Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PERSEPSI DAN PARTISIPASI LANSIA DENGAN

TINGKAT PEMANFAATAN POSYANDU

THE INTERRELATION AMONG ELDERLY PERCEPTION


AND PARTICIPATION AND THE UTILIZATION OF
POSYANDU
Sartika K Laya1), Sunarto Kadir2), irwan3)
Jurusan Kesehatan Masyarakat FOK Universitas Negeri Gorontalo
sartikaklaya97@gmail.com

ABSTRAK

Lansia adalah bagian dari suatu kelompok yang juga membutuhkan pelayanan kesehatan dari
pemerintah, oleh karena itu pemerintah membuat program pelayanan untuk lansia yaitu berupa posyandu
lansia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara persepsi dan
partisipasi dengan tingkat pemanfaatan posyandu lansia. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
persepsi dan parstisipasi dengan tingkat pemanfaatan posyandu lansia.
Metode Penelitian ini adalah penelitian analisis kuantitatif pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 333 lansia dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 152 lansia yang ada
di kelurahan Limba U I. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Chi
Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi lansia dengan pemanfaatan
posyandu lansia P-Value 0,000 < (0.05)., dan ada hubungan partisipasi lansia dengan pemanfaatan
posyandu lansia P-Value 0,000 < (0.05). Disarankan dukungan keluarga untuk mengoptimalkan
persepsi lansia serta partisipasi baik dari lansia dalam mengunjungi posyandu lansia, dukungan dari
keluarga bagi lansia dapat dilakukan dengan memberikan perhatian, motivasi, kepedulian terhadap
keluhan lansia, sehingga lansia dapat mencurahkan perasaannya dan mendorong untuk lebih aktif dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia.

Kata kunci : Pemanfaatan, Posyandu Lansia

ABSTRACT

The elderly are part of a group that also needs health care from the government. Therefore the
government created a care program for elderly in the form of an elderly posyandu. This research is aimed
at exploring the interrelation among perception and participation and the utilization of center for pre- and
postnatal health care and information for elderly. It is generated from the problem statement of research.
This quantitative analitic research employed a cross-sectional study approach.Among 333
elderlies (the research population) in Limba U I sub-district, 152 of them were selected as the sample.
The data were analyzed using Chi-Square test.
The result signifies that perception and participation correlate with the utilization of Posyandu
for elderly with the P-Value 0.000< (0.05) (this applies for both perception and participation variable).
This research suggests an optimization in terms of the family support through giving more attention to
the elderly. Such an effort also functions to encourage the elderly to visit Posyandu.

Keywords: Utilization, Posyandu for Elderly

32
1. LATAR BELAKANG diabetes mellitus. Upaya untuk mengatasi
Lansia merupakan suatu kelompok masalah kesehatan pada lansia maka perlu
penduduk yang cukup rentan terhadap adanya suatu pelayanan lansia. Pelayanan
masalah baik masalah ekonomi, sosial, lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan
budaya, kesehatan maupun psikologis yang pada keluarga, masyarakat, dan lembaga
menyebabkan lansia menjadi kurang (Demartoto, 2007).
mandiri dan tidak sedikit lansia yang Pelayanan kesejahteraan sosial bagi
membutuhkan bantuan orang lain untuk warga lansia di Indonesia boleh dikatakan
melakukan aktivitas sehari-hari. Lansia pelayanannya belum maksimal dibanding
sebagai penduduk yang semakin Negara maju, misalnya Amerika dan
meningkat harapan hidupnya mempunyai Australia, Indonesia sangat tertinggal dalam
berbagai masalah yang akan muncul, salah hal pemberian kesejahteraan bagi lansia ini
satunya dalam penanganan kesehatan (Martono, 2009). Pelayanan sosial lanjut
(Beratanegara, 2012), Lansia umumnya usia (lansia) adalah proses pemberian
mengalami berbagai penyakit degeneratif bantuan yang dilaksanakan secara
akibat terjadinya penurunan fungsi biologis, terencana dan berkelanjutan untuk
psikologis, sosial, dan ekonomi. Perubahan memenuhi kebutuhan lanjut usia, sehingga
ini akan memberikan pengaruh pada yang bersangkutan mampu melaksanakan
seluruh aspek kehidupan, termasuk fungsi sosialnya, salah satu bentuk
kesehatannya. pelayanan sosial lanjut usia yaitu posyandu
Menurut Undang-undang Nomor 13 lansia (Depkes, 2007).
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Berdasarkan data yang diperoleh
Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo tahun
adalah penduduk yang telah mencapai usia 2015, Puskesmas Kota Selatan merupakan
60 tahun keatas (Efendi, 2009). Pada salah satu dari 10 puskesmas yang berada
hakekatnya menjadi tua merupakan proses di Kota Gorontalo yang memiliki jumlah
alamiah, yang berarti seseorang telah lansia yang banyak yaitu sebanyak 935
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu jiwa dengan jumlah lansia laki-laki
anak, dewasa dan tua. Memasuki masa tua sebanyak 461 jiwa (49,30%) dan lansia
berarti individu mengalami penurunan wanita sebanyak 474 jiwa (50,69%) yang
secara fisik, mental serta perubahan mendapat pelayanan kesehatan, Pada data
psikososial (Nugroho, 2008 dalam tahun 2016 jumlah lansia mengalami
Purnawati, 2014). peningkatan yaitu sebanyak 2.245 jiwa
Menurut World Health Organization dengan jumlah lansia laki-laki sebanyak
(WHO) pada tahun 2010 presentase 828 jiwa (31,13 %) dan jumlah lansia
Lansia di dunia diperkirakan mencapai wanita sebanyak 1.831 jiwa (68,86%) yang
9,11% dari jumlah penduduk dunia, serta mendapat pelayanan kesehatan. Sedangkan
penduduk lansia di Indonesia pada tahun pada tahun 2017 diperoleh jumlah lansia
2020 mendatang sudah mencapai angka sebanyak 2116 jiwa dan lansia yang
11,34% atau tercatat 28,8 juta jiwa, mendapat pelayanan kesehatan hanya 995
balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan lansia dengan jumlah lansia laki-laki
jumlah penduduk lansia terbesar di dunia sebanyak 332 jiwa (38,2%) dan jumlah
(WHO 2010 dalam Noviana, 2014). lansia wanita sebanyak 663 jiwa (53,2%)
Pada kurun waktu 10 tahun terakhir (Data Dinas Kesehatan Kota Gorontalo,
terjadi peningkatan populasi lansia di 2017).
Indonesia. Hal ini meningkatkan besarnya Namun fenomena di lapangan
permasalahan lansia khususnya masalah menunjukkan fakta yang berbeda,
gizi dan kesehatan karena terjadi berdasarkan wawancara dengan bagian
peningkatan penyakit degeneratif utamanya pelayanan kesehatan lansia Posyandu
penyakit jantung koroner, hipertensi, Lansia ternyata hanya ramai pada awal
32
pendirian saja, selanjutnya lansia yang diadakan setiap bulan, lansia datang ke
memanfaatkan posyandu semakin Posyandu Lansia jika ada keluhan fisik saja,
berkurang. Selain itu lansia hanya akan jika tidak ada keluhan fisik para lansia lebih
berkunjung pada posyandu jika diberi obat memilih dirumah karena merasa bosan
maupun makanan oleh kader posyandu. dengan kegiatan Posyandu Lansia yang
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada variasi kegitan lainnya seperti
kecenderungan pemanfaatan pelayanan senam lansia, jalan sehat, maupun
kesehatan di posyandu lansia sangat pendidikan kesehatan bagi lansia.
minim, dan keaktifan lansia dalam Berdasarkan uraian di atas Posyandu
mengikuti kegiatan posyandu pun juga lansia dapat menimbulkan salah persepsi
sangat rendah. yang akhirnya kunjungan lansia ke
Berdasarkan data kunjungan lansia posyandu akan rendah, bila pengetahuan
pada posyandu dilihat berdasarkan lebih dapat dipahami, maka timbul suatu
kunjungan pada tiap kelurahannya dari sikap dan perilaku untuk berpartisipasi.
bulan Juli hingga September 2017 belum Lansia yang tidak aktif dalam
memenuhi sasaran dalam program memanfaatkan pelayanan kesehatan di
posyandu lansia yaitu Kelurahan Limba U posyandu lansia, maka kondisi kesehatan
I dengan jumlah sebanyak mereka tidak dapat terpantau dengan baik,
66 kunjungan dari 333 sasaran lansia dan sehingga apabila mengalami suatu resiko
merupakan kunjungan terendah yang penyakit akibat penurunan kondisi tubuh
belum memenuhi sasaran, Kelurahan Limba dan proses penuaan dikhawatirkan dapat
U II dengan jumlah sebanyak 131 berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka
kunjungan dari 447 sasaran lansia, (Komnas Lansia, 2010).
Kelurahan Limba B dengan jumlah Berdasarkan uraian latar belakang
sebanyak 114 kunjungan dari 475 sasaran masalah, maka penulis tertarik untuk
lansia, Kelurahan Biawao dengan jumlah melakukan penelitian dengan judul
sebanyak 47 dari 168 sasaran lansia dan “Hubungan Persepsi dan Partisipasi Lansia
Kelurahan Biawu dengan jumlah dengan Tingkat Pemanfaatan (Utilization)
kunjungan sebanyak 142 kunjungan dari Posyandu”
282 sasaran lansia (Data Puskesmas Kota
Selatan, 2017). 2. METODE PENELITIAN
Berdasarkan wawancara terhadap 8
orang lansia 3 orang diantaranya yang aktif Metode yang di gunakan dalam penelitian
dalam mengikuti posyandu mengatakan adalah analisis kuantitatif dengan
bahwa tidak ada kegiatan tambahan selain pendekatan cross sectional study
timbang berat badan, cek tekanan darah, menggunakan uji Chi Square. Tujuan
cek gula darah dan pemberian vitamin, Penelitian Untuk mengetahui hubungan
sehingga kegiatan Posyandu Lansia persepsi dan partisipasi lansia dengan
terkesan membosankan bagi para lansia, tingkat pemanfaatan (utilization)
lansia cenderung datang ke Posyandu posyandu Penelitian ini di lakukan di
Lansia jika ada keluhan fisik saja, dan 5 di Kelurahan Limba U I pada Pada lansia
antaranya mengatakan mereka tidak aktif umur 60-69 tahun. Waktu penelitian
dalam mengikuti posyandu karena jarak dilaksankaan selama 2 bulan.
rumah yang jauh, serta kurangnya informasi Populasi pada penelitian ini adalah
tentang kegiatan posyandu di rumah kader. seluruh lansia yang berumur (60 sampai 69
Namun masalah yang selama ini masih tahun) yang tinggal di kelurahan Limba U
terjadi terkait pelaksanaan posyandu lansia I yaitu sebanyak 333 orang. Sampel dalam
adalah lansia belum mengerti sepenuhnya penelitian ini sebanyak 152 orang. Sampel
tentang manfaat posyandu lansia, biasanya dalam penelitian ini menggunakan teknik
mereka malas mendatangi posyandu yang Purposive sampling yaitu suatu cara
33
pengambilan sampel yang digunakan Berdasarkan pendidikan Lansia
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, Pendidikan Frekuensi %
2010). SD/Sederajat 122 80,3
SMP/Sederaja 29 19,1
t
Analisis data dilakukan untuk SMA/Sederaja 1 0,7
mengetahui distribusi masing-masing t
variable yang d teliti. Selanjutnya data Total 152 100,0
yang di tampilkan dalam bentuk narasi Sumber : Data Primer, 2018
Analisis bivariat merupakan analisi hasil Berdasarkan data pada diatas diketahui
dari variable bebas yang di duga bahwa sebagian besar lansia yang menjadi
mempengaruhi variable terikat. Untuk responden memiliki tingkat pendidikan
menguji hipotesis di lakukan analisa SD/sederajat yakni sebanyak 122 orang atau
satatistik uji chi-square pada tingkat sebesar 80,3% sedangkan yang
kemaknaan 95% (P≤0,05) yang di olah paling kecil frekuensinya yakni SMA/sederajat
menggunakan program SPSS. yakni sebanyak 1 orang atau sebesar 0,7%.

3 HASIL Tabel 4. Distribusi sampel


Berdasarkan persepsi lansia
Berdasarkan ahsil penelitian diketahui Persepsi Frekuensi %
Negatif 111 73.0
distribusi sampel berdarasakan
Positif 41 27.0
kelompom umur dilihat pada table
Total 152 100.0
berikut ;
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan
Kelompok Umur Lansia bahwa responden yang memiliki persepsi
negatif sebanyak 111 orang atau sebesar
Umur Frekuensi %
73,0% sementara lansia yang memiliki
56 – 65 Tahun
121 79,6 persepsi positif sebanyak 41 orang atau
(Lansia Akhir)
sebesar 27,0% dari keseluruhan sampel
>65 Tahun Manula 31 20,4
penelitian.
Total 152 100,0 Tabel 5 Distribusi Sampel
Sumber : Data Primer, 2018 Berdasarkan Partisipasi lansia
Berdasarkan data pada tabel diatas Partisipasi Frekuensi %
diketahui bahwa lansia yang menjadi Kurang Aktif 122 80.3
responden sebagian besar berumur antara 56- Aktif 30 19.7
65 tahun yang berjumlah 121 orang (79,6%), Total 152 100.0
sedangkan paling sedikit pada umur > 65
tahun berjumlah 31 orang (20,4%). Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 2 Distribusi Sampel Berdasarkan Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat


Jenis kelamin Lansia bahwa responden yang memiliki partisipasi
kurang Aktif sebanyak 122 orang atau sebesar
Jenis Kelamin Frekuensi %
80,3% sementara lansia yang memiliki
Laki-laki 6 3,9
partisipasi aktif sebanyak 30 orang atau
Perempuan 146 96,1
sebesar 19,7% dari keseluruhan sampel
Total 152 100,0 penelitian.
Sumber : Data Primer, 2018 Tabel 6 Distribusi sampel berdasarkan
Berdasarkan data pada table di atas dapat tingkat pemanfaatan posyandu Lansia
dijelaskan bahwa lansia yang berjenis kelamin Tingkat
laki-laki sebanyak 6 orang atau sebesar 3,9% Frekuensi %
Pemanfaat
sedangkan yang perempuan sebanyak 146 an
orang atua sebesar 96,1%. Rendah 118 77.6
Tinggi 34 22.4
Tabel .3 Distribusi sampel
Total 152 100.0
34
Sumber : Data Primer, 2018 Jumlah 34 118 152
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan data pada tabel diatas
dijelaskan bahwa responden yang Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
memanfaatkan Posyandu Lansia sebanyak 34 bahwa dari 30 lansia yang memiliki partisipasi
orang atau sebesar 22,4% sementara lansia aktif sebanyak 24 lansia memiliki partisipasi
yang tidak memanfaatan Posyandu Lansia aktif dengan pemanfaatan posyandu tinggi dan
sebanyak 118 orang atau sebesar 77,6% dari 6 lansia memiliki partisipasi aktif dengan
keseluruhan sampel penelitian. pemanfaatan posyandu rendah dan 122 lansia
yang memiliki partisipasi kurang aktif sebanyak
Tabel 7 Hubungan Persepsi Lansia dengan 10 lansia memilki partisipasi kurang aktif
Pemanfaatan (Utilization) Posyandu dengan pemanfaatan posyandu yang tinggi dan
Pemanfaatan P- 112 lansia memiliki partisipasi
Persep Posyandu Total Valu kurang aktif dengan pemanfaatan posyandu
si
Tinggi Rendah e rendah. Setelah di lakukan uji statistik dengan
Positif 22 19 41 hasil analisis diperoleh nilai Probability Value
Negati 12 99 0,00 (P-Value) variabel Partisipasi lansia sebesar
111 0 0,000. Nilai signifikansi ini masih lebih kecil
f
Total 34 118 152 dibandingkan dengan nilai alpha yang
digunakan (0,05) sehingga H0 diterima.
Sumber : Data Primer, 2018
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
Berdasarkan tabel diatas dapat
hubungan yang signifikan partisipasi lansia
diketahui bahwa dari 41 lansia yang memiliki
dengan pemanfaatan (utilization) posyandu.
persepsi positif sebanyak 22 lansia yang
memiliki persepsi positif dengan pemanfaatan
4 PEMBAHASAN
posyandu tinggi dan 19 lansia yang memiliki
4.1 Karakteristik Lansia
persepsi positif dengan pemanfaatan posyandu
4.1.1 Umur
rendah, dan dari 111 lansia yang memiliki
Pada kelurahan Limba U I lansia yang
pesepsi negatif sebanyak 12 lansia memiliki
saya teliti pada penelitian ini sebanyak 121
persepsi negatif dengan pemanfaatan posyandu
lansia dengan persentase 79,6 % yang berusia
tinggi,
56-65 (lansia akhir) dan 31 lansia dengan
99 lansia yang memiliki persepsi negatif
persentase 20,4 % yang berusia >65 tahun
dengan pemanfaatan posyandu rendah. Setelah
(manula), usia yang semakin bertambah
di lakukan uji statistik dengan hasil analisis
membuat lansia tidak bisa aktif dalam kegiatan
diperoleh nilai Probability Value (P-Value)
posyandu lansia kegiatan posyandu lansia.
variabel Persepsi lansia sebesar 0,000. Nilai
Menurut Purwadi (2011) bahwa usia
signifikansi ini masih lebih kecil dibandingkan
yang semakin bertambah membuat lansia tidak
dengan nilai alpha yang digunakan (0,05)
bisa aktif dalam kegiatan posyandu lansia.
sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat
Pertambahan usia akan menimbulkan
disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan
perubahan-perubahan pada struktur dan
95% terdapat hubungan yang signifikan
fisiologis sehingga menimbulkan kemunduran
persepsi lansia dengan pemanfaatan
pada fisik dan psikis lansia. Semakin
(utilization) posyandu.
bertambahnya umur manusia, terjadi proses
penuaan secara degeneratif yang akan
Tabel 8 Hubungan Partisipasi Lansia
berdampak pada perubahan-perubahan diri
Dengan pemanfaatan (Utilization) Posyandu
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi
Pemanfaatan juga kognitif, perasaan, sosial, dan sexual
Partisipa Total P-
Posyandu
si Valu (Azizah, 2011).
Tingg Renda e 4.1.2 Jenis Kelamin
i h Pada kelurahan Limba U I lansia yang
Aktif 24 6 30 saya teliti pada penelitian ini sebanyak 6 lansia
Kurang 10 112 112 0,00 laki-laki dengan persentase 3,9 % dan 146
Aktif 0 lansia perempuan dengan persentase 96,1 %.

35
Dari data yang diperoleh lansia perempuan 4.1.5 Partispasi Lansia
cenderung mempunyai perilaku yang tinggi Pada kelurahan Limba U I lansia yang
untuk mengikuti Posyandu lansia, sebaliknya saya teliti pada penelitian ini sebanyak 122
bagi lansia laki-laki mempunyai perilaku lansia dengan persentase 80,3 % dengan
cenderung partisipasi kurang aktif, 30 lansia dengan
sedang dan rendah. Hal ini sejalan dengan persentase 19,7 % dengan partisipasi aktif,
pendapat menurut Farun (2009) bahwa tingginya persentase responden yang kurang
perempuan lebih tekun dalam mengikuti aktif dalam mengikuti posyandu lansia
Posyandu lansia dan laki-laki tentunya cepat berkemungkinan pada faktor umur , pendidikan,
bosan jika dilihat dari segi psikologis jika maupun dukungan keluarga.
mengikuti Posyandu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau kesediaan lansia
4.1.3 Pendidikan untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Pada kelurahan Limba U I lansia yang Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi
saya teliti pada penelitian ini sebanyak 122 lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
lansia dengan persentase 80,3 % dengan mendampingi atau mengantarkan lansia ke
pendidikan SD/Sederajat, 29 lansia dengan posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
persentase 19,1 % dengan pendidikan jadwal posyandu, dan berusaha membantu
SMP/Sederajat dan 1 lansia dengan persentase mengatasi segala permasalahan bersama lansia
0,7 % dengan pendidikan SMA/Sederajat, hal (Fahrun, 2009).
ini dikarenakan waktu mereka usia sekolah, 4.1.6 Pemanfaatan Posyandu Lansia
sekolah masih jarang dan hanya orang-orang Pada kelurahan Limba U I lansia yang
tertentu yang bisa bersekolah. saya teliti pada penelitian ini sebanyak 118
Menurut Wahono (2010), pendidikan lansia dengan persentase 77,6 % tidak
sebagai suatu proses dalam rangkaian memanfaatkan posyandu (rendah), 30 lansia
mempengaruhi dan dengan demikian akan dengan persentase 22,4 % memanfaatkan
menimbulkan perubahan perilaku pada dirinya, posyandu (tinggi), hal ini dikarenakan fasilitas
karena tidak dapat dipungkiri bahwa semakin kesehatan yang ada pada posyandu belum
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah memenuhi atau masih terbatas.
pulamereka menerima informasi Menurut Noviana (2014) bahwa
kesehatan.Sebaliknya jika seseorang yang keadaan fasilitas yang memadai akan
tingkat pendidikanya rendah, akan membantu terhadappenyelenggaraan
menghambat perkembangan seseorang pelayanan kepada lansia. Fasilitas menjadi
terhadap penerimaan, informasi kesehatan dan salah satupertimbangan konsumen dalam
nilai-nilai baru yang di perkenalkan. menentukan pilihan. Apabila suatu posyandu
mempunyai fasilitas yang memadai
4.1.4 Persepsi Lansia sehinggga dapat memudahkan lansia dalam
Pada kelurahan Limba U I lansia yang menggunakan fasilitas yang ada dan
saya teliti pada penelitian ini sebanyak 111 membuat nyaman para lansia, ketika di
lansia dengan persentase 73,0 % dengan posyandu yang memberikan suasana
persepsi negatif, 41 lansia dengan persepsi menyenangkan dengan desain fasilitas yang
positif dengan persentase 27,0 %, salah satu menarik akan mempengaruhi lansia dalam
faktor yang berpengaruh terhadap keikutsertaan memeriksakan kesehatannya.
lansia dalam posyandu adalah persepsi tentang Selain fasilitas adapun faktor yang
Posyandu lansia itu sendiri. mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia
Menurut Juniardi (2013) bahwa lansia adalah persepsi kualitas pelayanan posyandu.
cenderung memiliki sifat tertutup (negatif) Persepsi lansia terhadap kualitas pelayanan di
sehingga pendekatan yang perlu diberikan oleh posyandu lansia meliputi persepsi lansia
kader kesehatan untuk meningkatkan tentang tenaga kesehatan, kader, pemeriksaan
intensitas kunjungan ke posyandu adalah yang dilakukan, waktu tunggu dan kegiatan di
pendekatan personal. memiliki sifat tertutup posyandu lansia (Purwadi, 2011).
sehingga pendekatan yang perlu diberikan oleh 4.1.7 Hubungan persepsi lansia dengan tingkat
kader kesehatan untuk meningkatkan pemanfaatan (Utilization) Posyandu
intensitas kunjungan ke posyandu adalah Dari hasil yang di peroleh bahwa
pendekatan personal. persepsi lansia memiliki hubungan dengan
36
tingkat pemanfaatan posyandu hal ini di lihat biologis dan psikis dalam hubungan dunia luar
hasil pengujian bivariate menunjukan bahwa bermasyarakat.
nilai probability Value (P-Value) sebesar Adapun 12 lansia memanfaatkan
0,000, nilai signifikasi ini masih kecil posyandu lansia dengan pemanfaatan posyandu
dibandingkan dengan nilai alpha yang di yang tinggi karena adanya fasilitas pemeriksaan
gunakan (0,05) sehingga H0 diterima. Dengan untuk DM, kolestrol, dan asam urat selain itu
demikian dapat disimpulkan terdapat mereka takkan mau memanfaatkan posyandu.
hubungan yang signifikan antara persepsi Begitu juga dengan
dengan tingkat pemanfaatan posyandu 19 lansia yang memiliki persepsi positif namun
(Utilization) di Kelurahan Limba U I. pemanfaatan posyandu yang rendah hal ini di
Berdasarkan tabulasi silang diperoleh sebakan karena mereka merasa bahwa kodisi
99 lansia memiliki persepsi negatif dengan fisik mereka masih sehat sehingga mereka
pemanfaatan posyandu lansia rendah. Alasan jarang memanfaatkan posyandu meskipun
lansia tidak mengikuti posyandu lansia yaitu mereka tau manfaat yang bisa mereka dapatkan
fasilitas posyandu yang kurang memadai, pada kegiatan posyandu lansia.
kurangnya kegiatan posyandu seperti senam Selain itu 22 lansia memanfaatkan
lansia dan alat pemeriksaan kesehatan posyandu dipengaruhi oleh kinerja kader,
yang lansia yang memiliki persepsi baik/ positif
sangat kurang sehingga menyebabkan lansia tentang peran kader cenderung memiliki
lebih memilih untuk tidak datang ke posyandu frekuensi kunjungan yang tinggi. Sementara
lansia. itu, responden yang memiliki persepsi yang
Hal ini sesuai dengan penelitian cukup atau kurang cenderung memiliki
Wahono (2010) yang mengatakan bahwa perlu frekuensi kunjungan yang rendah.
adanya inovasi-inovasi kegiatan atau Hal ini sejalan dengan penelitian
pelayanan yang berikan oleh petugas Lestari dkk (2011) yang mengatakan bahwa
kesehatan dan kader posyandu, baik itu persepsi lansia terhadap kader kesehatan
pemeriksaan laboratorium sederhana, senam merupakan salah satu faktor yang berperan
lansia, atau pemberian penyuluhan terhadap keaktifan kunjungan lansia ke
menggunakan media yang menarik bagi posyandu. Disebutkan bahwa lansia yang
masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana memiliki persepsi baik terhadap kader
merupakan salah satu faktor yang berperan memiliki peluang 6,5 kali lebih tinggi untuk
dalam perilaku kesehatan, dengan tersedianya aktif berkunjung ke posyandu.
peralatan ini akan menunjukkan para lansia Persepsi yang baik/positif dari lansia
untuk datang ke posyandu lansia. akan membuat lansia aktif dalam
Selain kurangnya kegiatan posyandu menggunakan dan memanfaatkan Posyandu
persepsi negatif yang muncul pada lansia juga Lansia. Sebagaimana hasil tabulasi silang
disebabkan oleh pendidikan. Dalam hasil ditemukan bahwa lansia dengan persepsi
wawancara sebagian besar lansia negatif maka akan rendah tingkat
berpendidikan SD/sederajat, pendidikan yang pemanfaatannya hal yang sama juga pada
kurang/rendah menyebabkan responden lansia dengan persepsi positif maka akan
kesulitan untuk mencernah informasi tentang intens dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia
posyandu lansia, kesulitan ini ditambah dengan oleh lansia di Posyandu Lansia.
kurangnya keinginan untuk mencari informasi Hasil temuan ini sejalan dengan
tentang Posyandu lansia baik melalui bertanya pendapat Pertiwi (2013) bahwa kepuasan
kepada saudara, teman, tetangga atau langsung pasien merupakan hal yang penting karena
bertanya kepada petugas kesehatan dan kedua hal tersebut mengarah ketingginya
keadaan ini yang menyebabkan munculnya kunjungan posyandu lansia kedatangan dan
persepsi negatif pada lansia. kepatuhan pasien terhadap saran petugas
Hal ini sejalan dengan penelitian Ayu kesehatan. Sehingga persepsi yang positif dari
(2014) yang mengatakan persepsi negatif lansia akan mendorong keaktifan dari lansia
dipengaruhi oleh pendidikan, pendidikan tidak dimana keaktifan lansia dalam kegiatan
lepas dari proses belajar, pendidikan adalah posyandu lansia sangat membantu petugas
sesuatu untuk memperoleh ketrampilan yang kesehatan dalam memantau kesehatan lansia
dibutuhkan manusia dalam kehidupan dalam dan memberikan pengertian tentang pola
menyempurnakan potensi atau kemampuan kehidupan sehat di usia lanjut. Manfaat dari
37
keaktifan lansia di posyandu lansia antara lain seperti sibuk ataupun sedang sakit.
petugas kesehatan dapat memperoleh data- Selain itu partisipasi lansia dalam
data yang berkaitan dengan keadaan lansia memanfaatkan 24 lansia memiliki partisipasi
saat itu, minimal diketahui berat dan tinggi aktif dengan pemanfaatan posyandu yang tinggi
badan, denyut nadi, tekanan darah, keluhan hal ini disebabkan karena dukungan keluarga
fisik dan penyakit yang diderita. yang menemani lansia untuk mengunjungi
4.1.8 Hubungan partisipasi lansia dengan posyandu. Hal ini sejalan dengan penelitian
tingkat pemanfaatan (Utilization) Sundari (2013) yaitu tentang hubungan support
Posyandu system keluarga dalam meningkatkan gairah
Dari hasil yang di peroleh bahwa hidup lansia, yang menunjukkan bahwa support
partisipasi lansia memiliki hubungan dengan system dari keluarga ada hubungannya dalam
tingkat pemanfaatan posyandu hal ini di lihat meningkatkan gairah hidup lansia.
hasil pengujian bivariate menunjukan bahwa
nilai probability Value (P-Value) sebesar
0,000, nilai signifikasi ini masih kecil 4 SIMPULAN DAN SARAN
dibandingkan dengan nilai alpha yang di
gunakan (0,05) sehingga H0 diterima. Dengan 4.1 Simpulan
demikian dapat disimpulkan terdapat Berdasarkan hasil penelitian dan
hubungan yang signifikan antara partisipasi pembahasan pada bab sebelumnya dapat
dengan tingkat pemanfaatan (Utilization) disimpulkan bahwa Terdapat hubungan yang
posyandu di Kelurahan Limba U I. signifikan antara persepsi dengan tingkat
Berdasarkan tabulasi silang diperoleh pemanfaatan (Utilization) posyandu dengan
112 lansia memiliki partisipasi kurang aktif nilai P- Value 0,000 < α (0,05). Terdapat
dengan pemanfaatan posyandu lansia rendah, hubungan yang signifikan antara partisipasi
partisipasi kurang aktif dapat menyebabkan dengan tingkat pemanfaatan (Utilization)
lansia menjadi malas mengikuti kegiatan posyandu dengan nilai P- Value 0,000 < α
posyandu. Hal ini disebabkan oleh beberapa (0,05).
faktor seperti umur lansia yang rentan akan 4.1.2 Saran
penyakit, selain itu kondisi fisik lanjut usia Perlunya dukungan keluarga untuk
yang terkadang tidak dapat memungkinkan mengoptimalkan partisipasi lansia serta persepsi
untuk ikut serta dalam Posyandu Lansia dan baik dari lansia dalam mengunjungi posyandu
juga belum lengkapnya peralatan kesehatan lansia. Dukungan dari keluarga bagi lansia
untuk mengecek kesehatan lanjut usia. dapat dilakukan dengan memberikan perhatian,
Hasil ini sesuai dengan temuan dari motivasi, kepedulian terhadap keluhan lansia,
Wahyuni (2003) bahwa Partisipasi lansia sehingga lansia dapat mencurahkan perasaannya
dalam kegiatan pembinaan kesehatan dan mendorong untuk lebih aktif dalam
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, mengikuti kegiatan posyandu lansia.
pekerjaan, sikap, kebutuhan, dan dukungan
keluarga. Diharapkan kepada pihak terkait REFERENSI
agar dapat melakukan berbagai upaya untuk 1. Ayu, I. 2014. Persepsi Lansia Tentang
meningkatkan partisipasi lansia dalam Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia
kegiatan pembinaan kesehatan antara lain “Hasrat” Kelurahan Gedongan Kota
melalui promosi dan penyuluhan kesehatan Mojokerto.
tentang manfaat kegiatan pembinaan 2. Azizah, L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia,
kesehatan lansia. Edisi 1. Graha Ilmu : Yogyakarta
Adapun 10 lansia dengan partisipasi 3. Bratanegara, A. 2012. Gambaran Dukungan
kurang aktif namun dengan pemanfaatan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu
posyandu tinggi dikarenakan mereka hanya Lansia Di Kelurahan Karasak Kota
akan datang jika posyandu mengadakan Bandung. Students E- Journal
kegiatan lain selain pemeriksaan ataupun 4. Demartoto,A. 2007. Pelayanan Sosial Non
mereka akan datang jika ada pembagian resep Panti Bagi Lansia Suatu Kajian Sosiologis.
obat/vitamin, begitu juga 6 lansia dengan Surakarta: Sebelas Maret University press.
partisipasi aktif dengan pemanfaatan posyandu 5. Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan
rendah dikarenakan lansia akan mengikuti Indonesia, Jakarta: JNPK-KR
kegiatan apabila tidak mengalami kendala 6. Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan
38
Komunitas. Salemba Medika : Jakarta Pedesaan. Laporan Riset Unggulan
7. Fahrun, N. 2009. Faktor-Faktor Yang Terpadu VIII Bidang Dinamika Sosial,
Mempengaruhi Kunjungan Lansia Ke Ekonomi, dan Budaya. IPB, Bogor.
Posyandu Lansia Di Rw Vii Kelurahan 17. Wahono, H. 2010. Analisis Faktor-Faktor
Wonokusumo Kecamatan Semampir yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Surabaya. Jurnal : Surabaya Fakultas Posyandu Lansia Di Gantungan
IlmuKesehatan. UMSurabaya Makamhaji . Skripsi. Surakarta: Fakultas
8. Juniardi, F. 2013. Faktor-faktor yang Ilmu Kesehatan. Universitas
Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan Muhammdiyah Surakarta
Lansia ke Posyandu Lansia di Puskesmas
Batang Beruh Kecamatan Sidikalang
Kabupaten Dairi. Welfare State 2(1): 1-7
9. Komnas Lansia. 2010. Pedoman
Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia.
Jakarta
10. Lestari, dkk.(2011). Beberapa Faktor yang
Berperan Terhadap Keaktifan Kunjungan
Lansia ke Posyandu: Studi Surakarta
Kasus di Desa Tamantirto
11. Noviana, E. 2014. Faktor-
FaktorYang Berhubungan
DenganKunjungan Lansia Ke Posyandu
Lansia Di Desa Ngempon
KecamatanBergas Kabupaten Semarang.
Program Studi Diploma IV Kebidanan.
Karya ilmiah. Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran.Semarang. Diakses dari
(http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/d
ocuments/3645.pdf.) tanggal 21
November 2017
12. Pertiwi, H.W. 2013. Faktor–Faktor yang
Berhubungan denganFrekuensi
Kehadiran Lanjut Usia di Posyandu
Lansia. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah
Kebidanan, Vol . 4 No. 1 Edisi Juni 2013
13. Pujiono. 2009. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Desa Jetis
Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan. . Tesis. Semarang: Program
Studi Magister Promosi Kesehatan
Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.
14. Purwadi, H. 2011. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu
Lansia Di Dusun Karangkulon Desa
Wukirsari Kecamatan Imogiri Kabupaten
Bantul. Yogyakrta: Stikes Alma Ata
Yogyakarta Jurusan Keperawatan;
15. Sundari, dkk. 2013. Faktor-Faktor
Penyebab Rendahnya Keaktifan
Posyandu Lansia. Skripsi. Politeknik
Kesehatan Denpasar
16. Wahyuni. 2003. Kajian terhadap
Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia di
39

Anda mungkin juga menyukai