Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

METODE PENUGASAN DALAM KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam penulis panjatkan,
karena atas rahmat dan karunianya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Makalah ini berjudul “METODE PENUGASAN DALAM KEPERAWATAN”. Dengan tujuan


penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami
berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya profesi keperawatan.

Bukittinggi, 09 April 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ......................................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……….................................................................…...........................1
B. Rumusan Masalah......................................................................….............................2
C. Tujuan............................................................................................….........................2

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS


1. Pengorganisasian Layanan Asuhan Keparawatan……...............................................3
2. Konsep Metode Penugasan….............................................................…....................5
3. Prinsip Metode Penugasan..............................................................…........................5
4. Macam-macam Metode Penugasan Pelayanan Keperawatan.....................................4
1) Model Penugasan fungsional ……........................................................…….4
2) Model Penugasan Alokasi Pasien atau Keperawatan Total........................…6
3) Model Penugasan Tim Keperawatan atau Keperawatan Berkelompok .........7
4) Model Penugasan Keperawatan Primer atau Utama ......................................11
5) Model Penugasan Modular....................................................…......................12
6) Model Penugasan Manajemen Kasus..............................................................13
7) Model Keperawatan Praktek Profesional .......................................................13

BAB 3 PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................................................15
2. Saran ..........................................................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang memadai. Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan
selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan
mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian
antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit.
Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan
pasien, usia, diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang
dilakukan (Bron, 1987). Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang
bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan
penerapan standart asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan.
Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana
caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur,
efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja.
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam,
yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen
perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.

1
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep metoda penugasan dalam pelayanan
keperawatan
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip metode penugasan dalam pelayanan
keperawatan
3. Mahasiswa dapat mengetahui macam – macam metoda penugasan dalm pelayanan
keperawatan

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep metoda penugasan dalam pelayanan keperawatan?
2. Apa saja prinsip metode penugasan dalam pelayanan keperawatan?
3. Macam – macam metoda penugasan dalm pelayanan keperawatan?

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. Pengorganisasian Layanan Asuhan Keperawatan


Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan
spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki serta kebutuhan klien. Pengorgaanisasian perawat ini disebut metode
penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan klien dalam
melakukan aktivitas untuk dirinya dalam upaya mencapai derajad kesehatan yang
optimal. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan
merupakan tugas manajer keperwatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan, dan
mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi integrasi
pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut, manajer keperawatan dalam hal ini kepala ruangan bertanggun jawab
mengkoordinasi tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan
yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu
mengategorikan klien yang ada di unit kerjanya.
Menurut Korn (1987), kategori klien didasarkan pada tingkat pelayanan
keperawatan yang diperlukan klien (mis; keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total
atau intensif); usia (mis; anak, dewasa, usia lanjut); diagnosis atau masalah
keperawatan yang dialami klien (mis; perawatan medical bedah ortopedik, kulit); terapi
yang dilakukan (mis; rehabilitas, kemoterapi).
Beberapa rumah sakit mengelompokan klien berdasarkan kombinasi kategori
tersebut. Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode
penyusunan keperawatan yang tepat untuk digunakan di unit kerjanya untuk mencapai
tujuan sesuai dengan jumlah kategori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien
yang menjadi tanggung jawabnya.

II. Konsep Metode Penugasan


Metode Penugasan (Assign Problem) adalah suatu metode kuantitatif untuk
mengalokasikan sumberdaya kepada tugas atau pekerjaan atas dasar satu-satu (one-to-

3
one basis). Setiap sumberdaya (assignee) ditugasi secara khusus kepada suatu tugas
atau kegiatan, misalnya orang ke tugas, tenaga penjualan ke lokasi, tim ke proyek, atau
mesin ke pekerjaan.
Metode penugasan tersebut di desain untuk mewujudkan pelayanan
keperawatan yang aman, efektif dan efesien. Hal ini merupakan peran penting dari
seorang menejer keparawatan karena akan berhubungan dengan biaya pelayanan
keperawatan. Pemilihan metode penugasan merefleksikan falsafah organisasi, struktur,
staffing dan populasi pasien yang disesuiakan dengan budget, jumlah dan kualifikasi
perawat serta tujuan dari organisasi.

III. Prinsip Metoda Penugasan


Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih dan disesuaikan
dengan kondisi dan jumlah pasien, kategori pendidikan dan pengalaman staf di unit
yang bersangkutan (Arwani, 2005). Kepala ruangan atau menejer keperawatan
menentukan bagaimana jalan terbaik dalam merencanakan kegiatan kerja sehingga
sasaran organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien (Marquis, B.L. & Huston,
C.J, 2000).
Dalam hal ini termasuk penggunaan sumber daya secara bijak dan koordinasi
pekerjaan dengan bagian lainnya. Pemilihan model penugasan yang tepat dalam
pemberian pelayanan kesehatan pada tiap unit kerja atau organisasi bergantung kepada
keterampilan dan keahlian staf, keberadaan perawat professional yang teregister,
sumber daya ekonomi organisasi, karakteristik pasien, dan kompleksitas tugas-tugas
yang harus diselesaikan.
Berdasarkan uraian tersebut, terdapat beberapa prinsip dalam pemilihan metode
penugasan dalam asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan :
1. Jumlah Sumber Daya Manusia
2. Kualifikasi Perawat
3. Klasifikasi Pasien
4. Anggaran

IV. Macam-Macam Metode Penugasan Pelayanan Keperawatan


1. Model Penugasan Fungsional
Pengorganisasian layanan asuhan keperawatan dengan model penugasan
fungsional merupakan fungsi pengorganisasian dalam tugas pelayanan keperawatan

4
yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu
ruangan. Prioritas utama yang dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai
kebutuhan pasien dan kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pasien
secara holistic, sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan keperawatan sering
terabaikan karena pemberian asuhan yang terfragmentasi.
Komunikasi diantara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala
ruangan. Kepala ruangan menentukan tugas setiap perawat dalam suatu ruangan
dan perawat akan melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada kepala ruangan.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam membuat laporan pasien. Orientasi
model ini hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga pendekatan
holistik sukar dicapai. Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan
tugas-tugas bila jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak dapat kepuasan dari
asuhan keperawatan yang diberikan.

Model Penugasan Fungsional Pasien dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Kelebihan :
1. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

5
3. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

Kelemahan :
1. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan.
2. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja
4. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

2. Model Penugasan Alokasi Pasien atau Keperawatan Total


Merupakan pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa pasien oleh satu orang perawat pada satu tugas atau jaga selama periode
tertentu atau sampai pasien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
pasien.
Keuntungannya adalah bahwa fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan
pasien, memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang
komprehensif; memotivasi perawat untuk selalu bersama pasien selama bertugas.
Pekerjaan non keperawatan dapat dilakukan oleh staf bukan perawat, mendukung
penerapan proses keperawatan, kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
Kerugiannya adalah beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak
sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan, peserta didik sulit melatih
keterampilan perawatan besar, misalnya menyuntik, mengukur suhu, pendelegasian
perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab pasien
bertugas.

6
Model Penugasan Alokasi Pasien dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

3. Model Penugasan Tim Keperawatan atau Keperawatan Berkelompok


Ketika individu bekerja dalam kelompok, terdapat dua isu yang muncul.
Pertama adalah adanya tugas dan masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Kedua adalah proses yang terjadi di dalam teamwork itu sendiri,
misalnya bagaimana mekanisme kerja atau aturan main sebuah tim sebagai unit
suatu kerja dari perusaan, proses interaksi di dalam tim dan lain-lain.
Teamwork merupakan sarana yang sangat baik dalam mengabungkan berbagai
talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan. Selain
itu, keterampilan dan pengetahuan yang dimikili oleh anggota kelompok juga
merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan jika
dibandingkan individu yang brilian. Ketika ada suatu masalah yang melibatkan
teamwork maka akan memberikan beberapa keuntungan.
Keuntungan tersebut adalah pertama, keputusan yang dibuat secara bersama-
sama akan memotivasi tim dalam pelaksanaannya. Kedua, keputusan bersama
akan lebih mudah dipahami oleh tim jika hanya mengandalkan keputusan dari satu
orang.
Hal ini terjadi karena tim mendorong setiap anggotanya untuk memiliki
wewenang dan tanggung jawab sehingga meningkatkan harga diri setiap perawat.
Secara umum, perkembangan suatu tim dapat dibagi ke dalam empat tahap :
1. Forming adalah tahapan ketika para anggota setuju untuk bergabung dalam
suatu tim. Konflik jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu
bahkan seringkali ada anggota yang merasa gugup.
2. Storming adalah tahapan timbulnya kekacauan dalam tim, Pemimpin yang
telah terpilih sering kali dipertanyakan kemampuannya dan anggota

7
kelompoknya tidak ragu-ragu mengganti pemimpin yang dinilai tidak
mampu.
3. Norming adalah tahapan ketika individu dan sub kelompok yang ada dalam
tim mulai merasakan keuntungan bekerja sama dan berjuang untuk
menghindari tim tersebut dari kehancuran. Karena semangat kerja sudah
mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk mengungkapkan
perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota tim.
4. Performing adalah tahapan ini merupakan titik kulminasi ketika tim telah
berhasil membangun sistem yang memungkinkan untuk dapat bekerja
secara produktif dan efisien.

Pada tahun 1950 dikembangkan model tim merupakan suatu model


pemberian asuhan keperawatan ketika perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan didalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaborasi. Konsep model ini
didasarkan falsafah bahwa sekelompok tenaga keperawatan bekerja secara
bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat berfungsi
secara menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap
pasien.

Model Penugasan Tim dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Kelebihan :
1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.

8
3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
4. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
5. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
6. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
7. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas

Kelemahan :
1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
perawat pemimpin maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya
tidak diimplementasikan dengan total
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.

Tanggung Jawab Kepala Ruang :


1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan.
2. Mengorganisir pembagian tim dan pasien
3. Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
4. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
5. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
6. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,
7. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
8. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung Jawab Ketua Tim :


1. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,
2. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.

9
3. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya,
4. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
5. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens.
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan
serta mendokumentasikannya.
7. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan,
8. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.

Tanggung Jawab Anggota tim :


1. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
2. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien.
3. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan
4. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
5. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
6. Memberikan laporan

Pada dasarnya di dalam model tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung
dua konsep utama yang harus ada yaitu kepemimpinan dan komunikasi efektif.
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan asuhan
keperawatan yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan pasien secara individual
dan membantunya dalam mengatasi masalah.
Keuntungannya adalah memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif dan memungkinkan pencapaian proses keperawatan. Selain itu,
konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara ini
efektif untuk belajar.
Kerugiannya adalah rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk,
rapat tim ditiadakan atau pelaksanaanya terburu-buru sehingga mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antara anggota tim sehingga kelancaran tugas
terhambat.

10
4. Model Penugasan keperawatan Primer atau utama
Para pakar keperawatan mengembangkan model pemberian asuhan keperawatan
terbaru yaitu model primer (Primary Nursing). Tujuan dari model primer adalah
terdapatnya kontinuitas keperawatan yang dilakukan secara komprehensif dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Penugasan yang diberikan kepada primary nurse atas pasien yang dirawat
adalah dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada
kebutuhan pasien atau masalah keperawatan dan disesuaikan dengan kemampuan
primary nurse. Setiap primery nurse mempunyai 4-6 pasien dan bertanggung jawab
memberikan asuhan keperawatan, namun mempunyai kewenangan untuk
melakukan rujukan kepada pekerja sosial masyarakat, kontak dengan lembaga
sosial masyarakat, membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan kunjungan
rumah dan lain-lain.Primary nurse berperan sebagai advocat pasien sebagai
birokrasi rumah sakit. Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model primer ini
adalah bahwa manusia merasa dimanusiakan karena pasien terpenuhi
kebutuhannya secara individual dengan asuhan keperawatan yang bermutu dan
tercapainya pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien. Untuk pihak rumah
sakit, keuntungan yang dapat diperoleh rumah sakit tidak perlu memperkerjakan
terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi tenaga yang ada harus berkualitas tinggi.

Model Penugasan Keperawatan Primer


Kelebihan :
1. Perawat primer mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.

11
2. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat
primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
3. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan administrasi
4. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat
primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan
ilmu pengetahuan.
Kelemahan :
1. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kemampuan mengambil
keputusan yang tepat.
2. Biaya besar

Ketenagaan metode primer


1. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten

5. Model Penugasan Modular


Model penugasan modular merupakan penugasan pengorganisasian pelayanan
asuhan keperawatan yang dilakukan perawat profesional dan nonprofesional untuk
sekelompok klien. Hal ini dilakukan perawat mulai dari pasien masuk sampai
pasien pulang sehingga juga disebut tanggungjawab total atau keseluruhan.
Model modular mirip dengan keperawatan tim karena perawat profesinal dan
nonprofesional bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan dengan arahan
kepemimpinan perawat profesional. Model modular mirip dengan keprawatan
primer karena setiap 2-3 perawat memiliki tanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan beberapa pasien. Motode modular merupakan gabungan dari model
tim dan priamry model. Untuk metote ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,

12
terampil, dan memiliki kemapuan dalam kepemimpinan pada metode ini. Metode
ini idealnya diterapkan 2-3 perawat untuk 8- 12 orang klien.

6. Model Penugasan Manajemen Kasus


Model penugasan manajemen kasus merupakan generasi kedua dari primary
nursing. Model ini melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pandangan
bahwa untuk menyelesaikan kasus keperawatan secara tuntas berdasarkan sumber
daya yang ada. Tujuan dari manajemnen kasus adalah untuk menetapkan
pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan sesuai standard,
memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin, memfasilitasi secara
berkesinambungan asuhan keperawatan melalui kalaborasi dengan tim kesehatan
lainya, pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja, dan memfasilitasi alih
ilmu pengetahuan.
Kerangka kerja dari model manajemen kasus adalah bahwa pasien masuk
melalui agency kesehatan, dan manajer mempunyai kewenangan tanggung jawab
dalam perencanaan samapi dengan evaluasi. Manajemen kasus ada dengan dua cara
yaitu :
a. Case Managemen Plan (CPM) yaitu perencanaan bersama dari masing-
masing profesi kesehatan
b. Critical Path Diagram (CPD) yaitu penjabaran dari CPM dan mempunyai
target waktu.
Model ini perawat memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh sesuai
yang dibutuhkan pasien, sehingga pasien merasa puas dan merasa aman karena
pasien mengetahui perawat yang bertanggung jawab dengan dirinya. Model ini
sangat sesuai digunakan di ruang rawatan khusus seperti ruangan intensif,
misalnya ICCU, ICU, HCU, hemodialisa, dll.

7. Model Keperawatan Praktek Profesional


Model keperawatan praktek profesional (MPKP) adalah suatu sistem yang
memunginkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan yang mendukung asuhan keperawatan. Pada aspek struktur,
jumlah tenaga keperawatan berdasarakan jumlah klien berdasarkan derajat
ketergantungan klien, jenis tenaga di suatu ruangan yaitu kepala ruangan, clinical
care managemen, perawat primer, perawat asosiate, dan standar rencana perawatan.

13
Metode perawatan ini merupakan kombinasi dari metode tim dan metode primer.
Lima subtansi dalam pengembanga MPKP :
a. Nilai-nilai profesional sebagai inti dari model ini. Pada model ini PP dan
PA membagun kontrak dengan keluarga dan pasien, menjadi mitra, dan
memberikan asuhan keperawatan. PP mempunyai otonomi dan
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan yang
diberikan termasuk tindakan dari PA.
b. Pendekatan manajemen Model ini diberlakukan manajemen SDM ada garis
koordinasi antar PP dan PA. Performa PA dalam satu tim menjadi
tanggungjawab PP. Dalam metoda ini, PP merupakan seorang manajer
asuhan keperawatan yang memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan Metode yang digunakan adalah
modifikasi motode primer sehingga keputusan tenaga renpra di tetapkan
oleh PP.
d. Hubungan profesional Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP.
Karena PP yang lebih mengetahui perkembangan kondisi klien dan mampu
memberikan informasi kepada profesional kesehatan lain.
e. Sisten kompensasi dan penghargaan PP dan timnya berhak dalam
kompensasi dan penghargaan untuk asuhan keperawatan yang dilakukan
secara profesional. Kompensasi dan penghargaan bukan bagian dari asuhan
medis atau kompenasi penghargaan berdasarkan prosedur.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode penugasan dalam keperawatan ada tujuh macam, yaitu: model fungsional,
model alokasi pasien, model tim, model primer, model modular, model kasus dan model
praktik keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih oleh
kepala ruangan atau manajer keperawatan dan disesuaikan dengan jumlah pasien, jumlah
dan klasifikasi perawat di suatu unit pelayanan tersebut. Secara keseluruhan model-
model penugasan tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.

3.2 Saran
Diharapkan kedepannya kepala ruangan atau manajer keperawatan dalam
menentukan model penugasan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemilihan model
penugasan asuhan keperawatan. Dan mahasiswa keperawatan bisa nantinya pada saat
dilapangan dapat menerapkan model-model penugasan yang telah didapat serta
memberikan informasi kepada sejawat perawat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang model
praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Makalah :
tidak dipublikasikan

Manurung, I., (2001). Model Pemberian Asuhan Keperawatan Makalah. Bogor: tidak
dipublikasi

Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management Decision Making For Nurses, 124 Cases
Studies, 3 Ed. Philadelphia : JB Lippincott

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Proffesional. Jakarta : Salemba Medika

Simamora, Roymond H. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tappen, R.M., (l995). Nursing Leadership and Management. Concepts and Practice. (3 rd
edition). Philadelpia: F.A. Davis Company.

16

Anda mungkin juga menyukai