Anda di halaman 1dari 22

KHOLIFAH-KHOLIFAH YANG TERKENAL DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH 1


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Sejarah Kebudayaan Islam”

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Najahah Mudzakkir, M. Ag.

Disusun Oleh:
1. Dewi Iqlima Oktaviana (20201084)
2. Khoirotun Khisan Almubarokah (20201085)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Dia-lah yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan Doa senantiasa tercurah
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, semoga beliau, keluarga, para
sahabat serta para pengikutnya senantiasa mendapat tempat yang layak di
sisi Allah SWT. Amin.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan


dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran membangun dari berbagai
pihak sangat kami harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Kediri, 10 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover i

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan 1

Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Masalah 2
Bab II Pembahasan 3

Para Khalifah Dinasti Umayyah Beserta Kebijakannya 3


Muawiyah bin Abi Sufyan (661- 681 M) 3
Yazid bin Muawiyah (681-683 M) 3
Muawiyah bin Yazid (683-684 M) 4
Marwan bin Hakam (64-65 H/ 683-684 M) 5
Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M) 5
Al-Walid bin Abdul Malik (705- 715 M) 6
Sulaiman bin Abdul Malik (715- 717 M) 6
Umar bin Abdul Aziz (717-719 M) 7
Yazid bin Abdul Malik (719-723 M) 10
Hisyam bin Abdul Malik (723-742 M) 11
Walid bin Yazid (742-743 M) 12
Yazid bin Al-Walid (743 M) 12
Ibrahim bin Al-Walid (743-744 M) 14
Marwan bin Muhammad (744-750 M) 15
Bab III Penutup 18

Kesimpulan 18

Daftar Pustaka 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinasti Umayyah berasal dari nama Umayyah bin Syams salah satu
pemimpin kabilah Quraisy yang dikenali sebagai Bani Umayyah. Umayyah
merupakan anak saudara sepupu Hasyim bin Abdi Manaf yaitu nenek
moyang Rasulullah SAW. Bani Hasyim dan Umayyah sering bersaing
merebut kekuasaan di kota Makkah di zaman jahiliyah akan tetapi Bani
Hasyim lebih berpengaruh karena mendapat kekuasaan yang diturunkan
Qusay, kemudian kepada Abd Manaf dan seterusnya kepada Hasyim.
Muawiyah bin Abu Sufyan merupakan pengaggas dinasti bani
Umayyah. Bapaknya Abu Sufyan bin Harb merupakan salah seorang
pemimpin Quraisy yang terkemuka di kota Makkah terutama sebelum
beliau memeluk Islam. Secara historis, puncak keemasan Daulah Umayyah
berada di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada masa tersebut,
khalifah mengeluarkan banyak kebijakan dibidang ekonomi sehingga
kebijakan tersebut mampu mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan.
Sejarah mencatat bahwa pada masa Umar II, para muzakki sulit menemukan
para fakir dan miskin. Dia mampu meletakkan neraca keadilan bagi rakyat
maupun keluarganya. Sejarah tidak selalu manis. Khalifah terakhir Bani
Umayyah adalah Marwan alHimar atau Marwan II, yang dikenal dengan
sebutan Abu Abdul Malik. Dia diberi gelar alJa’di sebagai penisbatan
kepada orang yang mengajari tata krama yang bernama al-Ja’ad bin Dirham.
Sedangkan al-Himar (keledai) karena dia sangat sabar dalam menghadapi
musuh-musuhnya yang memberontak. Pada masa Marwan II, Nasr bin
Sayyar memerintah sebagai gubernur di Khurasan. Dia mempunyai
beberapa kebijakan, khususnya kebijakan ekonomi yang menjadi salah satu
penyebab munculnya berbagai pemberontakan.
B. Rumusan Masalah
Siapa saja khalifah-khalifah yang terkenal pada masa Bani Umayyah I dan
apa saja kebijakannya?
C. Tujuan Penulis

1
Untuk mengetahui khalifah-khalifah yang terkenal pada masa Bani
Umayyah I dan mengetahui kebijakannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Para Khalifah Dinasti Umayyah Beserta Kebijakannya


1. Muawiyah bin Abi Sufyan (661- 681 M)
Muawiyah bin Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah
dan menjabat sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota dari
Madinah al-Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Suriah. Pada
masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam
yang terhenti pada masa Khalifah Usman dan Ali.
Disamping itu, ia juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru
aturan yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi
pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos. Muawiyah
meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan diDamaskus di
pemakaman Bab Al-Shagier.1 (Nur, 2015)
2. Yazid bin Muawiyah (681-683 M)
Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah
mencalonkan anaknya,Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat
sebagai Khalifah dalam usia 34 tahunpada tahun 681 M. Ketika Yazid naik
tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak maumenyatakan setia kepadanya. Ia
kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah,memintanya untuk
memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan caraini,
semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein bin Ali dan Abdullah bin
Zubair.Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi
(penggabungan)kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah
dimulai oleh Husein bin Ali. Padatahun 680 M, ia pindah dari Mekkah ke
Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada diIrak. Umat Islam di
daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein

1
Muhammad Nur, "Pemerintah Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan dan
Kemunduran), Government of Islam in Period Daulat Umayyah, Vol. 3 No. 1 (Makassar:Jurnal
Pusaka, 2015), 115.

3
sebagaiKhalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela,
sebuah daerah di dekatKufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati
terbunuh. Kepalanya dipenggal dandikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya
dikubur di Karbala(Badri Yatim, 2004: 45).
Masa pemerintahan Yazid dikenal dengan empat hal yang sangat hitam
sepanjang sejarah Islam, yaitu:
a. Pembunuhan Husein bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad.
b. Pelaksanaan Al ibahat terhadap kota suci Madinah al - Munawarah.
c. Penggempuran terhadap baiat Allah.
d. Pertama kalinya memakai dan menggunakan orang-orang kebiri untuk
barisanpelayan rumah tangga khalif didalam istana.Ia Meninggal pada
tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masapemerintahannya ialah tiga
tahun dan enam bulan.
3. Muawiyah bin Yazid (683-684 M)
Kendati secara teori Muawiyah II menjabat sebagal khalifah ketiga
Dinasti Umayyah, tetapi ia tidak langsung menjalankan tugasnya sebagai
khalifah, karena dirinya terlalu lemah untuk mengemban tanggung jawab
jabatan itu. la pun jujur kepada dirinya sendiri dan rakyatnya, sehingga la
terus terang mengumumkan kelemahannya itu. Al-Hafizh Ibnu Katsir
meriwayatkan bahwa setelah jenazah Yazid bin Muawiyah dishalati dan
dikebumikan, orang-orang langsung menghadap Muawiyah II dan
membaiatnya sebagai khalifah, lantas diserukan kepada orang-orang, "Ash-
Shalatu jami'ah."
Lama periode Muawiyah II sejak pembaiatannya sebagai khalifah
hingga wafatnya diperselisihkan para sejarawan, antara empat puluh hari
sampai empat bulan. Usianya saat menjabat pun diperselisihkan antara
delapan belas tahun sampai dua puluh satu tahun. Selama masa itu, Adh-
Dhahhak bin Qais Al Fihri senantiasa memimpin shalat berjamaah di
Damaskus dan mengendalikan segala urusan sampai Marwan bin Al-Hakam
dibaiat."2

2
Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2016), hal. 174.

4
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/ 683-684 M)
Marwan bin Hakam pada masa Utsman bin Affan, seorang
pemegang stempel khalifah, pada masa Muawiyah bin Abi Sufyan ia adalah
gubernur Madinah dan menjadi penasihat pada masa Yazid bin Muawiyah
di Damaskus. Muawiyah II tidak menunjuk penggantinya sebagai khalifah
kemudian keluarga besar Bani Umayyah menunjuknya sebagai khalifah,
sebab ia dianggap paling depan mengendalikan kekuasaan dengan
pengalamannya. Marwah menghadapi segala kesulitan satu persatu
kemudian ia dapat menduduki Mesir, Palestina dan Hijaz dan Irak. Namun
kepemimpinannya tidak berlangsung lama hanya 1 tahun, sebelum ia wafat
menunjuk Abdul Malik dan Abdul Aziz sebagai pengganti sepeninggalnya
secara berurutan.3
5. Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M)
Abdul Malik bin Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah kematian
ayahnya, padatahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan
Umayyah mencapai kekuasaandan kemuliaan. Ia terpandang sebagai
Khalifah yang perkasa dan negarawan yang cakapdan berhasil memulihkan
kembali kesatuan Dunia Islam dari para pemberontak, sehinggapada masa
pemerintahan selanjutnya, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul
MalikDaulah bani Umayyah dapat mencapai puncak kejayaannya.Ia wafat
pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia meninggalkan karya-
karya terbesar didalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya berlangsung
selama 21 tahun, 8 bulan. Dalam masa pemerintahannya, ia menghadapi
sengketa dengan khalifah Abdullah bin Zubair.

Berikut ini beberapa kebijakan yang diambil oleh Abdul Malik selama
masa kepemimpinannya:
a) Menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi di
seluruh wilayah bani Umayyah. Arabisasi yang dilakukannya
meliputi Arabisasi kantor perpajakan dan kantor keuangan.
b) Mencetak mata uang secara teratur.

3
Taufic Rachman, "Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase (Fase Terbentuk, Kejayaan, dan
Kemunduran)", Jurnal Sejarah Peradapan Islam, Vol. 2 No. 1 (Sumatra:2018), hal. 90.

5
c) Pengangkatan gubernur dari kalangan Bani Umayyah saja yakni kawan-
kawan, kerabat-kerabat dan keturunannya. Bagi para gubernur
tersebut tidak diberikan kekuasaan secara mutlak.
d) Guna memperlancar pemerintahannya ia mendirikan kantor-kantor
pos dan membuka jalan-jalan guna kelancaran dalam pengiriman surat.
e) Membangun beberapa gedung, masjid dan saluran air
f) Bersama dengan al-Hajjaj ia menyempurnakan tulisan mushaf al-
Quran dengan titik pada huruf-huruf tertentu.
6. Al-Walid bin Abdul Malik (705- 715 M)
Masa pemerintahan Walid bin Malik adalah masa ketentraman,
kemakmuran danketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa
pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah
kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Baratdaya, benua Eropa, yaitu
pada tahun 711 M. Perluasan wilayah kekuasaan Islam jugasampai ke
Andalusia (Spanyol) dibawah pimpinan panglima Thariq bin Ziad.
Perjuanganpanglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan, sehingga
dapat menguasai kota Kordo-va, Granada dan Toledo. Selain melakukan
perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukanpembangunan
besar-besaran selama masa pemerin-tahannya untuk kemakmuran
rakyatnya. Khalifah Walid bin Malik meninggalkan nama yang sangat
harum dalam sejarahDaulah Bani Umayyah dan merupakan puncak
kebesaran Daulah tersebut.
7. Sulaiman bin Abdul Malik (715- 717 M)
Sulaiman Bin Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun.
Masapemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak
memiliki kepribadian yangkuat hingga mudah dipengaruhi
penasehatpenasehat disekitar dirinya. Menjelang saatterakhir
pemerintahannya barulah ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu
Umar binAbdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya
dengan memegang jabatanwazir besar.Hasratnya untuk memperoleh nama
baik dengan penaklukan ibu kota Constantinopel gagal. Satu-satunya jasa
yang dapat dikenangnya dari masa pemerintahannya ialahmenyelesaikan

6
dan menyiapkan pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah
danagung di Damaskus.
8. Umar bin Abdul Aziz (717-719 M)
Umar bin Abdul Aziz dilahirkan sekitar tahun 682 M. Umar
dilahirkan di Hulwan, nama sebuah desa di Mesir. Ayahnya, Abdul Aziz bin
Marwah, pernah menjadi gubernur di wilayah itu. Abdul Aziz adalah adik
dari Khalifah Abdul Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar
adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua, Umar bin Khattab, dimana umat
Muslim menghormatinya sebagai salah seorang sahabat Nabi yang paling
dekat.4 Perlu diketahui sebelum Umar menjadi khalifah terjadi banyak
pelanggaran oleh para
pejabat Bani Umayyah pada masa kekhalifahan sebelum Umar yang
berdampak pada stabilitas ekonomi Negara. Maka hal tersebut menjadi
perhatian besar Umar untuk meluruskan sumber kekayaan Negara dan
menyalurkan kepada yang berhak. Kebijakan-kebijakan Umar bin Abdul
Aziz sebagai berikut adalah:
1. Mengembalikan hak-hak rakyat yang pernah diambil oleh pejabat secara
dzalim.
Pada era awal kekhalifahan, Umar membuat keputusan untuk
mengambil kembali harta dari keluarga Bani Umayyah yang didapatkan
secara dzalim. Harta yang diperoleh secara dzalim tersebut kemudian
dikembalikan kepada pemilik semula yang berhak dan sebagian
dimasukkan pad akas baitul maal jika status harta itu tifak diketahui
pemiliknya. Keputusan yang diambil Umar tersebut membuat banyak
masyarakat mengadukan kepada Umar mengenai keszaliman yang
pernah mereka rasakan. Suatu ketika sekelompok masyarakat mengadu
kepada Umar dengan membawa bukti perihal kios yang diambil oleh
Ruh bin Walid bin Abdul Malik.
Seketika Umar memerintahkan Ruh untuk mengembalikan kios itu
kepada masyarakat dan jika tidak dikembalikan maka Umar akan

4
Imam As Suyuthi, Tarikh Khulafa, Sejarah Penguasa Islam, (Jakarta Timur: Pustaka Pelajar,
2013), h. 269

7
memancung lehernya, kemudian kios tersebut dikembalikan kepada
yang berhak. Pengaduan selanjutnya datang dari kamum Arab Badui
yang menghidupkan tanah mati. Sebelum Umar menjabat sebagai
khalifah, Walid bin Abdul Malik mengambil tanah tersebut secara
dzalim, setelah mendengar pengaduan itu Umar mengembalikan tanah
kepada mereka. Pemberantasan kedzaliman itu berlangsung selama
Umar menjabat sebagai khalifah. 5
2. Mencetuskan ekonomi bebas terikat
Berkaitan konsep ekonomi bebas terikat dapat dipahami dalam surat
Umar yang dituliskan kepada pejabatnya:
“Sesungguhnya salah satu bentuk ketaatan kepada Allah yang
diperintahkan dalam kitab suci adalah dengan mengajak orang lain
untuk menerapkan agama Islam secara menyeluruh dan membiarkan
orang lain mengolah harta mereka baik di darat atau di laut tanpa
dicegah dan dihalangi-halangi”6
Umar tidak ikut campur dan melarang pejabat untuk intervensi
terhadap harga suatu barang. Walaupun Umar memberikan kebebasan,
akan tetapi tetap membatasi kebebasan tersebut. Umar secara tegas
melarang menjualbelikan barang haram seperti khamr.
3. Perhatian Umar dalam bidang pertanian
Umar juga tidak segan-segan memberikan pinjaman (tanpa bunga)
kepada para petani. Perhatian Umar ini dapaat dilihat dalam surat yang
ditulis kepada pejabatnya, “lihatlah orang yang berkewajiban untuk
membayar jizyah namun ia tidak mampu untuk mengelola lahannya,
maka pinjamkanlah sejumlah uang agar ia dapat Kembali mampu
bekerja di ladangnya, karena kita tidak membutuhkan uang dari sana
(Iraq) setahun atau dua tahun ini.”
Umar bin Abdul Aziz mendorong masyarakat untuk membuka lahan
baru dan memperbaiki lahan yang sudah ada untuk dijadikan lahan

5
Farid Khoeroni, “Kharj: Kajian Historis Pada Masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz”,Yudisia: Jurnal
Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vol. 6, No. 2, (Desember 2015), h. 349.
6
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah Pembaru dari Bani Umayyah,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cet. 2, 2011), hlm. 428.

8
pertanian. Umar juga pernah menuliskan, barang siapa yang
menemukan sumber air (di tanah yang tidak berpenghuni), maka ia
berhak untuk memiliki tanah tersebut. Umar sangat memperhatikan
nasib para petani dan berusaha keras untuk mengangkat kesulitannya.
Pernah suatu kali pasukan dari negeri Syam melewati sebuah ladang
milik seorang petani, lalu mereka merusak lading tersebut, maka ketika
petani itu mengadukan perbuatan mereka, Umar memerintahkan agar
mereka membayar 1000 dirham sebagai ganti rugi.7
4. Menghapuskan pajak yang memberatkan
Umar menghapus pajak tidak perlu dan biaya-biaya yang dilakukan
oleh petugas untuk meringankan beban yang dirasakan masyarakat.
Pajak itu sebelumnya sering dilakukan oleh petugas di kota Bashrah
pada masa khalifah sebelum Umar, percaloan serta penjagaan hasil
pertanian. Penjaga biasanya menetapkan harga yang rendah kepada
petani namun tidak membayarkannya secara tunai, sementara mereka
menjual kembali barang tersebut secara tunai. Bidang perdagangan yang
sebelumnya terjadi pungutanpungutan selain usyr yang memberartkan,
Umar melakukan penertiban dan menghapus semua biaya-biaya
tambahan selain usry. Hal tersebut sangat meringankan pedagang
sampai mereka kembali bersemangat kembali untuk menambah barang
dagangannya. Karena dengan bertambahnya barang dagangannya
semakin bertambah pula keuntungan yang dapat mereka dapatkan.
5. Membangun Fasilitas Umum
Dalam membangun fasilitas umum dapat mewujudkan
perkembangan perekonomian yang semakin maju, Umar tidak segan-
segan menyalurkan uang Negara untuk pembangunan fasilitas umum
dan sarana perekonomian dalam Negara. Pelaksanaan pembangunan
yang dilakukan dimulai sejak Umar menjadi gubernur Madinah pada
saat kekhalifahan Walid bin Abdul Malik. Waktu itu Umar
merencanakan pembangunan lorong di tebing dan menggali sumber air
di Madinah. Kemudian mendapat persetujuan dari Walid, Umar segera

7
Ibid., h. 434-435

9
membangun proyek tersebut. Sumur yang dibangun dinamakan bi’ru al-
hafir. Tak hanya itu Umar juga memberikan ijin kepada pejabat Basrah
yang merencanakan pembuatan sungai di wilayah mereka. Sungai itu
dinamakan sungai adiy. Saat Umar menjadi khalifah, beliau
melanjutkan proyek yang sempat terhenti pada masa khalifah
sebelumnya di teluk antara sungai nil dan laut merah, proyek yang
dilaksanakan berguna untuk mempermudah pemindahan bahan-bahan
makanan dari Mesir ke kota Mekkah.
9. Yazid bin Abdul Malik (719-723 M)
Yazid bin Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam, Abu Khalid Al
Qurasyi Al-Umawi. Amirul Mukminin. Ibunya bernama Atikah binti Yazid
bin Muawiyah. Dibaiat sebagai khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz pada
bulan Rajab tahun 101 H.511 Yazid II ini dilahirkan di Damaskus tahun 71
atau 72 H. Sebelum menjabat sebagai khalifah, ia banyak berinteraksi
dengan para ulama. Ia mewarisi Daulah Umayyah dalam keadaan aman dan
tenteram. Sebelum meninggal, Umar bin Abdul Azis sempat menulis surat
kepada Yazid, “Semoga keselamatan tetap terlimpah padamu. Saya
ingatkan, jagalah umat Muhammad sebab engkau akan meninggal dunia.
Engkau akan menghadap Dzat yang tidak memberikan maaf untukmu.”
Pada masa awal pemerintahannya, Yazid bertindak menuruti kebijakan
Khalifah Umar bin Abdul Azis sebelumnya. Namun hal itu tidak
berlangsung lama. Menurut Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa’,
kebijakan itu berlangsung hanya empat puluh hari. Setelah itu terjadi
perubahan. Tampaknya, terlalu banyak penasihat yang tidak setuju dengan
kebijakan positif yang diterapkan Umar bin Abdul Azis. Di antara tindakan
yang dilakukan Khalifah Yazid bin Abdul Malik adalah menumpas gerakan
Yazid bin Muhallib. Sebelumnya, Yazid bin Muhallib menjabat sebagai
gubernur wilayah Khurasan. Ia juga pernah menjabat gubernur Irak di
Kufah dan Iran di Bashrah. Jabatan itu dipangkunya sejak Khalifah
Sulaiman bin Abdul Malik hingga masa Umar bin Abdul Azis. Karena
dianggap melakukan gerakan-gerakan mencurigakan, Khalifah Umar bin
Abdul Azis memintanya datang ke Damaskus dan menjatuhi tahanan kota.

10
Ketika Khalifah Umar bin Abdul Azis wafat, Yazid bin Muhallib segera
melarikan diri. Ia khawatir khalifah terpilih, Yazid bin Abdul Malik, akan
mengambil tindakan tegas atas dirinya. Sejak awal memang sering terjadi
pertentangan antara dua orang yang senama itu.
Perang saudara kembali terjadi. Pasukan Maslamah terus mengejar
pasukan Yazid bin Muhallib dari benteng ke benteng. Hingga akhirnya
Yazid tewas di medan pertempuran yang dikenal di daerah Al-Aqir, tak jauh
dari Karbala. Selanjutnya Panglima Maslamah terus mengejar sisa-sisa
pasukan lawannya. Hal yang tak mungkin dilupakan sejarah adalah
tindakannya menghabisi seluruh keturunan dan keluarga Muhallib.
Peristiwa yang terjadi pada 101 Hijriyah itu cukup mengharukan
masyarakat. Keluarga Muhallib dikenal baik dan dermawan. Mungkin
karena tidak berani berhadapan langsung dengan pihak penguasa, keharuan
dan simpati itu hanya tertuang dalam syair dan kata-kata bijak.
Khalifah Yazid bin Abdul Malik tidak berusia lama menyaksikan
perluasan wilayah Islam itu. Ia meninggal dunia pada usia 40 tahun. Masa
pemerintahannya hanya berkisar 4 tahun satu bulan. Konon ia meninggal
akibat tekanan batin ditinggal seorang wanita yang ia cintai. Beberapa
waktu sebelum Yazid meninggal sempat terjadi konflik antara dirinya dan
saudaranya, Hisyam bin Abdul Malik. Namun hubungan keduanya baik
kembali setelah Hisyam lebih banyak mendampingi sang khalifah hingga
wafat.
10. Hisyam bin Abdul Malik (723-742 M)
Hisyam bin Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia yang
ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada
masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan
berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan
Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan
ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya,kekuatan
baru ini mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya
dengan Dinasti baru, Bani Abbas.Pemerintahan Hisyam yang lunak dan
jujur menyumbangkan jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan

11
kemakmuran, tetapi semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-
kesalahan para pendahulunya, karena gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga
Khalifah tidak mampu mematahkannya.Meskipun demikian, pada masa
pemerintahan Khalifah Hisyam kebudayaan dan kesusastraan Arab serta
lalu lintas dagang mengalami kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan
pulau Sisily pada tahun 743 M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa
pemerintahannya berlangsung selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal
Hisyam, Khalifah-khalifah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga
bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat runtuhnya Daulah Bani
Ummayyah
11. Walid bin Yazid (742-743 M)
Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran dimasa pemerintahan
Walid bin Yazid. Ia berkelakuan buruk dan suka melanggar norma agama.
Kalangan keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh.Meskipun
demikian, kebijakan yang paling utama yang dilakukan oleh -Walid
binYazid ialah melipatkan jumlah bantuan social bagi pemeliharaan orang-
orang buta dan orang-orang lanjut usia yang tidak mempunyai famili untuk
merawatnya. Ia menetapkan anggaran khusus untuk pembiayaan tersebut
dan menyediakan perawat untuk masing-masing orang. Dia sempat
meloloskan diri dari penangkapan besar-besaran di Damaskus yang
dilakukan oleh keponakannya. Masa pemerintahannya berlangsung selama
1 tahun, 2bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.
12. Yazid bin Al-Walid (743 M)
Setelah Khalifah Walid bin Yazid bin Abdul Malik terbunuh oleh
para pengepungnya, jabatan khalifah dipegang oleh Yazid bin Walid bin
Abdul Malik. Ia adalah sepupu sang khalifah. Ayah Yazid adalah Walid bin
Abdul Malik, saudara kandung Yazid bin Abdul Malik, ayah Walid
(khalifah sebelumnya). Yazid bin Walid menjabat sebagai khalifah
keduabelas Daulah Umayyah. Para sejarawan sering menulis namanya
dengan Yazid III karena ia adalah sosok ketiga bernama Yazid yang
menjabat khalifah Daulah Umayyah. Yazid I adalah Yazid bin Muawiyah,
khalifah kedua. Yazid II adalah Yazid bin Abdul Malik, khalifah

12
kesembilan. Sedangkan Yazid III adalah Yazid bin Walid, tokoh yang kini
sedang dibahas.
Ia dibaiat sebagai khalifah pada usia 46 tahun. Kebijakan pertama yang ia
lakukan adalah mengurangi jumlah bantuan sosial dan mengembalikannya
pada anggaran biasa seperti pada masa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
Kebijakan itu menyebabkan ia dikenal dengan julukan An-Naqish (sang
Pengurang). Masa pemerintahan Yazid diwarnai dengan beragam kemelut.
Hal ini tak mengherankan karena untuk mendapatkan jabatan
khalifahnya,Yazid pun menumpahkan darah dengan terbunuhnya Walid bin
Yazid, khalifah sebelumnya. Di antara mereka yang mengadakan gerakan
ini adalah Sulaiman bin Hisyam. Pada masa pemerintahan Walid bin Yazid,
Sulaiman termasuk di antara mereka yang dijebloskan ke penjara. Ketika
Khalifah Walid bin Yazid mangkat dan Yazid III naik tahta, Sulaiman
dibebaskan. Namun ia melihat dirinya pun berhak atas jabatan khalifah. Ia
segera mengerahkan pendukungnya untuk merebut jabatan khalifah dari
tangan Yazid. Hanya saja, Khalifah Yazid berhasil membujuknya dan
Sulaiman kembali melakukan baiat.
Dari negeri Hims juga muncul rencana perebutan kekuasaan. Ketika
mendengar terbunuhnya Khalifah Walid bin Yazid, para pendukungnya dari
negeri Hims segera bergerak menuju Damaskus. Khalifah Yazid segera
mengirimkan pasukan besar untuk menghalaunya. Pasukan Hims kalah dan
sisa-sisa tentaranya kembali menyatakan baiat. Selain dua gerakan itu, dari
wilayah Armenia dan Kaukasus, muncul juga usaha perebutan kekuasaan.
Sejak terbunuhnya Walid bin Yazid, Marwan bin Muhammad segera
mempersiapkan rencana kudeta. Rencana berbahaya itu segera terdengar
oleh Khalifah Yazid. Ia pun segera mengirimkan utusan kepada Marwan.
Sang Khalifah membujuknya agar tak melakukan penyerangan. Ia
menjanjikan tambahan wilayah kekuasaan Azerbaijan dan Mosul kepada
Marwan. Gubernur Marwan pun setuju dan kembali membaiat. Tampaknya,
fanatisme kesukuan benar-benar telah mewabahi pemerintahan Yazid. Di
samping usaha perebutan kekuasaan di atas, dari lembah Irak juga muncul
gejolak. Namun gubernurnya berhasil meredam gejolak masyarakat.

13
Penduduk Yamamah juga demikian. Mereka berusaha melakukan kudeta
terhadap gubernurnya.
Gejolak di wilayah Khurasan justru lebih parah. Gubernur Nushair
bin Sayyaf menolak keinginan Khalifah Yazid yang ingin mengalihkan
jabatannya pada Panglima Manshur bin Jamhur. Konflik berdarah pun
terjadi. Keadaan pemerintahan Khalifah Yazid semakin tak menentu.
Gerakan Abbasiyah yang sejak beberapa tahun terakhir mulai muncul,
makin berani unjuk diri. Beragam kerusuhan itu berakibat pukulan batin dari
diri Khalifah Yazid. Ia meninggal pada 7 Dzulhijjah 126 Hijriyah setelah
sebelumnya mengalami kelumpuhan fisik. Ada yang mengatakan ia
meninggal karena penyakit tha'un. Masa pemerintahannya hanya beberapa
bulan. Ia wafat tanpa meninggalkan jejak emas berarti. Bahkan ia
mewariskan beragam permasalahan yang kelak berujung pada berakhirnya
kejayaan Daulah Umayyah.
13. Ibrahim bin Al-Walid (743-744 M)
Ibrahim bin Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam.
Ibunya merupakan seorang hamba sahaya perempuan berkebangsaan
Berber. Ibrahim dibaiat sebagai khalifah setelah kematian kakaknya, Yazid
III, melalui pengangkatannya. Tepatnya pada akhir bulan Dzulhijjah 126 H.
Namun, tampuk kekuasaannya belum sepenuhnya ia peroleh, karena
sebagaimana dituturkan Ath-Thabari:
Sekelompok rakyat mengakuinya sebagai khalifah. Sekelompok rakyat
lainnya hanya mengakuinya sebagai amir. Sedangkan sekelompok rakyat
yang lain tidak mengakuinya sebagai khalifah ataupun amir.
Orang-orang yang paling pertama menolak pembaiatannya adalah
penduduk Homs. Karena itulah Ibrahim mengirimkan saudara sepupunya,
Abdul Aziz bin Al-Hajjaj bin Abdul Malik, ke sana untuk menerima baiat
mereka dengan paksa. la mengepung mereka. Ketika itulah Marwan bin
Muhammad datang. Mengetahui kedatangannya, Abdul Aziz bin Al-Hajjaj
pun meninggalkan Homs. Marwan memasuki Homs dan penduduknya
segera membaiatnya. Mereka pun bergerak bersamanya menuju Damaskus.
Mereka bertemu dengan pasukan Ibrahim bin Al-Walid yang dikomando

14
Sulaiman bin Hisyam berkekuatan seratus dua puluh ribu personel. Marwan
pun menghadapi mereka bersama delapan puluh ribu personel pasukannya
dalam pertempuran sengit di Ain Al-Jarr, sebuah tempat yang terletak antara
Damaskus dan Balabak. Pasukan Sulaiman bin Hisyam pun berhasil
dikalahkan. Pasukannya yang tewas mencapai tujuh belas ribu personel dan
sejumlah yang sama ditawan.
Karena kalah, Sulaiman bin Hisyam kembali ke Damaskus. Di sana
ia bertemu dengan Ibrahim bin Al-Walid dan Abdul Aziz bin Al-Hajjaj.
Mereka bersepakat untuk membunuh kedua putra Al-Walid II (Al-Hakam
dan Utsman) sebelum Marwan datang. Mereka berkata, "Apabila kedua
putra Al-Walid itu masih hidup, lantas Marwan bin Muhammad berhasil
menyelamatkan mereka dan mengembalikan kekuasaan kepada mereka,
niscaya tidak seorang pun pembunuh ayahnya akan selamat." Akhirnya
mereka menyetujui pembunuhan keduanya. Kemudian Ibrahim bin Al-
Walid bersama para pendukungnya melarikan diri. Marwan pun
melenggang masuk ke Damaskus dan membebaskan Yazid bin Khalid serta
Abu Muhammad As-Sufyani dari penjara. Mereka lantas membawa jenazah
kedua putra Al-Walid II ke hadapannya. Abu Muhammad As-Sufyani
bersaksi kepada Marwan bahwa kedua putra Al-Walid II itu mengangkat
Marwan sebagai khalifah sepeninggal mereka berdua Orang orang pun
membaiat Marwan. Peristiwa ini terjadi pada bulan Rabiul Akhir 127 H.
Dari realita dapat kita ketahui bahwa era Ibrahim bin Al-Walid hanya empat
bulan saja. Marwan bin Muhammad bin Marwan pun menjabat sebagai
khalifah untuk bertarung melawan berbagai tragedi yang jauh lebih dahsyat
dari itu. Ia harus menghadapi dunia yang sedang berguncang dan menata
negara yang sedang tercabik-cabik. Kehendak dan takdir Allah pun
mengharuskan era Marwan bin Muhammad bin Marwan menjadi
kekhalifahan terakhir Dinasti Umayyah.
14. Marwan bin Muhammad (744-750 M)
Sebelum menjabat khalifah, Marwan bin Muhammad adalah
seorang panglima perang yang terkenal gigih. Namun ketika menjabat
khalifah, keadaan pemerintahan Bani Umayyah tak menentu. Oleh sebab

15
itu, masa pemerintahannya yang hampir enam tahun, banyak diwarnai
peperangan. Kendati Marwan bin Muhammad mempunyai kemampuan
tangguh, tetapi karena keadaan tak mengizinkan, keruntuhan Bani Umayyah
tak terelakkan. Ancaman itu tak hanya datang dari internal pemerintahan
saja, namun juga dari luar. Adalah Kaisar Constantine V yang dikenal gagah
berani dalam sejarah imperium Romawi Timur. Setelah Kaisar Constantine
V berhasil mengamankan negerinya, pemerintahan Bani Umayyah mulai
terancam. Pada tahun 745 Masehi, Kaisar Constantine V melancarkan
serangan ke Asia Kecil. Pasukan Islam yang berada di tempat itu terpaksa
mundur, dan pada tahun berikutnya pasukan musuh berhasil menguasai
perbatasan Syria bagian utara.
Dalam keadaan demikian, Khalifah Marwan bin Muhammad justru sibuk
memadamkan berbagai gejolak dalam pemerintahan. Dengan demikian,
ancaman dari luar tak kuasa ia halau. Di antara gejolak yang harus
dipadamkan Marwan bin Muhammad adalah gejolak dari daerah Himsh.
Khalifah Marwan segera berangkat ke daerah itu dengan pasukannya. Ia
berhasil mengamankan daerah itu kembali. Para pemberontak dihukum dan
tubuh mereka disalib di tembok-tembok kota Himsh. Belum usai pemulihan
Himsh, muncul gejolak di daerah Bogota, pinggir Damaskus di bawah
pimpinan Yazid bin Khalid Ats-Tsauri. Khalifah Marwan segera
mengirimkan pasukan dan berhasil mengamankan daerah itu kembali. Di
Palestina pun muncul gejolak, Khalifah Marwan mengirimkan pasukan
besar di bawah pimpinan Abul Wardi bin Kautsar. Gejolak itu pun bisa
dipadamkan.
Keadaan pemerintahan Umayyah yang tidak menentu dimanfaatkan
oleh gerakan Abbasiyah. Gerakan yang sudah dibina bertahun-tahun di
bawah tanah itu segera menampakkan diri. Di bawah pimpinan Abu Muslim
Al-Khurasani, gerakan Abbasiyah meledak. Setelah berhasil menguasai
wilayah Khurasan, lalu Iran, pasukan Abbasiyah bergerak ke Irak dan
menghancurkan pasukan Khalifah Marwan. Khalifah terakhir Bani
Umayyah itu melarikan diri ke Mosul, Hauran, Syria, dan terakhir ke Mesir.
Di sana ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Panglima Shalih bin

16
Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Kepalanya dikirim kepada
keponakannya, Khalifah Abul Abbas Ash-Shaffah di Kufah.
Khalifah Marwan bin Muhammad wafat pada tahun 132 H dalam
usia 62 tahun. Masa pemerintahannya hanya lima tahun 10 bulan. Ada kisah
unik yang dipaparkan Imam As-Suyuthi. Ketika Marwan terbunuh,
kepalanya dipotong dan dibawa ke hadapan Abdullah bin Ali. Orang-orang
tak sempat memerhatikan penggalan kepala itu. Tiba-tiba datang seekor
kucing dan menggigit lidah Marwan bin Muhammad lalu menelannya!
Abdullah bin Ali berkata, "Seandainya dunia ini tidak memperlihatkan
kepada kita keajaibannya kecuali adanya lidah Marwan dalam mulut
kucing. Itu sudah kita anggap keajaiban paling besar."
Dengan meninggalnya Marwan, berakhir pula kekuasaan Bani Umayyah.

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari sekian banyak khalifah pada masa Dinasti Bani Umayyah, ada
minimal 4 khalifah yang cukup menonjol selama pemerintahan bani
umayyah berlangsung yaitu pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sofyan (41-60 H) yang di antara keberhasilan paling menonjol adalah
mengubah sistem pemerintahan Islam dari sistem musyawarah mufakat
kepada sistem monarki absolut atau berdasarkan keturunan.
Selanjutnya adalah Abd Malik bin Marwan (65-86 H), di antara
keberhasilannya paling bermanfaat adalah mencetak uang logam pertama
yang berbentuk emas dan perak yang berulis huruf arab untuk
menggantikan mata uang bizantium dan menetapkan Yerussalem sebagai
kota suci umat Islam. Al Walid bin Abd Malik (86-96 H) juga turut
berkontribusi besar seperti membangun masji Al-Amawi di Damaskus
serta memperluas masjid nabawi di Madinah, termasuk banyak
menyempurnakan pembangunan gedung-gedung di masa
pemerintahannya.
Tentu saja ada Umar Bin Abd Azis (99-101H) yang juga di sebut
sebagai khalifah ke 3 terbesar dari Bani Umayyah yang salah satu
kontribusi utamanya adalah mempersatukan perpecahan yang muncul
secara berlarut-larut antara bangsa Arab dan non-arab.
B. SARAN
Dari penyusun makalah ini, penulis mengharapkan agar semua
memperoleh pengetahuan yang luas dan memahami mengenai
“KHOLIFAH-KHOILIFAH BANI UMAYYAH 1 BESERTA
KEBIJAKANNYA”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kekurangan, baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima semua kritik
dan saran yang membangun, agar kami dapat memperbaiki pembuatan
makalah dalam tugas selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shallabi, A. (2011). Umar bin Abdul Aziz Khalifah Pembaru dari Bani
Umayyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
As-Suyuthi, I. (2013). Tarikh Khulafa, Sejarah Penguasa Islam. Jakarta Timur:
Pustaka Pelajar.
Khoeroni, F. (2011). Kharj: Kajian Historis pada Masa Khalifah Umar bin Abdul
Aziz. Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, 428.
Lathif, A. (2016). Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Nur, M. (2015). Pemerintah Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan,
Kemajuan dan Kemunduran). Jurnal Pusaka, 115.
Rachman, T. (2018). Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase (Fase Terbentuk,
Kejayaan, dan Kemunduran. Jurnal Sejarah Peradaban Islam, 90.
Ulhaq, M. (2010). Pengelolaan Keuangan Publik Islam (Umar bin Abdul Aziz).
AMAL: Journal of Islamic Economic and Business (JIEB), 74-78.

19

Anda mungkin juga menyukai