Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN LENGKAP

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

PERCOBAAN

“LARGE VOLUME PARENTERAL INFUS MANNITOL”

OLEH :

KELOMPOK 1

KELAS B2

LABORATORIUM FARMASETIKA

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
BAB I

GAMBARAN PABRIK

A. Logo Pabrik

B. Makna Logo

1. Elemen “+” : Palang (+) memiliki arti sebagai bebas dari kecelakaan dan

sakit.

2. Lingkaran : Bentuk lingkaran yang memberikan kesan dinamis bergerak dan

tidak memiliki awal ataupun akhir.

3. Ular dan Mangkuk Hygieia : Mangkuk Hygeia dan ular merupakan simbol

keseimbangan alam di muka bumi. Ular menggambarkan pasien yang bebas

memilih untuk mengobati dirinya sendiri atau tidak. Menurut kepercayaan

Yunani kuno, ular yang melilit pada mangkuk menggambarkan

kebijaksanaan dan kesembuhan.

4. Warna : Semua warna yang dipakai pada logo yaitu biru, hijau, coklat muda

dan putih melambangkan dan memiliki arti empat elemen kehidupan dimuka

bumi yaitu air, udara, api dan tanah. Keempat elemen ini memiliki arti

empat dimensi perusahaan yaitu pasien, manusia, etika dan lingkungan.

5. Nama : ONEFARM merupakan singkatan dari “One” dan “Farma”. Yang

berarti satu tujuan berdirinya pabrik ini yaitu tentang atau terkait dengan
obat. Dipilih warna hijau karena memiliki kaitan yang kuat dengan alam,

hijau sering dianggap mewakili ketenangan, keberuntungan dan kesehatan.

C. Sejarah Pabrik

PT.ONEFARM didirikan pada tanggal 30 Juni 2021, PT.ONEFARM sendiri

merupakan singkatan dari “One” dan “Farma”. Yang berarti satu tujuan

berdirinya pabrik ini yaitu tentang atau terkait dengan obat. PT.ONEFARM

didirikan oleh pengusaha muda 4 wanita dan 1 pria , yang memiliki latar belakang

pendidikan yang sama. Adapun produk pertama yang di buat yaitu: One-

Mannitol®, seiring dengan perkembangannya PT.ONEFARM juga memproduksi

obat yang diberi nama Cefotax-One®. Untuk kedepannya juga akan memproduksi

berbagai jenis produk lainnya dan memenuhi target di pasaran. Sebagai

perusahaan yang sudah memenuhi standar industri farmasi skala internasional,

PT. ONEFARM sudah menjangkau seluruh Indonesia maupun luar negeri di

antaranya Singapura, Malaysia, Korea dan beberapa negara lainnya.

D. Visi Misi Pabrik

1. Visi

Menjadikan perusahaan industri Farmasi yang mampu memenuhi target

pasaran baik dalam negeri maupun luar negeri. Serta menjadikan perusahaan

farmasi yang terpercaya dan berstandar internasional.

2. Misi

Menciptakan produk yang berkualitas, dan bermutu tinggi sehingga

terpenuhinya kebutuhan konsumen. Serta memiliki nilai unggul dari segi

kehalalan pada produk yang diproduksi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Pengertian Large Volume Parenteral (Infus)

Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan

melewati kulit atau batas jaringan eksternal lain dimana zat aktif yang diberikan

dengan adanya gravitasi atau kekuatan mengalir langsung ke pembuluh darah,

organ atau jaringan. Injeksi adalah Sediaan yang ditujukan untuk pemberian

parenteral, dapat dikonstitusi atau diencerkan dahulu menjadi sediaan Sebelum

digunakan (Dirjen POM, 2020; 50).

Rute intravena adalah yang paling umum dari semua rute parenteral dan

sangat nyaman untuk infus volume besar. Keuntungan dari rute pemberian

intravena dibandingkan dengan rute yang lain, antara lain sebagai berikut :

Respon instan, terutama penting dalam keadaan darurat seperti aritmia atau

kejang. Respons seketika juga diperlukan dalam pemulihan keseimbangan

elektrolit dan cairan dan dalam pengobatan infeksi yang mengancam jiwa

(Michael J. Akers, 2010 ; 475-476).

Sediaan parenteral adalah sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau

dapat dikatakan obat dimasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna (langsung

ke pembuluh darah) sehingga memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai

sasaran. Misal suntikan atau insulin. Injeksi dan infus termasuk semua bentuk

obat yang digunakan secara parentral. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau

emulsi (Laily Nurul Azizah ,dkk, 2018; 2 ).

Sediaan parenteral volume besar (LVP) adalah injeksi dosis tunggal untuk

intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml. LVP

biasa digunakan untuk cairan irigasi dan dialisis. Saat ini, cairan LVP digunakan
pula sebagai cairan pembawa obat lain dan juga nutrisi parenteral (Dirjen POM,

1995).

Infus adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan

sedapat mungkin isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena

dalam volume relatif banyak, mengacu kepada injeksi untuk pemberian intravena

dan dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih. Digunakan paling umum terhadap

perbaikan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan

penyiapan nutrisi dasar dimana menggunakan metode piggyback dengan wadah

infus tipe mini (Robert, 2017; 105).

Infus intravena merupakan sediaan steril berupa larutan steril dan emulsi,

sedapat mungkin isotonis terhadap darah dan diberikan dalam volume besar

terhitung mulai dari 10 ml yang disuntikkan langsung kedalam vena. Sterilitas

infus intravena merupakan faktor terpenting karena sediaan langsung kontak

dengan cairan dan jaringan tubuh yang sangat memungkinkan terjadinya infeksi

bila sediaan tersebut tidak steril (Ansel, dkk, 1999; 439).

Tujuan umum sediaan parenteral adalah :

a. Untuk menjamin penyampaian obat yang masih belum banyak diketahui sifat-

sifatnya ke dalam suatu jaringan yang sakit atau daerah target dalam tubuh

dalam kadar yang cukup, khususnya jika diantisipasi bahwa senyawa obat yang

bersangkutan sulit mencapai sasaran tersebut jika diberikan melalui rute yang

lain

b. Untuk memungkinkan pengendalian langsung terhadap beberapa parameter

farmakologi tertentu, seperti waktu tunda, kadar puncak dalam darah, kadar

dalam jaringan, dll. Contoh: pemberian obat secara i.v untuk mendapatkan efek

yang segera.
c. Untuk menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat, khususnya untuk

penderita rawat jalan.

d. Untuk mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain,

mungkin karena obat tidak dapat diabsorbsi atau rusak oleh asam lambung atau

enzim jika diberikan secara oral. Contoh: insulin.

e. Untuk memberikan obat pada keadaan rute lain yang lebih disukai tidak

memungkinkan, misalnya pada penderita yang saluran cerna bagian atasnya

sudah tidak ada karena dioperasi.

f. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika diinginkan untuk mencegah atau

meminimalkan efek/reaksi toksik sistemik. Contoh: pemberian metotreksat

secara injeksi intratekal pada penderita leukemia 2

g. Untuk pemberian obat pada penderita yang tidak sadarkan diri atau tidak dapat

bekerja sama (gila). Contoh: pemberian obat penenang pada orang gila

h. Untuk memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau ketidakseimbangan

elektrolit atau untuk mensuplai kebutuhan nutrisi

i. Untuk mendapatkan efek lokal yang diinginkan, misalnya anestesi lokal pada

pencabutan gigi

(Laily Nurul Azizah ,dkk, 2018; 2-3)

Tujuan pemberian infus :

a. Menjaga keseimbangan elektrolit

b. Nutrisi (dekstrosa)

c. Mengganti cairan tubuh yang hilang

d. Tujuan khusus (hiperalimentasi)

(Modul praktikum teknologi sediaan steril II,2022; 8)

2. Syarat Large Volume Parenteral (Infus)

Syarat sediaan LVP ( infus )


a. Sediaan steril

b. Bebas pyrogen

c. Sedapat mungkin dibuat isotonis dan isohidris terhadap darah

d. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel

e. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar

f. Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nilai yang ada pada etiket

sediaan

g. Memenuhi persyaratan lain yang tertera pada injeksi (penandaan). Kecuali

dinyatakan lain, syarat injeksi meliputi :

1) Keseragaman volume

2) Keseragaman bobot

3) Pirogenitas

4) Sterilitas

5) Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal

6) Penandaa : etiket menyatakan konsentrasi mosmol total dalam satuan

mosmol/L.

(Departemen Kesehatan RI,1995 )

3. Rute Pemberian Parenteral

Jenis-jenis rute pemberian injeksi adalah :

a. Intradermal atau injeksi intrakutan

Untuk diagnosa atau test penyakit tertentu, seperti diphtheria (shick test),

tuberculosis (Old Tuberculin, Derivat Protein Tuberculin Murni).

b. Injeksi Subkutan atau Hipodermik

Obat-obat vasokontriksi seperti adrenalin dapat ditambahkan untuk efek lokal,

seperti anestesi local.

c. Injeksi Intramuskular
Larutan berair dan berminyak dan juga bentuk suspensi diberikan melalui rute

intramuscular

d. Intravena

Larutan berair, tetapi kadang-kadang emulsi minyak dalam air, (seperti

Phytomenadion Injection, BP). Volume besar 500 ml atau lebih diberikan

dalam bentuk infus i.v untuk mengganti cairan darah yang hilang akibat shock,

luka, operasi pembedahan, atau cairan tubuh hilang oleh diarrhoeia, seperti

pada kolera.

e. Injeksi Intra-arterial

Digunakan ketika aksi segera diinginkan pada daerah perifer.

f. Injeksi Intrakardial

Diinjeksikan secara langsung pada otot jantung atau ventrikel untuk

pengobatan darurat, bebas bahan partikulat.

g. Injeksi Intratekal atau Subarachnoid

Digunakan untuk anestesi spinal. Tidak mengandung bakterisida.

h. Injeksi Intrasisternal

Untuk pemberian antibiotik.

i. Injeksi Peridural

Injeksi peridural dapat dibuat dalam daerah torax, lumbar dan sakral.

(Robert tungadi, 2017; 41-42)

4. Studi Farmakologi Mannitol

a. Mekanisme Kerja

Meskipun sejumlah diuretik osmotik (misalnya, urea, gliserol) dapat

digunakan untuk menurunkan ICP, manitol tidak diragukan lagi yang paling

banyak digunakan. Mekanisme yang bertanggung jawab atas efek menguntungkan

manitol ke mungkinan berhubungan dengan (a) efek perluasan plasma langsung


yang mengurangi kekentalan darah dan meningkatkan CBF, dan (b) pembentukan

gradien konsentrasi osmotik di sawar darah-otak utuh yang menurunkan ICP saat

air berdifusi dari otak ke dalam kompartemen intravaskular. (Dipiro et al., 2020 ;

2753)

b. Indikasi

Manitol adalah agen osmotik. Meskipun isomer dari sorbitol, ia memiliki

nilai energi yang kecil, karena sebagian besar dieliminasi dari tubuh sebelum

metabolisme apa pun dapat terjadi. Manitol terutama digunakan, dengan rehidrasi

yang memadai, untuk meningkatkan aliran urin pada pasien dengan gagal ginjal

akut dan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial dan mengobati

edema serebral. Ini juga digunakan dalam jangka pendek manajemen glaukoma,

terutama untuk mengurangi tekanan intraokular sebelum operasi mata, dan untuk

mempromosikan ekskresi zat beracun dengan diuresis paksa. Indikasi lain

termasuk irigasi kandung kemih selama reseksi transurethral prostat untuk

mengurangi hemolisis dan sebagai pencahar osmotik oral untuk usus persiapan.

Manitol digunakan sebagai pengencer dan eksipien dalam sediaan farmasi dan

sebagai pemanis curah. Ini sedang diselidiki untuk digunakan dalam bronkiektasis

dan fibrosis kistik (Sweetman, 2009; 1331).

c. Kontraindikasi

Manitol dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit paru-paru

kongesti atau edema paru, intrakranial perdarahan (kecuali selama kraniotomi),

gagal jantung (pada pasien dengan cadangan jantung berkurang, perluasan cairan

ekstraseluler dapat menyebabkan fulminan jantung gagal ginjal), dan pada pasien

dengan gagal ginjal kecuali tes dosis telah menghasilkan respon diuretik (jika

aliran urin tidak adekuat, ekspansi cairan ekstraselular dapat menyebabkan

keracunan air akut). Manitol tidak boleh diberikan dengan darah utuh. Semua
pasien yang diberi manitol harus diamati dengan cermat untuk tanda-tanda

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan fungsi ginjal harus dipantau.

(Sweetman, 2009; 1331)

d. Dosis

Untuk infus intravena digunakan larutan 20%. Dosis dewasa berkisar antara

50-100 g (250-500 mL) dengan kecepatan infus 30-50 mL/jam. Untuk

mengurangi edema otak diberikan 0,25-2 g/kgBB selama 30-60 menit. Untuk

edema dan asites dan untuk mengatasi gagal ginjal akut pada keracunan

digunakan dosis 500 mL dalam 6 jam (Tanu I, 2007; 398-399).

e. Efek Samping

Manitol didistribusi ke cairan ekstrasel, oleh karena itu pemberian larutan

manitol hipertonis akan meningkatkan osmolaritas cairan ekstrasel, sehingga

dapat menambahan jumlah cairan ekstra sel. Hal ini tentu berbahaya bagi pasien

payah jantung. Kadang-kadang manitol juga dapat menim bulkan reaksi

hipersensitif (Tanu I, 2007; 398-399).

f. Kategori

Penggunaan manitol pada kehamilan termasuk dalam kategori C oleh FDA

(Food and Drug Administration). Sementara itu, penggunaan pada ibu menyusui

belum dapat dipastikan keamanannya karena data tentang ada tidaknya ekskresi

obat ini ke ASI masih terbatas (Food and Drug Administration (FDA), 2018).

g. Interaksi

Amifostine, antihipertensi dapat meningkatkan efek hipotonis dari

amifostine. Diazoxide, dapat meningkatkan efek hipotensi dari hipertensi. Terapi

monitor methylphenidale, dapat meningkatkan efek hipotensif dari antihipertensi

(Lacy L.F et al, 2007; 4405).


h. Peringatan

Gagal jantung kongestif, edema paru (Pionas, 2015). Penggunaan manitol di

bawah dosis 200 g/hari jarang menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut. Pada

dosis rendah manitol memberikan efek vasokontriktor ginjal yang dapat

mempengaruhi terjadinya gagal ginjak akut (Better dkk, 1997).

i. Perhatian

Pemantauan yang cermat terhadap keseimbangan cairan, elektrolit, fungsi

ginjal dan tanda-tanda vital diperlukan selama infus untuk mencegah cairan dan

elektrolit ketidakseimbangan termasuk kelebihan sirkulasi dan jaringan dehidrasi.

Larutan yang mengandung lebih dari 15% manitol dapat mengkristal selama

penyimpanan, terutama pada suhu rendah (kristal dapat dilarutkan kembali dengan

pemanasan sebelum digunakan) (Sweetman S.C, 2009; 1331).

j. Farmakodinamik

Adanya manitol dalam sirkulasi akan meningkatkan tekanan osmotik

sehingga jumlah elektrolit dan cair yang di ekskresi bertambah besar. Tetapi akan

menimbulkan diuretik yang besar diperlukan dosis diuretik yang cukup tinggi.

Tempat kerja utama manitol adala (1) tubuli proksimal, yaitu dengan menghambat

reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran

filtrat yang tinggi atau adanya faktor lain (Widjaja, 2017; 20-21)

5. Studi Farmakokinetik Mannitol

Hanya sejumlah kecil manitol yang diserap dari saluran pencernaan. Setelah

injeksi intravena man nitol diekskresikan dengan cepat oleh ginjal sebelum

metabolisme yang signifikan dapat terjadi di hati. Mannitol tidak melewati sawar

darah-otak atau menembus mata. Waktu paruh eliminasi sekitar 100 menit telah

dilaporkan (Sweetman SC, 2009 ; 1331).


B. Uraian Bahan

1. Mannitol (Ansel. 2008 : 439 ;Sweetman SC. 2009 : 1330 ; Dirjen POM.

2020 : 1085 ; Rowe, et al. 009 : 426)

Nama Resmi : MANNIL

Nama Lain : Manita; Manitol; Manitolis; Manna Sugar; Mannit;

Mannite; Mannitoli; Mannitolum. D-Mannitol.

Rumus Molekul : C6H14O6

Berat Molekul : 182.2 g/mol

Rumus Struktur :

pH : 4.5-7

Titik Leleh : 166–168 oC

Pemerian : Kristal putih atau hampir putih bubuk atau

butiran yang mengalir bebas. Ini

menunjukkan polimorfisme

Kelarutan : Bebas larut dalam air; sangat sedikit larut dalam

alkohol. Larut 1 dalam 5,5 air; sangat sedikit larut

dalam alkohol; praktis tidak larut dalam

eter; sedikit larut dalam piridin; larut dalam

larutan basa.

Stabilitas : Mannitol stabil dalam keadaan kering dan dalam

larutan barair
Inkompatibilitas : Larutan manitol, 20% b/v atau lebih kuat, dapat

diasinkan dengan kalium klorida atau natrium

klorida. Manitol tidak sesuai dengan infus xylitol

dan mungkin membentuk kompleks dengan

beberapa logam seperti aluminium, tembaga, dan

besi.

Konsentrasi : 5-20 %

Kegunaan : Zat aktif

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, sejuk, dan kering.

Sterilisasi : Panas basah (autoklaf) pada suhu 121° C selama

15 menit

2. Carbon Adsorben (Ditjen POM, 1979: 133 dan Rowe, 2009: 625)

Nama Resmi : CARBO ADSORBENS

Nama Lain : Arang jerap, karbon aktif, aktif adsorben, karbon

adsorben.

Rumus Molekul : C6H7NaO6

Rumus Struktur :

Berat Molekul : 198.11 g/mol

pH : 7
Pemerian : Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam; tidak

berbau; tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) p.

Stabilitas : Dapat mengabsorbsi air

Inkompatibilitas : Dapat menurunkan ketersediaan hayati beberapa

obat seperti loperamid dan riboflavin. Reaksi

hidrolisis dan oksidasi dapat dinaikkan

Konsentrasi : 0.1 %

Kegunaan : Adsorbs pirogen

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara, sejuk dan

kering.

Sterilisasi : Panas basah (autoklaf) pada suhu 121 o C selama

15 menit

3. Sodium Hydroxide (Ditjen POM, 2020: 1224 dan Rowe, 2009: 648 -

649)

Nama Resmi : SODIUM HYDROXIDE

Nama Lain : Caustic soda; E524; lye; natrii hydroxidum;

soda

lye; sodium hydrate

Rumus Molekul : NaOH

Berat Molekul : 40.00 g/mol


Rumus Struktur :

pH : pH 12 (0,05% b/b larutan berair);

pH 13 (0,5% b/b larutan berair);

pH 14 (5% b/b larutan berair).

Titik Lebur : 318 o C

Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur,

berbentuk pelet kecil, serpihan atau batang

atau bentuk lain. Keras, rapuh dan

menunjukkan pecahan hablur. Jika terpapar di

udara, akan cepat menyerap karbon dioksida

dan lembab.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol

Stabilitas : Saat terkena udara, natrium hidroksida dengan

cepat menyerap kelembaban dan mencairkan,


tetapi kemudian menjadi padat lagi karena

penyerapan karbon dioksida dan pembentukan

natrium karbonat.

Inkompatibilitas : Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidak

cocok dengan senyawa yang mudah

mengalami hidrolisis atau oksidasi. Itu akan

bereaksi dengan asam, ester, dan eter, terutama

dalam larutan berair.

Kegunaan : ad just pH
Penyimpanan : Disimpan dalam nonlogam kedap udara wadah

di tempat yang sejuk dan kering.

Sterilisasi : Panas kering (oven) pada suhu 170° C selama 1

jam

4. Asam Klorida (Ditjen POM, 2020: 185 dan Rowe, 2009: 308)

Nama Resmi : HYDROCHLORIC ACID

Nama Lain : Acidum hydrochloridum concentratum, E507,

chlorohydric acid, concentrated hydrochloric acid.

Rumus Molekul : HCl

Berat Molekul : 36.46 g/mol

Rumus Struktur :

pH : 0.1

Titik Didih : 110° C

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang.

Jika diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap

hilang, bobot jenis lebih kurang 1.18

Kelarutan : Larut dengan air ,larut dalam dietil eter, etanol

(95%), dan metanol.

Stabilitas : Wadah inert pada suhu di bawah 30°

C. Penyimpanan didekat alkali pekat, logam, da

sianida harus dihindari.

Inkompatibilitas : Asam klorida bereaksi hebat dengan basa, dengan

evolusi sejumlah besar panas. Asam klorida juga


bereaksi dengan banyak logam, membebaskan

hidrogen.

Kegunaan : adjust pH

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat

Sterilisasi : Panas basah (autoklaf) pada suhu 121 ° C selama

15 menit

5. Aqua Pro Injeksi (Ditjen POM, 1979: 96 ; Ditjen POM, 1995: 112 ;

Ditjen POM, 2020: 70 ; Rowe, 2009: 768)

Nama Resmi : AQUA STERILE PRO INJECTIONA

Nama Lain : Aqua Pro Injeksi, WFI

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 182.02 g/mol

Rumus Struktur :

pH : 5,0 dan 7,0

Titik Didih : 100°C

Titik Beku : 0°C

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak berasa.

Stabilitas : Stabil secara kimia dalam bentuk fisika bagian

dingin cairan uap


Inkompatibilitas : Dalam formulasi sediaan, air dapat bereaksi

dengan obat dan bahan tambahan lainnya terurai

atau terhidrolisis, air juga dapat bereaksi dengan

logam alkali, kalium dioxid, dan magnesium oxid.

Kegunaan : Zat pembawa

Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal dari kaca atau plastik,

tidak lebih besar dari 1 L

Sterilisasi : Panas basah (autoklaf) pada suhu 121 ° C selama

15 menit
BAB III

FORMULASI

A. FORMULA

1. Formula Asli : Infus Mannitol

2. Rancangan Formula

Nama Produk : ONE - MANNITOL

Jumlah Produk : 100 botol infus @500 ml

Tanggal Formulasi : 23 Juni 2022

Tanggal Produksi : 23 Juni 2023

Nomor Registrasi : DKL 2314210149A1

Nomor Batch : G 3230621

Komposisi : Tiap 500 ml infus mengandung :

Manitol 20 %

Karbon Aktif 0,1 %

NaOH q.s

HCl q.s

Aqua Pro Injeksi ad 510 ml

3. Master Formula

Diproduksi Tanggal Tanggal


Dibuat Oleh Disetujui Oleh
Oleh Formulasi Produksi

Dr. apt. Karlina


PT. ONE KELOMOPK
23 Juni 2022 23 Juni 2023 Amir Tahir, S.Si.,
FARM 1
M.Si
Fungsi/ Per 500 ml
Kode Bahan Nama Bahan Per Batch
Kegunaan flakon

01-MA Manitol Zat Aktif 107,1 g 1,5 g

02-CA Karbon Aktif Adsorben 0,51 g 51 g

03-NH NaOH Adjust pH q.s q.s

04-HL HCl Adjust pH q.s q.s

08-AQ Aqua Pro Injeksi Pembawa Ad 510 ml Ad 51.000 ml

4. Alasan Bentuk Sediaan

Mannitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol tidak

mengalami metabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali di absorpsi tubuli

bahkan praktis dianggap tidak direabsorpsi. Mannitol harus diberikan secara

intravena, jadi obat ini tidak praktis untuk pengobatan edema kronik (Tanu I,

2007; 398-399).

Manitol tidak diserap ketika diberikan secara oral dan harus diberikan secara

intravena. Efek samping termasuk ekspansi air ekstraseluler dan dehidrasi, serta

hipo atau hipernatremia. Ekspansi air ekstraseluler terjadi karena adanya manitol

dalam cairan ekstraseluler mengekstraksi air dari sel dan menyebabkan

hiponatremia sampai terjadi diuresis (Lippincott, 2015; 251) .

Infus adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan

sedapat mungkin isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena

dalam volume relatif banyak, mengacu kepada injeksi untuk pemberian intravena

dan dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih. Digunakan paling umum terhadap

perbaikan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan

penyiapan nutrisi dasar dimana menggunakan metode piggyback dengan wadah

infus tipe mini (Robert, 2017 ; 105) .


Rute intravena adalah yang paling umum dari semua rute parenteral dan

sangat nyaman untuk infus volume besar. Keuntungan dari rute pemberian

intravena dibandingkan dengan rute yang lain, antara lain sebagai berikut :

Respon instan, terutama penting dalam keadaan darurat seperti aritmia atau

kejang. Respons seketika juga diperlukan dalam pemulihan keseimbangan

elektrolit dan cairan dan dalam pengobatan infeksi yang mengancam jiwa

(Michael J. Akers, 2010 ; 475-476).

Infus intravena merupakan sediaan steril berupa larutan steril dan emulsi,

sedapat mungkin isotonis terhadap darah dan diberikan dalam volume besar

terhitung mulai dari 10 ml yang disuntikkan langsung kedalam vena. sterilitas

infus intravena merupakan faktor terpenting karena sediaan langsung kontak

dengan cairan dan jaringan tubuh yang sangat memungkinkan terjadinya infeksi

bila sediaan tersebut tidak steril (Ansel, dkk. 1999 : 439).

5. Alasan Pemilihan Bahan

a. Zat Aktif

Manitol adalah agen osmotik. Meskipun isomer dari sorbitol, ia memiliki

nilai energi yang kecil, karena sebagian besar dieliminasi dari tubuh sebelum

metabolisme apa pun dapat terjadi (Sweetman SC, 2009 ; 1331).

Secara terapeutik, manitol yang diberikan secara parenteral digunakan

sebagai diuretik osmotik, sebagai agen diagnostik untuk fungsi ginjal, sebagai

tambahan dalam pengobatan gagal ginjal akut, dan sebagai agen untuk

mengurangi tekanan intrakranial, mengobati edema serebral, dan mengurangi

tekanan intraokular (Rowe et al, 2009 ; 425).

Manitol adalah zat terlarut dalam ruang intravaskular, yang meningkatkan

tonisitas plasma darah. Peningkatan tonisitas plasma darah menarik air keluar dari
humor vitreous mata dan ke dalam ruang intravaskular dan menurunkan tekanan

intraokular (Turliuc et al., 2019 ; 628).

Manitol adalah diuretik osmotik yang secara metabolik inert pada manusia

dan terjadi secara alami. Manitol meningkatkan osmolalitas plasma darah,

menghasilkan peningkatan aliran air dari jaringan, termasuk otak dan cairan

serebrospinal, ke dalam cairan interstisial dan plasma (National Center for

Biotechnology Information, 2022 ; 6251).

Manitol bertindak sebagai diuretik osmotik dengan meningkatkan tekanan

osmotik filtrat glomerulus, yang menghambat reabsorpsi air dan elektrolit tubular.

Sebagai cairan hipertonik, manitol dapat digunakan untuk mengisi kembali

osmolalitas yang hilang dari filtrat hemolitik pada saat masuk kembali ke dalam

tubuh. Dosis pemberian manitol adalah 0,16 g/kg/jam dalam sesi hemodialisis

(Nguyen et al, 2018 ; 54).

Manitol dapat digunakan pada pasien dengan edema serebral dengan dosis

1g/kg sebanyak larutan 20% dengan diberikan melewati infus intravena dengan

kecepatan yang cepat (Pionas,2018). Manitol 20% merupakan terapi yang paling

sering dipakai sebagai osmoterapi. Manitol 20% dinyatakan aman dan efektif oleh

Brain Trauma Foundation dan The European Brain Injury (Ismail J,2017; 375).

b. Bahan Tambahan

1) Karbon Aktif

Adsorben yang paling sering digunakan untuk menyerap logam berat ialah

arang aktif. Arang aktif merupakan suatu padatan yang memiliki pori berasal dari

bahan yang mengandung karbon dengan menggunakan pemanasan pada suhu

tinggi. Semakin luas permukaan arang aktif maka daya adsorpsinya semakin

tinggi (Sudibandriyo, 2003).


Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan

yang mengandung karbon atau arang yang diperlukan secara khusus untuk

mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan

senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada

besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat

besar yaitu 25-1000 % terhadap berat karbon aktif (Barmawan A.D, 2008).

Karbon aktif adalah salah satu adsorben yang digunakan dalam proses

penjernihan air. Karbon aktif digunakan luas permukaan besar sehingga daya

absorpsinya lebih tinggi (Alfi R.FL, et al., 2020; 68).

Karbon aktif adalah bahan yang baik sebagai adsorben karena mempunyai

daya adsorpsi yang baik (Mufli R.A, et al., 2020; 88).

Pembebasan pirogen dilakukan dengan penambahan 0,1 % karbon aktif

dihitung terhadap volume nilai (b/v) (Sesilia, 2016 ; 88-89).

2) NaOH

Natrium hidroksida banyak digunakan dalam formulasi farmasi untuk

menyesuaikan pH larutan. Dapat juga digunakan untuk bereaksi dengan larutan

lemah asam membentuk garam (Rowe et al. 2009: 648) .

Natrium hidroksida adalah kaustik yang kuat. Solusi 2,5% dalam gliserol

telah digunakan sebagai pelarut kutikula. Persiapan escharotic natrium hidroksida

dan kalsium oksida dikenal sebagai pasta London. Natrium hidroksida juga

digunakan untuk mengatur pH larutan (Sweetman SC. 2009 : 2390).

Natrium hidroksida merupakan vasa kuat yang mampu menaikkan pH, tidak

beraroma dan harga yang relatif murah (Efendi R et al,2015;7).

3) HCl
Penggunaan HCL dikarenakan sifat HCL sebagai asam kuat sehingga ion

H+ lebih cepat terlepas menyebabkan terjadinya degradasi yang mengakibatkan

ikatan rantai galakturonan terlepas (Rishaningsih Y et al, 2014; 33) /

Asam klorida banyak digunakan sebagai agen pengasaman, dalam berbagai

sediaan farmasi dan makanan. Mungkin juga digunakan untuk menyiapkan asam

klorida encer, yang selain penggunannya sebagai eksipien memiliki beberapa

penggunaan terapeutik, secara intravena pengelolaan alkalosis metabolik, dan

secara oral untuk pengobatan dari ahlonidria (Rowe et al., 2009; 308).

Penambahan HCL adalah karena alkaloid bersifat basa sehingga biasanya

diekstrak dengan pelarut yang mengandung asam (Fajrin, 2019; 459).

Larutan asam yang dipilih adalah asam kuat (HCL) yang akan dititrasi oleh

basa kuat yaitub NaCl. HCL adalah suatu asam karena di dalam larutannya dapat

melepas ion H dan NaOH merupakan basa (Muhlis KL, 2010; 6).

4) Aqua Pro Injeksi

Aqua pro injeksi adalah air untuk persiapan obat untuk pemerian parenteral

bila air digunakan sebagai pembawa (Sweetman, S.C. 2009 : 2415).

Aqua pro injeksi digunakan sebagai bahan pelarut atau zat pembawa untuk

bahan aktif farmasi. Kadar air yang di gunakan untuk aplikasi tertentu dalam

konsentrasi hingga 100% ( Rowe, et.al. 2009 : 766).

Aqua pro injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dari dikemas

dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan

tambahan lainnya dan digunakan sebagai bahan pembawa (Ditjen POM. 1995 :

112).

6. Perhitungan Bahan

a. Perhitungan Tonisitas

Dik :
Liso = 1,9 M

Manitol = 182,17 g/mol


Liso
E=17
M
1,9
E=17 =0,1773 %
182 , 17

Ekivalensi Manitol 20% = % kadar (m) × E

= 20 % × 0,1773 %

= 3,546 %

NaCl yang Dibutuhkan = (0,9 – 3,546) %

= -2,646 % (Hipertonis)

b. Perhitungan Osmolaritas

Larutan manitol 20 % = 20 g/100 ml

= 0,2 g/ml

= 200 g/L
g/L
M osmol/L = BM ×1000 × jumlah ion

200
= ×1000 × 1
182, 17

= 1097,87 M osmol/L (Hipertonis)

c. Perhitungan Per Botol @ 500 ml

Volume tiap botol

= 500 + 2%

= 510 ml

Manitol 20 %
20
¿ ×510
100

= 102 g

= 102 + 5 %
= 107,1 g

Karbon aktif 0,1 %


0,1
¿ ×510
100

= 0,51 g

Aqua pro injeksi ad 510 ml

d. Perhitungan Per Batch (100 botol @ 500 mL)

Manitol = 107,1 g × 100 = 10,710 g

Karbon aktif = 0,51 g × 100 = 51 g

Aqua pro injeksi = ad 510 ml × 100 = 51.000 ml

7. Cara Kerja

Ruang Prosedur

Grey area (ruang 1) Semua alat dan wadah disterilisasi dengan cara

sterilisasi) masingmasing. Gelas kimia ditara dahulu

sebelum disterilisasi.

2) Pembuatan air steril pro injeksi: 1500 ml


aquabidest disterilkan dengan autoklaf 121C

selama 15 menit.

3) Setelah disterilisasi, semua alat dan wadah

dimasukkan ke dalam white area melalui transfer

box.

Grey area (ruang 1) Mannitol ditimbang sebanyak 107,1g

penimbangan) menggunakan kaca arloji steril.

2) Karbon aktif ditimbang sebanyak masing-

masing 0,51 g.

3) Membuat air bebas pirogen dengan cara


memindahkan 1500 ml air pro injeksi ke dalam

erlenmeyer 2 L kemudian tambahkan 0,34 g

karbon aktif lalu tutup dengan kaca arloji, sisipi

dengan batang pengaduk. Panaskan pada suhu

60-70C selama 15 menit (gunakan termometer).

Saring larutan dengan kertas saring rangkap 2,

lalu disterilisasi membran melalui kolom G3

dengan membran filter 0,22 µm. Air steril bebas

pirogen ini digunakan untuk membilas alat dan

wadah yang telah disterilisasi dan

menggenapkan volume sediaan.

White area Kelas C 1) Manitol sebanyak 107,1 g dilarutkan dengan 350

(ruang pencampuran mL aqua pro injeksi bebas pirogen ke dalam

dan pengisian) gelas kimia 500 mL dan diaduk dengan batang

pengaduk hingga zat larut.

2) Dilakukan pengecekan pH dengan beberapa

tetes larutan menggunakan pH indikator atau pH

meter.

3) Bila nilai pH belum mencapai nilai yang

diharapkan, tambahkan larutan NaOH 0,1 N atau

HCl 0,1 N hingga pH larutan mencapai 7,4. Lalu

genapkan dengan air pro injeksi bebas pirogen.

4) Karbon aktif sebanyak 0,17 g dimasukkan ke

dalam larutan sediaan dan diaduk hingga merata,

lalu dipanaskan di atas api Bunsen atau hot plate

hingga suhu 60-70˚C selama 15 menit sambil


diaduk sekali-kali.

5) Kertas saring dilipat menjadi dua rangkap dan

dibasahi dengan aqua pro injeksi bebas pirogen,

kemudian dipasang pada corong dan

ditempatkan pada labu Erlenmeyer 2 L yang

lain. Larutan sediaan disaring menggunakan

kertas saring tersebut dalam keadaan masih

panas.

6) Larutan sediaan disaring kembali menggunakan

membran filter 0,22 µm dalam kolom G3.

7) Filtrat dimasukkan ke dalam 1 botol flakon yang

telah ditara sebanyak 510 mL.

Grey area (Ruang Flakon ditutup dengan menggunakan tutup karet flakon

penutupan) steril dengan simpul champagne.

Grey area (Ruang Sterilisasi akhir dilakukan dengan autoklaf 121˚C

sterilisasi) selama 15 menit.

Grey area (Ruang 1) Dilakukan evaluasi sediaan.

evaluasi) 2) Sediaan diberi etiket yang sesuai.

8. Evaluasi Sediaan

a. Evaluasi Fisika

1) Uji bahan partikulat dalam injeksi

Prosedurnya dengan cara memanfaatkan sensor penghamburan cahaya, jika

tidak memenuhi batas yang ditetapkan maka dilakukan pengujian mikroskopik

pengujian mikroskopik ini menghitung bahan partikulat subuisibel setelah

dikumpulkan pada penyaring membran mikropori (Dirjen POM, 2020; 1990).

2) Penetapan pH
Pengukuran pH cairan uji menggunakan potensiometri (pH meter) yang

telah dibakukan sebagaimana mestinya yang mampu mengukur harga pH sampai

0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka, elektrode kaca, dan

elektrode pembanding yang sesuai (Dirjen POM, 2020; 2066)

3) Uji kejernihan

Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas dasar dengan diameter

dalam 15-25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral.

Bandingkan larutan uji dengan larutan suspensi padanan yang dibuat segar,

setinggi 40 mm. bandingkan kedua larutan dibawah cahaya yang terdifusi. 5 menit

setelah pembuatan suspensi padanan dengan tegak lurus ke arah bawah tabung

menggunakan latar belakang berwarna hitam. Difusi cahaya harus sedekimian

rupa sehingga suspensi padanan I dapat dibedakan dari air dan suspensi padanan

II dapat dibedakan dari suspensi padanan I. larutan dianggap jernih apabila sama

dengan air atau larutan yang digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang

dipersyaratkan, atau jika opalesen tidak lebih dari suspensi padanan I (Dirjen

POM, 2020; 2020).

4) Uji kebocoran

Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang masih

panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan metilen bm 0,1%.

Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen bm akan masuk kedalam karena

perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam

wadah akan berwarna biru. Untuk cairan yang berwrna (b) lakukan dengan posisi

terbalik, wadah takaran tunggal di tempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika
terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah (Agoes G., 2013: 191-

192).

5) Uji kejernihan

Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan mmenyinari

wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki pengatur

berwarna putih dan latar belakang putih untuk menyelidiki pengatur berwarna

(Agoes G., 2013: 201-203).

b. Evaluasi Kimia

1) Uji Identifikasi

Digunakan reaksi warna untuk identifikasi bahan aktif sediaan (Agoes G.,

2013; 238).

2) Penetapan kadar

Penentuan kadar yang luas digunakan adalah cara HPLC. Metode analisis

yang diaplikasikan adalah pengujian yang mengindikasikan stabilitas, mampu

memisahkan puncak bahan aktif dari produk hasil degradasi/pengotor proses dan

puncak yang terkait dengan eksipien (Agoes G., 2013; 238).

c. Evaluasi Biologi

1) Sterilisasi

a) Inokulasi Langsung

- Disiapkan media untuk pengujian antara lain media tioglikolat cair (untuk

kondisi aerob), media tioglikolat alternatif (untuk kondisi anaerob), dan

soybean-casein digest medium (untuk bakteri dan jamur pada kondisi

aerob).

- Dipindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik

steril

- Diinokulasikan secara aseptik sejumlah tertentu bahan dari wadah uji ke


tabung media

- Dicampur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan

- Diinkubasi media yang telah diinokulasi selama tidak kurang dari 14 hari

- Diamati pertumbuhan mikroba beberapa kali, selama masa inkubasi

- Dibandingkan dengan kontrol negatif (media tanpa sediaan uji) dan kontrol

positif (media+mikroba uji)

(Ditjen POM, 2020: 1838)

b) Penyaringan Membran

- Disaring infus melalui membran steril secara aseptik, lalu bilas membran

dengan larutan steril yang sesuai

- Dipindahkan membran ke dalam media

- Diinkubasi media selama tidak kurang dari 14 hari

- Diamati pertumbuhan mikroba beberapa kali selama masa inkubasi.

(Ditjen POM, 2020: 1836)

2) Uji Endotoksin Bakteri

- Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL).

Teknik pengujian 1 gel dan fotometrik.

- Jendal gel Teknik Jendal Gel pada titik akhir reaksi dibandingkan

langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin yang dinyatakan

dalam unit endotoksin Fl.

- Teknik fotometrik (metode turbidimetri) yang didasarkan pada

pembentukan kekeruhan

(Ditjen POM, 2020: 1890)

3) Uji Pirogen untuk volume sekali penyuntikan > 10 mL

Pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara IV dan
ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis

penyuntikan tidak lebih dari 10 mL/kg BB dalam jangka waktu tidak lebih dari 10

menit (Ditjen POM, 2020: 1896-1897).


KEPUSTAKAAN

Ansel, H.C., Allen, L.V., and Popovich, N.G., 1999, Pharmaceutical Dosage

Forms and Drug Delivery System, Edisi VII, 439, Lippincott Williams

& Wilkins a Wotters Kluver Company, Philadelphia-Baltimare-New

York-London-Buenos Aires- Hongkong-Sydney Tokyo.

Ansel, H.C., Popovich, N.G., Allen, L.V., 2011, Pharmaceutical Dosage Form

and Drug delivery System Ninth Edition, London, New York

Dipiro, J.T et al. Pharmacotherapy Handbook. eleven edit USA: The Mc.,

Graw Hill Company. 2020 : 2753

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI. Farmakope Indonesia

Edisi III. Jakarta: Departmen Kesehatan Republik Indonesia, 1979 ;

96

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI. Farmakope Indonesia

Edisi IV. Jakarta: Departmen Kesehatan Republik Indonesia, 1995 ;

112

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI. Farmakope Indonesia

Edisi V. Jakarta: Departmen Kesehatan Republik Indonesia, 2014 ;

57

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI. Farmakope Indonesia

Edisi VI. Jakarta: Departmen Kesehatan Republik Indonesia, 2020 ;

1085

Food and Drug Administration (FDA). Osmitrol. 2018.

Michael J. Akers, 2010. Sterile Drug Products pharmaceutical sciences. London

EC2A 4LQ UK. ISBN-13:978084933993609 : 476 : 16


National Center for Biotechnology Information (2022). PubChem Compound

Summary for CID 6251, Mannitol. Retrieved June 19, 2022 ; 6251

from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Mannitol.

Nguyen, T., Veltchev, K., & Nguyen, T. V. (2018). Mannitol Role in the

Management of Intradialytic Hypotension. American journal of

therapeutics : 54

Nuryanto Muljodipo, Sherwin R.U.A. Sompie, ST., MT, Reynold F. Robot, ST.,

M.Eng, 2015. Rancang Bangun Otomatis Sistem Infus Pasien.

journal Teknik Elektro dan Komputer vol.4 no.4, (2015), ISSN: 2301-

8402. Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115; 13

Sweetman, S.C. Martindale 36th Ed. New York: Pharmaceutical Press, 2009 ;

1330-1331

Tanu I. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5 . Hal:398-399. Balai Penerbit FKUI,

Jakarta

Turliuc et al., 2019. The Use Of Mannitol In Neurosurgery And Neuro-

Ophthalmology. Romania : University of Medicine and Pharmacy : 628

Rowe, R. C. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed. New York:

Pharmaceutical Press, 2009 ; 768

Robert tungadi,2017. Teknologi sediaan steril, edisi pertama cetakan pertama,

jakarta: ISBN : 978-602-271-087-5 : 10509 : 08

Voight R . 1984. Buku pelajaran teknologi farmasi edisi ke-5. Gadjah mada

university press: 461-462


LAMPIRAN

A. SKEMA KERJA
B. Metode Sterilisasi

1. Alat

No Nama alat Cara sterilisasi Referensi

1. Kaca arloji Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 61

2. Batang pengaduk Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 61

3. Gelas kimia 500 ml Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 61

4. Gelas kimia 100 ml Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 61

5. Corong Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 61

6. Spatula Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 61

7. Pipet tetes Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 61

8. Termometer Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 61

9. Spatel Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 55

10. Pinset Dalam oven 170°C/1 jam Sesilia, 2016; 55

11. Erlenmeyer 1 L Dalam autoklaf 121°C/15 Sesilia, 2016; 61

menit

12. Erlenmeyer 500 ml Dalam autoklaf 121°C/15 Sesilia, 2016; 61

menit

13. Kertas saring Dalam autoklaf 121°C/15 Sesilia, 2016; 61

menit

14. Kertas membran 0,45 Dalam autoklaf 121°C/15 Sesilia, 2016; 61

µm menit

15. Kertas membran 0,22 Dalam autoklaf 121°C/15 Sesilia, 2016; 61

µm menit

2. Wadah

No. Nama Alat Metode sterilisasi Referensi


Botol infus flakon Dalam autoklaf 121°C
1. Sesilia, 2016:61
500 ml selama 15 menit

Rendam dengan etanol 70%


2. Karet tutup flakon Sesilia, 2016:61
selama 24 jam

3. Bahan

No. Nama Bahan Metode Sterilisasi Referensi

1. Dalam autoklaf 121°C


Mannitol Sesilia, 2016:57
selama 15 menit

2. Karbon Adsorben Dalam oven 170°C selama 1 Sesilia, 2016:60

jam

Dalam autoklaf 121°C


3. NaOH Sesilia, 2016:98
selama 15 menit

Dalam autoklaf 121°C


4. HCl Sesilia, 2016:215
selama 15 menit

Dalam autoklaf 121°C


5. Aqua Pro Injeksi Sesilia, 2016:139
selama 15 menit
Gambar 1. Wadah Primer

Gambar 2. Kemasan Sekunder


Gambar 3. Etiket
Gambar 4. Brosur

Anda mungkin juga menyukai