Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS HADITS MATERI JUJUR DAN ADIL DALAM

BUKU AJAR PAI KELAS 8 SMP/MTs


PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Metodologi Penelitian Kualitatif
Dosen Pengampu Dr. Ali Anwar, M.Ag.

Disusun Oleh:
Alifa Nurul ‘Udhma
932127118

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2020
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hadits-hadits
yang terdapat dalam buku ajar PAI Kelas 8 SMP/MTs yang
dijadikan hujjah pada materi keadilan dan kejujuran. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan
teknik library research dengan teknik analis deskriptif. Atau
sebagai analisis makna, yaitu pemaknaan megenai kesahihan hadis
yang terdapat dalam buku ajar PAI Kelas 8 PAI/MTs.
Kata Kunci: Analis Hadits, Materi PAI

A. Pendahuluan
Dalam dasar hukum Islam Hadits menempati urutan kedua setelah Al-
Qur’an. Para ulama’ ushul lantas menetapkan empat sumber hukum dalam
Islam yaitu Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyaas, Ijma’ dan Qiyas sendiri
merupakan merupakan bentuk dari ijtihad para ulama’. Hadits sebagai
interpretator keglobalan hukum alQuran, seperti hadis-hadis Rasulullah yang
memerinci tata cara mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa di bulan
Ramadan, menunaikan ibadah haji, yang kesemuanya itu juga termaktub dalam
al-Quran secara global.(Amrullah, 2015)
Jika kita lihat hadits sebagai sumber ajaran Islam, ada perbedaan
periwayatan hadis Nabi dengan Al-Quran. Al-Quran yang merupakan kitab suci
yang outentik sebagai wahyu dari Allah Swt, diriwayatkan secara mutawatir,
maka dari itu, Al-Quran kebenarannya tidak diperdebatkan. Sedangkan Hadis
Rasulullah jika dilihat dari periwayatannya, selain berlangsung secara
mutawatir, sebagian besar hadis diriwayatkan secara ahad. Maka dari itu, hadits
Nabi umumnya mempunyai kedudukan zanni al-wurud, yang orisinalitasnya
masih mungkin masih perlu penjelasan lebih lanjut. Sejarah Perkembangan
hadis pada periode pertama dimulai pada masa Ashr al-Wahy wa alTakwin,
masa ini merupakan masa wahyu turun dari Nabi Muhammad SAW8, pada
masa ini pusat studi hadits masih berpusat kepada Nabi Muhammad SAW,
karena masa ini merupakan masa dimana Nabi SAW masih ada.(Maulana,
2016)

1
Menelaah kembali beberapa hadis Nabi dilatar belakangi oleh kenyataan
bahwa penghimpunan hadis Nabi telah melewati rentang waktu yang cukup
lama. Bila kita mu menengok kebelakang dalam perkembangan hadis,
penghimpunan (kodifikasi) hadis Nabi baru dilakukan pada masa Khalifah
Umayyah Umar bin Abdul. Melihat dari hal itu, maka tidak mustahil jika dalam
periwayatan hadis yang sebagian besar memiliki predikat zanni al-wurud.
Konsekuensinya dari segi kualitas, selain ada hadis yang berkualitas sahih, juga
ditemukan hadis-hadis yang memiliki kualifikasi dha’if, dan juga ada maudhu’.
Meskipun diantara hadis yang sahih dan tidak sahih bisa dibedakan dengan
beberapa syarat tertentu, namun hadis-hadis Rasulullah, baik yang berkualitas
sahih, hasan, dha’if, maupun hadis palsu.
Dalam kenyataannya telah banyak tersebar di tengah-tengah masyarakat
tak terkecuali buku-buku ajar yang ada di beberapa Lembaga pendidikan,
kebanyakan dalam buku, tak terkecuali buku ajar Pendidikan Agama Islam
SMP/MTs tidak mencantumkan matan secara utuh atau ada juga yang tidak
mencantumkan sanad hadits bahkan ada juga yang hanya tertulis artinya saja
dalam Bahasa Indonesia, sehingga tidak mencantumkan redaksi Arabnya. Hal
itu tidak dipermasalahkan namun hal ini bukan tidak mungkin banyak yang
hanya sekedar menganggap itu benar tanpa mengetahui bagaimana kualitasnya,
apakah itu hadits palsu atau bukan. Penelitian ini akan menjadi menarik
dikarenakan dalam hakikatnya penting untuk mengetahui apakah sebuah hadits
tersebut dapat dijadikan hujjah, Maka dari itu, penting untuk mengetahui
kualitas suatu hadis baik ketika meriwayatkan maupun mengamalkannya.
Apalagi hadits tentang hukum dan akidah maka dipersyaratkan harus
berkualitas shahih dan hasan dalam pengamalannya. Sedangkan hadis yang
memuat kandungan fadilah amal disyaratkan tidak terlalu lemah dan ada dalil
umum yang menguatkan pengamalannya.(Supian, Fairuzzabadi, & Emzinetri,
2016)

B. Pertanyaan Penelitian

2
Berdasarkan permasalahanyang diuraikan di atas, maka masalah utama yang
akan diteliti dan dijawab permasalahannya dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kualitas sanad hadis tentang materi keadilan dan jujur dalam
buku ajar PAI Kelas 8 SMP/MTs?
2. Bagaimanakah kualitas matan hadis tentang materi keadilan dan jujur dalam
buku ajar PAI Kelas 8 SMP/MTs?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kualitas hadits tentang materi keadilan dan jujur dalam
buku ajar PAI Kelas 8 SMP/MTs dari sisi kritik sanad.
2. Untuk mengetahui kualitas hadits tentang materi keadilan dan jujur dalam
buku ajar PAI Kelas 8 SMP/MTs dari sisi kritik matan.

D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini sebagai sumbangan pikiran terhadap khasanah keilmuan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan kritik
hadits.
2. Praktis
Melalui studi analisis tahrij hadist terhadap beberapa hadits tentang keadilan
dan jujur dalam buku ajar PAI Kelas 8 SMP/MTs diharapkan akan
memeberi kontribusi kepada pendidik sebagai bahan evaluasi dalam
penulisan buku.

E. Telaah Pustaka
Dalam menentukan kriteria dalam pendidikan keshahihan hadits maupun
menentukan apakah hadits tersebut benar-benar berasal dari Rasulullah ada
beberapa hal ataupun syarat dalam memastikan hal tersebut, yang paling utama
dilihat dari kualitas sanad dan juga matan. Banyak penelitian yang membahas
tentang kriteria dalam menentukan kualitas hadits.

3
1. Penelitian yang dilakukan Ismail Nasution dalam tesisnya yang berjudul
Takhrīj Hadis-Hadis Tentang Keutamaan Keluarga Nabi Muhammad Saw
(Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis dalam kitab Iḥyā’ al-Mait Fī Faḍā’il
Ahl al-Bait Karya Imam al-Ḥāfiz Jalāl ad-Dīn as-Suyūṭī W 911 H / 1505 H
) Teori yang ia titikberatkan yakni beberapa indikasi yang menjadi fokus
penelitian hadis, yaitu untuk sanad hadis maka hal-hal yang perlu diteliti
adalah: ketersambungan sanad, kualitas personal sanad hadis yang
mencakup kualitas keadilan periwayatnya, kapasitas intelektual
periwayatnya, dan terhindarnya sanad dan matan hadis dari syadz dan
‛illat.(Nasution, 2016)
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aan Supian dkk, dalam artikelnya yang
berjudul Kualitas Hadis-Hadis Dalam Khutbah Jumat Di Kota Bengkulu.
Mereka meneliti hadits-hadits yang digunakan dalam khutbah Jum.at di
Kota Bengkulu. Dalam penelitiannya mereka menitikberatkan ketika dalam
meneliti kandungan matan,lebih banyak dihadapkan kepada matan hadis
lainnya yang memiliki kesamaan tema. Untuk tujuan ini, maka takhrіj al-
hadіs bi al-maudhu‟ adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan. Setelah
ditemukan matan hadis yang memiliki tema permasalahan yang sama,
paling tidak ada dua kemungkinan hasil yang ditemukan, yaitu: kandungan
matan hadist yang selaras dan kandungan matan yang tidak sejalan atau
tampak bertentangan. Untuk kemungkinan yang disebutkan pertama, tidak
terlalu banyak yang harus dilakukan dalam kritik matan selanjutnya, namun
jika ditemukan kemungkinan yang disebutkan kedua, maka kegiatan
penelitian masih harus dilakukan. Dalam melakukan kritik matan hadis
perlu mengikuti kaidah-kaidah kesahihan penelitian matan sebagai acuan
dengan memakai kriteria: Tidak bertentangan dengan Al-Qu’ran, tidak
bertentangan dengan hadis lain yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan
akal sehat, dan tidak bertentangan dengan fakta sejarah yang telah diakui
kebenarannya.(Supian et al., 2016)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Abdulfatah Idris dalam penelitiannya Studi
Analisis Tahrij Hadis-Hadis Prediktif Dalam Kitab Al-Bukhari ia

4
mengatakan bahwa Kredibelitas matan hadis prediksi, tergantung pada
keadaan kriteria sanad hadis. Kriteria terhidar dari ‘illat (cacat) pada sanad
hadis, adalah sangat menentukan terhadap keadaan kredibelitas matan
hadis, tetapi keadaan kredibelitas pada sanad hadis tidak serta merta menjadi
kredibelitas pada matan hadis. Sebagian Matan hadis prediktif dalam kitab
sahih al-Bukhari mempunyai ‘illat dalam sanad hadis dan‘illat dalam matan
hadis. Matan hadist hadist prediksi yang diteliti baik secara langsung
maupun tidak langsung adalah mengandung‘illat karena bertentangan
dengan al-Qur’an, mengandung hal-hal yang bersifat politis, serta
mengandung pertentang teologis dan dogmatis.(Idris, 2012)
Dari berbagai deskripsi teori-teori di atas, aspek penting untuk
memberikan penilaian kesahihan sebuah hadits apakah hadits tersebut benar-
benar bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya yakni dilihat dari sisi sanad dan
juga sisi matan.

F. Teori dan Konsep


1. Takhrij Hadits
Takhrij merupakan derivasi dari kata ”kharaja” yang berarti ”keluar”
atau kebalikan dari kata ”dukhul” yang bermakna ”masuk”. Kata ”kharaja”
bersifat lâzim (intransitif), dan ketika ’ainfi’il-nya digandakan (tasydid), ia
menjadi muta’addî (transitif) yang dengan sendirinya mengubah arti Takhrij
menurut etimologis bermakna ”mengeluarkan”.
Hadits dalam terminologi disebutkan sebagai segala sesuatu yang
disandarkan (diasosiasikan) kepada Rasulullah, baik penyandaran itu valid
(hadisshahih dan hasan) ataupun tidak valid (dan da’if dan mawdu’). Dalam
prakteknya, hadisjuga berlaku pada asosiasi ucapan dan perbuatan kepada
sahabat (hadis mawquf) dan tabi’in (hadis maqtu’).(Rahman, 2016)
2. Kritik Sanad
Kritik sanad merupakan bagian dari ilmu mustholah hadis yang
sangat penting, yang termasuk bisa menentukan shohih tidaknya sebuah
hadis. Ilmu ini berkembang sejak qurun almufadholah zaman sahabat, lebih

5
lebih di zaman Khalifah Utsman bin Affan setelah terjadi fitnah Abdullah
bin Saba.(Subhan, 2013).
Pengertian kritik sanad hadis berdasarkan pada terminologi kritik
yang digunakan dalam ilmu hadis adalah kritik sanad adalah suatu
penyeleksian yang ditekankan dan dimaksudkan pada aspek sanadnya.
Sehingga menghasilkan istilah Sahih al-isnad dan Dha’if al-isnad.Shihih al-
isnad ialah seluruh jajaran perawi dalam suatu hadis berkualitas sahih, di
samping juga adanya kebersambungan sanad, serta terbebas dari
kejanggalan (syadz) dan cacat (‘illat).
Sedangkan Dha’if al-isnad adalah salah satu atau beberapa jajaran
periwayatnya berkualitas dha’if atau bisa jadi karena tidak memenuhi
kriteria kesahihan isinya. Dengan demikian, bukan berarti bahwa hadis yang
telah diberi level sahih al-isnad itu layak disandingi sahih al-matan, atau
sebaliknya hadis yang telah dinilai dha’if al-isnad juga berarti dha’ifal-
matan. Kaidah keshahihan sanad hadis yang ditetapkan ulama tidaklah
seragam. Akan tetapi ada kaidahkaidah yang disepakati oleh ulama hadis
dan masih terjadi sampai sekarang. Berdasarkan kaidah tersebut, sebuah
sanad hadis barulah dinyatakan shahih apabila, Sanad hadis muttasil.
Seluruh perawi hadis bersifat adil, yakni: 1) Beragama Islam, 2) Mukallaf,
3) Melaksanakan ketentuan agama Islam, 4) Menjaga maruah. Seluruh
perawi bersifat dhabit, yakni: (1) terpelihara hafalannya jika meriwayatkan
hadis dari hafalannya, atau terpelihara catatannya jika ia meriwayatkan dari
kitabnya), dan (2) mampu meriwayatkan hadis ada kesalahan.(Zubaidah,
2015)
3. Kritik Matan
Matan adalah dengan mengetahui latar belakang munculnya hadits
sejarah yang melingkupinya, serta kapan hadith itu kembali disampaikan
oleh sahabat yang menerimanya dari Nabi SAW kepada rawi berikutnya.
Metode perbandingan dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
membandingkan antara hadits yang disampaikan beberapa murid yang
diterimanya dari seorang ulama hadits.

6
Kemudian membandingkan pernyataan seorang ulama hadith pada
waktu yang berbeda. Selain itu juga membandingkan dokumen hadits yang
tertulis dengan ucapan lisan. Hal ini dilakukan, ketika seseorang mendengar
seorang rawi mengucapkan suatu hadits, yang menerimanya tidak puas
begitu saja tapi mengecek ulang pada catatan hadits yang dimilikinya atau
milik orang lain. Kalau ditemukan perbedaan antara matan hadits yang
berasal dari ucapan lisan dengan yang sudah tertulis dalam kitab hadits,
maka yang dipegangi adalah yang tertulis dalam kitab hadith. Yang tidak
kalah penting adalah membandingkan matan hadith dengan ayat Al-Qur’an.
Kemudian dibandingkan lafaz hadith dari beberapa jalur, sehingga
diketahui apakah telah terjadi periwayatan bi al-ma’na, apakah perbedaan
lafaz tersebut membawa kepada ke-dha’if-an hadith atau tidak.(Aziz, 2017)

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggnakan metode kualitatif yang
mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau
sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan.(Creswell, 2012). Dengan varian kualitatif deskriptif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan teori maupun pemikiran dengan kata-kata,
didentifikasi dan dikritisi melalui metodologi kritik hadis, yang meliputi:
kritik sanad dan kritik matan.
Pendekatan historis, adalah diarahkan pada kajian dan kritik
peninggalan sejarah yang berupa teks hadis Nabi. Untuk lebih jelasnya
tentang metodologi dimaksud. Langkah-langkah Kritik Sanad dan Matan
Langkah yang ditempuh dalam melakukan kritik sanad:
a. Takhrij hadis, yakni penelusuran atau pencarian hadis yang menjadi.
b. Ketika seluruh sanad dan matan hadis dicatat dan dihimpun kemudian
dilakukan kegiatan i‟tibar. Kegiatan ini dilakukan dengan menyertakan
sanad lain yang memiliki kesamaan dengan hadis yang diteliti.

7
c. Membuat skema dari hadis yang diteliti. Dalam pembuatan skema ada
tiga hal penting yang harus dikemukakan, yakni: jalur seluruh sanad;
nama-nama seluruh sanad, dan; metode yang digunakan oleh masing-
masing periwayat.
d. Mendeskripsikan biografi para perawi serta penilaian para ulama hadis
terhadap kredibilitas mereka dalam periwayatan hadis.
e. Melakukan penelitian dengan menganalisa terhadap pribadi periwayat
dan metode periwayatannya dengan menggunakan kaidah kesahihan
hadis sebagai acuan. Kaidah tersebut meliputi: kebersambungan sanad,
keadilan periwayat, kedhabitan periwayat, terhindar dari syadz
(kejanggalan) dan keterhindaran dari illat (kecacatan). Langkah
keenam, menyimpulkan hasil penelitian sanad dengan mengemukakan
argumenargumen yang jelas. Kemungkinan hasil yang diperoleh dari
penelitian sanad adalah kualitas sanad hadis sahih, hasan atau dhaif.
2. Sumber Data
Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan teknik pustaka atau
library research dengan data-data yang bersumber dari beberapa kitab
hadits primer maupun skunder, dan juga dokumen-dokumen penting yang
mendukung.
3. Analisis
Analisis data kualitatif adalah sekumpulan data observasi, wawancara, dan
dokumentasi.(Zamili, 2013) Analis dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif. Atau sebagai analisis “makna”, yaitu pemaknaan
megenai kesahihan hadis yang terdapat dalam buku ajar PAI Kelas 8
PAI/MTs.

H. Daftar Pustaka

Amrullah. (2015). HADIS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM (Studi Metode


Komparasi-Konfrontatif Hadis-Al- Qur ’ an Perspektif Muhammad Al-
Ghazali dan Yusuf al-Qaradawi). AHKAM, 3(2), 287–310.

8
Aziz, E. (2017). FITRAH PERSPEKTIF HADITH: STUDI KRITIK SANAD,
MATAN, DAN PEMAHAMANNYA. Al-A’raf, 14(1), 143–162.
https://doi.org/10.22515/ajpif.v14i1.713
Creswell, J. W. (2012). Educational Research Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research. (P. A. Smith, C. Robb, &
M. Buchholtz, Eds.) (4th ed.). Boston: PEARSON.
Idris, A. (2012). STUDI ANALISIS TAHRIJ HADIS-HADIS PREDIKTIF DALAM
KITAB AL-BUKHARI. IAIN Walisongo Semarang.
Maulana, L. (2016). PERIODESASI PERKEMBANGAN STUDI HADITS (Dari
Tradisi Lisan / Tulisan Hingga berbasis Digital). ESENSIA, 17(1), 111–123.
Nasution, I. (2016). TAKHRĪJ HADIS-HADIS TENTANG KEUTAMAAN
KELUARGA NABI MUHAMMAD SAW (Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis
dalam kitab Iḥyā’ al-Mait Fī Faḍā’il Ahl al-Bait Karya Imam al-Ḥāfiz Jalāl
ad-Dīn as-Suyūṭī W 911 H / 1505 H ). UIN Sumatera Utara.
Rahman, A. (2016). Pengenalan Atas Takhrij Hadis. Riwayah: Jurnal Studi Hadis,
2(1), 149–164.
Subhan, S. (2013). Kritik sanad. Al-Majaalis, 1(1), 25–46.
Supian, A., Fairuzzabadi, & Emzinetri. (2016). KUALITAS HADIS-HADIS
DALAM KHUTBAH JUMAT DI KOTA BENGKULU (Studi Kritik Sanad
dan Matan). Manhaj, 4(1), 1–8.
Zamili, M. (2013). SKETSA PENELITIAN KUALITATIF DALAM
PENDIDIKAN. LISAN AL-HAL, 7(1), 201–243.
Zubaidah. (2015). METODE KRITIK SANAD DAN MATAN HADITS. Jurnal
Komunikasi Dan Pendidikan Islam, 4(1), 41–80.

Anda mungkin juga menyukai