Anda di halaman 1dari 17

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


HASIL DISKUSI
“LARGE VOLUME PARENTERAL”

OLEH

YUNI SARI DIMA (O1A117076)


ADITH SEPTIAR (O1A117080)
ARSYANI PARRUNG (O1A117083)
FENNY RISKY FEBRIANI A. (O1A117091)
ISNAYANTI (O1A117099)

KELOMPOK : III (TIGA)


KELAS :B
ASISTEN : NIA AYU FEBRIANTI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
1. Definisi Dan Pembagian LVP Berdasarkan Cara Pemberianya
a. Menurut Pharmaceutical Practice 4th Ed. (Winfield, dkk., 2009: 422-423)
b. Menurut Introduce To Hospital And Health-System Pharmacy Practice
(Holdford and Thomas, 2010 : 301)
c. Menurut Pharmaceutical Dosage Forms : Parenteral Medication 3rd
Edition Vol. 1: Formulation and Packaging (Nema dan John, 2010: 118
119, 317)
d. Menurut FastTrack : Pharmaceutics Dosage Form and Design (Jones, 2008
: 105 dan 109)
e. Menurut Ansel Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery system 9 th
Ed. (Allen dkk., 2011 : 475)
f. Menurut Modern Pharmaceutics (Banker, 2002: 387-389)
g. Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Ansel, 201 : 446-447)
Kesimpulan:
Large Volume Parenteral adalah adalah sediaan injeksi untuk dosis
tungal dan digunakan secara IV dengan penyimpanan volume lebih dari 100
mL yang diproduksi dalam botol hingga 1000 mL, dengan ukuran wadah 150
mL, 250 mL, 500 mL, dan 1000 mL.
Berdasarkan cara pemberiannya, LVP dibagi menjadi:
- LVP yang diberikan secara intravena (volume 500 mL)
- LVP yang diberikan secara subcutan (elektrolit atau dekstrosa, hingga 1000
mL)

2. Indikasi Untuk Rute Pemberian Secara Intravena


a. Menurut Intravenous Infusion Therapy For Nurses Principles & Practice
(Josephson D. L., 2004: 10)
b. Menurut Pharmaceutical Dosage Form And Drug Delivery System (Allen
dkk, 2011: 168)
c. Menurut Introduction To Intravenous Therapy For Health Professionals
(Fulcher dan Margaret, 2007: 84)
d. Menurut Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan (Kee dan Evelyn,
1994: 114)
e. Menurut Prosedur Keperawatan Medical Bedah (Nurachmah dkk., 1999:
17)
Kesimpulan:
Intravena adalah salah satu rute yang ideal digunakan ketika dalam
situasi darurat, intravena ini diperuntukkan bagi pasien yang tidak mampu
mengonsumsi obat secara oral dalam jangka waktu yang lama sehingga rute
intravena ini sering digunakan dan digunakan untuk pasien yang membutuhkan
obat yang diabsorpsi langsung dan bekerja cepat.

3. Definisi Injeksi Volume Besar


a. Menurut Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile
Products (Niazi, 2009: 28)
b. Menurut Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System (Allen,
2011: 475)
c. Menurut Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral Medications 3rd
Edition (Nema dan John, 2010 : 76)
d. Menurut Concepts in Sterile Preparations and Aseptic Technique (Ochoa
dan Jose, 2015: 52)
e. Menurut Quality Assurance in Dialysis (Henderson dan Richard, 2007: 267)
f. Menurut Rhemingtons Pharmaceutical Science 18th Edition (Gennaro, 1990
: 1570)
g. Menurut Encyclopedia of Pharmaceutical Technology 3rd Edition
(Swarbick, 2007: 1004)
Kesimpulan:
Injeksi volume besar adalah injeksi yang dimaksudkan untuk digunakan
secara intravena sebagai injeksi dosis tunggal dan mengandung lebih dari
100ml larutan.

4. Kegunaan Cairan Intravena


a. Menurut Remington The Science And Practice Of Pharmacy Volume 1
(Gennaro, 2000 : 808).
b. Menurut The Clinical Use Of Blood (WHO, 2001 : 38)
c. Menurut Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology 3rd Edition
(Swarbrick, 2007 : 1006)
d. Menurut Practical Pharmacology For The Surgical Technologys ( Junge,
T., 2017 : 138)
e. Menurut Kirk’s Current Veterinary Therapy Xv (Bonagura dan David,
2014 : 30, 385)
f. Menurut General Medication Condition In The Athlete (Cuppet dan ketie,
2012 : 46)
g. Menurut A Guide To Infection Control In The Hospital (Wenzel R. dkk.,
2002 : 127)
Kesimpulan:
Terapi intravena digunakan untuk menggantikan cairan (akibat trauma,
pembedahan, atau dehidrasi (karena buang air kecil yang berlebihan,
berkeringat, muntah, diare), atau ketidakmampuan untuk mengambil cairan
melalui mulut), mengganti elektrolit, memberikan nutrisi (termasuk sumber
energi seperti dekstrosa), dan sebagai pembawa untuk sediaan obat lain.

5. Kegunaan Cairan IV pada Kondisi Tertentu


a. Menurut Britis National Formulary (March., 2009 : 237)
b. Menurut Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (Dipiro.,Dkk.,
2008:160)
c. Menurut Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan (Werner Dkk,
1980 : 201)
d. Menurut Hazards And Errors In Anaesthesia (Hopkin., B. D. A.,1980 : 260)
e. Menurut Kumpulan Kuliah Farmakologi (Staf Pengajar Department
Farmakologi, 2008 : 625)
f. Menurut Ilmu Kesehatan Anak (Arvin., 1996 : 263)
g. Menurut Pencegahan Stuntik Melalui Intervensi Gizi Spesifik pada Ibu
Menyusui Anak Usia 0-24 Bulan (Desma, S., 2019 : 197)
Kesimpulan:
Cairan IV digunakan untuk kondisi penderita dehidrasi berat, dalam
rencana pengobatannya adalah memberikan sejumlah cairan yang banyak
dengan cepat untuk menganti cairan yang hilang, yang biasanya diberikan
dengan cairan intravena, cairannya yang biasa diberikan adalah Ringer Laktat.

6. Syarat-Syarat Injeksi Volume Besar


a. Menurut Pharmaceutical Dosage Form: Parenteral Medications Volume 3
(Avis dkk., 1993: )
b. Menurut Ansel's pharmaceutical Dosage Form and drug Delivery system 9th
Ed. (Allen dkk., 2011 : 475)
c. Menurut Pharmaceutics Second Year Diploma In Pharmacy (Kasture dkk.,
2007:16)
d. Menurut Steril Dosage Form (Torce dan Robert, 1974: 163-164)
e. Menurut Sterile Drug Products (Akers, 2010 : 14)
Kesimpulan:
- Produk parenteral harus steril yaitu bebas dari semua mikroorganisme
dengan demikian sterilisasi produk yang harus dilakukan, teknik aseptik
harus disetujui selama persiapan, dan pemberian bentuk sediaan produk
harus lulus uji.
- Bebas dari bahan partikulat produk, dimana zat yang tidak larut berada
dalam suatu produk dengan demikian produk parenteral harus lulus uji
- Bebas dari pirogen: pirogen adalah produk dari mikroorganisme hidup atau
mati yang menyebabkan peningkatan temperatur setelah injeksi, produk
parenteral harus bebas dari pirogen dan lulus tes pirogen
- Stabilitas dalam bentuk sediaan parenteral yang diberikan adalah yang
paling penting, stabilitas fisik dan kimia dari produk parenteral harus dijaga
selama penyimpanan
7. Bagian-Bagian Alat yang Digunakan dalam Invus Intravena
a. Menurut Clinical Calculations: With Applications To General and
Speciality Areas (Kee dan Salli, 2013 : 208)
b. Menurut Intravenous Infusion Therapy for Nurses (Josepshon, D. L., 2004 :
171-173)
c. Menurut Biomedical Device Technology (Anthony Dan Chan, 2016 : 426-
427)
d. Menurut Intravenous Therapy (Nenthwich, 1990 : 98)
e. Menurut Encyclopedia of Pharmoceutical Tecnhnology (Swarbrick, 2007 :
2290)
Kesimpulan:
Bagian-bagian infus set:

a. IV Solution Bag (kantung larutan IV); Kantung larutan berisi larutan IV


dan berupa paket presterilis dengan berbagai ukuran (mis., 500 cc, 1 L, dll.).
Kantung ini biasanya digantung pada tiang infus sekitar 1,5 m di atas tempat
infus untuk menciptakan tekanan yang cukup untuk mengatasi tekanan
vena.
b. Spike/Penetrate Needle Infuse; adalah jarum infus yang berfungsi untuk
membolong botol/kantung infus dan menghubungkan infus set ke kantung
larutan infuse
c. Drip Chamber; adalah sebuah tabung kompartemen transparan yang
menampung tetesan infus sebelum mengalir ke selang yang berfungsi untuk
mencegah emboli udara. Melalui tabung ini dapat memungkinkan dokter
untuk melihat tetes larutan yang turun dari kantong larutan sehingga dapat
menghitung laju aliran volume infus.
d. Regulating Clamp/ Roller Clamp; merupakan sebuah penjepit yang
digunakan untuk mengontrol laju aliran volume infus.
e. Y-Injection Site; merupakan bagian tube infus yang memberikan titik akses
ke jalur infus yang berfungsi sebagai tempat penyuntikan obat intravena.
f. Occlusion Clamp; merupakan sebuah penjepit yang digunakan untuk
sepenuhnya menutup atau membuka jalur aliran infus. Occlusion clamp
terbuat dari selembar plastik tebal dengan garis infus dijalin melalui lubang
berbentuk lubang kunci di tengah. Garis terbuka sepenuhnya ketika pipa
PVC berada pada lubang kunci yang lebih besar. Jika garis didorong ke
ujung yang sempit, klem akan menyumbat tabung dan mematikan aliran
fluida.
g. Tube/PVC Tube; adalah selang atau pipa infus yang berfungsi sebagai
sarana mengalirnya cairan infus yang akan menuju vena.
h. Connector; merupakan bagian yang menghubungkan selang infus dan IV
kateter.

8. Pembagian Cara Pemberian Injeksi Volume Besar


a. Menurut Pharmaceutics The Science Of Medicine Design (Denton dan
Chris, 2013 : 47)
b. Menurut Pharmaceutical Dosage Form and Design (Jones, 2008 : 109)
c. Menurut Pharmacy Practice for Technicians (Durgin dan Zachary, 2005 :
229)
d. Menurut Calculation and Pharmaceutics in Practice (Watson dan Louise,
2020 : 86)
e. Menurut The Pharmacy Technician 7th Edition (Morton, 2020: 311)
Kesimpulan:
- LVP yang diberikan secara intravena (volume 500 mL)
- LVP yang diberikan secara subcutan (elektrolit atau dekstrosa, hingga 1000
mL)

9. Wadah Dan Penutup Yang Digunakan Pada Sediaan Infus.


a. Menurut Remington Essentials of Pharmaceutics (Felton, 2012 : 306 dan
308)
b. Menurut Aulton’s Pharmaceutics: The Design and Manufacture of
Medicine 4th Edition (Aulton dan Kevin, 2013: 636-637)
c. Menurut Bagian Khusus Ilmu Farmasi Veteriner Ed. 1 (Lazuardi, 2019)
d. Menurut Ansel’s Pharmaceutical Dosage From And Drug Delivery System
10th (Alen Dan Howard, 2014 : 536 dan 540)
e. Menurut Encyclopedia of Pharmaceutical Technology 3rd Edition
(Swarbick, 2007: 1006-1007)
f. Menurut Pharmaceutical Practice 4th Edition (Wienfield dkk., 2009 : 423
dan 424)
g. Menurut Microbiological Hazards Of Infusion Theraphy (Philips dkk., 1976
: 9-11)
Kesimpulan:
1) Wadah Kaca
Wadah kaca harus cukup kuat untuk menahan guncangan fisik,
perubahan suhu yang besar dan harus transparan untuk memungkinkan
inspeksi konten. Wadah kaca yang disegel dengan cakram karet tebal dan
target (tempat jarum ditusukkan) di tengah.
2) Wadah plastik
Wadah plastik harus bersifat tidak mudah pecah, dinding fleksibel .
Wabah plastic ada 2 yaitu semigrid dan fleksibel. Wadah plastik yang dapat
dilipat (fleksibel) dibuat dari PVC atau plastik polyolefin dan digunakan
untuk obat-obatan injeksi yang ditambahkan ke cairan infus. Wadah plastik
semirigid (semi-kaku) dibuat dari polietilen, yang memiliki port tambahan
untuk penambahan obat lain ke dalam infus.
3) Botol kaca volume besar
Memiliki fungsi dan penutup sama dengan wadah kaca, tetapi
volumenya lebih besar dan, digunakan untuk obat multiple-dose.
4) Jarum suntik
Untuk produk parenteral yang akan ditambahkan kedalam infus.
Penutupnya terdiri dari plasti berbentuk lonjong dengan bahan yang kaku.

10. Proses Pengisian Infus Kedalam Botol


a. Menurut Remington The Science and Practice of Pharmacy 21 st Ed. (Troy,
2006 : 824)
b. Menurut Calculations and Pharmaceutics in Practice (Watson dan Louise,
2020 : 12)
c. Menurut Textbook of Pharmaceutics (Jain dan Vandana., 2012 : 428)
d. Menurut Pharmacy Practice 6th Edition (Watson dan Louise., 2020 : 200)
e. Menurut Sterile Drug Products Formulation, Packaging, Manufacturing
and Quality (Akers and Michael., 2010 : 283)
Kesimpulan:
Pengisian infus kedalam botol dilakukan dengan mesin berkecepatan
tinggi. Dengan proses sbb :
- Wadah botol yang digunakan harus sesuai dengan volume yang
diinginkan, karena botol yang digunakan sebagai alat pengukur.
- Cairan infus yang dimasukkan kedalam botol, dimasukkan dengan
kecepatan yang tinggi. Mesin pengisi volumetrik yang menggunakan
pompa peristaltic. Produk (cairan infus) digerakkan oleh tekanan (biasanya
nitrogen) tanpa mekanisme pemompaan.
- Cairan infus yang telah berada dalam botol harus segera ditutup, dengan
penutup yang sesuai. Penutup harus pas dengan mulut wadah sehingga
elastisitasnya memungkinkan penyesuaian penyimpanan di bibir dan leher
wadah. Penutupan sebaiknya dimasukkan secara mekanis dengan efisiensi
kecepatan tinggi. Untuk mengurangi adanya gesekan dan penutup harus
dilapisi dengan silikon/karet agar tidak merusak leher wadah. Penutup
karet lindungi lagi dengan aluminium yang dikerutkan dibawah bibir botol
untuk menahan agar sediaan tidak jatuh dan untuk memastikan
sterilitasnya.

11. Faktor Yang Mempengaruhi Aliran Infus


a. Menurut Understanding Medical Surgical Nursing (Williams dan Hopper,
2015 : 94)
b. Menurut The Royal Marsden Manual of Clinical Nursing Procedures
(Lister dkk., 2020 : 903)
c. Menurut Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-surgical Nursing
Vol. 1 (Suzanne dkk., 2010 : 303)
d. Menurut Medical-Surgical Nursing Concepts & Practice (Dewit dan
Candice, 2013 : 53)
e. Menurut Nursing Interventions & Clinical Skills (Perry dkk., 2015 : 722)
Kesimpulan:
- Posisi Cannula.
Jika bevel berlawanan dengan semua vena, laju aliran akan menurun; jika
bevel searah dengan semua vena maka laju aliran dapat meningkat.
- Ketinggian Infus
Aliran infus dipengaruhi oleh gravitasi, laju aliran meningkat ketika jarak
antara larutan dan pasien semakin dekat
- Potensi Kanula
Gumpalan kecil atau selubung fibrin dapat menutup lumen kanula dan
menurunkan laju aliran.
- Penempatan wadah infus; wadah ditempatkan di atas jantung agar semakin
cepat laju alirannya.
- Isi wadah; semakin penuh wadah, semakin cepat laju aliran.
- Konsistensi cairan infus : semakin kental fluida/cairan infus, maka akan
semakin lambat alirannya.
- Ukuran jarum dan tabung : semakin besar diameter jarum dan tabung,
semakin cepat alirannya.
- Semakin tinggi tekanan di dalam vena, semakin lambat alirannya, karena
jika tekanan dalam vena tinggi maka cairan infus yang masuk akan tertahan
karena tekanan tekanan infus lebih kecil daripada tekanan vena.
- Cairan lebih cepat melewati tabung lurus dari pada yang digulung atau
tergantung di bawah kanula. Tabung lurus memudahkan pergerakan cairan
infus, karena tidak membutuhkan tekanan yang besar untuk bergerak
melewati tabung, sedangkan jika tabung tergulung maka tekanan tinggi akan
dibutuhkan cairan infus untuk bergerak dan akan memperlambat aliran
infus.

12. Cara Menghitung Besarnya Aliran Infus


a. Menurut Pharmaceutical Calculation 15 th Edition (Ansel dan Shelly, 2017
: 250-251)
b. Menurut Introduction Pharmaceutical Calculations (Rees dkk., 2015 :
194-195)
c. Menurut Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan (Kee dan Evelyn,
1996 : 115-116)
d. Menurut Intravenous Infusion Therapy for Nurses : Principles & Practive
(Josephson, 2004 : 253-253)
e. Menurut Teknik Aseptis (Oetari, 2018 : 69-70)
Kesimpulan:
Terdapat tiga macam metode untuk menghitung laju aliran IV (tetes
per menit, tetes/menit).
1. Metode I: Tiga-Langkah

a) = mililiter/jam
(mL/J)

b) = mililiter/menit (mL/menit)
c) Mililiter per menit x tetes per mililiter dari perangkat IV = tetes/menit
2. Metode ll: Dua-Langkah
a) = Mililiter/jam
(mL/jam)

b)

= Tetes/menit
Jika mililiter per jam diketahui, maka langsung ke langkah 2. Metode
dua-langkah ini adalah metode yang paling populer dalam
penghitungan laju aliran IV.
3. Metode III: Satu-Langkah

= Tetes/menit.

13. Cara Menghitung Millikuivalen Atau Osmol Dan Miliosmol


a. Menurut Pharmaceutical Calculations 14th Ed. (Ansel, 2013: 197, 209)
b. Menurut Oxford American Handbook Of Clinical Pharmacy (McCarthy
dan Denise, 2009 : 254)
c. Menurut Pharmaceutical Calculations The Pharmacist’s Handbook (Ansel
dan Shelly, 2004: 119 dan 127-128)
d. Menurut Comprehensive Pharmacy Review Eight Edition (Shargel dkk.,
2013 : 9-10)
e. Menurut Pharmaceutical Calculations 5th Edition (Taixeira dan Joel,
2017: 234-239)
Kesimpulan:
1) Miliekuivalen
Untuk mengkonversi konsetrasi elektrolit dalam larutan sebagai
miliekuivalen dapat dilakukan menggunakan rumus di bawah :
 Untuk mengkonversi miligram (mg) ke miliekuivalen (mEq):
 Untuk mengkonversi miliekuivalen (mEq) ke miligram (mg):

 Untuk mengkonversi miliekuivalen per mililiter (mEq/mL) ke miligram


per mililiter (mg/mL):

2) Miliosmol
Miliosmol suatu zat dapat ditentukan dengan membagi berat
molekulnya dengan jumlah spesies/zat yang terdisosiasi. Miliosmol dapat
dihitung dengan mengkonversi antara miligram dan miliosmil dengan
rumus sebagai berikut :

atau
DAFTAR PUSTAKA

Akers M.J., 2010, Sterile Drug Products, Informa Healthcare : New York.

Alen, L. V. and Howard C. A., 2014, Ansel’s Pharmaceutical Dosage From and
Drug Delivery System 10th, Lippincott Williams & Wilkins: USA.

Allen L.V., Nicholas G.P dan Howard C.A.,2011, Ansel Pharmaceutical Dosage
and Drug Delivery system th Ed. Wolther Kluwer : Philadelphia.

Ansel, H.C. dan Shelly J.S., 2017, Pharmaceutical Calculation 15th Edition,
Wolters Kluwer : Philadelphia.

Ansel, H.C., 2013, Pharmaceutical Calculations 14th Edition, Wolters Kluwer :


Philadelphia.

Ansel, H.C. dan Shelly J.P., 2004, Pharmaceutical Calculations The


Pharmacist’s Handbook, Lippincott Williams & Wilkins : Phildelphia.

Anthony Y., Chan K., 2016, Biomedical Device Technology, Publisher : USA.

Arvin.B.K. 1996., Ilmu Kesehatan Anak., Penerbit Buku Kedokteran EGC :


Jakarta.

Aulton, M. E. dan Kevin M. G. T., 2013, Aulton’s Pharmaceutics: The Design


and Manufacture of Medicine 4th Edition, Churchill Livingstone :
Edinburgh.

Avis, K.E., Herbert. A.L. dan Leon L., 1993, Pharmaceutical Dosage Form:
Parenteral Medications Volume 3, Marcel Dekker : New York.

Bonagura, J. D. dan David C. T., 2014, Kirk’s Current Veterinary Therapy XV,
Elsevier : New York.

Cuppet, N. dan Ketie N. W., 2012, General Medication Condition In The Athlete,
Elsevier : USA.

Dento, P. dan Chris R., 2013, Pharmaceutics The Science Of Medicine Design,
Oxford University Press : Inggris.

Desma, D., 2019., Pencegahan Stuntik Melalui Intervensi Gizi Spesifik Pada Ibu
Menyusui Anak Usia 0-24 Bulan, Media Sahabat Cendekia : Bengkulu.

Dewit, S. C. and Candice K. K., 2013, Medical-Surgical Nursing Concepts &


Practice, Elsevier Saunders : USA.
DiPiro, J. T.., Robert L. T., Gary C. Y., Gary R. M., Barbara G. W. dan Michael
P., 2008., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach., Medical : New
York.

Durgin, S.J.M. dan Zachary I.H., 2005, Pharmacy Practice for Technicians,
Thomson Delmar Learning : Amerika.

Felton L., 2012, Remington Essentials Of Pharmaceutics, Pharmaceutical Press :


London.

Fulcher E. M. dan Margaret. S. F., 2007, Introduction To Intravenous Therapy


For Health Professionals, Saunders Elsevbie r: Philadelphia.

Gennaro, A. R., 2000, Remington : The Science and Practice of Pharmacy


Volume 1, Lippincotts William and Wilkins : Philadelphia.

Gennaro,A. R., 1990, Rhemingtons Pharmaceutical Science 18th Edition, Marck


Publishing Company, Pensylvania.

Henderson, L.W., dan Richard S.T., 2007, Quality Assurance in Dialysis,


Springer Science & Business Media: USA.

Hopkin.B.D.A., 1980., Hazards And Errors In Anaesthesia : USA.

Jain S.K. and Vandana S., 2012, Bentley’s Textbook of Pharmaceutics, Reed
Elsevier : India.

Jones, D., 2008, Pharmaceutical Dosage Form and Design, Pharmaceutical


Press : London.

Josephson, D. L., 2004, Intravenous infusion therapy for nurses principles &
practice, Thomson: UK.

Junge, T., 2017, Practical Pharmacology For The Surgical Technologys, Cengage
Learning : Australia.

Kasture, Parakh, Gokhale, S.B., dan Paradkar, 2007, Pharmaceutics II Second


Year Diploma In Pharmacy, Nirali Paraksha : India.

Kee, J. L., Dan Evelyn R. H., 1994, Farmakologi Pendekatan Proses


Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Kee, J.L dan Sally, M.M, 2013, Clinical Calculations: With Applications To
General and Speciality Areas Seventh Edition, Elsevier : USA.
Lazuardi, M., 2019, Bagian Khusus Ilmu Farmasi Veteriner Ed. 1, Airlangga
University Press: Surabaya.

Lister, S., Justine H., dan Hayley G., 2020, The Royal Marsden Manual of
Clinical Nursing Procedures, John Wiley & Sons : USA.

March., 2009., Britis National Formulary, BMJ Group : London.

McCarthy, M. W. dan Denise R. K., 2009, Oxford American Handbook Of


Clinical Pharmacy, Oxford University Press : New Yok.

Morton, 2020, The Pharmacy Technician 7th Edition, American Pharmacists


Association, Amerika.

Nema S. dan John D.L., 2010, Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral


Medications 3rd Edition, Informa Healthcare: London.

Nentwich P.F., 1990, Intravenous Therapy, Library Of Congress Cataloging :


America.

Niazi, S.K., 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations


Sterile Products, Informa Healthcare: USA.

Nurachmah E. dan Ratna S, 1999, Prosedur Keperawatan Medical Bedah, EGC :


Jakarta.

Ochoa P.S. dan Jose A.V., 2015, Concepts in Sterile Preparations and Aseptic
Technique, Jones & Bartlett Learning : USA.

Oetari, R. A., 2018, Teknik Aseptis, UGM Press : Yogyakarta.

Perry, A. G., Patricia A. P. dan Wendy O., 2015, Nursing Interventions &
Clinical Skills, Elsevier Health Sciences : USA.

Philips, I., P.D. Meers dan Arcy, 1976, Microbiological Hazards Of Infusion
Theraphy, MTP Press : England.

Rees, J.A., Ian S. dan Jennie W., 2015, Introduction Pharmaceutical


Calculations, Pharmaceutical Press : London.

Shargel, L., Alan H. M., Paul F. S. dan Larry N. S., 2013, Comprehensive
Pharmacy Review Eight Edition, Wolters Kluwer Lippincott and Willkins :
Philadephia.

Staf Pengajar Department Farmakologi., 2004, Kumpulan Kuliah Farmakologi,


Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Suzanne C., O'Connell S., Brenda G. Bare, Janice L., Hinkle, Kerry H. dan
Cheever, 2010, Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-surgical
Nursing, Volume 1, Lippincott Williams & Wilkins : USA.

Swarbick, J., 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology 3rd Edition,


Informa Healthcare: New York.

Taixeira, M.G., dan Joel L.Z., 2017, Pharmaceutical Calculations 5th Edition,
John Wiley & Sons: New Jersey.

Torce, S. dan Robert S K., 1974, Sterile Dosage Form, Lea Febinger :
Philadelphia.

Troy D. B., 2006, Remington The Science and Practice of Pharmacy 21st Ed.,
Lippiconts Williams and Wilkins : USA.

Watson J and Louise C., 2020, Calculations and Pharmaceutics in Practice,


Elsevier : New York.

Watson J and Louise C., 2020, Pharmacy Practice 6th Edition, Elsevier Limited :
London.

Wenzel L. R., Brewer T. dan Butzler J.P., A Guide To Infection Control In the
Hospital, Bc Dekker Inc : London.

Werner. D., Carol. T., dan Jane. M., 1980., Ilmu Kebidanan: Patologi Dan
Fisiologi Persalinan, Yayasan Essentia Medika : Yogyakarta.

Williams, Linda S. dan  Paula D Hopper., 2015, Understanding Medical Surgical


Nursing, F.A. Davis : Philadelphia.

Winfield, A. J., J. A. Rees., dan I. Smith, 2009, Pharmaceutical Practice 4th


Edition, Churchill Livingstone: Edinburgh.

World Health Organization, 2001, The Clinical Use of Blood, WHO Library
Cataloguing : Inggris.

Anda mungkin juga menyukai