Anda di halaman 1dari 5

SOSIOLOGI OLAHRAGA

TUGAS RUTIN III

O
L
E
H

Nama: Salsabila Aprilia Siregar


NIM: 6201111019
Kelas: PJKR II A 2020
Dosen Pengampu: Dr. Asep Suharta, M. Pd

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
TUGAS RUTIN 3
MATA KULIAH SOSIOLOGI OLAHRAGA

Bit.ly/tugas_sosiologi_or

TOPIK:
OLAHRAGA DAN POLITIK (Bagian 1)

Jawablah Pertanyaan di bawah ini. Uraikan dengan Jelas. Gunakan Rujukan Modul Bahan
Kuliah Serta Perkaya dengan Sumber lainnya.
1. Apa yang Anda Ketahui tentang Politik
2. Mengapa Olahraga Tidak bisa Dilepaskan dari Politik
3. Sebutkan beberapa Peristiwa Politik dalam Olimpiade
4. Sebutkan berbagai peristiwa Boikot Olahraga dalam Olimpiade;
5. Jelaskan latar belakang politik penyelenggaraan GANEFO oleh Presiden Sukarno
Tahun 1962?
6. Sebutkan Salah satu Contoh Peristiwa Politik dalam Pelaksanaan Asian Games
(jelaskan peristiwa, tempat, tahun)
7. Sebutkan Salah satu Contoh Peristiwa Politik dalam Pelaksanaan Sea Games (jelaskan
peristiwa, tempat, tahun)
8. Sebutkan Salah satu Contoh Peristiwa Politik dalam Pelaksanaan PON (jelaskan
peristiwa, tempat, tahun)
9. Sebutkan Salah satu Contoh Peristiwa Politik dalam Olahraga di Daerah Mu (jelaskan
peristiwa, tempat, tahun)
10. Sebagai orang olahraga, apa saja Implikasi Konsep Olahraga dan Politik terkait
dengan Pengembangan Olahraga?
11. Carilah LINK YOUTUBE yang mendeskripsikan Peristiwa Politik pada Even
Olahraga (salah satu: Olimpiade, asian games, sea games, PON). Kirimkan Link
tersebut.

JAWAB:
1. Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Politik
adalah segala sesuatu, urusan dan kebijakan yang berkaitan dengan pemerintahan dan
negara.

2. Hubungan atau keterkaitan bahkan persekutuan antara olahraga dan politik ini tidak
bisa dihindarkan. Sebab bagaimanapun juga keduanya itu merupakan unsure dan
sistem kebudayaan, sebagaimana teori sistem unsureunsurnya tersebut saling
berhubungan dan saling berketergantungan satu sama lain. Masalahnya seberapa jauh
ketergantungan itu dapat berfungsi satu sama lainnya. Sebab keterhubungan tidak
selamanya berfungsi positif, bisa terjadi sebaliknya
3. Beberapa peristiwa politik dalam peristiwa :
 Tragedi yang paling menyedihkan terjadi pada Olimpiade 1972 di Muenchen,
Jerman Barat. Sekitar delapan warga Palestina menyerang tempat penginapan
atlet Israel dan berhasil membunuh satu atlet dan menyandera sembilan atlet
lainnya. Mereka menuntut dibebaskannya 200 warga Palestina dari penjara
Israel. Gagal melakukan negosiasi, akhirnya tentara Jerman menyerang warga
Palestina yang berakibat tewasnya lima warga Palestina dan semua atlet Israel
yang disandera.
 Mundur lebih jauh lagi, yaitu pada Olimpiade 1936 di Berlin. Olimpiade ini
dimanfaatkan oleh Hitler untuk menunjukkan kepada seluruh dunia betapa
hebatnya suku Arya di bidang olahraga. Sayangnya ada pelari berkulit hitam
dari AS, Jesse Owens, yang berhasil meraih empat emas dan membuat malu
Hitler. Yang paling berkesan bagi Owens adalah saat perlombaan lompat jauh.
Pada dua lompatan pertama dia dinyatakan diskualifikasi. Tiba-tiba atlet
lompat jauh berkulit putih dari Jerman, Luz Long, menghampiri Owens dan
menasihatinya untuk melompat apa adanya agar lolos ke final. Saran lawannya
itu diterima oleh Owens dan pada babak final secara menakjubkan dia berhasil
kembali mempersembahkan medali emas bagi kontingen AS.
 Persahabatan kedua atlet berbeda warna kulit ini kemudian diabadikan oleh
Pemerintah Jerman dengan memberikan nama jalan Jesse Owens di kota
Berlin pada tahun 1984. Melarang pesan politik Khusus untuk Olimpiade 2008
di Beijing, IOC memang sudah mengeluarkan memo khusus yang melarang
para atlet melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pesan-pesan
politik. Hal ini sesuai dengan aturan pada Piagam Olimpiade Pasal 51.3.
Meskipun demikian, harus diakui bahwa peristiwa olahraga pada tingkat
Olimpiade ataupun Piala Dunia Sepak Bola tidak bisa lepas dari kepentingan
politik. Setiap negara pasti berupaya meningkatkan citranya, terutama
dikaitkan dengan ketangguhan sumber daya manusia, sistem politik, ataupun
ekonomi.

4.
 Pada Olimpiade London 1908, Irlandia memboikot negaranya sendiri, Britania
Raya, setelah Britania Raya menolak memberikan kemerdekaan pada Irlandia

 Irlandia juga memboikot Olimpiade Berlin 1936 karena IOC membatasi tim
yang boleh berpartisipasi hanya dari Negara Bebas Irlandia, bukannya dari
Kepulauan Irlandia.
 Ada tiga peristiwa pemboikotan dalam Olimpiade Melbourne 1956; Belanda
dan Spanyol menolak berpartisipasi karena keterlibatan Uni Soviet dalam
Revolusi Hongaria, Kamboja, Mesir, Irak dan Lebanon memboikot Olimpiade
Melbourne karena Krisis Suez, sedangkan Cina (Republik Rakyat Tiongkok)
juga ikut-ikutan memboikot karena keikutsertaan Taiwan (Republik
Tiongkok) dalam Olimpiade.
 Pada Olimpiade Tokyo 1964, Indonesia dan Korea Utara mencabut diri dari
Olimpiade, setelah beberapa atlet mereka di diskualifikasi karena mengikuti
Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (GANEFO) di Jakarta. Pada
waktu itu, GANEFO dianggap sebagai pertandingan saingan Olimpiade.

5. Latar belakang politik penyenggaraan GANEFO oleh presiden Soekarno tahun 1962,
Melalui pertandingan olahraga, para atlet diajak untuk menunjukkan semangat
persatuan bangsa. Pandangan inilah yang membuat Presiden Soekarno menegaskan
bahwa olahraga selalu terkait dengan proyek-proyek kebangsaan untuk
mengembangkan nasionalisme. Penyebabnya adalah panitia Asian Games IV menolak
kehadiran Taiwan dan Israel sebagai peserta karena menghormati China dan negara-
negara Arab atas konflik di masing-masing negara. Setiap negara pasti berupaya
meningkatkan citranya, terutama dikaitkan dengan ketangguhan sumber daya
manusia, sistem politik, ataupun ekonomi.

6. Asian Games 1962 dan Politik Mercusuar Bung Karno


Hatta bertambah geram ketika tahu pada 1958 pemerintahan Sukarno begitu ngotot
mengajukan diri menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 tahun 1962. Kali ini ia
sampai perlu menyurati langsung Perdana Menteri Djuanda pada 24 Juni 1958 untuk
menyatakan keberatannya itu. Alasannya, ongkos penyelenggaraan yang besar tak
sepadan dengan kemampuan ekonomi Indonesia dewasa itu. Lagi pula ada
permasalahan politik yang tak kalah penting: keikutsertaan Israel dan Taiwan. Kedua
negara itu belum sepenuhnya diterima oleh negara Asia lain. Konsekuensi politik
internasionalnya agak berat, menurut Hatta. Karena itu, kepada PM Djuanda, Hatta
meminta agar pengajuan proposal tuan rumah Asian Games ke-4 baiknya ditinjau
kembali.Tetapi, pemerintah sudah tak bisa mundur. Sukarno pun jelas tak ingin
mundur. Lantas, apa yang membuat Indonesia begitu percaya diri mampu menjadi
tuan rumah Asian Games ke-4 1962 di tengah keterbatasan ekonominya? Bukan
hanya sekali Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games. Upaya itu
bahkan sudah dimulai sejak Asian Games pertama di India pada 1951. Saat itu Asian
Games Federation (AGF) menolak proposal Indonesia menjadi tuan rumah Asian
Games kedua.
Proposal kedua kembali diajukan kepada sidang AGF yang bertepatan dengan Asian
Games kedua pada 1954 di Filipina. Selain masalah ekonomi, AGF menilai kondisi
politik dan keamanan Indonesia kurang kondusif. Kenyataannya memang pemerintah
Indonesia dibuat pusing oleh pemberontakan Andi Aziz, pemberontakan Republik
Maluku Selatan (RMS), dan pemberontakan DI/TII pimpinan Kartosuwiryo.

7. Pada 1963, terjadi kendala dalam perencanaan SEAP Games III saat Kamboja
ditunjuk sebagai tuan rumah. Karena terjadi gangguan di negara tersebut dan terjadi
ketidaksepakatan dengan International Amateur Athletic Federation. Kemudian
penyelenggaraan SEAP Games III dialihkan ke Laos, yang ternyata meminta menjadi
tuan rumah pada 1965. Akhirnya, SEAP Games 1963 tidak diadakan. Pada 1965 Laos
juga terkendala dalam penyelenggaraan SEAP Games. Malaysia mengambil alih
penyelenggaraan SEAP Games ketiga tersebut. Sebanyak 1.300 atlet dan perwakilan
resmi berpartisipasi di gelaran yang diadakan di Kuala Lumpur. Saat itu, SEAP
Games Federation telah mendapatkan anggota baru yaitu Singapura yang baru saja
merdeka.
8. Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan pesta olahraga tingkat nasional terbesar
di Indonesia. Penyelenggaraannya setiap empat tahun sekali di bawah naungan
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).Hingga 2016, PON telah
diselenggarakan sebanyak 19 kali. Penyelenggaran PON XX akan dilaksanakan di
Jayapura, Papua. Pelaksanaan yang seharusnya Oktober 2020, terpaksa ditunda
hingga 2 Oktober 2021 karena pandemi Covid-19. Sebelumnya, penyelenggaran PON
VI pada 1965, juga dibatalkan karena kondisi politik dalam negeri yang tidak stabil
akibat dampak dari peristiwa G30S.

9. Peristiwa politik dalam olahraga yang sering terjadi didaerah saya yaitu sangat banyak
kejadian dimana ada pihak yang menyuap para panitia, agar memanipulasi hasil
penilaian peserta pertandingan sehingga atlet dari kontingen si penyuap bisa menang
dari pemanipulasian tersebut.

10. Dalam perkembangan kemajuan sekarang pengaruh politik cukup besar terhadap
pembinaan olahraga,.Karena olahraga juga merupakan sarana yang efektif dan efisien
untuk meningkatkan disiplin dan tanggung jawab, kreativitas dan daya inovasi, serta
mengembangkan kecerdasan. Hal itu telah dibuktikan juga kaitannya dengan
politik. Dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa
olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral,
melainkan kental sekali kandungan multimakna, bahkan udah tidak terlihat makna
olahraga itu sendiri setelah semuanya terbaur oleh politik.

11. https://www.youtube.com/watch?v=ebL3bPMRIKA

Anda mungkin juga menyukai