Ontologi PKN adalah sikap dan perilaku warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status warga
negara dapat meliputi penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat negara sampai dengan rakyat biasa. Dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan yang telah mempengaruhi PKn di Indonesia, disini akan mengkaji perkembangan praktik ketatanegaraan dan sistem pemerintahan RI menurut UUD Negara Republik Indonesia, yakni: 1. Periode I (1945 s.d. 1949) 2. Periode II (1949 s.d. 1950) 3. Periode III (1950 s.d. 1959) 4. Periode IV (1959 s.d. 1966) 5. Periode V (1966 s.d. 1998) 6. Periode VI (1998 s.d. sekarang). PENJELASAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA 1. Periode I (1945 s.d. 1949) Lama periode: 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 Konstiusi : UUD 1945 Bentuk negara : Kesatuan Bentuk pemerintahan : republik Sistem pemerintahan : presidensial Pada periode ini sering datangnya sekutu sehingga dicetuskannya Maklumat Wakil Presiden No. X tgl 16 November 1945. terjadi pembagian kekuatan dalam doa badan yaitu kukuatan legislatif dijalankan oleh Kontingen Nasional Indonesia Pusat dan kekuatan –kekuatan lainnya yang masih dipegang prsiden. 2. Periode II (1949 s.d. 1950) Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950 Bentuk negara : serikat ( federal) Bentuk pemerintahan : Republik Sistem pemerintahan : parlementer Konstitusi : RIS Adanya Konfrensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dengan delegasi Belanda menghasilkan keputusan pokok bahwa kerajaan Belanda mengakui Kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak bisa dicabut kembali kepada RIS selambat- lambatnya pada tgl 30 Desember 1949. 3. Periode III (1950 s.d. 1959) Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 Bentuk negara : Kesatuan Bentuk pemerintahan : republik Sistem pemetintahan : Parlementer Kontitusi : UUDS 1950 UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di nergara RI sejak 17 agustus 1950 hingga dikeluarkannya dekrit presiden pada 5 juli 1959 pemilihan umum 1955 berhasi memilih konstituante secara demokratis ,namun konstituante gagal membentuk kontitusi baru hingga berlarut- larut. 4. Periode IV (1959 s.d. 1966) Lama periode : 5 juli 1959 – 22 februari 1966 Bentuk negara : kesatuan Bentuk pemerintahan : republik Sistem pemerintahan : Presidensial Konstitusi : UUD 1945 Pada 5 juli 1959 presiden Soekarno mengelarkan dekrit presiden. Latar belakang dikeluarkannya yaitu kehidupan politik yang dikarenakan jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam, kegagalan kostituante dalam menyusun UUD dan terjadinya gangguan keamanan. 5. Periode V (1966 s.d. 1998) Lama periode: 22 Februari 1966-21 Mei 1998 Bentuk Negara : Kesatuan Bentuk Pemerintahan : Republik Sistem Pemerintahan : Presidensial Konstitusi : UUD 1945 Pada masa orde baru (1966-1998) pemernitah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun, pelaksanaanya menyimpang dari UUD 1945 dan Pancasila yang murni, terutama pelanggalan pasal 23 tentang hutang konglomerat. 6. Periode VI (1998 s.d. sekarang). Lama periode : 21 Mei 1998- sekarang Bentuk Negara : Kesatuan Bentuk pemerintahan : Republik Sitem pemerintahan : presidensial Kontitusi : UUD 1945 Sistem pemerintahn RI menurut UUD 1945 tidak menganut sistem dari negara manapun, melaikan suatu sistem yang khas bagi bangsa Indonesia. Sistem ketata negaraan yang kepala pemerintahannya adalah presiden dinamakan presidensial. Presiden memegang kekuasaan tertinggi negara dibawah pengawasan MPR. Aristoteles (1995) mengemukakan bahwa secara konstitusional “...different constitutions require different types of good citizen... because there are different sorts of civic function.” Secara implisit, setiap konstitusi mensyaratkan kriteria warga negara yang baik karena setiap konstitusi memiliki ketentuan tentang warga negara. Artinya, konstitusi yang berbeda akan menentukan profil warga negara yang berbeda. Hal ini akan berdampak pada model pendidikan kewarganegaraan yang tentunya perlu disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku. Guna membentuk warga negara yang baik, pendidikan kewarganegaraan di Amerika Serikat (AS) membelajarkan warga mudanya tentang sistem presidensiil, mekanisme check and balances, prinsip federalisme, dan nilai-nilai individual. Dinamika perubahan dalam perkembangan IPTEK yang mempengaruhi PKn Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu cepat dalam bidang teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan kehidupan termasuk perilaku warga negara, utamanya peserta didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada dua, yakni perilaku positif dan negatif. PKn perlu mendorong warga negara agar mampu memanfaatkan pengaruh positif perkembangan iptek untuk membangun negara- bangsa. Sebaliknya PKn perlu melakukan intervensi terhadap perilaku negatif warga negara yang cenderung negatif. Oleh karena itu, kurikulum PKn termasuk materi, metode, dan sistem evaluasinya harus selalu disesuaikan dengan perkembangan IPTEK. PKN yang berlaku disuatu negara perlu memperhatikan kondisi suatu masyarakat. Walaupun tuntutan dan kebutuhan masyarakat telah diakomodasi melalui peraturan perundang-udangan, namun perkembangan masyarakat akan bergerak dan berubah lebih cepat. C. Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk Masa Depan Pengertian Urgensi dam bahasa latin berartu “mendorong” dan menurut istilah urgensi menunjuk pada sesuatu yag mendorong kita, memaksa kita untuk diselesaikan. Prof. Dr. Nadiroh, M. Pd. ( seorang guru besar prodi PPKN FIS UNJ) mengatakan bahwa, pembentukan karakter Bangsa Indonesia sebagai esensi pendidikan kewarganegaraan. Berdasarkan hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045 (Lihat gambar tabel di bawah). Indonesia pada tahun 2030- 2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah yang dimaksud bonus demografi. Bonus demografi ini adalah peluang yang harus ditangkap dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif akan mampu berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan kewarganegaraan. Dalam hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa PKN berupaya mengantarkan warga negara Indonesia menjadi sarjana dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, menjadi warga negara yang demokratis yang berkeadaban, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai pancasila. PKN berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka untuk kedepannya bangsa ini harus berpedoman terhadap pancasila. NAMA : JAMILATUL KHASANAH NIM : 19101120021