PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan tablet dengan metode kempa langsung.
2. Mahasiswa mampu melakukan uji evaluasi granul dan uji untuk sediaan tablet
metode kempa langsung.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tablet
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih
bahan obat yang dibuat dengan pemadatan. Tablet juga memiliki perbedaan
dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan ataupun ketebalannya. Kebanyakan tipe
atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian dihancurkan dan
kemudian melepaskan bahan obat yang ada di dalam tablet tersebut ke dalam
saluran pencernaan. Yang dimaksud dengan tablet adalah sebagai berikut :
a. Tablet adalah sedian padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap. Namun demikian, umumnya bulat yang didalamnya
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
b. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa-cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
serta mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
Zat tambahan yang di gunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang
cocok.
c. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi.
d. Tablet dapat di definisikan sebagai bentuk sediaan solida yang mengandung
satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa eksperimen (yang meningkatkan
mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas,
kecepatan disintegrasi, dan sifat anti lekat serta dibuat dengan cara
mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet. (Kemenkes
RI,2018.Teknologi Sediaan Solid.Depkes RI)
2. Asetosal
Asetosal atau asam asetilsalisilat adalah sejenis obat turunan dari salisilat
yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau
nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).
Asetosal juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis
rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran
penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi
pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Awal mula penggunaan aspirin
sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak
tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Senyawa ini
kemudian dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam
asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Asetosal adalah obat pertama yang
dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat ini diperdagangkan dalam
bentuk bubuk (puyer).
Selain berfungsi sebagai analgetik, aspirin juga digunakan sebagai
antiplatelet untuk terapi stroke. Asetosal bekerja dengan menghambat
pembentukan tromboksan yang merupakan senyawa yang berperan dalam
pembekuan darah. Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan
pembekuan darah. Hambatan dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat
melancarkan aliran darah menuju otak yang tersumbat. Untuk terapi stroke,
asetosal diberikan dalam dosis rendah. Hal ini dikarenakan pada pemberian
dosis tinggi, asetosal berisiko menyebabkan terjadinya perdarahan yang
tentunya akan memperparah kondisi pasien. Asetosal merupakan obat yang
bekerja dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase secara tidak selektif,
sehingga selain menghambat pembekuan darah, aspirin juga menghambat kerja
prostaglandin sebagai salah satu faktor pelindung dinding saluran cerna. Oleh
karenanya, asetosal harus diminum sesudah makan agar tidak mengiritasi
lambung dan dihindari penggunaannya pada pasien dengan tukak lambung
berat. Asetosal sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan penyakit asma
karena asetosal mempunyai efek samping bronkospasme (penyempitan pada
saluran pernafasan) yang dapat memperparah asma yang diderita pasien. Jadi,
pasien asma yang mengalami stroke dapat menggunakan antiplatelet lain,
misalnya klopidogrel, dipiridamol, tiklopidin, atau silostazol dengan tetap
memperhatikan peringatan, kontraindikasi dan efek samping dari masing-
masing obat. (Sahara, Emmy.2011.’’Analisis Kuantitatif Aspirin Dalam Tablet
Dengan Titrasi Asam Basa”. Bali: F MIPA-Kimia-Universitas Udayana).
BAB II
FORMULASI DAN PEMBUATAN TABLET
I. Formula Induk
R/Tablet Asetosal Metode Kempa Langsung
1. Preformulasi
a. Rancangan Formula
Kriteria Uraian
Sinonim Asetosal, asam asetilsalisilat, acidi acetylsalicylicum
Rumus molekul C9H8O4
Kemurnian Tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket
Pemerian Hablur tidak berwarna atau hablur putih; tidak berbau
atau hamper tidak berbau; rasa asam
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol
95%P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Identifikasi a. Didihkan 200mg dengan 4ml larutan natrium
hidroksida P 8% b/v selama 3 menit, dinginkan.
Tambahkan 5ml asam sulfat encer P, terbentuk
endapan hablur putih asam salisilat, saring,
gunakan filtrate untuk idenfikasi B, keringkan
hablur pada suhu 100-105 derajat, suhu lebur
hablur lebih kurang 158 derajat.
b. Panaskan filtrate yang diperoleh pada uji
identifikasi A dengan etanol 95 % P dan 2ml asam
sulfat P, terjadi bau etilsalisilat.
Khasiat Analgetikum, antipiretikum
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
Farmakokinetik Asetosal sediaan tablet bisa iserap dengan sangat
cepat dilambung dan duodenum. Tablet extended
release diserap lebuh lambat dan tergantung adanya
makanan serta pH gaster. Boiavailabilitas aspirin
adalah 50-70%.
Dosis
Alasan Dibuat dalam bentuk granulasi kering karena
pemilihan bahan Asetosal tidak tahan kelembapan dan pemanasan,
serta kandungan zat aktif yang lebih dari 50 % dari
bobot total tablet.
2. Bahan Tambahan
Avicel pH 102 (handbook of pharmaceutical eksipien halaman 131)
Kriteria Uraian
Sinonim Micricristallin cellulose
Pemerian Murni sebagian putih; tidak berbau; tidak berasa;
serbuk hablur yang tersusun dari partikel penyerap
Kelarutan Agak sukar larut dalam NaOH 5%; praktis tidak larut
dalam air; asam encer dan banyak pelarut organik
Inkompabilitas Dengan asam kuat alkali dan garam besi tiak dapat
digunakan pada produk yang mengandun mgO,
aspirin, vitamin dan garam alkaloid
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup bak, sejuk.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Konsentrasi 20-90%
Khasiat Zat pengisi dan zat pengikat
Alasan Sebagai pengikat dan penentu utama kekuatan granul.
pemilihan bahan Distribusi pengikat dalm granul mempengaruhi
kemampuannya menghasilkan granul yang kuat dan
tidak rapuh.
Kriteria Uraian
Sinonim Magnesium stearat, Magnesii stearas
Pemerian Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada
kulit; bau lemah khas
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; dalam etanol (95% P)
dan dalam eter P.
Inkompabilitas Inkompatibel dengan asam kuat, alkali dan garam
besi
Stabilitas Merupakan materil yang stabil
Konsentrasi 0,25-5%
Khasiat Lubrikan, pelincir
Alasan Karena magnesium stearat bersifat sebagai pelincir
pemilihan bahan sehingga dapat melancarkan aliran granul dan
mencegah menempelnya granul pada dinding ruang
cetakan (die)
Talkum (Farmakope Indonesia edisi IV halaman 591)
Kriteria Uraian
Sinonim Talkum,Talk
Pemerian Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat
pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau kelabu
Kelarutan Tidak larut dalam hampir setiap larutan
Stabilitas Talkum adalah bahan yang stabil dan dapat
disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160°C
selama tidak kurang dari 1 jam. Juga dapat disterilkan
dengan paparan etilen oksida atau radiasi gamma.
Inkompabilitas Inkompatibel dengan senyawa amonia kuartener
Konsentrasi 5-10%
Khasiat Glidan dan antiadheren
Alasan pemilihan Karena talkum memiliki sifat sebagai pelicin sehingga
bahan tablet tidak mudah melekat pada cetakan
c. Identifikasi Organoleptis
Permasalahan Penyelesaian
Tablet mudah melekat pada Ditambah bahan pelican atau
punch atau cetakan lubrikan
Volume massa tablet kecil Ditambahkan bahan pengisi
sehingga dapat membuat tablet sehingga dapat memperbesar
sulit dicetak volume massa agar tablet mudah
dicetak
IV. Formulasi
a. Master Formula
Nama
Kode Bahan Kegunaan Per tablet Per bets
Bahan
b. Perhitungan
Zat aktif 50mg/tab, bobot total yang direncanakan 700 mg untuk 100 tab
Bobot total : 700mg X 100 tab = 70g. dilebihkan 10% = 77g
c. Penimbangan
d. Dosis
Untuk anak
Dosis awal : 1-5 mg/kg diminum sekali hari
Untuk dewasa
Dosis awal : 50-325 mg diminum sekali sehari
Dosis maksimal untuk dewasa
Sekali pakai : 1g
Sehari pakai : 8g
(sumber : farmakope Indonesia edisi III halaman 959)
2. Sendok tanduk 2
3. Kaca Arloji 3
4. Mortir stamper 2
5. Cawan porselen 3
6. Sudip 2
7. Gelas ukur 2
8. Gelas kimia 2
9. Ayakan 1
10. Waterbath 1
11. Mixer 1
2. Bahan
1. Asetosal 55g
3. Talkum 2,31g
4. Mg Stearat 3,08g
f. Prosedur Kerja
Komposisi :
Indikasi :
Tablet Asetosal 500 mg
Untuk meringankan
Dosis : TABLET nyeri ringan sampai TABLET
ASETOSAL sedang ASETOSAL
Anak-anak : Sekali 1X
½ tablet Kontraindikasi :
Hipersensitif
Sehari 3 X ½ tablet
Efek samping :
Dewasa: Sekali 1 X 1
Mual, tukak dengan
tablet
penderahan samar,
Netto : 100 Tablet Netto : 100 tablet
Sehari 3 X 1 tablet hipersensitifitas
PT. AMARE FARMA PT. AMARE FARM
KUPANG-NTT-INDONESIA KUPANG-NTT-INDONESIA
2. Etiket
Komposisi : Indikasi :
TABLET ASETOSAL®
500 mg
Komposisi
Tiap tablet mengandung :
Asam Asetilsalisilat (Asetosal)...........500 mg
Indikasi
Untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang
Kontraindikasi :
Hipersensitif
Efek Samping :
Mual,perut mulas, tukak dengan perdarahan samar, hipersensitif
Dosis :
Anak – anak :
Sekali 1 X ½ Tablet
Sehari 3 X ½ Tablet
Dewasa :
Sekali 1 X 1 Tablet
Sehari 3 X 1 Tablet
Perhatian/Peringatan:
Hati – hati pemberian pada ibu menyusui
Hindari minum alkohol saat mengkonsumsi obat ini, alkohol dapat
meningkatkan resiko pendarahan pada lambung.
Interaksi Obat:
Hindari pemberian bersamaan dengan alkohol, iindomethacin,vitamin C,
Insulin, Piroxicam.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu dibawah 30°C, terlindung dari cahaya
No Reg : GBL2220323210A1
No Batch : B 181505
Exp : Mar 2025
Netto : 50 tablet
Diproduksi oleh:
PT. AMARE FARM
KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR
INDONESIA
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Preformulasi
1. Bahan
a. Asetosal
Asetosal menghambat sintesis tromboksan A2 melalui asetilasi
irreversibel enzim COX. Ikatan irreversibel ini menjadi ciri khas dari
asetosal dibanding NSAID lainnya (yang hasilnya NSAID lain kurang
memiliki efek antiplatelet karena ikatannya reversibel). Ikatan antara
gugus asetil dan gugus hidroksil dari residu serin pada posisi 529 dalam
rantai polipeptida COX-1 ini mampu menurunkan produksi TXA2 yang
berperan penting sebagai vasokonstriktor dan agregator platelet yang
poten. Tromboksan A2 menyebabkan trombosit berubah bentuk,
melepaskan granulnya, dan beragregasi (mengelompok). Trombosit
(platelet) bukanlah suatu sel namun suatu turunan dari megakariosit, yang
artinya trombosit tidak memiliki inti sel. Ketiadaan inti sel membuat
trombosit tidak memiliki DNA yang bisa menyandi (transkripsi) COX
baru ketika COX yang ada telah dirusak oleh asetosal (tidak bisa
mensintesis COX lagi sehingga produksi TXA2 nya akan turun). Hal
inilah yang membuat dengan dosis 80 mg/hari, asetosal bisa beraktivitas
sebagai antiplatelet yang bagus, Masa hidup platelet dalam darah adalah 8-
10 hari, asetosal akan mampu menghambat COX selama masa hidup
platelet.
b. Zat Tambahan
Zat tambahan dalam pembuatan tablet asetosal cetak langsung adalah
sebagai berikut:
1) Amilum Manihot, sebagai penghancur karena berfungsi untuk
memfasilitasi hancurnya tablet ketika terjadi kontak dalam saluran
cerna. Keistimewaan dibandingkan dengan penghancur lain karena
selain memiliki sifat penghancur yang baik, namun juga mudah
didapatkan dengan harga yang terjangkau dan juga dapat diproduksi
sendiri karena berasal dari bahan alam. Amilum manihot merupakan
bahan penghancur yang sifatnya inert dan dapatkan meninggikan
porositas dalam pembuatan tablet sehingga memudahkan penetrasi air
lewat pori-pori ke dalam bagian tablet dan akan mempercepat
hancurnya tablet.
2) Avicel pH 102, sebagai pengikat karena berfungsi untuk mengikat
semua komponen pada saat produksi. Keistimewaan dibandingkan
dengan pengikat lainnya karena memiliki ukuran partikel 100 µm
yang lebih besar dibandingkan Avicel PH 101, sehingga sifat alir
Avicel PH 102 lebih baik dibandingkan Avicel PH 101. Selain itu,
Avicel PH 102 memiliki potensi disolusi yang baik dalam formulasi
cetak langsung, dapat meningkatkan kompaktibilitas tablet dan
memiliki sifat deformasi plastik.
3) Talkum, sebagai pelicin karena berfungsi untuk memacu aliran serbuk
atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partakel-
partikel. Keistimewaan dibandingkan dengan pelicin lainnya adalah
penggunaan talk sebagai bahan pelicin memiliki beberapa keuntungan,
seperti harganya murah dan mudah didapat; tidak diabsorpsi secara
sistemik sehingga tergolong tidak beracun; dapat berfungsi sekaligus
sebagai bahan pelincir, anti lekat dan bahan pelicin, sehingga efeknya
sebagai bahan pelicin dapat optimal; serta talk dapat mencegah
timbulnya noda gelap pada tablet karena talk dapat terdistribusi lebih
homogen sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki penampilan
fisik yang baik.
4) Magnesium Stearat, sebagai pelincir karena berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara dinding tablet dan dinding die pada saat
tablet akan ditekan keluar. Keistimewaan sebagai pelincir dibanding
lainnya dimana magnesium stearate memiliki kelebihan tidak
higroskopis, akan tetapi sifat hidrofobik dari magnesium stearat akan
menghalangi proses pecahnya tablet sehingga obat akan sulit
terdispersi dalam medium air.
B. Identifikasi Organoleptis dan Identifikasi Kualitatif
1. Identifikasi Organoleptis
2. Identifikasi Kualitatif
C. Produksi
1. Penimbangan
Penimbangan merupakan proses yang penting dalam proses produksi
karena penimbangan akan menentukan kadar kualitatif zat aktif. Pada saat
penimbangan praktikan yang melakukan penimbangan harus memakai
sarung tangan dan masker yang bersih, bagian luar wadah/kemasan di lap
dengan lap lembap sampai bersih dan kering, pindahkan semua bahan
yang akan ditimbang kedalam ruang timbangan, pastikan dalam area
penimbangan tidak boleh ada bahan selain yang ditimbang, dipastikan
hanya ada satu wadah yang dibuka diruang timbang untuk mencegah
kontaminasi dan ditimbang bahan tambahan terlebih dahulu kemudia
bahan obat/zat aktif. Selain itu, untuk praktikan yang masuk di area
penimbangan dibatasi hanya dua orang yang bertugas, dimana satu orang
melakukan penimbangan dan satu orang mengawasi/mengecek kebenaran
penimbagan. Ketika melakukan penimbangan diberi label penimbangan
tujuannya yaitu untuk mencegah kesalahan pengambilan bahan yang
memiliki kemiripan yang sama misalnya kemiripan warna.
2. Produksi
Produksi merupakan seluruh kegiatan dalam pembuatan obat, mulai
dari penerimaan bahan, dilanjutkan dengan pengolahan, pengemasan dan
pengemasan ulang,penandaan dan penandaan ulang sampai menghasilkan
produk jadi. Terdapat bahan-bahan yang terdiri dari asetosal sebagai zat
aktif dilanjutkan dengan bahan tambahan terdiri dari amilum manihot,
avicel pH 102, talkum dan magnesium stearate. Pada saat pencampuran
bahan yang dimasukkan terlebih dahulu kedalam mortir, magnesium
stearate dan talkum digerus ad homogen. Selanjutnya tambahkan avicel pH
102 campur ad homogen dan terakhir ditambahkan asetosal campur ad
homogen.
3. Cetak
Setelah semua bahan melewati proses dari penimbangan sampai
pencampuran, selanjutnya dilakukan pencetakan. Pada saat pencetakan
sedikit adalah masalah, dimana alat cetak tablet rusak dan tidak bisa
digunakan, sehingga proses pencetakannya ditunda sementara. Setelah alat
pencetakan sudah diperbaiki maka pencetakan tablet sudah dapat
dilakukan. Pada saat proses pencetakan, tablet yang dihasilkan mengalami
chipping dimana bagian tepi tablet rusak, hal ini dikeranakan terlalu
banyak pengikat. Untuk mengatasi hal ini maka sebaiknya pengikat yang
tambahkan jangan terlalu banyak. Tablet juga mengalami kerapuhan
(crumbling), penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet.
D. Hasil Evaluasi