id
Disusun sebagai syarat pelaksanaan Tugas Akhir, guna memperoleh gelar Ahli
Madya di bidang Teknologi Hasil Pertanian
Program Studi
DIII Teknologi Hasil Pertanian
Oleh :
NOVITA SARI DEWI
H3109041
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
PENGENDALIAN MUTU DAN PENERAPAN KONSEP
HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP)
PADA PEMBUATAN RAMBAK CAKAR
DI UKM “KURNIA” KLATEN
Oleh :
NOVITA SARI DEWI
H 3109041
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
VIT
O A SAIR WDEI elar A I.P
Ibu Bapak terimakasih atas pengorbanan, motivasi, do’a, kasih sayang, kesabaran serta
ketulusan dalam membibingku dan tidak henti – hentinya mencurahkan kasih sayangnya
serta senantiasa memanjatkan untaian doa untukku.
Adikku Diyah Dwi terimakasih atas doanya, dukungannya dan selalu memberikan
semangat untukku, sehingga aku bisa menyelesaikan studiku dan bisa
mempersembahkan karya ini untuknya.
My friends di kost “kuning” tika, ika, afrida, ana, mbak gena, mbak dian yang
selalu memberikan keceriaan dan semangat disaat aku mengalami keputusasaan
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Pengalaman adalah guru yang terbaik tetapi, buang lah pengalaman buruk yang
hanya merugikan.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi dan Edhi Nurhartadi, S.TP., MP selaku dosen
Pembimbing dan penguji.
6. Semua Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
7. Ibu Sis selaku pemilik UKM Rambak Cakar “KURNIA” atas kerjasama dan
bantuannya selama penelitian Tugas Akhir
8. Adikku yang selalu memberikan semangat dan dukungannya sehingga bisa
menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar
9. Sahabatku Kiswuri Lisa Rukmana, Sita Nuryanti, Nanda Fitria Pratami, Dora
Dwi, dan semuanya yang tidak bisa saya sebutkan terima kasih telah
membantu dalam penyelesaian tugas akhir.
10. Teman–teman Program Diploma III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2009 yang telah
banyak memberi dorongan, masukan, dan nasehatnya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan yang lebih lanjut.
Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya,
dan dapat menambah wawasan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 2012
Penulis
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. HACCP ...................................................................................... 10
BAB III METODE PELAKSANAAN.........................................................
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................. 12
B. Tahap Pelaksanaan ....................................................................... 12
C. Analisa Produk Akhir ................................................................... 12
D. Metode Penetapan HACCP .......................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
A. Proses Pembuatan Rambak Cakar ............................................. 16
B. Pengendalian Mutu .................................................................... 23
1. Pengendalian Mutu Bahan Baku ............................................ 24
2. Pengendalian Mutu Proses Produksi ..................................... 26
3. Pengendalian Mutu Produk Akhir ......................................... 30
C. Konsep Pengendalian Mutu ....................................................... 32
1. Bahan Baku ........................................................................... 32
2. Proses Produksi ..................................................................... 33
3. Produk Akhir ......................................................................... 37
D. Penetapan HACCP ..................................................................... 42
1. Deskripsi Produk ................................................................... 43
2. Analisis Bahaya ..................................................................... 44
3. Penetapan CCP ...................................................................... 47
4. Rencana HACCP ................................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
A. Kesimpulan ................................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60
LAMPIRAN ................................................................................................... 62
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cakar merupakan sisa pemotongan ayam setelah diambil karkasnya.
Sejauh ini masyarakat mengkonsumsi cakar ayam hanya sebatas untuk
membuat sup, bacem, semur dll. Bagi sebagian orang cakar ayam dianggap
kurang menarik untuk dikonsumsi sebagai makanan. Hal ini disebabkan karena
adanya anggapan bahwa cakar ayam adalah anggota tubuh ayam yang
berhubungan langsung dengan sampah dan kotoran. Padahal banyak sekali
manfaat serta kandungan gizi yang terdapat dalam cakar ayam yang berguna
bagi tubuh kita terutama bagi tulang. Namun saat ini teknologi pengolahan
cakar ayam telah berkembang. Salah satunya adalah terdapat industri
pengolahan cakar ayam yang merupakan produk makanan ringan yang terbuat
dari cakar ayam. Usaha pengolahan rambak cakar ayam sebagai makanan
ringan merupakan hal yang sangat menguntungkan dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi hanya dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana.
Tujuan utama pengolahan rambak cakar ayam adalah membuat jenis makanan
baru dalam rangka memanfaatkan cakar ayam.
Saat ini rambak cakar bukan merupakan makanan yang sulit untuk
didapatkan, karena hampir di setiap tempat telah terdapat hasil olahan tersebut.
Namun sampai saat ini, industri-industri yang membuat rambak cakar belum
mengalami perkembangan secara berarti baik dari segi pengembangan kualitas,
kuantitas, maupun pengendalian mutu dan keamanan pangannya, sehingga
pengembangan produk perlu dilakukan. Kualitas dan mutu rambak cakar
sangat dipengaruhi oleh bahan pembuatnya dan karakteristik masing-masing
produk.
Untuk meningkatkan kualitas rambak cakar maka acuan yang dapat
digunakan adalah SNI 01-4308-1996, yaitu mengenai kerupuk kulit sehingga
kualitas olahan rambak cakar yang memenuhi persyaratan dan kriteria maka
commitpengawasan
setiap tahapannya harus diperlukan to user dan pengendalian dari mulai
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
bahan baku sampai produk tersebut siap untuk dipasarkan. Selain itu juga perlu
dilakukan penyusunan kosep HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Point). HACCP adalah suatu piranti untuk menilai suatu bahaya spesifik dan
menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan. Setiap
sistem HACCP mampu mengakomodasi perubahan seperti rancangan
peralatan, prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi. Sistem
keamanan pangan berdasarkan HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai
pangan dari produk utama sampai pada konsumsi akhir, penerapannya harus
dipandu oleh bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia, hal ini
bertujuan untuk menjamin keamanan pangan produk sampai ke tangan
konsumen. Berdasarkan hal di atas maka dilakukan penelitian tentang
“Pengendalian Mutu Dan Penerapan Konsep (Hazard Analysis Critical Control
Points) HACCP Rambak Cakar Di UKM “Kurnia”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan Rambak Cakar di UKM “Kurnia”?
2. Bagaimana proses pengendalian mutu yang dilakukan pada proses
pembuatan rambak cakar mulai dari bahan baku, proses produksi dan
produk akhirnya?
3. Bagaimana konsep pengendalian mutu yang dapat diterapkan pada Usaha
Kecil Menengah pembuatan Rambak Cakar?
4. Bagaimana konsep HACCP yang dapat diterapkan pada Usaha Kecil
Menengah pembuatan Rambak Cakar?
C. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control “Pengendalian Mutu
dan Penerapan Konsep HACCP Rambak Cakar di UKM “KURNIA” ini
adalah:
1. Mengetahui proses pembuatan Rambak Cakar di UKM “Kurnia”.
2. Mengetahui sistem pengendalian mutu yang dilakukan pada proses
pembuatan rambak cakar mulai dari bahan baku, proses produksi dan
produk akhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cakar Ayam
Cakar ayam merupakan bagian dari ayam. Namun, sebagian besar
masyarakat masih belum memanfaatkan tulang cakar ayam ini. Tulang tersebut
selama ini dianggap tidak berguna dan dibuang begitu saja. Di dalam cakar
ayam banyak mengandung protein yang terdapat pada kulit, otot, tulang dan
kolagen. Kolagen adalah sejenis protein jaringan ikat yang liat dan bening
berwarna kekuning-kuningan. Jika terkena panas kolagen akan mencair
menjadi cairan yang agak kental seperti lem. Susunan utama pada cakar ayam
adalah asam amino, yaitu komponen dasar protein. Cakar ayam juga
mengandung zat kapur dan sejumlah mineral. Menurut (Djojowidagdo, 1986)
kandungan protein terbanyak dalam kulit adalah protein kolagen. Protein
kolagen merupakan struktur protein utama pada teknologi proses pengolahan
kulit, oleh karena itu selain dimanfaatkan untuk penyamakan juga bisa
dimanfaatkan menjadi bahan makanan, misalnya kerupuk kulit rambak.
Kulit adalah lapisan luar tubuh ternak yang merupakan suatu kerangka
luar, tempat bulu binatang itu tumbuh yang berfungsi sebagai indera perasa,
pelindung tubuh dari pengaruh luar, tempat pengeluaran hasil pembakaran, dan
penyaringan sinar matahari. Kulit merupakan salah satu alternatif bahan
pangan yang masih memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi (Sunarto,
2001). Kulit mengandung protein, lemak, kalori, kalsium, fosfor, lemak, besi,
vitamin A dan vitamin B. Zat-zat tersebut jumlahnya bervariasi, tetapi
kandungan protein, kalori dan fosfornya cukup tinggi (Sutejo, 2000). Kulit
mentah mengandung kadar air sebesar 64 %, protein 33 %, lemak 2%, mineral
0,5 % dan senyawa lain seperti pigmen 0,5 % (Sharphouse, 1971).
Penanganan kulit merupakan salah satu yang diteliti. Kulit selain
dimanfaatkan untuk penyamakan juga bisa digunakan sebagai produk makanan
misalkan kerupuk rambak kulit. Kulit adalah hasil samping dari pemotongan
ternak yang merupakan lapisancommit
terluar to user
dari tubuh hewan yang diperoleh setelah
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
hewan mati dan dikuliti. Kulit dari ternak besar dan kecil baik itu sapi, kerbau,
kambing dan domba memiliki struktur jaringan yang kuat dan berisi, sehingga
dalam penggunaannya dapat dipakai untuk keperluan pangan dan non pangan
(Sudarminto dkk, 2000).
Cakar merupakan sisa pemotongan ayam setelah diambil karkasnya.
Cakar ayam dijual murah di pasar-pasar yang dihasilkan dari Rumah Potong
Ayam (RPA). Dengan nilai jual cakar ayam yang tidak terlalu besar maka perlu
adanya alternatif pengolahan cakar ayam yang lebih memiliki nilai jual, salah
satunya adalah pengolahan menjadi rambak cakar ayam. Rambak cakar ayam
tergolong makanan ringan yang memiliki sifat renyah (keras tapi mudah
patah). Kerenyahan inilah sebenarnya yang membuat rambak cakar ayam
banyak disukai konsumen. Apalagi selain renyah, rasanya juga enak, tahan
lama, praktis, dan dapat dinikmati kapan saja (terutama di saat santai)
(Sutejo, 2000).
Manfaat dari cakar ayam bagi tubuh terutama kandungan asam amino
prolin dan hidroksiprolin untuk penyembuhan tulang maupun untuk
pertumbuhan tulang pada masa usia pertumbuhan. Kreativitas masyarakat pun
semakin tinggi, cakar ayam digunakan untuk berbagai variasi makanan seperti
sup kaki ayam, mie ayam cakar, bakso cakar ayam, serta bacem cakar ayam.
Selain itu ternyata cakar jika dimanfaatkan dan ditangani secara tepat dapat
menjadikan suatu komoditas dagang yang memiliki nilai ekonomis yang sangat
tinggi. Pembuatan keripik cakar pun sebenarnya mudah saja namun agak
sedikit susah waktu pemisahan tulang dari kaki ayam (Anonima, 2008).
Cakar ayam adalah suatu bagian tubuh ayam yang kurang disukai,
karena selain tidak berdaging juga bersisik. Sebenarnya cakar ayam ini biasa
digunakan dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, cakar ayam sebagai
hasil sampingan dari pemotongan ayam, nilai atau harganya nyaris lebih murah
dibandingkan hasil samping lain seperti kepala, jeroan, dan leher. Cakar ayam
diperkirakan merupakan 2-3% dari berat seekor ayam. Bagian-bagian cakar
ayam yaitu tulang, kulit, otot dan kolagen. Komposisi kimia kaki ayam, bila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
ditinjau dari komposisi kimianya, kulit kaki ayam tidak jauh berbeda dengan
komposisi kimiawi kulit ternak lainnya.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Pada Kaki Ayam
Karakteristik Jumlah kandungan (%)
Kadar air 65,90
Protein 22,98
Lemak 5,60
Kadar abu 3,49
Lain-lain 2,03
Sumber ( Purnomo, 1992 )
Kripik merupakan produk olahan pangan nabati atau hewani berupa
irisan atau lembaran tipis yang diberi bumbu memiliki tekstur renyah setelah
digoreng. Ciri utama kripik adalah memiliki testur renyah, artinya jika digigit
produk mudah patah. Menurut (Anonimb, 2010), syarat mutu kripik harus
memiliki bau dan warna normal, rasa khas, tekstur renyah, kadar air maksimal
6%, lemak atau minyak 30% dan abu maksimal 3%.
B. Proses Pengolahan
Kunci utama pembuatan kripik ada pada tahap perlakuan bahan proses
penggorengan. Proses penggorengan adalah cara pengolahan yang cepat karena
suhu yang digunakan tinggi, biasanya sekitar 1800C, dan pemindahan panas
dari lemak atau minyak ke dalam makanan berlangsung cepat. Makanan yang
digoreng mempunyai warna dan flavour yang khas dan diterima oleh hampir
semua orang (Gaman dkk, 1992).
Menurut (Cayana, 2008) berikut ini adalah proses pembuatan rambak
cakar:
1. Seleksi dan pencucian
Cakar ayam yang akan dijadikan sebagai bahan baku utama
pembuatan rambak sebaiknya diseleksi terlebih dahulu. Pilih cakar ayam
yang gemuk dan tidak cacat. Cakar ayam yang sudah diseleksi kemudian
dicuci hingga bersih atau hingga kotoran yang menempel dibagian kaki,
terutama di bagian lekukan jari. Meski telah dicuci, sebaiknya harus
diperiksa sekali lagi sehingga benar-benar yakin tidak ada kotoran
commit to user
sedikitpun yang masih menempel. Usahakan pada akhir pencucian
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
menggunakan air yang mengalir, agar jika masih ada kotoran yang
menempel bisa ikut terguyur dan mengalir bersama aliran air tersebut.
2. Perendaman dalam air kapur
Cakar ayam yang sudah bersih kemudian direndam dalam larutan
kapur. Jumlah kapur yang dibutuhkan untuk perendaman sebanyak 2 % dari
berat cakar ayam yang akan direndam. Untuk 1 kg cakar ayam, kapur yang
digunakan sebanyak 7,05 ons (24 sendok makan). Kapur tersebut dicampur
dengan air secukupnya atau hingga semua cakar ayam yang ada bisa
terendam seluruhnya. Waktu yang dibutuhkan untuk merendam cakar ayam
selama 4-5 jam. Setelah direndam selama 4-5 jam, cakar ayam kemudian
dicuci kembali hingga bersih dari zat-zat kapur yang menempel. Dalam
pencucian tersebut kulit dan kuku yang ada juga harus dibersihkan. Air yang
digunakan untuk pencucian sebaiknya berupa air yang mengalir.
3. Perebusan dan penirisan
Cakar ayam yang sudah bersih kemudian dimasukkan ke dalam panci
yang ukurannya disesuaikan dengan jumlah cakar ayam yang akan direbus.
Tuang air secukupnya dalam panci tersebut. Kemudian masak dengan api
yang sedang. Apabila air dalam panci sudah tampak menggelembung segera
saja api dimatikan. Jadi, usahakan jangan sampai air tersebut mendidih.
Untuk membuktikan apakah cakar ayam tersebut sudah matang atau belum,
bisa ditusuk dengan garpu. Apabila garpu dapat ditusukkan kedalam kulit
cakar ayam dengan mudah (tidak kenyal), pertanda sudah cukup matang.
Cakar ayam yang sudah masak bisa segera dikeluarkan dari air dan
ditiriskan selama 5–10 menit atau sampai tidak ada lagi air yang menetes.
Selain berfungsi untuk mendinginkan, juga untuk memudahkan
pengelupasan kulit cakar ayam.
4. Pengulitan
Apabila cakar ayam yang ditiriskan sudah dingin kemudian bisa
dikuliti dengan menggunakan pisau dan gunting. Untuk menguliti cakar
ayam, ada teknik sederhana yang bisa dilakukan agar hasil yang didapat bisa
bagus. Pertama-tama semuacommit to user
kuku atau jari harus dipotong terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
dengan api yang sedang, tetapi merata. Kulit cakar ayam sebaiknya
digoreng dalam minyak yang cukup hingga semua bagian bisa terendam.
Minyak yang digunakan untuk menggoreng pun harus ditunggu hingga
benar-benar panas, untuk mengetahui minyak tersebut sudah panas atau
belum dapat dilihat dengan ada tidaknya gelembung yang tampak. Jika
sudah tidak terlihat gelembung atau minyak goreng tampak tenang, berarti
minyak tersebut telah cukup panas. Kulit cakar ayam yang akan dimasukkan
ke dalam penggorengan harus disesuaikan dengan banyaknya minyak yang
digunakan. Dan diusahakan semua kulit cakar ayam dapat terendam minyak
dan tidak menempel pada penggorengan. Bila hal ini terjadi bisa
mengakibatkan warna hitam atau coklat tua pada gorengan. Selain itu,
kematangan rambak cakar ayam juga menjadi tidak merata. Perubahan
terjadi pada produk yang telah digoreng di antaranya penguapan air,
kenaikan suhu produk yang mengakibatkan reaksi pencoklatan serta
perubahan bentuk dan ukuran bahan (Supartono, 2000). Tingkat intensitas
perubahan warna pada reaksi pencoklatan ini tergantung dari lama
penggorengan serta juga komposisi kimia pada permukaan luar bahan
pangan (Ketaren, 1986).
8. Pengemasan
Sebelum dikemas sebaiknya rambak didinginkan sebentar (± 30
menit). Apabila rambak sudah cukup dingin, maka pengemasan bisa
dilakukan untuk disimpan agar tidak mudah menyerap air.
C. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah sutau penetapan tujuan dan penemuan cara
untuk mewujun target tersebut secara efisien. Agar pengendalian mutu dapat
dilakukan dengan efektif maka perlu kriteria-kriteria antara lain:
a. Akurat : Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang
tidak akurat dari sistem pengendalian dapat menyebabkan organisasi
mengambil tindakan koreksi yang keliru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PELAKSANAAN
12
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
CCP
Tindakan koreksi
Tindakan verifikasi
Dokumentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.2 Desision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Ya Tidak
Tidak Ya CCP
Gambar 3.3 Desision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
commit to user
Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Rambak Cakar
16
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
(a) (b)
Gambar 4.8 Pemisahan Tulang Dari Kulitnya
Keterangan: (a) Pelunakan tulang
(b) Pemisahan tulang dan kulitnya
8. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada pada cakar
ayam. Proses pengeringan cakar, diletakkan pada anjang-anjang kemudian
dipanaskan di bawah sinar matahari dengan menggunakan “anjang-anjang”
yang terbuat dari bambu dan kawat strimin (kotak-kotak), yang memiliki
panjang 1 meter dan lebar 60 cm. Pengeringan dilakukan selama 3-6 hari.
Proses pengeringan ditunjukkan pada Gambar 4.9.
(a) (b)
Gambar 4.10 (a) Minyak Goreng (b) Proses Penggorengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
B. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu bertujuan untuk menjaga kelangsungan proses
produksi dan mengetahui kelemahan pada proses produksi sehingga dapat
dilakukan perbaikan supaya diperoleh produk yang sesuai dengan kualitas
yang diharapkan. Produk yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor
commit to user
yang memegang peranan penting dalam perusahaan. Proses pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
mutu dilakukan mulai dari masuknya bahan utama dan bahan pembantu,
pengolahan, dan produk akhir. Hal tersebut dapat dikendalikan dengan upaya
pengendalian bahan baku utama dan bahan tambahan, pengendalian proses
produksi dan pengendalian produk akhir. Adapun deskripsinya adalah sebagai
berikut:
1. Pengendalian Mutu Bahan Baku
Pengendalian mutu adalah suatu penetapan tujuan atau target dan
penemuan cara untuk mewujudkan target tersebut secara efisien. Mutu
bahan baku merupakan faktor yang sangat penting bagi kualitas produk
akhir dan keberhasilan perusahaan tersebut dalam memproduksi produk
yang berkualitas tinggi. Meningkatkan mutu produk sesuai dengan standar
dan spesifikasi yang telah ditetapkan, merupakan usaha pengendalian
mutu yang sangat diperlukan. Produk yang bermutu tinggi akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumennya dan produk tersebut
dapat bersaing dengan produk yang sejenisnya. Dalam produksi
pembuatan rambak cakar perlu dilakukan pengendalian mutu baik pada
bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan, proses produksi,
maupun produk akhir yang dihasilkan Selain proses produksi, juga
diperlukan adanya spesifikasi dan penegndalian mutu bahan baku dan
bahan tambahan dalam pembuatan rambak cakar. Mutu bahan baku
merupakan faktor yang sangat penting bagi kualitas produk akhir dan
keberhasilan perusahaan tersebut dalam memproduksi produk yang
berkualitas tinggi. Spesifikasi bahan baku ditunjukkan pada Tabel 4.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Spesifikasi dan pengendalian mutu bahan baku dan bahan
tambahan pembuatan Rambak Cakar
No Uraian Parameter Batas Kritis Prosedur Tindakan
Pengendalian Koreksi
1. Cakar - Jenis - Jenis cakar ayam - Pemilihan jenis - Dilakukan
ayam - Kebersihan yang digunakan cakar ayam pengecekan
berasal dari jenis yang sesuai atau sortasi
ayam boiler - Dilakukan kembali
- Warna putih sortasi
bersih, tidak ada
cacat
2. Bawang - Keutuhan - Bentuk utuh dan - Pemilihan dan - Disimpan
putih - Kebersihan masih tertutup sortasi bahan dengan benar
- Kenampakan kulit luar - Dilakukan
- Tidak busuk dan sortasi dengan
berwarna putih tepat
bersih dan sedikit
kekuning-
kuningan
3. Garam - Kemasan - Kemasan tertutup - Pemilihan - Pemanntauan
- Kenampakan dengan rapat kemasan yang kemasan
- Berwarna putih baik dan apakah
dan bebas dari tertutup rapat tertutup rapat
kotoran - Pemilihan atau tidak
garam yang - Dilakuakan
berkualitas pengecekan
sebelum
digunakan
4. Penyedap - Kemasan - Kemasan tertutup - Pemilihan - Pemanntauan
rasa - Tanggal dengan rapat kemasan yang kemasan
kadaluarsa - Tidak melebihi baik dan apakah
- Kenampakan batas tanggal tertutup rapat tertutup rapat
kadaluarsa atau tidak
- Berwarna putih - Pengecekan
tanggal
kadaluarsa
5. Kapur - Kenampakan - Putih, bersih, - Pemilihan dan - Dilakukan
sirih terbebas dari sortasi bahan sortasi dengan
kontaminasi benda yang akan tepat sebelum
asing digunakan digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
bahan pangan, dan aktivitas mikroorganisme. Hasil uji analisis kadar air
pada Rambak Cakar adalah 3,767%.
b. Kadar abu
Dari analisis kadar abu yang dilakukan didapatkan hasil sebesar
1,084%. Tingginya kadar abu pada rambak cakar ini disebabkan karena
banyaknya juga mineral (kalsium dan fosfor) yang terkandung dalam
cakar ayam tersebut. Hal ini disebabkan karena partikel atau kotoran
masih terdapat dalam produk tersebut, karena dipengaruhi oleh kondisi
prosesnya.
c. Protein
Pada analisis penentuan kadar protein, menggunakan metode
Kjeldahl. Prinsip kerja cara analisis ini adalah bahan didestruksi dengan
asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau
butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan ditritasi dengan
bantuan indikator (Winarno, 2002). Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan didapatkan hasil sebesar 46,47%.
d. Lemak
Lemak dan minyak termasuk dalam kelompok senyawa yang
disebut lipida, yang pada umumnya mempunyai sifat tidak larut dalam
air (Winarno, 2002). Penentuan kadar lemak rambak cakar
menggunakan metode Soxhlet. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan didapatkan hasil sebesar 47,415%.
e. Karbohidrat
Hasil analisis didapatkan hasil sebesar 1,246% yang didapatkan
dengan cara perhitungan karbohidrat total yaitu 100%-
%(protein+air+abu+lemak). Menurut (Anonimc, 2008) komposisi gizi
per 100 gram cakar ayam, mengandung karbohidrat sebesar 0,4 gr.
f. Asam Lemak Bebas
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1 %, jika
dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak
berbau tengik, namun commit to user
intensitasnya tidak bertambah dengan
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
hijau, jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas
dari ion logam (Ketaren, 2008).
1.4 Bawang Putih
Penggunaan bawang putih yang dipakai UKM KURNIA sudah
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Spesifikasi bawang putih
yang baik menurut SNI 01-3160-1992 adalah bawang putih kompak
dan masi terbungkus oleh kulit luar, bersih dan tidak berjamur.
1.5 Garam
Garam yang dipakai di UKM ini adalah jenis garam kemasan
yang mengandung yodium, bersih, putih, dan tidak terdapat benda
asing. Garam yang dipakai di UKM ini sudah sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan. Standar mutu garam yang baik untuk
dikonsumsi maupun untuk proses pengolahan bahan pangan yaitu
berwarna putih, bersih, menurut SNI 01-3556-2000 kadar yodium
pada garam yaitu min 30 mg/kg.
1.6 Kapur Sirih
Penggunaan kapur sirih pada UKM KURNIA sudah sesuai
spesifikasi, yaitu berbentuk kristal dan tidak berwarna atau bubuk
putih.
1.7 Penyedap Rasa
Penyedap rasa yang digunakan di UKM KURNIA sudah sesuai
spesifikasi, yaitu menggunakan penyedap rasa kemasan yang tertutup
rapat.
2. Proses Produksi
2.1 Penerimaan Bahan Baku
Cakar ayam yang akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
rambak sebaiknya diseleksi terlebih dahulu. Spesifikasi cakar ayam
yang dipilih adalah tidak cacat, putih dan bersih, dipilih cakar ayam
yang gemuk. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kerjasama
dengan suplier agar suplier dapat memilih cakar yang sesuai dengan
commit
permintaan. Cakar ayam yangtosudah
user diseleksi kemudian dicuci hingga
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
2.6 Pendinginan
Pendinginan cakar dilakukan di bawah sinar matahari dan
menggunakan kipas angin selama 15 menit. Sebaiknya pendinginan
dilakukan di dalam ruangan dengan menggunakan kipas angin agar
memiminalisir kontaminasi.
2.7 Pemisahan tulang dari kulitnya
Sebelum pemisahan tulang dan kulit, sebelumnya cakar telah
dipukul-pukul. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penghilangan
tulang sehingga tidak ada tulang yang tersisa. Dalam tahapan ini
dibutuhkan teknik tersendiri untuk menghilangkan tulangnya.
Menurut (Cayana, 2008) pertama-tama semua kuku atau jari harus
dipotong terlebih dahulu. Selanjutnya belah bagian belakang (dalam)
kaki dengan pisau hingga ke ujung jari yang lurus dengan kaki jari
kedua. Jika kulitnya sudah terbelah, kemudian dikupas secara hati-hati
dimulai dari bagian atas kaki hingga ke ujung jari. Diusahakan jangan
sampai kulit terputus atau terkoyak. Urat-urat kaki yang berhubungan
dengan jari-jari kemudian dipotong dengan gunting.
2.8 Pengeringan
Pengeringan dilakukan selama 3-6 hari dengan bantuan sinar
matahari. Proses pengeringan cakar, diletakkan pada anjang-anjang
kemudian dipanaskan di bawah sinar matahari. Kulit cakar ayam harus
dalam kondisi terbuka merata dan bagian kulit luar diposisikan di
bagian bawah atau menempel langsung pada anjang-anjang. Dalam
hal ini kebersihan alat dan lingkungan harus diperhatikan, sebaiknya
pengeringan dengan menggunakan cabinet dryer.
2.9 Penggorengan
Penggorengan dilakukan dengan dua tahapan yang bertujuan agar
rambak cakar yang dihasilkan lebih renyah. Tahapan pertama yaitu
cakar digoreng ke dalam wajan, dengan menggunakan api sedang dan
merata sampai setengah matang. Sedangkan untuk penggorengan
commitsampai
tahap kedua digoreng to user berwarna kuning keemasan.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Air mempunyai
peranan penting di dalam suatu bahan pangan. Air merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap penampakan, tekstur, cita rasa, nilai gizi
bahan pangan, dan aktivitas mikroorganisme. Hasil uji analisis kadar air
pada rambak cakar adalah 3,767%, sedangkan menurut SNI 01-4308-
1996 adalah maks 6% sehingga kadar air pada Rambak Cakar sudah
sesuai SNI 01-4308-1996, hal ini menunjukkan bahwa pada proses
pengeringan dan penggorengan sudah dilakukan secara optimal. Kadar
air yang diperoleh dari pengujian ini mempengaruhi penyimpanannya.
Semakin tinggi kadar air yang diperoleh maka semakin pendek umur
simpannya, begitu pula sebaliknya.
2. Kadar abu
Bahan makanan mengandung sekitar 96 % yang terdiri dari bahan
organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral yang juga
dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Menurut (Herman, 2001)
kadar abu dalam bahan pangan menunjukkan jumlah mineral yang
dikandung dalam bahan pangan tersebut. Prinsip kerja penentuan kadar
abu diawali dengan cara membakar bahan pangan dalam tungku
pengabuan (muffle furnace) dengan memvariasikan suhu pemanasan
sampai mendapatkan abu yang berwarna putih. Dari analisis kadar abu
yang dilakukan didapatkan hasil sebesar 1,084%, nilai ini melebihi nilai
yang ditetapkan oleh SNI. Tingginya kadar abu pada rambak cakar ini
disebabkan karena banyaknya juga mineral (kalsium dan fosfor) yang
terkandung dalam cakar ayam tersebut. Hal ini disebabkan karena
partikel atau mineral anorganik masih terdapat dalam produk tersebut,
karena dipengaruhi oleh kondisi prosesnya. Maka untuk upaya
pengendaliannya adalah dengan memperhatikan proses produksi dan
diusahakan sanitasi proses juga diperhatikan untuk meminimalisir
kontaminasi kotoran yang terikut saat proses produksi berlangsung,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami,
asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis)
maupun terikat sebagai gliserida (Anonime, 2012). Menurut hasil analisis
asam lemak bebas didapatkan hasil sebesar 1,98%, nilai ini melebihi
standar yang ditetapkan oleh SNI. Hal ini terjadi karena penggunaan
minyak yang digunakan berulang-ulang. Ciri minyak goreng yang sudah
tidak layak digunakan adalah berwarna gelap, kotor, kental, dan berbau
tidak sedap. Minyak goreng yang sudah tidak layak digunakan tentu tidak
baik bagi kesehatan. Penggunaan minyak yang berulang-ulang maka
minyak tersebut akan terhidrolisis dan teroksidasi sehingga menyebabkan
asam lemak bebas, dan kemungkinan besar akan terjadi ketengikan.
Ketengikan merupakan kerusakan atau perubahan bau dan flavour dalam
lemak atau bahan pangan berlemak. Penggunaan suhu yang tinggi juga
akan menyebabkan minyak terhidrogenasi, suhu tersebut sekitar 2000C
Selain itu juga, penyebab terjadinya penyimpangan tersebut adalah
penyimpanan minyak yang kurang tepat, karena di UKM ini
penyimpanan minyak disimpan di luar ruangan yang langsung terkena
dengan cahaya matahari, dan minyak yang digunakan adalah minyak
curah
Maka upaya pengendalian yang perlu dilakukan adalah sebaiknya
menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi dan waktu yang relatif lama
saat menggoreng, karena suhu dan waktu yang tinggi akan mempercepat
kerusakan minyak dan menimbulkan pembentukan asam lemak bebas,
dan juga diperlukan pemilihan jenis minyak yang dipakai dan intensitas
penggunaan minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena proses
oksidasi, dalam bahan pangan asam lemak dengan kadar lebih besar dari
0,2 % dari berat lemak akan mengakibatkan flavour yang tidak
diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Sehingga apabila
kadar FFA-nya tinggi maka rambak cakar akan cepat tengik, sehingga
kualitas mutu dari rambak cakar kurang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
2. Analisis Bahaya
a. Bahan baku
Analisis resiko dan potensi bahaya dalam suatu proses produksi
sangat penting dilakukan. Resiko bahaya yang mungkin timbul dari
suatu proses produksi meliputi bahaya kimia, fisika dan mikrobiologi
yang menyebabkan makanan tidak aman untuk dikonsumsi. Dalam
penelitian analisis bahaya dan identifikasi titik kendali kritis ditentukan
berdasarkan pohon keputusan titik kendali kritis. Analisis bahaya
meliputi analisis bahaya bahan baku dan tahapan proses produksi.
Bahan baku merupakan hal yang paling utama dalam pembuatan
rambak cakar, namun bahan baku juga merupakan sumber kontaminasi
baik dari segi fisik, biologi, dan kimianya. Bahaya tersebut dapat
diidentifikasi sengaja ditambahkan untuk keuntungan, namun dapat
pula karena kontaminasi silang yang tidak diketahui. Penerapan sistem
HACCP merupakan hal yang paling penting, karena untuk menjamin
keamanan pangan, dan apakah bahan tersebut layak untuk digunakan.
Analisis bahaya bahan baku ditunjukkan pada Tabel 4.6. Dalam
analisis bahaya bahan baku dilakukan tindakan pengendalian sebagai
upaya untuk menjamin bahwa bahan baku yang diterima dan akan
diproses telah memenuhi persyaratan dan tidak mengandung sumber
bahaya baik yang akan menurunkan kualitas produk maupun yang akan
menimbulkan bahaya terhadap kesehatan konsumennya. Bahan baku
utama dalam pembuatan rambak cakar adalah cakar ayam, cakar ayam
disini dipilih sesuai kriteria salah satunya ayam yang digunakan adalah
jenis ayam broiler. Dalam identifikasi bahaya, terdapat bahaya yang
datang dari bahan baku tersebut, yaitu identifikasi bahaya fisik dan
biologi. Identifikasi bahaya fisik yaitu kulit luar cakar ayam dan kuku
ayam yang mungkin masih tertinggal. Penyebabnya adalah
pembersihan kulit dan kuku cakar ayam yang kurang bersih dan teliti.
Bahaya fisik dalam bahan baku cakar ayam tidak terlalu bahaya, bahaya
commit to kualitas
fisik hanya dapat mempengaruhi user mutu dari hasil akhir rambak
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
commit to user
48
5 Air Fisik - Warna tidak - Sanitasi lingkungan sekitar - Penggunaan air yang higienis, bersih, jernih, dan tidak
jernih, yang tidak optimal berbau.
kontaminasi - Saluran air yang kotor dan - Penggunaan air sesuai persyaratan
benda asing kurangnya pemeliharaan - Pengecekan kualitas air sebelum digunakan untuk
Kimia - alat yang berhubungan proses produksi
dengan irigasi air - Sanitasi peralatan yang langsung berhubungan dengan
Biologi -
air.
- Penggunaan kain saring pada ujung kran
6 Minyak Fisik - Kontaminasi - Minyak yang digunakan - Pemilihan minyak yang bagus dan berkualitas serta
goreng air, kotoran adalah jenis minyak curah yang dikemas.
- Penyimpanan ditempat kering dan menggunakan wadah
Kimia - Asam lemak - Penyimpanan yang kurang tertutup
bebas tepat - Disimpan pada suhu kamar dan dijauhkan dari sinar
matahari secara langsung
7. Kapur Fisik - Kontaminasi - Sanitasi lingkungan yang - Dilakukan pengecekan
Sirih benda asing kurang bersih dan kurang - Pembersihan alat secara rutin.
optimal
50
K:- - - - -
B:- - - - -
5. Pengukusan F- F: - - - -
K:- K:- - - -
B:- B:- - - -
K:- K:- - - -
K:- K:- - - - -
52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
1. Penggorengan - Kondisi minyak - Minyak yang - Minyak yang - Menggunakan - Pemantauan - Penggunaan
yang digunakan digunakan adalah digunakan untuk minyak goreng terhadap jenis minyak maksimal 2
- Suhu saat minyak kemasan mengoreng harus kemasan minyak yang kali penggorengan
penggorengan - Suhu yang berkualiatas baik, - Pengendalian suhu digunakan - Penggunaan suhu
- Lingkungan digunakan sampai misalnya tidak saat penggorengan untuk yang digunakan
penyimpanan mendidih menggunakan - Disimpan di dalam menggoreng tidak terlalu tinggi
minyak - Penyimpanan minyak berulang- ruangan dengan - Pemantauan - Penyimpanan
minyak dilakukan ulang kali suhu kamar (250C) suhu yang minyak tidaklah
di ruangan tertutup - Suhu yang digunakan saat disimpan di
dan terhindar digunakan untuk menggoreng ruangan terbuka
langsung dari menggoreng - Pemantauan
pancaran sinar sampai mendidih tempat
matahari - Minyak disimpan penyimpanan
dalam ruangan minyak
dan tidak terkena
cahaya matahari
secara langsung
56
Tahapan Prosedur
No Parameter CCP Batas Kritis Nilai Target Cara Pengendalian Tindakan Koreksi
CCP Pemantauan
2. Pengemasan - Jenis kemasan - Kemasan yang - Kondisi kemasan - Menggunakan - Pemantauan - Memastikan bahwa
yang digunakan digunakan bersih yang digunakan kemasan yang food terhadap kemasan yang
- Kondisi dan terhindar dari bersih grade kondisi digunakan harus
pengemasan kontaminasi dan - Kondisi - Pengendalian kemasan yang bersih dan
- Sanitasi pekerja tertutup rapat lingkungan harus terhadap kondisi digunakan terhindar dari
- Kondisi lingkungan bersih dan pengemasan - Pemantauan kontaminasi benda
pengemasan bersih terhindar dari - Sanitasi pekerja terhadap asing
dan terhindar dari debu (penggunaan kaos kondisi - Memastikan bahwa
kontaminasi - Tangan pekarja tangan, penutup lingkungan kondisi lingkungan
- Pekerja yang akan terhindar dari kepala, masker) yang digunakan bersih
mengemas harus berbagai macam - Pemantauan - Memastikan bahwa
bersih kontaminasi terhadap sebelum
sanitasi tangan pengemasan
pekerja dilakukan sanitasi
pekerja agar
terhindar dari
kontaminasi
- Menjaga kerapatan
pengemasan
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
4. Rencana HACCP
Rencana HACCP merupakan panduan penyusunan sistem bagi badan
usaha yang bermaksud menerapkan sistem HACCP secara sistematik, benar,
teliti, dan realistis sehingga menjadikan penerapan sistem HACCP tersebut
sebagai suatu sistem yang efektif dan efisien penerapannya. Rencana HACCP
dan pelaksanaan prosedurnya haruslah dapat diadaptasikan kepada setiap
aktivitas produksi, proses atau distribusi pangan pada dasarnya sistem
pelaksanaan prinsip HACCP dapat diaplikasikan pada setiap aktivitas rantai
pangan dan pada besarnya unit bisnis. Penyusunan rencana HACCP ini harus
melihat atau berbasis kepada besar kecilnya badan usaha, bidang kegiatan,
faktor kebutuhan, dan kebiasaan. Karenanya penyusunan rencana HACCP ini
bersifat spesifik untuk setiap badan usaha. Proses yang dianggap sebagai CCP
adalah penggorengan, dan pengemasan. Rencana HACCP yang terangkum
dalam Tabel 4.10 dijelaskan sebagai berikut
a. Penggorengan
Penggorengan merupakan salah salah satu tahapan proses yang
termasuk CCP, karena apabila terjadi penyimpangan pada saat proses
berlangsung akan menimbulkan bahaya. Identifikasi bahaya penggorengan
adalah bahaya fisik dan kimia. Bahaya fisik adalah kontaminasi debu
sedangkan bahaya kimia terjadinya oksidasi minyak goreng. Dalam proses
penggorengan nilai target yang dapat ditetapkan untuk menghilangkan
bahaya adalah minyak yang digunakan untuk mengoreng harus
berkualiatas baik, misalnya tidak menggunakan minyak berulang-ulang
kali, minyak disimpan dalam ruangan dan tidak terkena cahaya matahari
secara langsung. Apabila nilai target tidak bisa dicapai maka batas kritis
dapat ditetapkan untuk mengurangi bahaya, batas kritisnya adalah minyak
yang digunakan adalah minyak dalam kemasan, penyimpanan minyak
diletakkan di ruangan tertutup dan tidak terkena cahaya matahari secara
langsung. Pemantauan yang dapat dilakukan adalah pemantauan terhadap
jenis minyak yang digunakan untuk menggoreng, dan pemantauan
commitTindakan
terhadap penyimpanan minyak. to user koreksi yang dapat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian “Pengendalian
Mutu dan Penerapan Konsep HACCP Rambak Cakar di UKM “KURNIA”
adalah :
1. Pembuatan rambak cakar melalui beberapa tahap, yaitu perendaman air
kapur ±30 menit, pencucian, perendaman dalam air berbumbu, pengukusan,
pendinginan, pemisahan tulang, penjemuran, penggorengan, penirisan,
pengemasan.
2. Pengendalian mutu pada pembuatan rambak cakar ini adalah spesifikasi
kualitas bahan baku, pengendalian setiap tahapan proses, pengendalian
pengemasan dan penyimpanan produk akhir agar kualitasnya tetap terjaga.
3. Konsep pengendalian mutu meliputi pengendalian mutu bahan baku, proses
produksi dan produk akhir.
4. Tahapan proses yang dianggap sebagai titik kendali kritis adalah
penggorengan dan pengemasan.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian di Usaha Kecil Menengah pembuatan
Rambak Cakar “KURNIA” di Sungkur Sekarsuli, Kecamatan Klaten Utara,
Kabupaten Klaten, maka saran yang bisa diberikan adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya minyak yang digunakan untuk menggoreng hanya dipakai untuk
sekali penggorengan saja.
2. Penyimpanan minyak sebaiknya disimpan di dalam ruangan yang terhindar
dari kontak matahari secara langsung.
commit to user
59