Anda di halaman 1dari 11

MODEL DAN PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Artikel Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Supervisi Pendidikan”

Dosen Pengampu :
Dr. Munifah, M.Pd

Disusun Oleh:

Dewi Iqlima Oktaviana (20201084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
ABSTRAK
Dilihat dari sisi etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan
“vision” yang masing-masing kata itu berarti “atas” dan “penglihatan”. Jadi
supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat dalam
hubungannya dengan masalah supervisi dapat diartikan dengan menilik,
mengontrol, atau mengawasi. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa supervisi
dilakukan oleh pihak yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pihak yang
disupervisi.
Dapat dikemukakan bahwa supervisi ialah kegiatan memberi bantuan atau
layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam
usaha memperbaiki pengajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang telah
diberikan dalam mencapai tujuan organisasi atau lembaga penyelenggara program
pendidikan agar mereka melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Orang yang melaksanakan supervisi disebut supervisor.
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui model-model dan pendekatan
supervisi pendidikan. Dimana model supervisi pendidikan yang dipaparkan hanya
dua model saja, yaitu model konvensional dan model yang bersifat ilmiah.
Sedangkan pendekatan supervisi pendidikan yang dipaparkan ada tiga, yaitu
pendekatan langsung, pendekatan tidak langsung dan pendekatan kolaboratif.

Kata Kunci : Supervisi, Supervisi Pendidikan, Model, Pendekatan

1
PENDAHULUAN

Teknik supervisi kelompok adalah salah satu cara melaksanakan program


supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang memiliki
masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan
atau dikumpulkan menjadi satu atau bersama-sama. Kemudian mereka diberikan
pelayanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa tidak ada satupun diantara
teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk
semua pembinaan dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala sekolah
adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina seorang guru
tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala
sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu
membina keterampilan pembelajaran seorang guru.
Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah.
Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan
yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik dan sifat atau
kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru
yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian
guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah
mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat
guru, bakat guru, tempramen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.

PERMASALAHAN

Adapun permasalahan yang akan dibahas mencakup model dan


pendekatan supervisi pendidikan yang didalamnya terdapat dua model dan
pendekatan supervisi pendidikan yaitu pendekatan konvensional dan pendekatan
ilmiah.

2
PEMBAHASAN

A. Model Supervisi Pendidikan


Program supervisi akademik dapat dikembangkan dengan
menggunakan berbagai model supervisi. Model supervisi merupakan suatu
pola yang menjadikan acuan dari supervisi yang diterapkan. Model
supervisi ada 4, namun penulis akan menjelaskan dua model saja,
diantaranya adalah:1
1. Model Konvensional
Pada model ini kekuasaan yang otoriter akan berpengaruh terhadap
perilaku supervisi, biasanya perilaku supervisi yang terlihat adalah
mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan. Perilaku supervisi
model ini adalah mengadakan inspeksi untuk mencari-cari kesalahan
dan menemukan kesalahan. Perilaku supervisi model ini adalah
mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan
kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku ini oleh
Oliva P.F. disebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut juga
supervisi yang korektif. Praktek mencari kesalahan dan menekan
bawahan ini masih ada sampai sekarang. Para pengawas datang ke
sekolah dan menanyakan mana RPP. Dia mengatakan ini salah dan itu
salah. Praktek supervisi yang seperti ini adalah cara memberikan
supervisi yang konvensional. Bukan berarti seorang supervisor tidak
boleh menunjukkan kesalahan. Namun, masalahnya adalah bagaimana
cara kita mengkomunikasikan apa yang dimaksud sehingga para guru
menyadari bahwa yang telah dilakukan adalah salah dan harus
diperbaiki. Jika diberikan pemahaman dengan baik tentang kesalahan
guru, maka guru akan memperbaikinya dengan senang hati tanpa
bahasa penolakan.
2. Model Supervisi yang Bersifat Ilmiah
Model ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a). Dilaksanakan
secara berencana dan kontinu, (b). Sistematis dan menggunakan
prosedur serta teknik tertentu, (c) Menggunakan instrumen
1
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya, (Jakarta; Rineka Cipta, 2010), h. 34

3
pengumpulan data, dan (d) Ada data yang objektif yang diperoleh dari
keadaan yang riil.2 Dengan menggunakan meting rating, skala
penilaian atau chek-list, lalu para siswa atau mahasiswa menilai proses
kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian di
berikan kepada guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar
guru pada semester yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan
guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaaan alat perekam data ini
berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hal ini
belum merupakan jaminan untuk melakukan supervisi yang lebih
manusiawi.

B. Pendekatan Supervisi Pendidikan


Menurut Rosmiaty Azis, pendekatan dibagi menjadi tiga yaitu,
pendekatan langsung (direktik), pendekatan tidak langsung (non direktik)
dan pendekatan kolaboratif.
1. Pendekatan Langsung (Direktik)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang
bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung sudah tentu
pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini
berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behavioristik.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan yang berasal dari
refleks yaitu respon terhadap rangsangan. Oleh karena itu dosen
memiliki kekurangan maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa
bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan atau
hukuman. Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku
supervisor seperti berikut ini:3
a) Menjelaskan
b) Menyajikan
c) Mengarahkan
d) Memberi contoh
e) Menerapkan tolak ukur

2
Ibid., h. 36
3
Rosmiaty Azis, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit SIBUKU, 2016), h. 77-79

4
f) Menguatkan
2. Pendekatan Tidak Langsung (non direktik)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung adalah cara
pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan
tapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan oleh dosen. Ia memberikan kesempatan sebanyak
mungkin kepada yang disupervisi untuk mengemukakan permasalahan
yang meraka alami. Pendekatan non direktik ini berdasarkan pada
pemahaman psikologis humaistik. Psikologis humanistik sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena itu pribadi dosen
yang dibina begitu dihormati maka ia lebih banyak mendengarkan
permasalahan yang dihadapi oleh dosen. Yang disupervisi
mengemukakan masalahnya. Supervisi mencoba untuk mendengarkan
dan memahami apa yang dialami. Perilaku ketiga supervisor dalam
pendekatan non direktik adalah sebagai berikut:
a) Mendengarkan
b) Memberi penguatan
c) Menjelaskan
d) Menyajikan
e) Memecahkan masalah4
3. Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan
cara pendekatan direktik dan non direktik menjadi suatu cara
pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun yang
disupervisi bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur
proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap
masalah yang dihadapi. Pendekatan ini didasarkan pada psikologis
kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah
perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada
gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.

4
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 238

5
Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua
arah yakni dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku
supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a) Menyajikan
b) Menjelaskan
c) Mendengarkan
d) Memecahkan masalah
e) Negoisasi
Pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan
pemberian supervisi sebagai berikut:
a) Percakapan awal
b) Observasi
c) Analisis
d) Percakapan akhir
e) Analisis akhir
f) Diskusi
Supervisi atau pengawasan yang baik perlu menggunakan cara-cara
yang baik. Cara dalam konteks supervisi dikenal dengan istilah
metode. Metode dalam supervisi adalah suatu cara yang ditempuh oleh
seorang
supervisor pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai
baik oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu
sendiri. Sedangkan teknik adalah langkah-langkah konkrit yang
dilakukan oleh seorang supervisor. Teknik yang dilaksanakan dalam
supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada prinsip
supervisi berusaha merumuskan harapan-harapan menjadi sebuah
kenyataan.5
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh supervisor
untuk mencapai tujuan tertentu baik yang berhubungan dengan
penyelesaian masalah manajerial dengan sasaran kepala sekolah dalam
mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang
5
Jasmani dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam Peningkatan
Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)

6
berhubungan dengan serta berorientasi pada peningkatan mutu
pendidikan dan masalah akademik dengan sasaran para guru kelas dan
atau mata pelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas,
di laboratorium, dan atau di alam bebas serta memperbaiki pencapaian
hasil belajar peserta didik.
Dengan demikian menurut Ametembun supervisi yang baik perlu
menggunakan metode dan teknik yang dapat memudahkan seorang
supervisor dalam melaksanakan tugasnya dan tujuan apa yang hendak
disupervisi tercapai dengan baik. Metode dalam supervisi terbagi
menjadi dua, yakni metode langsung (direct method) dan metode tak
langsung.
1. Metode Langsung (direct method)
Metode langsung dalam supervisi pendidikan merupakan
cara pendekatan langsung terhadap sasaran supervisi. Metode ini
merupakan suatu cara yang dilakukan oleh supervisor yang secara
pribadi dan langsung berhadapan dengan orang yang disupervisi,
baik secara perorangan maupun secara kelompok. Contoh:
observasi kelas, pertemuan individual, rapat guru dan sebagainya.
2. Metode Tidak Langsung
Metode ini dilakukan oleh seorang supervisor secara tidak
langsung akan tetapi melalui media (alat) komunikasi. Supervisor
tidak secara langsung menghadapi atau berhadapan dengan orang-
orang yang disupervisi tetapi menggunakan berbagai alat atau
media komunikasi. Misalnya radio, televisi, surat, papan
pengumuman, dan sebagainya.
Umiarso dan Imam Gojali membagi pendekatan dalam supervisi
menjadi tiga bagian. Pertama, pendekatan direktif adalah cara
pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor
memberikan arahan langsung, yakni menjelaskan, memberi contoh,
menetapkan tolak ukur, dan menguatkan. Kedua, pendekatan tidak
langsung (nondirektif) yakni cara pendekatan terhadap permasalahan
yang sifatnya tidak langsung. Supervisor tidak secara langsung

7
menunjukkan permasalahn tetapi, ia terlibat lebih dahulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru-guru.
Prilaku supervisor adalah mendengarkan, memberanikan, menjelaskan,
menyajikan, dan memecahkan masalah. Ketiga, pendekatan kolaborasi
adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan nondirektif
menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun
guru-guru bersama-sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur,
proses, dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan masalah
yang dihadapi guru. Prilaku supervisor adalah menyajikan,
menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi.6

PENUTUP
A. Kesimpulan
Program supervisi akademik dapat dikembangkan dengan
menggunakan berbagai model supervisi. Model supervisi merupakan suatu
pola yang menjadikan acuan dari supervisi yang diterapkan. Model
supervisi ada 4, namun penulis akan menjelaskan dua model saja, yaitu
model konvensional dan model yang bersifat ilmiah.
Supervisi atau pengawasan yang baik perlu menggunakan cara-cara
yang baik. Cara dalam konteks supervisi dikenal dengan istilah metode.
Metode dalam supervisi adalah suatu cara yang ditempuh oleh seorang
supervisor pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik
oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri.
Sedangkan teknik adalah langkah-langkah konkrit yang dilakukan oleh
seorang supervisor. Teknik yang dilaksanakan dalam supervisi dapat
ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada prinsip supervisi berusaha
merumuskan harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan. Menurut
Rosmiaty Azis, pendekatan dibagi menjadi tiga yaitu, pendekatan
langsung (direktik), pendekatan tidak langsung (non direktik) dan
pendekatan kolaboratif.

6
Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2010), h. 314

8
B. Saran
Dalam penulisan artikel ini, penyusun menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan.
Penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun bagi penulis untuk perbaikan kepadanya. Semoga artikel ini
memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan juga kepada pembaca
pada umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Azis, R. (2016). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit SIBUKU.


Jasmani, & Mustofa, S. (2013). Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam
Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Kristiawan, M., Yuniarsih, Y., Fitria, H., & Refika, N. (2019). Supervisi
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Rohmatika, R. (2018). Model Supervisi Klinis Terpadu untuk Peningkatan Kerja
Guru. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.
Sagala, S. (2009). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Sahertian, P. A. (2010). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
rangka Pengembangan Sumber Daya. Jakarta: Rineka Cipta.
Shulhan, M. (2012). Supervisi Pendidikan: Teori dan Terapan Dalam
Mengembangkan Sumber Daya Guru. Surabaya: Penerbit Acima
Publishing.
Sohiron. (2015). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Pekanbaru: Kreasi
Edukasi.

10

Anda mungkin juga menyukai