jika kepala
sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang
diperlukan, semuanya itu kurang berarti. Sebaliknya adanya kecakapan dan
kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada
menjadi pendorong dan perangsang untuk selalu berusaha memperbaiki dan
menyempurnakannya.9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Supervisi pendidikan mempunyai makna kerjasama antara guru dan
kepala sekolah untuk mencapai ketentuan pendidikan yang sudah disepakati
9
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, hal. 87-88.
22
bersama. Supervisi pendidikan mengandung pengertian proses pengamatan dan
pembinaan supervisor kepada guru guna mencapai tujuan pendidikan yang
disepakati. Langkah supervisi pendidikan lebih difokuskan pada bagaimana
seorang kepala sekolah mampu mengkondisikan guru yang disupervisi menjadi
kooperatif dengan supervisor, karena kurang optimalnya guru dalam mengajar
perlu didiskusikan antar guru dan kepala sekolah supaya masukan dari diskusi
dengan guru berguna untuk pembenahan kinerja guru kedepannya. Dalam
ranah pemahaman srategi supervisi kepala sekolah, maka peran kepala sekolah
sebagai supervisor sangat diperhatikan. Tingkat kapabilitas kepala sekolah
dalam memimpin dan mengelola sekolah sangat menentukan keefektifan
supervisi sekolah.
Ada empat prinsip supervisi agar dalam pelaksanaan supervisi dapat
berjalan dengan baik dan lancar yaitu
1. Prinsip Ilmiah.
2. Prinsip Demokratis
3. Prinsip Kerjasama
4. Prinsip konstruktif dan kreatif

B. Saran
Dalam melaksanakan kegiatan supervisi hendaknya Kepala sekolah
sebagai Supervisor dapat memahami dengan baik teknik dan langkah dalam
melaksanakan kegiatan supervisi pendidikan agar dapat hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.


Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah.
Yogyakarta: Diva Press.
Borneoneo. 2008. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan. diakses pada tanggal
28 Desember 2021 pukul 14.36. wib melalui

23
https://borneoneo.wordpress.com/2008/09/16/tujuan-dan-fungsi-
supervisi/#postcomment.
Mujtahid. 2010. Konsep, Karakteristik dan Rasional Supervisi Pendidikan.
diakses pada tanggal 28 Desember 2021 pukul 14.40. wib melalui
mujtahid-komunitas pendidikan.blogspot.com/2010/11/konsep-
karakteristik-dan-rasional.html
Materi XI Konsep Dasar, Prinsip dan Peranan Supervisi Pendidikan (3).pdf
diakses pada tanggal 28 Desember 2021 pukul 15.30. wib melalui
file:///C:/Users/ASUS/Downloads
Makalah Supervisi Akademik Dan Manajerial diakses pada tanggal 28 Desember
2021 pukul 13.25. wib melalui https://baixardoc.com/preview/makalah-
supervisi-akademik-dan-manajerial-5dbf38f76e148
Farid Mashudi. Panduan Evaluasi & Supervisi Bimbingan dan Konseling. 2003.
Diva Press, Jogjakarta.
Mulyasa,Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
2011.
Muhtar & Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan.Jakarta: gaung persada
press.2009.
Nadhirin. Supervisi Pendidikan Integratif Berbasis Budaya. Yogyakarta: Idea
Press Yogya karta. 2009.
Piet A Sahertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidika.  PT Rineka Cipta. 
Jakarta : 2008.

24

Anda mungkin juga menyukai