Anda di halaman 1dari 8

Tugas Kelompok

KOMUNIKASI, KONSELING DAN SWAMEDIKASI


“PENGOBATAN CACINGAN”

OLEH

KELOMPOK

FARADIBA WIDYA LESTARI (O1B1 21 070)


MISRA FEBRIANI (O1B1 21 090)
NYOMAN MULYANI (O1B1 21 110)
YUNI SARI DIMA (O1BI 21 130)

KELAS : PSPPA
DOSEN : HENNY KASMAWATI, S.Farm., M.Si., Apt.

JURUSAN PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
CACINGAN
I. Pengertian Cacingan
Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya
merugikan, dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk
nematode usus. Sebagian besar dari nematode ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Cacingan atau sering disebut kecacingan merupakan penyakit
endemic yang diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan
tetapi mengganggu kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunkan kondisi gizi dan
kesehatan masyarakat. Orang dikatakan menderita cacingan apabila di dalam tubuhnya
(perutnya) terdapat cacing, bila keluar cacing dari mulut, hidung atau saat buang air besar,
atau pada pemeriksaan laboratorium tinjanya terdapat telur cacing maka orang tersebut
dikatakan cacingan. Beberapa jenis cacing yang menginfeksi tubuh manusia, diantaranya :
a. Cacing kremi (Oxyuris vermicularis) Cacing betina menempatkan telurnya di sekitar
anus pada malam hari, sehingga menyebabkan rasa gatal.
b. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) Golongan cacing bulat cukup berbahaya, karena
dapat keluar dari usus, menjalar ke organ-organ lain bila tidak diobati dengan tepat.
c. Cacing pita (Taenia saginata/Taenia solium/Taenia lata) Cacing pipih beruas-ruas,
Taenia saginata terdapat dalam daging sapi, Taenia solium terdapat dalam daging babi,
Taenia lata terdapat dalam daging ikan.
d. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) Penularan cacing ini
melalui larva yang masuk ke dalam kulit kaki yang terluka, cacing tambang hidup pada
usus halus bagian atas.
e. Filaria Ditularkan oleh larva microfilaria dari cacing Wucheria bancrofti dan Brugia
malay melalui gigitan nyamuk culex sehingga mengakibatkan pembengkakan yang
disebut elephantiasis.
f. Cacing benang (Strongiloides stercularis) Ditularkan melalui kulit oleh larva yang
berbentuk benang dan hidup dalam usus.

II. Patofisiologi Cacingan


Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Dapat berupa
gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada
infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan
(malabsorbtion). Keadaan yang serius, bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi
penyumbatan pada usus (Ileus obstructive).
Selain itu menurut Effendy yang dikutip Surat Keputusan Menteri Kesehatan (2006)
gangguan juga dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru sehingga dapat
menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut Sindroma Loeffler.

III. Gejala Cacingan


Gejala penyakit cacing umumnya berupa gangguan lambung usus, seperti mulas,
kejang-kejang, kehilangan nafsu makan, pucat dan anemia, sering sakit karena daya tahan
tubuh rendah, pertumbuhannya terganggu, dan kurus atau berat badan rendah kerena
kekurangan gizi. Biasanya anak masih dapat beraktivitas walau sudah mengalami penurunan
kemampuan belajar dan produktifitas. Pemeriksaan tinja sangat diperlukan untuk ketepatan
diagnosis yaitu dengan menemukan telur-telur cacing dan cacing dewasa di dalam tinja
tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan bertanya
infeksi.

IV. Penyebab Cacingan


Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan cacingan seperti kebiasaan tidak
mencuci tangan, tidak menggunakan alas kaki, tidak merawat dan menjaga kebersihan kuku,
serta kebiasaan lainnya yang dapat menyebabkan cacingan. Bagi penderita cacingan
hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan maupun kebersihan badan agar tidak
menularkan penyakit cacingan. Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut,
meskipun ada juga yang melalui luka di kulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana,
terutama diatas tanah. Penularan dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :
a. Infeksi langsung Penularan langsung dapat terjadi bila telur cacing dari tepi anal masuk ke
mulut tanpa pernah berkembang dulu di tanah (terjadi pada cacing kremi dan trikuriasis).
Penularan langsung dapat juga terjadi setelah periode berkembangnya telur di tanah,
kemudian tertelan melalui tangan atau makanan yang tercemar.
b. Larva menembus kulit Penularan melalui kulit terjadi pada cacing tambang, dimana telur
terlebih dahulu menetas di tanah baru kemudian larva menginfeksi melalui kulit.

V. Pengobatan Cacingan
1. Terapi Non Farmakologi
Berikut ini adalah beberapa cara untuk melakukan perawatan alami yang bisa
dilakukan.
1. Mengatur Pola Makan: Makanan juga sangat berpengaruh untuk seorang anak agar
tidak mudah terkena infeksi cacing kremi. Jenis makanan yang sangat disarankan
adalah berupa sayuran dan buah-buahan serta makanan yang tidak banyak
mengandung gula dan karbohidrat. Konsumsi berbagai jenis makanan kaya serat juga
sangat disarankan, karena mendorong agar metabolisme usus besar lancar sehingga
tinja bisa keluar sebagaimana mestinya. Jika bakteri dalam organ pencernaan baik
maka cacing kremi yang masuk ke dalam tubuh akan terbunuh secara alami.
2. Menerapkan Pola Hidup Bersih: Dengan menerapkan pola hidup yang bersih maka,
cacing kremi juga tidak akan mudah masuk ke dalam tubuh. Beberapa langkah yang
bisa dilakukan adalah seperti menerapkan cara mencuci tangan yang benar sesering
mungkin. Menggunakan sabun anti bakteri, mencuci tangan dengan air hangat
sebelum tidur, selalu membersihkan bagian bawah kuku dan kuku secara teratur.
3. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
4. Anak-anak harus dibiasakan untuk mencuci tangan dengan sabun setelah bermain di
tempat umum.
5. Sesering mungkin cuci tangan dengan sabun agar tidak terkena infeksi cacing kremi
dari tempat umum.
6. Biasakan mencuci selimut, seprai, sarung bantal dan guling setiap dua hari sekali atau
sesering mungkin.
7. Selalu berganti pakaian luar dan pakaian dalam setiap hari atau sesering mungkin.
8. Selalu menjaga lingkungan tempat bermain anak terutama yang ada dibagian dalam
rumah. Beberapa area yang harus selalu dibersihkan adalah seperti mainan, tempat
bermain, karpet, sofa, kursi bermain dan semua benda yang paling sering dipegang
oleh anak.
9. Anak-anak harus selalu membersihkan dubur saat pagi hari namun, jika belum
mampu maka orang tua bisa membantu memastikan hingga benar-benar bersih.
10. Mencuci handuk dengan air panas untuk menghindari infeksi cacing yang sudah
berkembang biak pada handuk.
11. Potong kuku anak-anak sehingga mereka tidak melukai bagian sekitar anus ketika
menggaruk dan bisa menyebabkan infeksi bakteri yang lebih buruk.
12. Jangan berbagi keperluan pribadi antara anak yang satu dengan yang lain misalnya
handuk dan pakaian tidur.
2. Terapi Farmakologi
No Nama Nama Paten
1 Mebendazol Vermox (Janssen Cilag)
2 Piperazin Piperacyl (Tempo Scan Pasific)
3 Pirantel palmoat Upixon (Bayer), Combantrin (Pfizer)
4 Albendazol Helben (Mecosin)

Salah satu obat yang dapat digunakan adalah combantrin. Berikut keterangan yang
tercantum dalam Combantrin suspensi :
a. Kegunaan : Combantrin adalah obat cacing yang mengatasi cacing kremi (Oxyuris
vermicularis), cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus), cacing trichostrongylus dan trichostrongylus
orientalis. Pirantel pamoat dapat digunakan untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh satu jenis cacing atau lebih pada orang dewasa dan anak-anak.
Apabila salah seorang anggota keluarga menderita infeksi dari salah satu jenis cacing
ini, maka besar kemungkinan anggota keluarga lainnya juga terinfeksi yang tidak
teridentifikasi. Oleh karena itu dianjurkan agar seluruh anggota keluarga
mengonsumsi pirantel pamoat.
b. Cara kerja obat : pirantel pamoat melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi
senyawa penghambat neuromokuler dan mengeluarkannya dari dalam tubuh biasanya
tanpa memerlukan pencahar.
c. Peringatan dan perhatian : sebaiknya hindarkan dari penggunaan combantrin semasa
hamil dan anak di bawah usia 2 tahun karena keamanan penggunaannya belum
banyak diteliti/banyak diketahui. Penggunaan combantrin bagi penderita gangguan
hati sebaiknya berhati-hati. Pemberian dengan piperazine dapat menyebabkan efek
antagonis.
d. Overdosis : belum pernah dilaporkan kasus overdosis. Jika terjadi overdosis dilakukan
kuras lambung dan pengobatan suportif.
e. Kontra indikasi : penderita hipersensitif
f. Efek samping : anoreksia (nafsu makan hilang), mual, muntah, diare, sakit kepala,
pusing, mengantuk, mereh-merah pada kulit, keringat dingin, berkeringat, pruritus,
urtikaria.
g. Aturan minum : perhatikan table aturan minum di bawah ini, untuk sekali pengobatan.
Combantrin cukup diminum sekali sebelum atau sesudah makan. Tidak perlu
berpantang makan. Tidak perlu obat pencahar. Takaran suspensi untuk satu kali
pengobatan : umur dua sampai enam tahun diberikan satu sampai dua sendok takar (5
ml), umur enam samapi dua belas tahun diberikan dua hingga tiga sendok takar (5
ml), lebih dari 12 tahun diberikan tiga sampai empat sendok takar (5 ml). setiap
sendok takar (5 ml) mengandung pirantel pamoat setara dengan pirantel base 125 mg.

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit kecacingan


meliputi :
a. Menjaga kebersihan perorangan dimulai dari kebiasaan baik seperti mencuci tangan
sebelum makan dan sesudah buang air besar menggunakan sabun.
b. Menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang tinja atau di sungai maupun
di sembarang tempat, tidak menyiram jalan dengan air got.
c. Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu 0-15 tahun anak diberi obat
cacing. Jangka waktu 6 bulan ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.
d. Terapkan pola hidup bersih untuk menghindari terkena penyakit.
e. Segera berobat ke dokter jika menemukan gejala penyakit cacingan agar pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui secara pasti jenis cacing yang menginfeksi dan dapat
diberi pengobatan yang lebih tepat.
SKENARIO NASKAH SIMULASI APOTEK
(SWAMEDIKASI OBAT CACING)

Suatu pagi yang cerah, di apotek FF Farma, saat apotek tersebut sepi pembeli, masuklah
ibu dan anak ke dalam apotek tersebut. Mengetahui kedatangannya, senyum Apoteker di
apotek tersebut mengembang seakan menyambut kedatangan mereka.
Pasien : Selamat sore mbak
Apoteker : Selamat sore, ada yang bisa dibantu?
Pasien : Gini mbak, saya mau cari obat cacing untuk anak saya. Tpi saya bingung
mau obat apa
Apoteker : oh, iya bu. Sebelumnya kami tawarkan, Mbak mau diskusi di sini atau di
meja saya. Kalau di meja saya, kita bisa duduk di sana,  biar lebih enak
ngomongnya.
Pasien : Boleh mbak
(kemudian mereka berdua menuju ke tempat duduk yang ada di apotek itu).
Apoteker : Silahkan duduk. Mohon maaf sebelumnya. Dengan siapa saya berbicara? 
Pasien : Nama saya A.
Apoteker : Boleh tau berapa umur anak ibu sekarang?
Pasien : umurnya sudah 5 tahun mbak.
Apoteker : Kalau boleh tahu, apa keluhan yang sedang dirasakan oleh anak ibu?
Pasien : Ini mbak, beberapa hari ini anak saya kehilangan nafsu makannya, kadang
juga mengeluh perutnya mules dan juga mual, mbak
Apoteker : nah Apa ibu ingat kapan terakhir kali ngasih obat cacing ke anaknya?
Pasien : sekitaran 1 tahun yang lalu mbak.
Apoteker : boleh tau, keseharian anaknya gimana bu? Apa sering main di tempat umum?
Pasien : iya mbak, anak saya emang tiap hari mainnya di luar rumah bareng temannya
Apoteker : aduh bu, kuku anak ibu kotor sekali. apa ibu ingat kapan terakhir memotong
kuku anak ibu?
Pasien : lupa mbak. Sudah 2 minggu saya sibuk di kantor. Kalo ngga salah udah
hampir sebulan ngga potong kuku nya
Apoteker : saya sarankan untuk mengkonsumsi obat “pyrantel palmoat” suspense untuk
usia 5 tahun. Obat ini mampu mengatasi cacing kremi, cacing gelang, cacing
tambang juga untuk pengobatan infeksi cacing ada anak
Pasien : Oh begitu. Kira-kira harganya berapa ya mbak?
Apoteker : harganya 20ribu bu.
Pasien : Baik mbak, saya mau beli obat itu.
Apoteker : Sebentar ya bu, saya ambilkan dulu.
(Beberapa menit kemudian, apoteker datang dengan membawa obat tersebut.)
Apoteker : Ini mbak obatnya.
Pasien : makasih mbak. Terus bagaimana dengan aturan minumnya mbak?
Apoteker : sekarang kan umur anak ibu 5 tahun, untuk takaran suspense satu kali
pengobatan minumnya sebanyak 5 mL yah bu.
Pasien : Baik mbak. Oh iya, ini bayarnya di mana ya mbak?
Apoteker : Silahkan ke kasir bu
Pasien : oh iya mbak.
Apoteker : dan yang perlu saya ingatkan bu untuk tetap menjaga kebersihan
1. Seperti mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar
menggunakan sabun
2. Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi berbagai jenis makanan kaya
serat,sayur dan buah buahan
3. Jangan lupa untuk memotong kuku anak
4. Dan juga rutin mengkonsumsi obat cacing setiap enam bulan sekali.
Ini juga berlaku pada orang dewasa yah bu.
Pasien : Oh begitu. Baik mbak. Terima kasih banyak.
Apoteker : Sama-sama bu
(meninggalkan ruangan apoteker dan menuju kasir).

Anda mungkin juga menyukai