Anda di halaman 1dari 4

REKAYASA DRAINASE

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Batasan Masalah
1.5. Tujuan
1.6. Manfaat
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Drainase
Drainase (drainage) yang berasal dari kta kerja ‘to draim’yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air, adalah terminology yang digunakan untuk menyatakan sisem-sistem yang berkaitan
dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah.
Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk
mengalirkan aie yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu.
2.2. Fungsi Drainase

2.3. Macam - Macam Sistem Drainase


Sistem drainase perkotaan umumnya terbagi menjadi 2 macam yaitu : Drainase Minor dan
Drainase Major.
1. Drainase Minor Adalah bagian dari keseluruhan sistem drainase yang menggumpulkan air dari
hulu dan mengalirkannya ke drainase major. Sistem ini pada umumnya didesain untuk unit
hidrologi yang kecil yang berukuran sekitar 4 - 8 ha. Sistem ini bisa digunakan untuk daerah
perumahan, komersial, industri atau semua area yang kecil dengan karakteristik perkotaan.
Karena sistem ini mewakili jaringan drainase perkotaan yang tertutup oleh daerah
perkembangan perkotaan, seperti real estate, daerah komersial, daerah industri, pembangunan
pasar, dan lain-lain dimana tanggung jawab sistem tersebut berada pada tingkat administrasi.
Drainage minor menggumpulkan air hujan dari unit tersebut dan mengalirkannya ke drainage
major melalui sebuah outlet. Outlet tersebut merupakan akhir dari drainage minor.
2. Drainase Major Drainase major menggumpulkan air hujan dari sistem drainase minor dan
mengalirkannya ke outlet yang bermuara di sungai atau lautan. Drainase ini terdiri dari sungai
alam dan aliran sungai saluran buatan, dan lain-lain. Hal ini merupakan kunci pokok bagi
drainase perkotaan yang bagus karena harus bisa mengakomodasikan air hujan kurang dari
frekuensi badai yang ada, tergantung dari kepentingan daerah perkotaan yang dilayaninya.
Sistem ini mewakili jaringan drainase sebuah daerah perkotaan Kabupaten atau kota yang
bertanggung jawab terhadap pengelolaan, pengoperasian dan pemiliharaannya.
Macam-macam drainase menurut sejarah terbentuknya itu ada 2 macam yaitu :
a. drainase alamiyah (natural drainase : drainase yang terbentuk secara alami dan tidak
terdapat bangunan bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasang batu/beton,
gorong gorong dan lain lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena
grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
b. Drainase batuan (arficial Drainage) : drainase yang dibuat dengan maksud tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-
gorong ,pipa dsb.
Macam-mavam drainase menurut letak bangunan, juaga ada 2 macam yaitu:
a. drainase permukaan tanah (surface drainage) : saluran drainase yang berada diatas
permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan
b. drainase bawah permukaan tanah ( Subsurface drainage) : saluran drainase bertujuan
mengalirkan air limpasan permukaan melaui media dibawah permukaan tanag(pia
pipa),dikarekan alas an-alasan tertentu.
Macam -macam drainase menurut fungsinga:
a. single purpose : yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya
air hujan saja atau jenis air buangan yang klain seperti limbah domestic.
b. Multi purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan yang
baik secara bercampur maupun bergantian.
Macam -macam drainase menurut kontruksinya :
a. saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak
didaerah yang mempunyai luasan yang cukup ataupun untuk air non-hujan yang tidak
membahayakan Kesehatan/mengganggu lingkungan.
b. Saluran tertutup yaitu saluran yang pad umumnya sering dipakai untuk aliran air kotor (air
yang mengganggu kesehtan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak ditengah kota.

2.4. Skema Jaringan Drainase

2.5. Debit Rancangan

2.6. Debit Air Hujan


2.6.1. Presipitasi

2.6.2. Run Off


2.6.3. Infiltrasi dan Perkolasi
2.6.4. Curah Hujan Rencana
2.6.5. Itensitas Curah Hujan
2.6.6. Waktu Tiba Banjir
2.7. Proyeksi Jumlah Penduduk
2.7.1. Metode …….
2.7.2. Metode …….
2.7.3. Metode …….
2.8. Kebutuhan air Domestik
2.8.1. Limbah Air Domestik
2.8.2. Pengolahan Limbah Air Domestik
2.9. Limbah Air Industri
2.10. Debit Rancangan Sistem Drainase
2.11. Perencanaan Sistem Drainase
2.11.1. Arah Aliran
2.11.2. Beda Tinggi
2.11.3. Dimensi Saluran Terbuka
2.12. Galian Dan Timbunan
2.12.1. Peta Topografi
2.12.2. Potongan Memanjang Peta Topografi
2.12.3. Potongan Melintang Peta Topografi
2.12.4. Menghitung Volume Galian dan Timbunan
2.13. Rencana Anggaran dan Biaya
2.13.1. RAB Galian
2.13.2. RAB Timbunan
2.13.3. RAB Total
2.14. Perencanaan Tata Wilayah
2.14.1. Bagian Bagian Wilayah
2.14.2. Mater Plan Pengembangan Wilayah

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Umum
3.2. Tempat Dan Waktu
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.5.1. Data Primer
3.5.2. Data Sekunder
3.4. Tahapan Analisa dan Perhitungan Data
3.4.1. Master Plan Pengembangan Tata Wilayah
3.4.2. Perhitungan Luas Bagian Bagian Wilayah
3.4.3. Perhitungan Debit Banjir Rancangan Kala Ulang ……..
3.4.4. Perhitungan Limbah Air Domestik
3.4.5. Perhitungan Limbah Air Industri
3.4.6. Perencanaan Sistem Drainase
3.4.7. Perhitungan Galian dan Timbunan
3.4.8. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
3.5. Diagram Alir
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Master Plan Pengembangan Tata Wilayah
4.2. Perhitungan Luas Bagian Bagian Wilayah
4.3. Perhitungan Debit Banjir Rancangan Kala Ulang ……..
4.4. Perhitungan Limbah Air Domestik
4.5. Perhitungan Limbah Air Industri
4.6. Perencanaan Sistem Drainase
4.7. Perhitungan Galian dan Timbunan
4.8. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai