Anda di halaman 1dari 54

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN TINGKAT

DPERESI PADA REMAJA SISWA SMA NEGERI 49


MALUKU TENGAH

PROPOSAL

OLEH:
ANGGITA RATIH SUALA
NPM. 1420119204

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2021

i
LEMBARAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN TINGKAT


DPERESI PADA REMAJA SISWA SMA NEGERI 49
MALUKU TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
Anggita Ratih Suala
NPM. 1420119204

Proposal Skripsi ini Telah Disetujui


Pada Tanggal Agustus

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Mirdat Hitiyaut, S.Kep., M.Kep Ns. Hasna Tunny, S.Kep

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes


NIDN. 1208098501

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahamt-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul

“Hubungan Perilaku Bullying Dengan Tingkat Depresi Pada Remaja Siswa SMA

Negeri 49 Maluku Tengah”. Proposal skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk

memperoleh gelar serjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan. Selama

penyusunan proposal skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak yang sangat memberikan inspirasi dan motivasi sehingga

terselesainya proposal ini. Untuk itu, pada kesempatan ini ijinkan penulis mengucapkan

terima kasih yang tak terhingga dan setulusnya kepada yang terhormat.

1. Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada yang telah

menyediakan fasilitas-fasilitas kepada peneliti selama menempuh pendidikan di

STIKes Maluku Husada

2. Dr. Sahrir Sillehu, S,KM., M.Kes selaku Ketua STIKes Maluku Husada yang telah

memberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.

3. Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan yang telah

mempelancarkan setiap pengurusan yang berkaitan dengan proposal ini.

4. Ns. Mirdat Hitiyaut, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang juga telah

memberikan saran dan masukan demi terselesainya proposal ini.

5. Ns. Hasna Tunny, S.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu bagi peneliti untuk memberikan arahan serta masukan guna penyelesaian

proposal ini.

6. Seluruh Staf dan tata usaha Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Maluku

iii
Husada yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti sehingga

peneliti dapat menyelesaikan proposal ini.

7. Kedua Orang Tua dan keluarga tersayang yang senantiasa memberikan dukungan

moril maupun materil serta doa yang tulus tak ternilai harganya sejak peneliti berda

di dalam kandungan hingga lahir kedunia saat ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan untuk semua pihak yang sudah

memberikan kepada penulis dalam penyelesaian proposal ini. Proposal ini jauh dari

sempurna, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sehingga proposal ini menjadi lebih baik.

Kairatu……Agustus 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7

2.1 Konsep Teori Perilaku Bullying............................................ 7

2.2 Konsep Teori Depresi ............................................................ 14

2.3 Keaslian Penelitian ................................................................ 23

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL .................................................... 25

3.1 Kerangka Konsep .................................................................. 25

3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 26

4.1 Desain Penelitian ................................................................... 26

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................. 26

4.2.1 Tempat Penelitian ......................................................... 26

v
4.2.2 Waktu Penelitian ........................................................... 26

4.3 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel ........... 26

4.3.1 Populasi ......................................................................... 26

4.3.2 Sampel .......................................................................... 27

4.3.2 Teknik Pengambilan Sampel.......................................... 27

4.4 Variabel Penelitian ................................................................ 27

4.5 Definisi Operasional .............................................................. 28

4.6 Instrumen Penelitian ............................................................. 29

4.7 Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 30

4.8 Analisa Data .......................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 33

vi
DAFTAR TABEL

Daftar Tabel 2.3 Keaslian Penelitian. ............................................................ 23

Tabel 4.1 Defenisi Operasional ..................................................................... 28

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan wadah atau tempat bagi anak untuk belajar dan menimba

ilmu pengetahuan, serta membantu pembentukan karakter positif pada anak hingga

dewasa. Kenyataannya, akhir-akhir ini sering terjadi tindak kekerasan, baik yang

dilakukan oleh guru pada siswa, maupun yang dilakukan oleh sesama siswa

(Usman, 2013) dalam (Rohimah, 2016). Kekerasan itu bisa berupa kekerasan fisik

dan kekerasan secara psikologis. Kekerasan seperti ini, yang biasanya dilakukan

oleh satu atau sekelompok pihak yang merasa memiliki kekuasaan terhadap yang

lebih lemah, disebut dengan bullying (Levianti, 2013) dalam (Rohimah, 2016).

Bullying merupakan kekerasan di sekolah yang paling umum terjadi. Menurut

penelitian yang dilakukan diberbagai negara menunjukkan bahwa 8 hingga 38

persen siswa menjadi korban bully (Rohimah, 2016). Di dunia, sekitar 10% hingga

27% siswa dilaporkan sering menjadi korban bully (Karina, et al, 2013) dalam

(Rohimah, 2016). Hal ini dukung dari data Komisi Nasional Perlindungan Anak,

tahun 2011 menjadi tahun dengan tingkat kasus bullying tertinggi di lingkungan

sekolah yaitu sebanyak 339 kasus kekerasan dan 82 diantaranya meninggal dunia

(Komnas PAI, 2014) dalam (Septiyuni et al., 2015). Berdasarkan data yang

didapatkan dari UNICEF pada tahun 2014 sebagai bagian dari multi-negara pada

program Digital Citizenship Safety dan dilakukan oleh Kementrian Komunikasi

dan Informatika menunjukkan bahwa sekitar 80% anak-anak dan remaja berusia

10-19 tahun menggunakan internet, UNICEF juga menyatakan bahwa terdapat

1
2

sebanyak 41% hingga 51% remaja Indonesia dalam rentang usia 13-15 tahun

pernah mengalami tindakan cyberbullying namun hanya sebagian yang

menyadarinya (Pratiwi Pora, Anafrin Yugistyowati, 2019).

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) para pelajar di sekolah

mudah rentan menjadi pelaku bullying atau cyberbullying. Data KPAI selain

melakukan bully disekolah mereka juga melakukan tindakan bully dimedia sosial.

Jumlah kasus pendidikan di KPAI pertanggal 30 mei 2018 berjumlah 161 kasus

terkait masalah bullying dan cyberbullying, dari jumlah tersebut terdapat data

korban kasus kekerasan dan perilaku bullying pada anak mencapai 22,4% dan

pelaku kekerasan bullying mencapai 25,5% (Pratiwi Pora, Anafrin Yugistyowati,

2019).

Bullying merupakan salah satu bentuk perilaku agresi. Ejekan, hinaan, dan

ancaman yang seringkali merupakan pancingan yang dapat mengarah. Tiga kategori

praktek bullying yaitu: (a) bullying fisik, (b) bullying non fisik / verbal dan (c)

bullying mental atau psikologis. Faktor penyebab terjadinya bullying yaitu faktor

eksternal dan internal. Faktor internal adalah: (a) karakteristik kepribadian (b)

kekerasan pada masa lalu dan (c) sikap orang tua yang memanjakan anak sehingga

tidak membentuk kepribadian yang matang. Faktor eksternal adalah lingkungan

sosial dan budaya (Simbolon, 2012) dalam (Septiyuni et al., 2015).

Dalam Sejiwa (Semai Jiwa Amini) yaitu yayasan yang bergerak pada bidang

kekerasan terhadap anak, serta hak dan perlindungan anak tahun 2008 dijelaskan

dampak psikologis yang paling ekstrim terjadi pada korban bullying yaitu muncul

gangguan psikologis seperti cemas berlebihan, depresi, ketakutan, munculnya ide


3

bunuh diri dan munculnya gangguan stress pasca trauma. Dampak nega tif jangka

panjang dari perilaku bullying seperti depresi, kecemasan dan harga diri rendah.

Beberapa studi menemukan bullying secara signifikan berhubungan dengan

kejadian depresi pada remaja (Afifah et al., 2018). Menurut penelitian (Maulida &

Related, 2014) dalam (Afifah et al., 2018) menemukan bahwa tindakan bullying

secara langsung memiliki efek signifikan pada kejadian depresi dan ide bunuh diri

pada perempuan (9-13 tahun) tetapi tidak pada laki-laki. Depresi tidak hanya terjadi

pada orang dewasa. Anak-anak dan remaja mungkin juga dapat mengalami depresi,

yang sebenarnya merupakan penyakit yang dapat diobati (Maulida & Related,

2014).

Depresi pada remaja ditandai dengan adanya perubahan tingkat fungsi disertai

adanya suasana perasaan depresi atau hilangnya minta pada hampir seluruh

aktivitas, gangguan depresi pada remaja tidak dapat diabaikan dan dibiarkan tanpa

penanganan karena beresiko untuk berkembang menjadi gangguan depresi pada

saat dewasa (Aprilia Ramadhani & Sofia Retnowati, 2013). Depresi pada remaja

lebih mungkin berlanjut pada usia dewasa dibandingkan dengan depresi pada anak,

depresi meningkat secara drastis dari usia anak ke remaja 17% pada usia remaja

tengah hingga remaja akhir (hankin, 2006) dalam (Aprilia Ramadhani & Sofia

Retnowati, 2013)

Penelitian oleh Talor, (2006) dalam Aprilia Ramadhani & Sofia Retnowati,

(2013) menyatakan bahwa suatu stressor memiliki karakteristik tertentu untuk

dianggap sebagai kejadian yang menekan yakni bersifat negatif, tidak dapat

dikendalikan, bersifat ambigu, dan terlalu membebani. Bullying dapat dianggap


4

sebagai kejadian hidup yang menekan sebab berkarakteristik negatif dan sulit untuk

dikendalikan oleh korban. Bullying dapat menjadi stresor yang mengancam pada

remaja sebab penerimaan dari teman sebaya merupakan hal yang sangat penting

sehingga pengucilan dapat diartikan sebagai stres, frustrasi, dan kesedihan

(Santrock, 2003) dalam (Aprilia Ramadhani & Sofia Retnowati, 2013). Remaja

mengandalkan teman sebaya untuk memberikan dukungan yang sebelumnya

disediakan oleh keluarga. Penolakan akan berakibat pada munculnya masalah

psikologis seperti kecemasan, depresi, kesedihan, kesulitan berhubungan dengan

oranglain, dan kesepian (Aprilia Ramadhani & Sofia Retnowati, 2013).

Berbagai penelitian mengenai bullying memperkuat hasil bahwa korban

bullying memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengembangkan

gangguan depresi jika dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami bullying.

Penelitian oleh Fekkes et all, (2004) dalam Aprilia Ramadhani & Sofia Retnowati,

(2013) menunjukkan bahwa korban bullying menunjukkan depresi pada taraf

sedang sejumlah tiga kali lipat lebih besar dan depresi dengan taraf berat sejumlah

tujuh kali lipat ebih besar jika dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami

bullying.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan disekolah SMA Negeri

49 Maluku Tengah didapatkan data jumlah siswa pada tiga kelas sebanyak 82

orang. Kemudian hasil observasi dan wawancara dilakukan kepada beberapa siswa

SMA 46 Maluku Tengah, bahwa terdapat beberap kelompok siswa yang melakukan

perilaku bullying karena faktor dari lingkungan teman sebaya atau sahabat, kawan

dekat. Perilaku bullying yang sering dilakukan diantaranya dengan mengintimidasi


5

kepada korban dengan cara mengejek, mengelok-elok, mendorong, mencubit,

menampar, dan memukul sehingga membuat siswa korban bullying merasa cemas,

rasa takut akan dilakukan kekerasan, dan bahkan berpikir jika akan dilakukan

prilaku menyimpang atau merasa akan dibunuh disaat berada dilingkungan sekolah.

Berdasarkan pemaparan-pemaran di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“hubungan perilaku bullying dengan tingkat depresi pada remaja siswa SMA N 49

Maluku Tengah”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasrakan uraian pada latar belakang, maka penulis merumuskan masalah

pada penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Perilaku Bullying Dengan

Tingkat Depresi Pada Remaja Siswa SMA N 49 Maluku Tengan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku bullying dengan tingkat depresi pada

remaja siswa SMA N 49 Maluku Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi hubungan perilaku bullying pada remaja siswa SMA N 49

Maluku Tengah.

b. Mengidentifikasi hubungan tingkat depresi pada remaja siswa SMA N 49

Maluku Tengah

c. Untuk mengetahui hubungan perilaku bullying dengan tingkat depresi pada

remaja SMA N 49 Maluku Tengah


6

1.4 Manfaat Pnelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan mengenai

dampak yang dapat muncul karena perilaku bullying. Peran perawat di

komunitas terutama sekolah sangatlah penting, terutama sebagai edukator

untuk mencegah terjadinya bullying, serta dapat menangani dampak yang

mungkin ditimbulkan karena perilaku bullying remaja karena bisa menjadi

masalah psikologis yang serius.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi

bagi peneliti lain yang akan meneliti terkait perilaku bullying.

b. Bagi Pihak Seoklah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam

mengambil suatu kebijakan yang tepat sasaran dan efektif terutama

bagian Bimbingan dan Konseling (BK) agar lebih mengawasi perilaku

siswa yang melakukan bullying sehingga dapat mengurangi kejadian

bullying pada remaja di sekolah

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan

merupakan pengalaman berharga dalam melatih kemampuan untuk

melakukan penelitian.
7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Perilaku Bullying

2.1.1 Pengertian Perilaku Bullying

Berdasarkan penelitian SEJIWA (Semai Jiwa Amini) tahun 2008,

bullying diilhami dari kata bull (bahasa inggris) yang berarti ‘banteng’

yang suka menanduk. Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan

secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau

korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri

(Rohimah, 2016). Bullying adalah suatu masalah sosial yang merupakan

bagian dari perilaku kekerasan secara agresif dengan ciri-ciri menyakiti

baik secara fisik, verbal, psikologis, melalui perantara maupun tanpa

perantara, melanggar hak, adanya perbedaan kekuatan antara pelaku dan

korban serta dilakukan secara berulang-ulang. Dalam beberapa tahun

terakhir, fenomena bullying menjadi sumber kekhawatiran dari seluruh

penjuru dunia yang terus-menerus meningkat dan cukup signifikan

terutama yang terjadi pada anak-anak dan remaja khususnya pada usia

sekolah (Lai, Ye, & Chang, 2008) dalam (Ikhsan, 2018).

School bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang-

ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan,

terhadap siswa atau siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti

orang tersebut (Levianti, 2008) dalam (Ikhsan, 2018). (Rodkin et all, 2000)

dalam (Ikhsan, 2018) mengungkapkan hasil penelitian mereka pada siswa

7
8

sekolah menengah atas di Jerman tentang hubungan antara teman sebaya

bahwa beberapa siswa yang tidak popular (ditolak oleh teman sebaya)

memiliki perilaku agresif atau bullying yang tinggi, menarik diri dan

menahan dimensi-dimensi internal dan eksternal yang ada pada diri

mereka. Disamping itu siswa-siswa yang tidak popular ini selalu berubah-

ubah persepsi diri mereka tentang kualitas hubungan interpersonal.

2.1.2 Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Menurut (Astuti, 2008) dalam (Ikhsan, 2018), adapun ciri-ciri

bullying sebagai berikut;

1. Bullying dilakukan oleh seseorang atau kelompok (geng) yang

bertujuan untuk membuat korbannya tidak dapat mempertahankan

dirinya

2. Bullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan berkali-kali

3. Bullying menyebabkan perasaan tidak nyaman dan tidak senang pada

seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu tertentu.

Ciri-ciri Bullying menurut (Astuti, 2008) dalam (Ikhsan, 2018)

sebagai berikut;

1. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siwa di Sekolah

2. Menempatkan diri ditempat tertentu disekolah

3. Merupakan tokoh popular disekolah

4. Dapat ditandai seperti berjalan didepan, sengaja menabrak, berkata

kasar, melecehkan
9

Ciri-ciri korban bullying (Susanto, 2010) dalam (Ikhsan, 2018)

antara lain:

1. Secara akademis, korban terlihat kurang cerdas dari orang yang tidak

menjadi korban atau sebaliknya

2. Secara sosial, korban terlihat memiliki hubungan erat dengan orang tua

mereka

3. Secara mental dan perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai

orang yang bodoh dan tidak berharga

4. Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban yang laki-laki

lebih sering mendapatkan siksaan secara langsung. Dan korban

Perempuan mendapatkan siksaan tidak langsung yaitu dengan katakata.

5. Secara antar individu, walaupun korban menginginkan penerimaan

secara sosial, mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan

yang menjerumus kearah sosial

2.1.3 Macam-Macam Bullying

Bullying terbagi menjadi 2 bentuk yakni perilaku bullying fisik dan

bullying non fisik. Bullying fisik merupakan tindakan yang melakukan

kontak fisik secara langsung. Bullying non-fisik meliputi kontak verbal

langsung, perilaku non-verbal langsung dan perilaku non-verbal tidak

langsung (Levianti, 2008) dalam (Rosada, 2012).

Bullying fisik dapat berupa memukul, mendorong, menggigit,

menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit,

mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang


10

dimiliki orang lain. Kontak verbal langsung meliputi mengancam,

mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama

(name-call-ing), merendahkan (put-downs), mencela/mengejek,

mengintimidasi, memaki, menyebarkan gossip. Perilaku non-verbal

langsung seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan

ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya

disertai oleh bullying fisik atau verbal. Perilaku nonverbal tidak langsung

berupa mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga

menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat

kaleng (Levianti, 2008) dalam (Ikhsan, 2018).

2.1.4 Bentuk-Bentuk Bullying

Menurut (Hymel, Nickerson, & Swearer, 2012) dalam (Ikhsan, 2018)

bentuk-bentuk bullying terbagi menjadi 4, yaitu antara lain:

1. Bullying Verbal

Bullying Verbal merupakan bentuk bullying yang dapat ditangkap

oleh indra pendengaran, yaitu mengejek, menggoda, menghina,

mengolok-olok, mencela, mengancam, gossip, penghinaan ras,

mempermalukan didepan umum, menuduh, dll.

2. Bullying Fisik

Bullying fisik merupakan bentuk bullying yang terjadi dan

dilakukan dengan sentuhan fisik antara pelaku dan korban yang dapat

dilihat dengan mata. Yang termasuk disini yaitu menampar, mencekik,


11

memukul, mendorong, menendang, meninju, mengigit, mencakar,

merusak, meludahi, memalak, mengacam, dll.

3. Bullying Mental/Psikologis

Bullying Mental/Psikologis merupakan bentuk bullying yang tidak

ditangkap mata dan telinga. Yang termasuk disini adalah memandang

sisnis/penuh ancaman, mengucilkan, menjauhkan, mendiamkan,

mencibir, meneror, dll.

4. Cyberbullying

Cyberbullying merupakan bentuk bullying yang terbaru yang

dilakukan melalui media elektronik seperti computer, handphone,

internet, dan media social lainnya. Selain itu dapat berupa tulisan,

gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi menakuti dan

menyakiti korban.

2.1.5 Karakteristik terjadinya Bullying

Menurut (Ikhsan, 2018) karakteristik terjadinya bullying, antara lain:

1) Tradisi Senioritas

Tradisi senioritas telah menjadi warisan yang terus menerus

berlangsung yang sering dijadikan sebagai alas an melakukan bullying.

2) Keluarga

Keluarga adalah agen sosialisasi yang merupakan karakter

pembentuk anak ke hal yang baik maupun yang buruk dan terus

menerus dari lahir hingga remaja dengan komposisi keluarga sebagai

salah satu faktornya.


12

3) Jenis Kelamin (Gender)

Anak Laki-laki umumnya lebih agresif dibandingkan anak

Perempuan, terutama dalam hal perilaku criminal.

4) Iklim Sekolah yang tidak harmonis

Lingkungan, praktik dan kebijakan sekolah mempengaruhi

aktivitas, tingkah laku, serta interaksi pelajar di sekolah. Situasi sekolah

yang tidak nyaman dan aman misalnya peraturan yang tidak ditegakkan,

kurangnya pengawasan guru, dan tidak layaknya bimbingan etika dari

guru menjadi salah satu faktor penyebab bullying.

5) Karakter individu atau kelompok (Teman Sebaya)

Pada usia remaja seseorang akan mulai mencari jati diri dan selalu

ingin diperhatikan salah satunya yaitu dengan membentuk kelompok

atau geng. Adanya rasa ingin populer, dendam iri hati, keinginan untuk

menguasai dalam suatu geng, menjadi salah satu faktor perilaku

bullying.

6) Riwayat sebagai korban maupun pelaku kekerasan

Seorang anak yang pernah menjadi korban kekerasan akan

cenderung melakukan kekerasan juga kepada temannya. Dan kadang

seseorang yang pernah melakukan kekerasan cenderung akan

melakukan kekerasan lagi sebagai ungkapan rasa senang dan ingin

dipuji.
13

7) Terpapar kekerasan dari media

Media TV, film, atau game dapat menjadi contoh perilaku

kekerasan pada anak yang akhirnya ditiru.

2.1.6 Dampak Bullying

Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban.

Dampak terbesar dialami oleh korban bullying (Soedjatmiko, 2013).

Dampak yang dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai

macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low

psychological well-being) dimana korban akan merasa tidak nyaman,

takut, rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk di

mana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah dan

menarik diri dari pergaulan (Akbar, 2013). Bullying, merupakan tindakan

intimidasi bagi anak. Intimidasi secara fisik ataupun verbal dapat

menimbulkan depresi. Depresi pada anak-anak dan remaja diasosiasikan

dengan meningkatnya perilaku bunuh diri (Firmiana, 2013).

2.1.7 Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Terjadinya bullying di sekolah menurut (Salmivalli et al., 1996)

dalam (Rohimah, 2016) merupakan proses dinamika kelompok dan di

dalamnya ada pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah:

a. Bully yaitu pelaku langsung bullying. Siswa yang biasanya

dikategorikan sebagai pemimpin, dia berinisiatif dan aktif terlibat dalam

perilaku bullying.
14

b. Assisting the bully yaitu orang yang menemani temannya melakukan

bullying. Dia juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia

cenderung bergantung mengikuti perintah bully.

c. Reinforcing the bully adalah mereka yang mendukung temannya

melakukan bullying. Ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut

menyaksikan, menertawakan korban, memprovokasi bully, mengajak

siswa lain untuk menonton dan sebagainya.

d. Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantu

korban, tetapi seringkali mereka menjadi korban juga.

e. Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun

tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli pada korban karena

takut menjadi korban bully selanjutnya.

f. Victim adalah orang yang seringkali menjadi sasaran bully. Mereka

biasanya memiliki fisik yang lemah, dan memiliki suatu kekurangan

sehingga sering menjadi korban bully.

2.2 Depresi

2.2.1 Pengertian Depresi

Depresi merupakan kedaan mental yang dicirikan dengan

terganggunya fungsi normal tubuh, suasana alam perasaan yang sedih

disertai dengan gejala perubahan pada pola tidur, nafsu makan,

psikomotor, konsentrasi, tidak dapat menikmati kesenangan (anhedonia),

kelelahan, tidak berdaya, rasa putus asa, dan ide bunuh diri (Hadianto, et

all, 2014). Depresi adalah runtutan psikologis, sebelum seorang


15

mengalami depresi seseorang terlebih mengalami tekanan berupa stres

(Rosadi dan Widayat, 2013).

Depresi adalah salah satu gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh stresor

psikososial. Stresor psikososial yang dapat mencetuskan terjadinya

gangguan jiwa tergantung pada potensi stresor, maturitas, pendidikan,

kondisi fisik, tipe kepribadian, sosiobudaya lingkungan dan situasi

(Anggraini, 2014).

2.2.2 Faktor Penyebab Depresi

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) cit Lalitya (2012) faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya depresi, antara lain:

a. Faktor Biologi

Gangguan depresi melibatkan keadaan patologi di sistem limbic

ganglia basalis, dan hipotalamus, Sistem limbic dan ganglia basalis

berhubungan sangat erat, hipotesa belakangan ini menyebutkan

produksi alam perasaan berupa emosi, depresi, dan mania merupakan

peran utama system limbic. Disfungsi hipotalamus berakibat pada

perubahan regulasi tidur, selera makan, dorongan seksual, dan memacu

perubahan biologi dalam edokrin dan imunologik.

b. Faktor Genetika

Gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (episode maniak

dan depresi deppresif) dan tipe unipolar (episode depresi saja) memiliki

kecenderungan menurun kepada generasi selanjutnya. Sebanyak 50%

pasien bipolar memiliki satu orang tua dengan gangguan alam perasaan
16

atau gangguan afektif, yang tersering adalah unipolar (depresi saja).

Jika salah dari orang tua mengidap gangguan bipolar, maka 27%

anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan.

c. Faktor Psikososial

Pristiwa traumatik kehidupan dan lingkungan sosial dengan

suasana yang menegangkan dapat menjadi penyebab gangguan depresi.

Sejumlah data yang kuat menunjukkan kehilangan orangtua sebelum

usia 11 tahun dan kehilangan pasangan hidup dapat memacu serangan

awal depresi.

1) Teori Psikoanalisis tentang Depresi

Menurut Freud (1917-1950) potensi depresi muncul sejak awal

masa kanak-kanak. Fase oral, anak mungkin kurang atau terlalu

terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini yang

mengakibatkan individu dependen, citra diri yang rendah (low self

esteem). Setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi

diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan, yang

dapat menyebkan ia marah pada dirinya sendiri dan merasa bersalah.

2) Teori Kognitif tentang Depresi

Teori kognitif, individu menjadi depresi akibat interpretasi

negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul skema negatif

akibat kejadian-kejadian buruk. Diamana ia merasa akan selalu

sial/gagal, dipadu dengan bias kognitif muncul triad negatif

(pandangan sangat negatif tentang diri, dunia dan masa depan).


17

3) Teori Interpersonal tentang Depresi

a) Individu depresi cenerung terbatas jaringan dan dukungan

sosialnya mengurangi kemampuan individu mengatasi kejadian

negatif, rentan terhadap depresi.

b) Individu depresi berusaha meyakinkan diri bahwa orang lain

benar peduli. Namun, ketika teah merasa yakin, rasa puasnya

haya sebentar.

c) Kompetensi sosial yang rendah diperkirakan memunculkan

depresi pada anak usia TK.

d) Interpersonal problem solving skill yang rendah dapat

meningkatkandepresi pada remaja.

4) Teori Psikologi tentang Gangguan Bipolar

a) Tekanan hidup adalah faktor penting memicu gangguan bipolar.

b) Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan gejala

depresi, tetapi tidak gejala mania.

c) Attributional style ditambah sikap disfungsi ditambah kejadian

buruk menyababkan penigkatan gejala depresi/mania pasien

bipolar.

d) Self esteem individu

2.2.3 Tanda dan Gejala Depresi

Yosep dan Sutini (2014) menjelaskan bahwa tanda dan gejala depresi

dalam buku ajar keperawatan jiwa sebagai berikut:


18

a. Kemurungan , kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada

semangat dan merasa tidak berdaya.

b. Perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.

c. Nafsu makan dan berat badan menurun.

d. Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebih) disertai mimpi yang

tidak menyenangkan.

e. Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerak motorik).

f. Hilang perasaan senang, semangat dan minat, meninggalkan hobi.

g. Kreativitas dan produktivitas menurun.

h. Gangguan seksual (libido menurun).

i. Pikiran-pikiran tentang kemtian dan bunuh diri.

Orang yang depresi dicirikan dengan emosi-emosi negatif seperti rasa

sedih, putus asa, iri, benci, dendam, kecemasan, ketakutan dan memiliki

rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik (Nilasari,

2013). Salah satu gejala dari gangguan depresi adalah bunuh diri (suicide),

sebanyak 40% penerita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, hanya

lebih kurang 15% saja yang berhasil melakukannya (Yosep dan Sutini,

2014).

Menurut Yosep dan Sutini, (2014) seseorang lebih rentan menderita

depresi dibandingkan orang lain apabila memiliki corak keperibadian

depesif dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mereka sulit merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir,

irritable, tegang dan agitatif.


19

b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah menagalah dan

lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi,

merasa gagal dalam usaha atau sekolah, lamban, lesu atau sering

mengeluh sakit ini itu.

c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka

menyisih, sulit mengambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan

pemalu, menjaga jarak dan menghindar keterlibatan dengan orang lain.

d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan

mekanisme pertahanan penyangkalan.

2.2.4 Tingkat Depresi

Tingkat Depresi menurut PPDGJ-III berdasarkan gejala-gejalanya

adalah sebagai berikut (Maslim, 2011):

a. Depresi Ringan

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah bekerja sedikit saja) dan

menurunnya aktifitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu

6) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

biasa dilakukan
20

b. Depresi Sedang

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah dan menurunnya aktivitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

7) Tidur terganggu dan nafsu makan berkurang

8) Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum 2 minggu

9) Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan

dan urusan rumah tangga

c. Depresi Berat

1) Mood depresif

2) Kehilangan minat dan kegembiraan

3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah dan menurunnya aktivitas

4) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

5) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

7) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

8) Perbuatan membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri

9) Tidur terganggu dan nafsu makan berkurang


21

10) Muncul waham dan halusinasi

11) Lamanya gejala tersebut berlangsung 2 minggu

2.2.5 Instrumen The Beck Depression Inventory

Beck Depression Inventory (BDI) adalah instrument pengukuran

tingkat depresi yang dibuat oleh Dr. Aaron T. Beck. BDI pertama kali

diterbitkan pada tahun 1961 terdiri dari dua puluh satu pertanyaan tentang

bagaimana perasaan klien pada minggu terakhir terkait tanda dan gejala

depresi. BDI merupakan salah satu instrument yang paling banyak

digunakan untuk mengukur tingkat keparahan depresi. Instrument BDI

dirancang untuk individu yang berusia 13 tahun dan lebih, dan terdiri dari

pertanyaan yang berhubungan dengan gejala depresi seperti keputuasaan

dan marah, kognisi seperti seperti perasaan bersalah atau dihukum, serta

gejala fisik seperti kelelahan, penurunan berat badan, dan kurangnya minat

pada seks (Beck, 2006) dalam (Maulida & Related, 2014).

Instrumen BDI II terdiri dari 21 item pernyataan yang akan

mengidentifikasikan tingkat keparahan depresi. Gejala- gejala depresi yang

teridentifikasi dari 21 item pernyataan modifikasi BDI II ialah kesedihan,

pesimis, kegagalan masa lalu, kehilangan kesenangan, perasaan bersalah,

perasaan dihukum, ketidaksukaan terhadap diri, kritikan terhadap diri,

keinginan bunuh diri, menangis, gelisah, kehilangan ketertarikan, sulit

mengambil keputusan, perasaan tidak berharga, kehilangan energi,

perubahan pola tidur, sensitifitas (kemarahan), perubahan pola makan,

sulit konsentrasi, kelelahan, dan kehilangan ketertarikan terhadap seks


22

(Cooper, 2010). Cooper (2010) dalam (Maulida & Related, 2014)

menjelaskan bahwa temuan awal dari BDI disajikan menjadi faktor

kognitif, afektif, dan somatik. Gejala depresi yang termasuk dalam faktor

kognitif ialah kesedihan, pesimis, kegagalan masa lalu, perasaan bersalah,

perasaan dihukum, ketidaksukaan terhadap diri, kritikan terhadap diri,

keinginan bunuh diri, dan tidak berharga. Range nilai untuk faktor kognitif

ialah 0-27. Gejala depresi yang termasuk dalam faktor afektif ialah

kehilangan kenikmatan, menangis, gelisah, kehilangan ketertarikan,

keraguan, iritabilitas, dan kehilangan ketertarikan terhadap seks. Range

nilai untuk faktor afektif ialah 0-21. Gejala depresi yang termasuk pada

faktor somatik ialah kehilangan energi, perubagan pola tidur, perubahan

nafsu makan, sulit berkonsentrasi, dan kelelahan. Range nilai untuk faktor

somatik ialah 0-15.

Jumlah dari semua nilai BDI menunjukkan tingkat keparahan depresi.

Instrumen ini menetapkan hasil berbeda untuk populasi umum dan untuk

individu yang telah didiagnosis dengan depresi klinis. Untuk populasi

umum, skor 21 atau lebih mewakili depresi. Bagi orang yang telah

didiagnosa secara klinis, skor dari 0 - 9 mewakili gejala depresi yang

minimal atau masih dalam kondisi normal, 10 - 16 menunjukkan depresi

ringan, nilai 17-29 mengindikasikan depresi sedang, dan 30-63

mengindikasikan depresi berat (American Psychiatric Association, 2000)

dalam (Maulida & Related, 2014).


23

2.3 Tabel Keaslian Penelitian

No Judul Pengarang Desain Sampel Variabel Instrumen Analisis Data Hasil

1 Faktor-Faktor Penyebab Desain Sampel Perilaku Kuesioner Analisa Didapatkan dari identifikasi responden
Terjadinya Perilaku penelitian berjumlah 75 bullying dengan Univariat & ditemukan bahwa responden paling
Bullying Di SMA 2 Baru deskriftif siswa dengan meliputi skala Analisa banyak memiliki hubungan keluarga
Andi Muhammad Ikhsan teknik hubungan guttman Bivariat baik, dari hasil identifikasi pada teman
Jannatung (Tahun 2018) pengambilan keluarga, dan likerr sebaya didapatkan bahwa semua
sampling teman responden yang diteliti memiliki teman
proportionate sebaya dan sebaya dan asal teman sebaya mereka
stratified Media dari sekolah yang sama dan sebagian
random besar responden dipengaruhi oleh
sampling teman sebaya mereka, dari hasil
penelitian dari pengaruh penggunaan
media didapatkan pula bahwa
penggunaan media berupa handphone
pada pemakaian sosial media tidak
memiliki pengaruh tinggi terhadap
terjadinya perilaku bullying.
Berdasarkan pula identifikasi pada
perilaku bullying didapatkan hasil
yaitu mayoritas responden pernah
menjadi pelaku bullying, dan semua
responden pernah menjadi korban
bullying
24

2 Gambaran tingkat depresi kuantitatif Sampel Tingkat Kuesioner Analisa Penelitian ini menunjukkan terdapat
pada mahasiswa program deskrtiptif berjumlah 32 depresi Univariat hubungan antara keterikatan kelompok
sarjana yang melakukan responden pada teman sebaya (peer group) dengan
konseling di BKM UI dengan mahasiswa perilaku bullying pada remaja di SMP
Aulia Maulida (2014) metode program N 2 Gamping, dengan p= value 0,017,
consecutive sarjana UI kekuatan korelasi sangat lemah dengan
sampling arah negatif.
3 Depresi pada remaja Desain Sampel bullying Kuesioner peneliti Hasil penelitian menemukan tidak
korban bullying deskriptif dengan melakukan uji terdapat perbedaan frekuensi bullying
sebanyak
(Aprilia. R & Sofia dengan depresi asumsi berupa yang dialami subjek laki-laki dan
146 siswa perempuan dengan t=1,759 (p>0,05).
Retnowati, 2013) pendekatan pada disimpulkan
Hasil menemukan perbedaan frekuensi
studi potong SMA remaja bahwa ada bullying jenis fisik yang dialami oleh
lintang perbedaan subjek laki-laki dan perempuan dengan
(cross freku- uji t = 2,167 (p<0,05). Laki-laki lebih
sectional) normalitas dan banyak mengalami bullying
linearitas dibandingkan perempuan.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan fisualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep dan variabel-variabel yang akan diamati atau diukur

melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo, 2015). Kerangka konsep

dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan “Apakah ada hubungan

perilaku bullying dengan tingkat depresi pada remaja siswa SMA N 49 Maluku

Tengah.

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Bullying Tingkat


Depresi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Keterangan:

: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Garis Penghubung
3.2 Hipotesis

1. Hipotesis alternative (Ha)

Ada hubungan perilaku bullying dengan tingkat depresi pada remaja siswa

SMA N 49 Maluku Tengah.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak Ada hubungan perilaku bullying dengan tingkat depresi pada remaja

siswa SMA N 49 Maluku Tengah.

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional

yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar variabel

dan menjelaskan hubungan yang ditemukan (Nursalam, 2016). Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-experiment dengan cross

sectional. Cross sectional yaitu varibel sebab dan akibat atau kasus yang terjadi

pada obyek peneltian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu

yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan perilaku

bullying dengan tingkat depresi pada siswa SMA N 49 Maluku Tengah.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 49 Maluku Tengah.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Peneltian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus -

September 2021.

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi dari penelitian ini

26
27

adalah remaja siswa SMA yang terdaftar sebagai siswa di SMA N 49

Maluku Tengah, adalah sebanyak 82 siswa.

4.3.2 Sampel

Menurut Nursalam (2015), sampel terdiri atas bagian populasi

terjangkau yang kemudian dapat digunakan sebagai subjek penelitian

melalui sampling. Sampling adalah proses penyeleksian populasi yang

kemudian dapat mewakili populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini

adalah remaja siswa SMA N 49 Maluku Tengah, dengan jumlah sampel

sebanyak 82 siswa.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknik pengambilan sampling dengan total sampling. Total sampling adalah

teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

(Nursalam, 2016).

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen (Bebas)

Menurut Nursalam (2016), variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah perilaku bullying

4.4.2 Variabel Dependen (Terikat)

Menurut Nursalam (2016), variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah tingkat depresi


28

4.5 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefenisikan, karakteristik yang dapat diamati (diukur)

merupakan kunci defenisi operasional (Nursalam, 2016). Adapun defenisi

operasional dari penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 4.1
Hubungan Perilaku Bullying Dengan Tingkat Depresi Pada Remaja Siswa SMA
N 49 Maluku Tengah

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala


Operasional Pengukuran
1 Variabel Tindakan bullying Kuesioner Berat = 76-100% Ordinal
Independen: fisik adalah Sedang = 56-75%
Perilaku Bullying sebagai bentuk Ringan = <56%
tindakan anak
yang bersifat
negatif dilakukan
secara berulang-
ulang dengan
tujuan untuk
melukai dan
membuat
seseorang merasa
tidak nyaman
2 Variabel Tingkat suatu Kuesioner 0-9 depresi minimal Interval
dependen: perasaan 10-16 depresi ringan
Jtingkat Depresi kesedihan pada 17-29 depresi sedang
remaja siswa 30-63 depresi berat
SMA N 49
Maluku Tengah,
disertai perasaan
sedih, kehilangan
minat dan
kegembiraan,
berkurangnya
energy yang
29

mengarah kepada
keadaan mudah
lelah yang nyata
sesudah bekerja
sedikit saja, dan
berkurannya
aktivitas yang
bisa jadi
menandakan
adanya gangguan
kesehatan

4.6 Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam pengumpulan data (Nursalam, 2016). Pengukuran perilaku bullying

peneliti mengadopsi kuesioner Perilaku bullying menurut Levanti (2008) dalam

(Rohimah, 2016), dimana kuesioner terdiri dari 25 item pertanyaan dengan skror

terendah 1 dan tertinggi 4. Alternatif jawaban responden adalah Sangat Setuju

“SS” skor 4, Setuju “S” skor 3, Tidak Setuju “TS” skor 2, dan Sangat Tidak

Setuju “STS” skor 1, untuk pertanyaan favourable, lalu untuk pertanyaan

unfavourable Sangat Setuju “SS” skor 1, Setuju “S” skor 2, Tidak Setuju “TS”

skor 3, dan Sangat Tidak Setuju “STS” skor 4. Jawaban pada setiap butir soal

dijumlahkan kemudian dibandingkan dengan jumlah butir dikalikan 100%.

Jumlah persentase tersebut untuk mengetahui tingkat perilaku bullying remaja

yaitu kategori berat= 76-100%, sedang = 56-75%, ringan = <56%. Sedangkan

kuesioner tingkat depresi peneliti mengadopsi dari (Maulida & Related, 2014)

kuisioner yang terdiri dari 21 pertanyaan menggunakan Instrument The Beck

Depression Inventory (1996) yang menanyakan pada responden mengenai


30

tingkatan depresi yang dialami. Menggunakan skala likert 0-3 dengan nilai

penilian minimum 0, dan maksimal 63 (Maulida & Related, 2014)

4.7 Prosedur Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data

4.7.1 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang telah

diadopsi oleh peneliti, dalam bentuk pertanyaan dengan memilih

alternative jawaban yang disediakan utnuk menjawab hubungan perilaku

bullying dengan tingkat depresi pada remaja siswa SMA N 49 Maluku

Tengah. Adapun tata cara pengumpulan data sebagai berikut

1. Peneliti meminta surat pengantar dari kampus untuk melaksanakan

studi pendahuluan dengan tujuan mencari data awal

2. Peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah SMA N 49 Maluku

Tengah untuk melakukan penelitian.

3. Peneliti datang ke SMA N 49 Maluku Tengah, responden diberikan

penjelasan terlebih dahulu agar bersedia dijadikan sampel penelitian.

4. Peneliti melibatkan teman untuk membantu peneliti untuk

membagikan kuesioner pada responden.

5. Kuesioner yang telah diisi oleh responden di kumpulkan oleh peneliti

dan data yang di perlukan telah di isi lengkap oleh responden sehingga

layak untuk di jadikan data dalam penelitian.

4.7.2 Metode Pengolahan Data

Menurut Notoatmojo (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam

pengolahan data secara manual, antar lain:


31

a. Editing (Pemeriksaan Data)

Angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu

disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau

informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara

ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan.

b. Coding Sheet (Membuat Lembaran Kode)

Lembaran kode adalah instrumen berupa kolom-kolom merekam

data secara manual. Merupakan pengklasifikasian jawaban responden

dengan menandai dan memberikan kode angka sehingga bisa diolah dan

dimasukkan dalam lembar kerja untuk bisa dilakukan pengolahan serta

analisa data (Arikunto, 2006).

c. Data Entry (Memasukkan Data)

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi.

d. Tabulating (Penyusunan Data)

Kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan komputer.

e. Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber semua data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinankemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau korelasi.


32

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data menggunakan SPSS 15

windows. Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun

menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.

Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data

yang diolah (Notoatmojo, 2012).

Perhitungan analisis data menggunakan rumus yang telah ditentukan dengan

cara manual dan diikutkan dalam lampiran proses perhitungannya. Analisis data

dilakukan melalui analisis statistik yaitu:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

distribusi setiap variabel penelitian dan akan menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari setiap variabel (Nursalam, 2015). Tujuan dari analisis ini

adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan masing-masing proporsi

variabel yang diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis

univariat dalam penelitian ini yaitu perilaku bullying dan tingkat depresi

dengan menggunakan analisis data frekuensi dan persentase.

b. Analisa Bivariat

Analisis antara variabel bebas dengan variabel terikat, dalam penelitian ini

mempunyai dua variabel yang terdiri dari variabel independen adalah perilaku

bullying, sedangkan tingkat depresi merupakan variabel dependen. Untuk

mengetahui hubungan antara satu persatu variabel independen dengan variabel

dependen ini maka digunakan uji non-parametrik korelasi Spearman karena


33

skala data pada variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ordinal

dan interval, untuk mengetahui hubungan 2 variabel. Tingkat signifikansi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,05. Angka 0,05 mewakili

makna, bahwa jika terjadi kesalahan maka kesalahan tersebut tidak melebihi

5%. Jika nilai signifikansi >0,05 (p>0,05) maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Sebaliknya, jika nilai signifikansi.

4.9 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah

penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia

mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Masalah etik yang harus

diperhatikan adalah sebagai berikut.

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara penelitian

dengan responden penelitian. Tujuan pemberiannya agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

2. Kerahasiaan nama (Anonymity)

Anonymity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi dalam bentuk kode

pada masing-masing lembar tersebut.


34

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan harus dijamin oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil

penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, G. (2013). Mental Imagery Mengenai Lingkungan Sosial Yang Baru Pada
Korban Bullying. e-Journal Psikologi Vol.1 No.1 23-27

Anggraini, D. I. (2014). Hubungan Depresi dengan Status Gizi. Jurnal Medula. Vol. 2,
No. 2, Februari 2014

Astuti, P. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara efektif mengatasi kekerasan pada anak.
Jakarta: Grasindo.

Cooper, Erlin. (2010). Depression among African American female college student:
Exploratory factor analysis of the Beck Depression Inventory II. PtoQuest
Dissertations and Thesis

Firmiana, M.E. (2013). Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan


Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK di Jakarta. Jurnal Al-
Azhar Indonesia Seri Humaniora. Vol.2 No.2, September 2013.

Handayani, Wuriyanti. (2009). Hubungan Antara Faktor-Faktor Munculnya


Konformitas Kelompok Sebaya Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP
PGRI 35 Serpong. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Hidianto, H., Tarigan, J., dan Andriani, R. (2014). Prevalensi dan Faktor-Faktor Risiko
yang Berhubungan dengan Tingkat Gejala Depresi pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak:
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.

Hymel, S., Nickerson, A., & Swearer, S. (2012). Bullying at School and online.
Amerika: Education.com.

Ikhsan, A. M. J. (2018). Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying Di


Sman 2 Barru. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.

Karina (2013). Perilaku Bullying Dan Karakter Remaja Serta Kaitannya Dengan
Karakteristik Keluarga Dan Peer Group. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling.
Vol.6 No.1. Hal 20-29. Januari 2013

KPAI. (2014): Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter, (Online),


(http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan pendidikan karakter/#
comment-473 diakses 5 Agustus 2021)

35
Levianti. (2013). Konformitas Dan Bullying Pada Siswa. Jurnal Psikologi, 6

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 2. Jakarta: PT Rineka


Cipta.
Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Ikhsan, A. M. J. (2018). Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying Di


Sman 2 Barru. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.

Karina (2013). Perilaku Bullying Dan Karakter Remaja Serta Kaitannya Dengan
Karakteristik Keluarga Dan Peer Group. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling.
Vol.6 No.1. Hal 20-29. Januari 2013

KPAI. (2014): Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter, (Online),


(http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan pendidikan karakter/
#comment-473 diakses 5 Agustus 2021)

Levianti. (2013). Konformitas Dan Bullying Pada Siswa. Jurnal Psikologi, 6

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 2. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. Edisi


3. Jakarta. Salemba Medika.

Pratiwi Pora, Anafrin Yugistyowati, L. E. (2019). Hubungan Dukungan Emosional


Orang Tua Dengan Perilaku Cyberbullying Pada Remaja Di Smp N 2
Gamping.Universitas Alma Ata

Rohimah, A. (2016). Hubungan Peran Kelompok Teman Sebaya Dengan Perilaku


Bullying Pada Anak Usia Sekolah Di Sd Muhammadiyah Mlangi Gamping Sleman
Yogyakarta. 16. http://digilib.unisayogya.ac.id/2028/1/Naskah Publikasi 2.pdf

36
Santrock, J.W. (2005). Adolescence Perkembangan Remaja. Edisi ke 6. Jakarta:
Erlangga.

SEJIWA. (2008). Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar


Anak. Jakarta: Grasindo

Septiyuni, D. A., Budimansyah, D., & Wilodati, W. (2015). Pengaruh Kelompok Teman
Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah. Sosietas, 5(1).
https://doi.org/10.17509/sosietas.v5i1.1512

Soedjatmiko. (2013). Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan Masalah Emosi


dan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar. Sari Pediatri. Vol.15 No.3.

Susanto, D. (2010). Fenomena korban bullying pada remaja dalam dunia pendidikan.
Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Usman, Irvan. (2013). Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya, Iklim


Sekolah Dan Perilaku Bullying. Humanitas, Vol. X No.1 Januari 2013.

37
L
A
M
P
I
R
A
N
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Siswa siswi SMA N 49 Maluku Tengah
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan, STIKes Maluku Husada

Nama: ANGGITA RATIH SUALA


NPM: 1420119204
Akan mengadakan penelitian tentang “Hubungan Perilaku Bullying

Dengan Tingkat Depresi Pada Remaja Siswa SMA N 49 Maluku Tengah”.

Untuk itu saya mohon kesediaan siswa siswi untuk menjadi responden dalam

penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya

gunakan hanya untuk penelitian ini.

Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas kesediaan siswa

siswi sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Kairatu, 18 Agustus 2021


Penulis

Anggita Ratih Suala


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama responden :
Usia :

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan

mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penelitian tentang “Hubungan

Perilaku Bullying Dengan Tingkat Depresi Pada Remaja Siswa SMA N 49

Maluku Tengah”. Untuk itu secara sukarela saya menyatakan bersedia

menjadi responden penelitian tersebut. Adapun bentuk kesediaan saya adalah

bersedia mengisi kuesioner.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh

kesadaran tanpa paksaan.

Yogyakarta, 18 Agustus 2021

Responden

(………….………………)
LEMBAR KUESIONER TENTANG PERILAKU BULLYING

Inisial Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Usia :

Waktu pengisian 30 menit


A. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan teliti, kemudian beri tanda (√) pada salah
satu jawaban Anda.
Jawaban

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


setuju setuju tidak
setuju
1 Saya tidak mendorong siswa lain
2 Saya menarik rambut/kerudung siswa lain
3 Saya tidak memukul siswa lain
4 Saya menendang siswa lain
5 Saya mengunci siswa lain dalam ruangan
6 Saya tidak mencakar siswa lain
7 Saya tidak memeras siswa lain
8 Saya tidak mempermalukan siswa lain
dengan kata-kata
9 Saya tidak merendahkan siswa lain dengan
kata-kata
10 Saya mengganggu siswa lain
11 Saya tidak mencela/mengejek siswa lain
dengan kata-kata
12 Saya memaki siswa lain
13 Saya tidak menyebarkan gosip yang tidak
benar tentang siswa lain
14 Saya tidak melihat siswa lain dengan sinis
15 Saya tidak menjulurkan lidah ke siswa lain
16 Saya menampilkan ekspresi muka yang
merendahkan siswa lain
17 Saya mendiamkan siswa lain dan
membuatnya merasa tidak nyaman
18 Saya tidak memanipulasi/mengarang cerita
yang tidak benar sehingga persahabatan
menjadi retak
19 Saya sengaja mengucilkan/mengabaikan
siswa lain
20 Saya tidak melorotkan/menurunkan celana
siswa lain
B. Kuesioner Tingkat Depresi
Pilihlah pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi Anda

Skor
No Pernyataan
(diisi oleh peneliti)
1 a. Saya tidak merasa sedih
b. Saya merasa sedih
c. Saya merasa sedih sepanjang waktu
d. Saya merasa sedih dan tidak dapat mengatasinya
2 a. Saya tidak berkecil hati tentang masa depan
b. Saya merasa berkecil hati tentang masa depan
c. Saya merasa tidak ada yang saya harapkan untuk terjadi
di masa depan
d. Saya merasa putus asa dengan masa depan saya dan
kehidupan saya tidak akan lebih baik dari sekarang.
3 a. Saya tidak merasa gagal
b. Saya merasa telah lebih banyak gagak daripada orang
pada umumnya
c. Ketika saya melihat kembali ke masa lalu, saya melihat
banyak kegagalan terjadi dalam hidup saya
d. Saya merasa gagal total sebagai seorang manusia
4 a. Saya mendapatkan kepuasan dari hal- hal yang biasa
saya lakukan.
b. Saya tidak menikmati hal-hal yang saya biasa lakukan
c. Saya tidak mendapat kepuasan dari beberapa hal dalam
hidup saya
d. Saya tidak bisa mendapatkan kepuasan apa pun dari
yang biasa saya lakukan dengan santai atau saya merasa
bosan dengan segala hal dalam hidup saya
5 a. Saya tidak merasa terlalu bersalah
b. Saya merasa bersalah atas beberapa hal yang telah saya
lakukan atau yang seharusnya saya lakukan
c. Saya merasa bersalah hampir sepanjang waktu
d. Saya merasa diri saya bersalah atau tidak berharga
6 a. Saya tidak merasa saya sedang dihukum
b. Saya merasa saya seperti sedang dihukum
c. Saya berharap untuk dihukum
d. Saya merasa saya sedang dihukum
7 a. Saya merasa diri saya sama seperti biasanya
b. Saya kehilangan kepercayaan dri
c. Saya kecewa dengan diri saya
d. Saya tidak menyukai diri saya
8 a. Saya tidak merasa saya lebih buruk dari orang lain
b. Saya lebih kritis terhadap kelemahan atau kesalahan diri
saya daripada sebelumnya
c. Saya mengkritik diri saya atas semua kesalahan yang
saya lakukan
d. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua
keburukan yang telah terjadi
9 a. Saya tidak berpikir untuk bunuh diri
b. Saya memiliki pikiran untuk bunuh diri tetapi saya tidak
akan melakukannya
c. Saya ingin bunuh diri
d. Saya akan akan bunuh diri jika ada kesempatan
10 a. Saya tidak bisa menangis lebih dari biasanya
b. Saya menangis lebih sering dari sebelumnya
c. Saya selalu menangis belakangan in
d. Saya merasa seperti menangis, tetapi saya tidak bisa
menangis
11 a. Saya tidak lebih gelisah atau tegang dari biasanya
b. Saya merasa lebih gelisah atau tegang dari biasanya
c. Saya sangat gelisah sehingga sulit untuk tetap diam
d. Saya sangat gelisah sehingga saya harus terus bergerak
atau melakukan sesuatu
12 a. Saya tidak kehilangan ketertarikan terhadap orang lain
atau aktivitas lain
b. Saya kehilangan ketertarikan terhadap orang atau hal-
hal lain dari sebelumnya
c. Saya kehilangan hampir semua ketertarikan terhadap
orang lain atau hal- hal lain
d. Sangat sulit bagi saya untuk tertarik pada siapapun

13 a. Saya membuat keputusan seperti biasa saya lakukan


sebelumnya
b. Saya merasa lebih sulit (lama) membuat keputusan dari
pada biasanya
c. Saya mengalami kesulitan lebih besar dalam mengambil
keputusan dibandingkan dulu
d. Saya sulit ( tidak bisa) mengambil keputusan
samasekali
14 a. Saya tidak merasa diri saya tidak berharga ( lebih buruk
dari biasanya)
b. Saya merasa diri saya tidak lebih berharga dari
sebelumnya
c. Saya merasa lebih tidak berharga dibandingkan dengan
orang lai
d. Saya merasa sangat tidak berharga (saya sangat jelek)
15 a. Saya mempunyai energy (dapat bekerja) seperti
biasanya
b. Saya kehilangan energy daripada biasanya atau saya
butuh energi ekstra untuk mengerjakan pekerjaan seperti
biasanya
c. Saya tidak memiliki cukup energy untuk
melakukanbanyak pekerjaan atau saya harus
memaksakan diri saya untuk mengerjakan sesuatu
d. Saya tidak memiliki energy untuk melakukan apapun
16 a. Saya tidak mengalami perubahan pola tidur
b. Saya tidur lebih sedikit dari biasanya atau saya tidur
lebih banyak dari biasanya
c. Saya tidur 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan susah
untuk tidur kembali
d. Saya bangun lebih cepat dari biasa dan tidak bisa
kembali tidur
17 a. Saya tidak lagi mudah marah/ lelah dari biasanya
b. Saya lebih mudah marah/ lelah dari pekerjaaan yang
biasa saya lakukan
c. Saya sangat lebih mudah marah/ lelah dari biasanya
d. Saya mudah marah/ lelah setiap saat
18 a. Saya tidak mengalami perubahan nafsu makan
b. Nafsu makan saya lebih berkurang dari sebelumnya
atau nafsu makan saya bertambah dari sebelumnya
c. Nafsu makan saya berkurang banyak dari biasanya atau
nafsu makan saya bertambah banyak dari biasanya
d. Saya tidak nafsu makan sama sekali atau nafsu makan
saya selalu besar setiap saat
19 a. Saya bisa berkonsentrasi dengan baik
b. Saya tidak dapat berkonsentrasi dengan baik seperti
biasanya
c. Sangat sulit bagi saya untuk mengingat apapun dalam
jangka waktu yang panjang
d. Saya tidak dapat berkonsentrasi terhadap apapun
20 a. Saya tidak lagi merasa lelah seperti biasanya
b. Saya merada lebih mudah lelah dari biasanya
c. Saya mudah merasa terlalu lelah melakukan banyak hal
seperti biasa saya lakukan
d. Saya merasa sangat lelah untuk melakukan hampir
semua pekerjaan yang biasa saya lakukan
21 a. Saya tidak menyadari adanya perubahan minat dalam
hal seks akhir-akhir ini
b. Saya kehilangan ketertarikan dalam hal seks
dibandingkan biasanya
c. Saya sangat kurang berminat dalam hal seks akhir-
akhir ini
d. Saya sudah kehilangan minat dalam hal seks

Anda mungkin juga menyukai