Anda di halaman 1dari 20

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


HASIL DISKUSI
“LARGE VOLUME PARENTERAL”

OLEH
PUTRI ANISAH (O1A117052)
SOFIANTI TARTA (O1A117062)
WA ODE FAATIMA (O1A117070)
WA ODE SITTI ROSMAWATI (O1A117074)
ZULFIKAR (O1A117078)

KELOMPOK : VII (TUJUH)


ASISTEN : apt. MIRNA WIDASRI, S.Farm., M.Pharm Sci.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HASIL DISKUSI
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
“LARGE VOLUME PARENTERAL”

1. Definisi dan Pembagian LVP berdasarkan Cara Pemberiannya


a. Menurut Winfield, dkk., 2009:422-423
b. Menurut Allen dkk., 2011:475
c. Menurut Florence dan Juergen, 2010:570
d. Menurut Word Pharma Tomorrow, 2018:137
e. Menurut Nema dan John, 2010:334
f. Menurut Holdford and Thomas, 2010:301
g. Menurut Nema dan John, 2010:118,119,317
Kesimpulan:
LVP atau Large Volume Parenteral adalah sediaan dosis tunggal dengan kapasitas
100-1000 mL dan biasanya diberikan melalui infus intravena. Pembagian LVP
berdasarkan cara pemberiannya adalah :
1) Untuk mengembalikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien
yang dehidrasi, syok atau cedera (cairan infus)
2) Untuk memberikan nutrisi dalam keadaan dimana pasien kekurangan gizi
(larutan TPN)
3) Untuk mendiagnosa masalah medis tertentu (agen diagnostik)
4) Sebagai pembawa sediaan untuk pemberian obat-obatan (antibiotik intravena,
analgesia untuk pasien dalam perawatan)
5) Sebagai cairan pembersih dalam tubuh (cairan dialisis)
6) Sebagai pencuci luka sayatan pada saat pembedahan (larutan irigasi)
7) Sebagai terapi biologis (imunisasi)

2. Rute pemberian secara intravena diindikasikan untuk keadaan bagaimana


a. Menurut Allen dkk., 2011: 168
b. Menurut Allen dan Howard, 2014: 194
c. Menurut Josephson, 2004: 10
d. Menurut Kee dan Evelyn, 1994: 114
e. Menurut Fulcher dan Margaret, 2007: 84
Kesimpulan:
Rute pemberian secara intravena diindikasikan kepada pasien dengan keadaan
seperti:
1) Keadaan darurat untuk respon cepat.
2) Untuk pasien yang menerima nutrisi paral enteral yang kebutuhan kalorinya
tidak dapat dipenuhi oleh glukosa.
3) Pasien yang tidak mampu mengonsumsi obat secara oral dalam jangka waktu
yang lama mempertahankan cairan, keseimbangan elektrolit, atau keduanya
4) Berguna pada pasien yang tidak sadar atau tidak mampu menelan makanan.

3. Definisi injeksi volume besar


a. Menurut Niazi, 2009: 28
b. Menurut Allen, 2011: 475
c. Menurut Nema dan John, 2010 : 76
d. Menurut Ochoa dan Jose, 2015: 52
e. Menurut Henderson dan Richard, 2007: 267
f. Menurut Gennaro, 1990 : 1570
g. Menurut Swarbick, 2007: 1004
Kesimpulan:
Injeksi volume besar adalah sediaan injeksi dosis tunggal dengan kapasitas 100-
1000 ml dan biasanya diberikan melalui infus IV

4. Kegunaan cairan intravena


a. Menurut Gennaro, 2000 : 808
b. Menurut WHO, 2001 : 38
c. Menurut Swarbrick, 2007 : 1006
d. Menurut Junge, 2017 : 138
e. Menurut Bonagura dan David, 2014 : 30, 385
f. Menurut Cuppet dan ketie, 2012 : 46
g. Menurut Wenzel dkk., 2002 : 127

Kesimpulan:
Terapi intravena digunakan untuk menggantikan cairan (akibat trauma,
pembedahan, atau dehidrasi (karena buang air kecil yang berlebihan, berkeringat,
muntah, diare), atau ketidakmampuan untuk mengambil cairan melalui mulut),
mengganti elektrolit, memberikan nutrisi (termasuk sumber energi seperti
dekstrosa), dan sebagai pembawa untuk sediaan obat lain.

5. Cairan intravena biasa digunakan pada kondisi bagaimana ?


a. Menurut March, 2009 : 237
b. Menurut Dipiro dkk., 2008:160
c. Menurut Werner dkk, 1980 : 2011
d. Menurut Hopkin,1980 : 260
e. Menurut Staf Pengajar Department Farmakologi, 2008 : 625
f. Menurut Arvin, 1996 : 263
g. Menurut Desma, 2019 : 197
Kesimpulan:
Cairan intravena digunakan pada kondisi tertentu, yaitu :
1) Pada kondisi hipovolemia dan kondisi hipotermia
2) Tampak alergi, tidak bisa minum obat, tampak syok
3) Jika kondisi penderita dehidrasi tidak dapat minum secara cukup untuk
memperbaiki hidrasinya
4) Pemberian IV digunakan untuk infeksi yang berat, sindrom malabsorpsi, dan
pasien dalam keadaan kritis.

6. Syarat-syarat injeksi volume besar


a) Menurut Avis dkk., 1993
b) Menurut Torce Dan Robert, 1974:163-164
c) Menurut Kasture dkk., 2007:16
d) Menurut Nema dan John, 2010
e) Menurut Holdford dan Thomas, 2010:303
Kesimpulan:
a) Steril: bebas pirogen, bebas bahan partikulat asing dan kontaminasi lain
b) Bebas pirogen: karena jika cairan mengandung pirogen, maka dapat
menimbulkan demam (respon piretik)
c) Bebas bahan partikulat: harus jernih, artinya tidak ada bahan partikulat
melayang dalam sediaan
d) Stabil: ketidakstabilan suatu sediaan larutan ditandai dengan timbulnya endapan
atau terjadi perubahan warna selama penyimpanan. Jika hal tersebut terjadi
berarti sediaan telah rusak
e) pH sesuai: pH sediaan harus sesuai dengan pH darah yaitu sekitar 7,35-7,45
f) Tonisitas sesuai: tonisitas berhubungan dengan tekanan osmosis yang diberikan
oleh suatu larutan dari zat atau zat padat yang terlarut. Jika sel dimasukkan
kedalam larutan hipertonik, cairan didalam sel akan keluar, yang ditunjukkan
dengan pengkerutan sel. Sebaliknya, jika sel diletakkan didalam larutan
hipotonis, maka cairan akan masuk kedalam sel dan menyebabkan sel akan
mengembang dan pecah (untuk sel darah merah disebut dengan hemolisi). Jadi
diusahan sediaan harus isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan darah

7. Bagian-bagian alat yang digunakan dalam infus intravena


a. Menurut Bachenheime, 2011:390, 394
b. Menurut Fulcher dan Margaret, 2013:49-51
c. Menurut Swarbrick, 2007:2290
d. Menurut Kee dan Salli, 2013:208
e. Menurut Anthony Dan Chan, 2016:426-427
Kesimpulan:
a) Solution bag spike: berfungsi untuk melubangi botol infus dan sebagai
penghubung pertama cairan infus
b) Drip chamber: ruang tetesan infus yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
emboli udara
c) Regulating clamp: untuk mengontrol laju volume infus
d) Y-injection site for piggybag infusion: Situs injeksi y untuk infus piggyback
e) Occlusion clamp: untuk mematikan aliran infus
f) PVC tubing: sebagai tempat mengalirnya cairan infus
g) Y-injection site: tempat penyuntikan obat intravena
h) Luer lock connector: untuk menghubungkan infus intravena

8. Pembagian cara pemberian injeksi volume besar


a. Menurut Ghosh dan Bhaskara, 2005 : 389
b. Menurut Denton dan Chris, 2013 : 47
c. Menurut Jones, 2008 : 109
d. Menurut Moini, 2010 : 202
e. Menurut Nema dan John, 2010 : 76
Kesimpulan:
Pemberian injeksi volume besar yaitu:
1. Injeksi ke pembuluh darah (intravena/IV)
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18
detik, yaitu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan.
Dengan volume 15 mL atau lebih tidak boleh mengandung bakterisida.
2. Injeksi ke dalam massa otot (Intramuskular)
Dengan injeksi ke dalam otot, obat yang terlarut bekerja dalam waktu 10-30
menit. Volume larutan untuk injeksi IM adalah 0,5-3,0 mL, dengan rata-rata
1-2 mL.
3. Injeksi ke subcutan jaringan, dalam permukaan lapisan kulit (Intradermal)
Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak
merangsang dan melarut baik dalam air atau minyakk. Efeknya tidak secepat
injeksi intramuskuler atau intravena. Volume yang di injeksikan antara 0,1-
0,2 mL, berupa larutan atau suspense dalam air.
4. Injeksi ke dalam cairan serebrospinal (Intratekal)
Injeksi dalam saluran sumsum tulang belakang (antara 3-4 atau 5-6 lembar
vertebra) yang ada cairan cerebrospinal.

9. Wadah dan penutup yang digunakan pada sediaan infus


a. Menurut Aulton dan Kevin, 2013:636-637
b. Menurut Swarbick, 2007: 1006-1007
c. Menurut Alexander dkk, 2010
d. Menurut Lazuardi, 2019
e. Menurut Felton, 2012 : 306 dan 308
Kesimpulan:
Produk parenteral volume besar (infus) dikemas dalam:
1. Wadah kaca yang biasanya terbuat dari kaca tipe II, tetapi tipe I digunakan untuk
produk yang memiliki pH tinggi, meskipun ada kenaikan biayya. Wadah kaca
memiliki kelebihan yaitu transparan dan dapat digunakan untuk produk yang
kompatibel dengan wadah plastik. Wadah kaca juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu mudah rapuh dan dapat rusak selama transportasi dan
penyimpanan, kerusakan pada leher botol dapat menyebabkan kontaminasi isi
wadah dari lingkungan eksternal.
2. Wadah plastik yang dapat dilipat dibuat dari PVC digunakan untuk mengemas
sebagian besar cairan infus. Keuntungan dari wadah plastik ini adalah tahan
terhadap benturan dan fleksibel selama pemberian cairan sehingga tidak
memerlukan sistem saluran udara. Kerugian dari wadah plastik adalah
memungkinkan penetrasi kelembaban yang tinggi, dapat menyerap beberapa obat,
memerlukan waktu sterilisasi yang lama karena tahan panas.
3. Wadah plastik semi kaku digunakan untuk volume 100 mL untuk larutan
elektrolit, 3 L untuk larutan TPN dan 5 L untuk larutan dialisis. Wadah plastik
semi kaku lebih kompatibel dengan obat daripada wadah plastik PVC, sulit pecah,
perlu waktu sterilisasi yang lama dan perlu keseimbangan udara. Wadah ini
dimaksudkan untuk sekali pakai. Wadah dan penutup yang digunakan harus dapat
menjaga sterilitas cairan yang dikemas dan kompatibel dengan cairan yang
dikemas.

10. Proses memasukkan infus kedalam botol


a. Menurut Troy, 2006:824
b. Menurut Watson dan Louise, 2020:12
c. Menurut Jain dan Vandana., 2012:428
d. Menurut Watson dan Louise, 2020:200
e. Menurut Nema dan John, 2010:27
Kesimpulan:
Proses memasukkan infus kedalam botol, antara lain:
a) Tepat sebelum cairan memasuki wadah, partikel-partikel dihilangkan dari
larutan dengan melewatkannya melalui filter membran. Selanjutnya, botol harus
dipindahkan ke palet atau keranjang untuk mengurangi partikel atau bioburden.
b) Dalam proses pengisian, kantung luar dilepas, dan akan memperlihatkan kantung
bagian dalam yang berisi botol. Kantung harus dibuka di bawah penyaringan
HEPA. Selanjutnya dilakukan pengisan cairan pada botol.
c) Segera setelah diisi, leher masing-masing botol kaca ditutup sesegera mungkin
dengan penutup karet untuk menghindari kontaminasi yang rapat yang disimpan
dengan tutup aluminium. Penutup harus pas dengan mulut wadah sehingga
elastisitasnya memungkinkan penyesuaian penyimpanan di bibir dan leher
wadah. Penutupan sebaiknya dimasukkan secara mekanis dengan efisiensi
kecepatan tinggi. Untuk mengurangi adanya gesekan agar penutup tidak mudah
masuk kedalam wadah sebaiknya permukaan penutup dilapisi dengan silikon.
Penutup karet diadakan dengan posisi bantuan aluminium yang dikerutkan
dibawah bibir botol untuk menahan agar sediaan tidak jatuh dan untuk
memastikan sterilitas dan aspek kualitas lainnya.

11. Faktor yang mempengaruhi aliran infus


a. Menurut Perry dkk., 2015 : 722
b. Menurut Williams dan Hopper, 2015:94
c. Menurut Nentwich, 1990:38
d. Menurut Suzanne dkk., 2010:303
e. Menurut Dewit dan Candice, 2013:53
Kesimpulan:
Faktor Yang Mempengaruhi Aliran Infus, antara lain:
1) Perubahan posisi pasien, tinggi wadah infus (harus > 90 cm / 36 inci di atas
jantung)
2) Gerakan tangan, seperti gerakan menekuk atau membengkokkan yang akan
mempengaruhi laju aliran infus dan biasanya akan menyebabkan darah keluar
diselang infus
3) Pemasangan alat infus yang dilakukan secara tidak benar.
4) Posisi Cannula.
Perubahan posisi ujung kanula dapat mempengaruhi laju aliran infus. jika bevel
berlawanan dengan semua vena, laju aliran akan menurun; jika bevel searah
dengan semua vena maka laju aliran dapat meningkat.
5) Ketinggian Infus
Karena aliran infus dipengaruhi oleh gravitasi, perubahan ketinggian kantong
infus atau botol atau perubahan kecepatan bed dapat meningkatkan atau
menurunkan laju aliran. laju aliran meningkat ketika jarak antara larutan dan
pasien semakin dekat.
6) Potensi Kanula
Gumpalan kecil atau selubung fibrin dapat menutup lumen kanula dan
menurunkan laju aliran atau menghentikan aliran sepenuhnya. pembentukan
gumpalan dapat terjadi akibat iritasi, terutama cedera dinding akibat penyisipan
atau posisi ujung, peningkatan tekanan vena, atau cadangan darah ke kanula.
7) Tabung set infus mengkerut dan tabung set infus yang diletakan menggantung di
bawah tempat tidur
8) Jenis larutan yang kental seperti emulsi lemak diinfuskan seperti dekstrosa 5%
dan air, memiliki aliran yang lebih lambat. Aliran berbanding terbalik dengan
viskositas fluida. Larutan kental IV, seperti darah, membutuhkan kanula yang
lebih besar daripada air atau larutan garam.
9) Jarum pengukur kecil (ukuran 24 atau 25) meresap lebih lambat daripada jarum
yang lebih besar (ukuran 18 atau 20).
10) Penempatan wadah infus; wadah ditempatkan di atas jantung agar semakin cepat
laju alirannya
11) Isi wadah; semakin penuh wadah, semakin cepat laju aliran
12) Semakin tinggi tekanan di dalam vena, semakin lambat alirannya. Ketika aliran
infus berjalan dan vena menjadi lebih penuh, larutan infus dapat menetes lebih
lambat
13) Cairan lebih cepat melewati tabung lurus dari pada yang digulung atau
tergantung di bawah kanula.

12. Cara Menghitung Besarnya Aliran Infus


a. Menurut Ansel dan Shelly, 2017 : 250-251
b. Menurut Rees dkk., 2015 : 194-195
c. Menurut Kee dan Evelyn, 1996 : 115-116
d. Menurut Josephson, 2004 : 253-253
e. Menurut Oetari, 2018 : 69-70
Kesimpulan:
Terdapat tiga macam metode untuk menghitung laju aliran IV (tetes per menit,
tetes/menit).
1. Metode I: Tiga-Langkah

a) = mililiter/jam (mL/J)

b) = mililiter/menit (mL/menit)

c) Mililiter per menit x tetes per mililiter dari perangkat IV = tetes/menit


2. Metode ll: Dua-Langkah

a) = Mililiter/jam (mL/jam)

b) = Tetes/menit

Jika mililiter per jam diketahui, maka langsung ke langkah 2. Metode dua-
langkah ini adalah metode yang paling populer dalam penghitungan laju aliran
IV.
3. Metode III: Satu-Langkah

= Tetes/menit.

13. Cara Menghitung Miliekuivalen atau Osmol dan Miliosmol


a. Menurut McCarthy dan Denise, 2009:254
b. Menurut Ansel dan Shelly, 2017:216, 223 dan 228
c. Menurut Taixeira dan Joel, 2017:234-239
d. Menurut Ansel, 2008:189 & 198
e. Menurut Shargel dkk., 2013:9-10
Kesimpulan:
1) Miliekuivalen
Miliekuivalen adalah satuan yang menunjukkan aktivitas kimia suatu elektrolit
berdasarkan valensinya. Miliekuivalen dinyatakan dengan mEq

Rumus : atau
2) Miliosmol
Miliosmol adalah satuan yang menunjukkan aktivitas osmosis suatu zat, miliosmol
dinayatan dengan mOsmol/L

Rumus : atau

TUGAS TAMBAHAN

1. Jelaskan perbedaan antara osmolalitas dan osmolaritas, manakah diantara


keduanya yang sering digunakan?
2. Buat tabel mengenai hubungan osmolaritas larutan dengan tonisitasnya!
3. Sebut dan jelaskan macam-macam infus berdasarkan fungsinya (Buat dalam
bentuk tabel)
4. Hitunglah laju aliran infus berikut ini!
Seorang anak akan diberikan infus RL dengan mikrodrip (60 tetes/ml). Cairan
yang tersedia adalah 500 cc dan harus habis selama 10 jam. Berapakah laju
aliran infus?

JAWAB
1. Osmolaritas adalah miliosmol zat terlarut per liter larutan (mOsmol/L),
sedangkan osmolalitas adalah jumlah miliosmol zat terlarut per kilogram pelarut.
Osmolaritas lebih sering digunakan dalam sediaan steril karena osmolaritas ini
menunjukkan jumlah zat terlarut dalam tiap liter larutan.
2. Hubungan antara osmolaritas larutan dengan tonisitasnya

Pengertian Pengertian Hubungan


Osmolaritas Tonisitas Keduanya
Osmolaritas adalah Tonisitas adalah ukuran Jadi tonisitas ini
konsentrasi suatu efektif konsentrasi dapat
larutan (dalam 1 liter) relatif dari zat terlarut menggambarkan
ditinjau dari jumlah yang dilarutkan dalam ukuran gradient
parikelnya, dan larutan yang dipisahkan tekanan osmotik
dinyatakan dalam oleh membran antara dua larutan
satuan osmol/L. semipermiabel. yang berbeda.

3. Macam-macam infus berdasarkan fungsinya

No Macam-Macam Infus Fungsi


1. Asering Cairan ini dapat diberikan saat pasien dehidrasi
(keadaan shock hipovolemik dan asidosis),
demam berdarah dengue, trauma, dan luka bakar
2. Cairan kristaloid 1. Normal saline
Mengganti cairan saat diare, mengganti
elektrolit dan cairan yang hilang di
intravaskuler.
2. Ringer laktat (RL)
Untuk konduksi saraf dan otak, mengganti
cairan hilang karena dehidrasi, syok
hipovolemik dan kandungan natriumnya
menentukan tekanan osmotic pada pasien
3. Deaktrosa
Diperlukan pasien pada saat terapi intravena,
dan untuk dehidrasi ketika pasien selesai
operasi
4. Ringer asetat (RA)
Berguna sebagai cairan metabolism di otot
pasien. Bermanfaat bagi pasien resusitasi
(kehilangan cairan akut) yang mengalami
dehidrasi yang berat dan syok maupun
asidosis bagi pasin diare, demam berdarah,
dan luka bakar
3. Cairan koloid Untuk mengganti cairan yang hilang yakni cairan
intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan
osmose plasma lebih terjaga dan mengalami
peningkatan. Jenis cairan koloid yaitu :
1. Albumin
Mengganti jumlah volume yang hilang atau
protein ketika pasien mengalami syok
hipovolemia, hipoalbumineima, saat operasi,
trauma, gagal ginjal akut dan luka bakar
2. Hidroxyetyl starches (HES)
Membantu menurunkan permeabilitas
pembuluh darah pada pasien post trauma
3. Dextran
Membantu menambah plasma ketika pasien
mengalami trauma, syok sepsis, iskemia
celebral, vaskuler perifer dan iskemia miokard
4. Gelatin
Memberi efek antikoagulan, dapat membantu
menambah volume plasma pada pasien
4. Cairan mannitol Membantu tekanan intracranial yang tingga
menjadi normal atau berkurang, memberi
peningkatan diuresis pada proses pengobatan
gagal ginjal (oliguria), membuat eksresi senyawa
toksis menjadi meningkat
5. KA-EN 1B Dapat menjadi cairan elektrolit pasien pada kasus
pasien yang sedang dehidrasi karena tidak
mendapat asupan oral dan pasien yang sedang
demam
6. KA-EN 3A & KA-EN 3B Membantu memenuhi kebutuhan pasien akan
cairan dan elektrotil karena kandungan kaliumnya
7. KA-EN MG3 Mambantu cairan elektrolit harian pasien maupun
saat pasien mendapat asupan oral terbatas,
memenuhi kebutuhan kalium pasien (20 mEq/L)
dan sebagai suplemen NPC yang dibutuhkan
pasien (400 kcal/L)
8. KA-EN 4A Dapat diberikan sebagai larutan infus untuk bayi
dan anak-anak, menormalkan kadar konsentrasi
kalium serum pada pasien, membantu pasien
mendapatkan cairan kembali ketika mengalami
dehidrasi hipertonik
9. KA-EN 4B Dapat diberikan pada bayi dan anak-anak usia
kurang dari 3 tahun sebagai cairan infus bagi
mereka, mengurangi resiko hypokalemia ketika
pasien kekurangan kalium dan mengganti cairan
elektrolit pasien ketika dehidrasi hipertonik
10. Otsu-NS Untuk mengganti Na dan Cl ketika pasien diare,
mengganti kehilangan natrium pada pasien saat
asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal,
dan luka bakar.
11. Otsu-RL Memberi pasien ion bikarbonat dan sebagai
cairan asidosi metabolic dan sebagai resuisitasi
12. MARTOS-10 Dapat membantu mencukupi suplai air dan
karbohidrat pada pasien diabetic secara parental
dan dapat memberi nutrisi oksigen pada pasien
kritis penderita tumor, infeksi berat, pasien stress
berat maupun pasien mengalami defisiensi
protein
13. AMPIPAREN Untuk pasien yang mengalami stress metabolic
berat, mengalami luka bakar, kwasiokor dan
sebagai kebutuhan nutrisi secara parental
14. AMINOVEL-600 Meningkatan kebutuhan metabolic pada pasien
yang mengalami luka bakar, trauma pasca operasi
serta pasien yang mengalami stress metabolic
sedang
15. TUTUOFUSIN OPS Untuk memenuhi kebutuhan pasien akan air dan
cairan elektrolit baik saat sebelum, sedang dan
sesudah operasi
4. Dik. : Cairan yang tersedia = 500 cc

Harus habis dalam 10 jam

Dit.: Laju aliran infus

Jawab :
Laju aliran infus =

= 50 cc/jam.
DAFTAR PUSTAKA

Akers M.J.,2010,Sterile Drug Products, Informa Healtcare, New York

Alexander, M., dkk., 2010, Infusion Nursing, Elsevier: USA

Allen L, dan howard C.A., 2014, Pharmaceutical Dosage Form And Drug Delivery
System,Wolter Kluwer :Philadephia

Allen, L.V., Nicholas, G.P. dan Howard, C.A., 2011, Ansel Pharmaceutical Dosage
Form and Drug Delivery system 9th Ed, Wolters Kluwer : Philadelphia

Ansel, H.C., 2008, Pharmaceutical Calculations 13th Edition, Wolters Kluwer:


Philadelphia

Ansel, H.C., dan Shelly J.S., 2017, Pharmaceutical Calculations 15th Edition, Wolters
Kluwer: Philadelphia

Anthony Y., Chan K., 2016, Biomedical Device Technology, Publisher : USA

Arvin.B.K. 1996., Ilmu Kesehatan Anak., Penerbit Buku Kedokteran Egc., Jakarta

Aulton, M. E. dan Kevin M. G. T., 2013, Aulton’s Pharmaceutics: The Design and
Manufacture of Medicine 4th Edition, Churchill Livingstone: Edinburgh

Avis, K.E., Herbert. A.L., dan Leon L., 1993, pharmaceutical dosage form: parenteral
medications volume 3, mrcel dekker: New York

Bachenhemer, B.S., 2011, Manual Of Pharmacy Technicians 4 Th Edition, American


Society Of Health System-Pharmacy : USA

Banker, 2002, Modern Pharmaceutics 4 Th Edition, Marcel Dekker : New York

Bonagura, J. D. dan David C. T., 2014, Kirk’s Current Veterinary Therapy XV,
Elsevier : New York.

Boswich.,J.A., 1981., Perawatan Gawat Darurat., Penerbit Buku Kedokteran Egc.,


Jakarta

Denton, P., dan Chris R., 2013, Pharmaceutics The Science Of Medicine Design,
Oxford University Press : Inggris

Dewit, S. C., and Candice K. K., 2013, Medical-Surgical Nursing Concepts & Practice,
Elsevier Saunders : USA.
DiPiro, J. T.., Robert L. T., Gary C. Y., Gary R. M., Barbara G. W., dan Michael P.,
2008., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach., Medical., New York

Felton L., 2012, Remington Essentials Of Pharmaceutics, Pharmaceutical Press,


London

Florence, A.T. dan Juergen, S., 2010, Modern Pharmaceutics 5th Edition, CRC Press :
USA.

Fulcher E. M Dan Margaret. S. F., 2007, Introduction To Intravenous Therapy For


Health Professionals, Saunders Elsevbier: Philadelphia.
Fulcher, E.M., dan Margaret S.F., 2013, Introduction to Intravenous Therapy For
Health Professionals, Elsivier : USA

Gennaro, A. R., 2000, Remington : The Science and Practice of Pharmacy Volume 1,
Lippincotts William and Wilkins : Philadelphia.
Gennaro,A.R, dkk, 1990, Rhemingtons Pharmaceutical Science, 18th Edition, Marck
Publishing Company, Pensylvania

Ghosh, T.K., dan Bhaskara R.J., 2005, Theory and Practice Of Contemporary
Pharmaceutics, CRC Press : New York.

Holdford D.A., dan Thomas R.B., 2010, Introduction To Hospital And Health System
Pharmacy Practice, American society of health system pharmacists: Bethesda

Hopkin.B.D.A., 1980., Hazards And Errors In Anaesthesia., Springer-Verlag berlin.,


New York

Jain S.K and Vandana S., 2012, Bentley’s Textbook of Pharmaceutics, Reed Elsevier,
India

Jones, D., 2008, Pharmaceutical Dosage Form and Design, Pharmaceutical Press :
London

Josephson, D. L., 2004, Intravenous Infusion Therapy For Nurses Principles &
Practice, Thomson: UK.

Josephson, D.L., 2004, Intravenous Infusion Therapy for Nurses : Principles &
Practive, Delmar Learning : New York

Junge, T., 2017, Practical Pharmacology For The Surgical Technologys, Cengage
Learning : Australia

Kasture, Parakh, Gokhale, S.B., dan Paradkar, 2007, Pharmaceutics II second year
diploma in pharmacy, nirali paraksha: India
Kee, J. L., Dan Evelyn R. H., 1994, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Kee, J.L dan Sally, M.M, 2013, Clinical Calculations: With Applications To General
and Speciality Areas Seventh Edition, Elsevier : USA

Lazuardi, M., 2019, Bagian Khusus Ilmu Farmasi Veteriner Ed. 1, Airlangga University
Press: Surabaya

McCarthy, M. W., dan Denise R. K., 2009, Oxford American Handbook Of Clinical
Pharmacy, Oxford University Press : New Yok

Moini J., 2010, Laboratory Procedures for Pharmacy Technicians, Delmar : USA.

Nema, S., dan John D. L., 2010, Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral
Medication 3rd Edition Vol. 1: Formulation and Packaging, Informa Healthcare:
New York.

Nema, S., dan John D. L., 2010, Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral
Medication 3rd Edition Vol.2: Facility Design, Sterilization and Processing,
Informa Healthcare: New York.

Nentwich, Phyllis F., 1990, Intravenous Therapy: A Comprehensive Application of


Intravenous Therapy and Medication Administration, Jones & Bartlett
Learning : Boston

Niazi, S.K., 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile


Products, Informa Healthcare: USA

Nosek, B. L. dan Deborah T. L., 2013, IV Therapy for Dummies, John Wiley and Sons :
Canada.
Ochoa P.S. dan Jose A.V., 2015, Concepts in Sterile Preparations and Aseptic
Technique, Jones & Bartlett Learning: USA.

Oetari, R. A., 2018, Teknik Aseptis, UGM Press : Yogyakarta

Perry, A. G., Patricia A. P., and Wendy O., 2015, Nursing Interventions & Clinical
Skills, Elsevier Health Sciences : USA

Reddy I.K. dan Mansoor A.K., 2005, Essential Math and Calculation for Pharmacy
Technician, CRC Press : London
Rees, J.A., Ian S dan Jennie W., 2015, Introduction Pharmaceutical Calculations,
Pharmaceutical Press : London

Shargel, L., Alan H. M., Paul F. S., dan Larry N. S., 2013, Comprehensive Pharmacy
Review Eight Edition, Wolters Kluwer Lippincott and Willkins : Philadephia

Staf Pengajar Department Farmakologi., 2004., Kumpulan Kuliah Farmakologi.,


Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Suzanne C., O'Connell S., Brenda G. Bare, Janice L., Hinkle, Kerry H. dan Cheever,


2010, Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-surgical Nursing, Volume 1,
Lippincott Williams & Wilkins : USA

Swarbrick J., 2007, Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology 3rd Edition, Informa


Healthcare : New York.

Syifa M., 2019, keracunan makanan cegah, kenali dan atasi, Tim UB press : Malang

Taixeira, M.G., dan Joel L.Z., 2017, Pharmaceutical Calculations 5th Edition, John
Wiley & Sons: New Jersey

Torce, S dan Robert S King, 1974, Sterile Dosage Form, Lea Febinger; Philadelphia

Troy D.B., 2006, Remington The Science and Practice of Pharmacy 21st Ed.,
Lippiconts Williams and Wilkins : USA

Watson J and Louise C., 2020, Calculations and Pharmaceutics in Practice, Elsevier :
New York

Watson J and Louise C., 2020, Pharmacy Practice Sixth Edition, Elsivier Limited,
Edinburgh London

Werner.D., Carol.T., Dan Jane.M., 1980., Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi
Persalinan., Yayasan Essentia Medika: Yogyakarta

Williams, L. dan Wilkins, 2007, IV Therapy, a Wolters Kluwer Business : USA

Williams, Linda S. dan  Paula D Hopper., 2015, Understanding Medical Surgical


Nursing, F.A. Davis : Philadelphia

Winfield, A. J., J. A. Rees., dan I. Smith, 2009, Pharmaceutical Practice 4th Edition,
Churchill Livingstone: Edinburgh

Word Pharma Tomorrow, 2018, Pharma Interview Guide A Complete Solution, Indore,
India

World Health Organization, 2001, The Clinical Use of Blood, WHO Library
Cataloguing : Inggris.

Anda mungkin juga menyukai