Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan tablet dengan metode kempa langsung.
2. Mahasiswa mampu melakukan uji evaluasi granul dan uji untuk sediaan tablet
metode kempa langsung.
B. Tinjauan Pustaka

1. Tablet
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih
bahan obat yang dibuat dengan pemadatan. Tablet juga memiliki perbedaan
dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan ataupun ketebalannya. Kebanyakan tipe
atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian dihancurkan dan
kemudian melepaskan bahan obat yang ada di dalam tablet tersebut ke dalam
saluran pencernaan. Yang dimaksud dengan tablet adalah sebagai berikut :
a. Tablet adalah sedian padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap. Namun demikian, umumnya bulat yang didalamnya
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
b. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa-cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
serta mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
Zat tambahan yang di gunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang
cocok.
c. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi.
d. Tablet dapat di definisikan sebagai bentuk sediaan solida yang mengandung
satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa eksperimen (yang meningkatkan
mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas,
kecepatan disintegrasi, dan sifat anti lekat serta dibuat dengan cara
mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet. (Kemenkes
RI,2018.Teknologi Sediaan Solid.Depkes RI)

Keuntungan dan kerugian tablet


Tablet terbukti menunjukan suatu bentuk yang efisien, sangat praktis, dan
ideal untuk pemberian zat aktif secara oral. Hal ini mengidikasikan bahwa tablet
mempunyai keuntungan. Dari berbagai referensi, berbagai keuntungan terhadap
pemberian obat dalam bentuk sediaan tablet, antara lain:
a. Praktis dan efisien. artinya waktu peresepan dan pelayanan di apotek dapat
lebih cepat, lebih mudah dibawa, dan disimpan.
b. Mudah digunakan dan tidak memerlukan keahlian khusus.
c. Dosis mudah diatur karena merupakan sistem satuan dosis (unit dose system)
d. Efek yang ingin dihasilkan dapat diatur, yaitu dapat lepas lambat, extended
release, enteric tablet, orros, dan sebagainya.
e. Bentuk sediaan tablet lebih cocok dan ekonomis untuk produksi skala besar.
f. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak yaitu dengan penambahan salut
selaput/salut gula.
g. Bentuk sediaan tablet memiliki sifat stabilitas gabungan kimia, mekanik, dan
mikrobiologi yang cenderung lebih baik dibanding bentuk sediaan lain.
Selain memiliki kelebihan tablet juga memiliki kekurangan atau kelemahan,
adalah sebagai berikut :
a. Dapat menimbulkan kesulitan dalam terapi individual, karena obat yang
berbentuk tablet biasanya pahit dan terlalu besar. Akibat terlalu besar
biasanya sulit ditelan dan juga dapat berakibat rasa sakit di tenggorokan, dan
sebagainya.
b. Waktu hancur lebih lama dibanding bentuk sediaan lain, seperti yang
berbentuk larutan, injeksi, dan sebagainya.
c. Tidak dapat digunakan terhadap pasien yang dalam kondisi tidak sadar atau
pingsan.
d. Sasaran kadar obat dalam plasma lebih sulit tercapai. (Kemenkes
RI,2018.Teknologi Sediaan Solid.Depkes RI)
Bahan Tambahan dalam Tablet
Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif yang ada dalam tablet juga
dibutuhkan eksipien atau semacam bahan tambahan. Eksipien disini merupakan
bahan bukan zat aktif yang ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk
berbagai tujuan atau fungsi. Walaupun eksipien bukan merupakan zat aktif,
adanya eksipien sangat penting untuk keberhasilan produksi sediaan yang dapat
diterima. Menurut Anief (1994), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi
sebagai:
a. Zat pengisi, yaitu digunakan untuk memperbesar volume tablet. Zat-zat yang
digunakan seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat, dan
zat lain yang cocok.
b. Zat pengikat, yaitu digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat
merekat. Zat-zat yang digunakan seperti: Musilago 10-20% b /v, larutan
Metilcellulosum 5% b /v.
c. Zat penghancur, yaitu digunakan agar tablet dapat hancur dalam saluran
pencernaan. Zat-zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot kering,
Gelatin, Natrium Alginat.
d. Zat pelicin, yaitu digunakan untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada
cetakan. Zat-zat yang digunakan seperti: Talkum 5% b/b, Magnesium stearat,
Natrium Benzoat. (Kemenkes RI,2018.Teknologi Sediaan Solid.Depkes RI).
Metode pembuatan
Metode pembuatan tablet berdasarkan cara pembuatannya secara umum
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering,
dan metode kempa langsung. Metode pembuatan tablet yang sering digunakan
adalah metode kempa langsung, karena paling efektif dan efisien bagi industri.
Prosesnya yang sederhana, mudah, peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan
lebih sedikit, serta waktu pengerjaannya yang cepat sehingga dapat
meminimalkan biaya produksi. Hal kritis yang perlu diperhatikan dalam proses
pembuatan tablet dengan metode kempa langsung adalah pemilihan eksipien,
diperlukan eksipien dengan sifat alir dan kompresibilitas yang baik untuk
pembuatan tablet dengan metode kempa langsung. Karena prosesnya akan sangat
dipengaruhi oleh eksipien penyusun tablet yang digunakan. Secara umum
pembuatan tablet dapat dibuat dengan tiga metode, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Granulasi Basah
Metode granulasi basah sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan
dalam formulasi bersifat tahan lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang relatif buruk. Tujuan dari pembuatan tablet dengan
menggunakan metode granulasi basah yaitu agar dapat meningkatkan sifat
alir dan atau kemampuan kempa yang dilakukan dengan cara mencampur zat
aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan
cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga didapatkan massa cetak
yang lembap yang dapat digranulasi dan menghasilkan tablet yang tidak
rapuh.
b. Metode Granulasi Kering
Metode granulasi kering sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan
dalam formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap lembap dan panas,
serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk. Pembuatan
tablet dengan metode granulasi kering bertujuan untuk dapat meningkatkan
sifat alir dan atau kemampuan kempa massa cetak tablet. Metode granulasi
kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi
sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian
digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan. Keuntungan granulasi kering adalah tidak diperlukan panas dan
kelembapan dalam proses granulasi sehingga cocok untuk zat aktif dan
eksipien yang sensitif terhadap panas dan lembap. Pembuatan tablet dengan
metode granulasi kering juga dapat dilakukan dengan meletakkan massa cetak
serbuk diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan
massa padat yang tipis, selanjutnya diayak atau digiling hingga diperoleh
granul dengan ukuran yang diinginkan.
c. Metode Kempa Langsung
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi.
Pembuatan tablet dengan metode ini memerlukan eksipien yang
memungkinkan untuk pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih
dahulu. Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik khusus seperti laktosa,
sukrosa, dekstrosa, atau selulosa yang mempunyai sifat aliran dan
kemampuan kempa yang diinginkan. Bahan pengisi untuk kempa langsung
yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat,
laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa bentuk
pati termodifikasi. Metode kempa langsung menghindari banyak masalah
yang timbul pada granulasi basah dan granulasi kering. Walaupun demikian
sifat fisik masing- masing bahan pengisi merupakan hal kritis, perubahan
sedikit dapat mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai
untuk dikempa langsung. Kempa langsung merupakan metode paling mudah
dan murah karena pembuatannya dapat menggunakan peralatan cetak tablet
konvensional, bahan tambahan yang digunakan umumnya mudah didapat,
dan prosedur kerja yang singkat. Namun metode kempa langsung terbatas
pada obat dengan dosis kecil dan massa cetak harus memiliki sifat alir yang
baik. (Kemenkes RI,2018.Teknologi Sediaan Solid.Depkes RI)

2. Asetosal
Asetosal atau asam asetilsalisilat adalah sejenis obat turunan dari salisilat
yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau
nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).
Asetosal juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis
rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran
penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi
pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Awal mula penggunaan aspirin
sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak
tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Senyawa ini
kemudian dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam
asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Asetosal adalah obat pertama yang
dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat ini diperdagangkan dalam
bentuk bubuk (puyer).
Selain berfungsi sebagai analgetik, aspirin juga digunakan sebagai
antiplatelet untuk terapi stroke. Asetosal bekerja dengan menghambat
pembentukan tromboksan yang merupakan senyawa yang berperan dalam
pembekuan darah. Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan
pembekuan darah. Hambatan dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat
melancarkan aliran darah menuju otak yang tersumbat. Untuk terapi stroke,
asetosal diberikan dalam dosis rendah. Hal ini dikarenakan pada pemberian
dosis tinggi, asetosal berisiko menyebabkan terjadinya perdarahan yang
tentunya akan memperparah kondisi pasien. Asetosal merupakan obat yang
bekerja dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase secara tidak selektif,
sehingga selain menghambat pembekuan darah, aspirin juga menghambat kerja
prostaglandin sebagai salah satu faktor pelindung dinding saluran cerna. Oleh
karenanya, asetosal harus diminum sesudah makan agar tidak mengiritasi
lambung dan dihindari penggunaannya pada pasien dengan tukak lambung
berat. Asetosal sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan penyakit asma
karena asetosal mempunyai efek samping bronkospasme (penyempitan pada
saluran pernafasan) yang dapat memperparah asma yang diderita pasien. Jadi,
pasien asma yang mengalami stroke dapat menggunakan antiplatelet lain,
misalnya klopidogrel, dipiridamol, tiklopidin, atau silostazol dengan tetap
memperhatikan peringatan, kontraindikasi dan efek samping dari masing-
masing obat. (Sahara, Emmy.2011.’’Analisis Kuantitatif Aspirin Dalam Tablet
Dengan Titrasi Asam Basa”. Bali: F MIPA-Kimia-Universitas Udayana).
BAB II
FORMULASI DAN PEMBUATAN TABLET

I. Formula Induk
R/Tablet Asetosal Metode Kempa Langsung

II. Formula Standar


Tiap tablet menggandung:
Acidum acetylsalicylicum 500mg

Zat tambahan yang cocok secukupnya

1. Preformulasi
a. Rancangan Formula

No. Bahan Jumlah Fungsi Konsentrasi


menurut pustaka
1. Asetosal 500mg Analgetik- Fornas edisi III
antipiretik tahun 1978 hal.5
2. Avicel 85% Pengisi dan 20-90% (HOPE
pH102 pengikat edisi 6 hal. 131)

3. Amilum 8% Zat penghancur 5-10% (HOPE


manihot edisi 6 hal. 687)
4. Mg stearate 4% Lubrikan 0,25-5% (HOPE
edisi 6 hal. 404)
5. Talkum 3% Glidan dan 1-10% (HOPE
antiadheren edisi 6 hal. 728)
b. Rancangan Preformulasi
1. Bahan Aktif
 Asetosal (Farmakope edisi III halaman 44)

Kriteria Uraian
Sinonim Asetosal, asam asetilsalisilat, acidi acetylsalicylicum
Rumus molekul C9H8O4
Kemurnian Tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket
Pemerian Hablur tidak berwarna atau hablur putih; tidak berbau
atau hamper tidak berbau; rasa asam
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol
95%P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Identifikasi a. Didihkan 200mg dengan 4ml larutan natrium
hidroksida P 8% b/v selama 3 menit, dinginkan.
Tambahkan 5ml asam sulfat encer P, terbentuk
endapan hablur putih asam salisilat, saring,
gunakan filtrate untuk idenfikasi B, keringkan
hablur pada suhu 100-105 derajat, suhu lebur
hablur lebih kurang 158 derajat.
b. Panaskan filtrate yang diperoleh pada uji
identifikasi A dengan etanol 95 % P dan 2ml asam
sulfat P, terjadi bau etilsalisilat.
Khasiat Analgetikum, antipiretikum
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
Farmakokinetik Asetosal sediaan tablet bisa iserap dengan sangat
cepat dilambung dan duodenum. Tablet extended
release diserap lebuh lambat dan tergantung adanya
makanan serta pH gaster. Boiavailabilitas aspirin
adalah 50-70%.
Dosis
Alasan Dibuat dalam bentuk granulasi kering karena
pemilihan bahan Asetosal tidak tahan kelembapan dan pemanasan,
serta kandungan zat aktif yang lebih dari 50 % dari
bobot total tablet.

2. Bahan Tambahan
 Avicel pH 102 (handbook of pharmaceutical eksipien halaman 131)

Kriteria Uraian
Sinonim Micricristallin cellulose
Pemerian Murni sebagian putih; tidak berbau; tidak berasa;
serbuk hablur yang tersusun dari partikel penyerap
Kelarutan Agak sukar larut dalam NaOH 5%; praktis tidak larut
dalam air; asam encer dan banyak pelarut organik
Inkompabilitas Dengan asam kuat alkali dan garam besi tiak dapat
digunakan pada produk yang mengandun mgO,
aspirin, vitamin dan garam alkaloid
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup bak, sejuk.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Konsentrasi 20-90%
Khasiat Zat pengisi dan zat pengikat
Alasan Sebagai pengikat dan penentu utama kekuatan granul.
pemilihan bahan Distribusi pengikat dalm granul mempengaruhi
kemampuannya menghasilkan granul yang kuat dan
tidak rapuh.

 Amylum manihot (Farmakope edisi III halaman 93)


Kriteria Uraian
Sinonim Amprotab, pati singkong
Pemerian Serbuk hablur, kadang-kadang berupa gumpalan
kecil, berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
Stabilitas Terlindung dari kelembaban tinggi
Inkompabilitas Tidak dapat bercampur dengan zat pengoksidasi
kuat.
Khasiat Sebagai penghancur
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Alasan Karena Amilum Manihot bersifat sebagai
pemilihan bahan penghancur sehingga dapat memecahkan tablet dan
zat aktif dapat dilepaskan
 Magnesium stearat (Farmakope edisi III halaman 354)

Kriteria Uraian
Sinonim Magnesium stearat, Magnesii stearas
Pemerian Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada
kulit; bau lemah khas
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; dalam etanol (95% P)
dan dalam eter P.
Inkompabilitas Inkompatibel dengan asam kuat, alkali dan garam
besi
Stabilitas Merupakan materil yang stabil
Konsentrasi 0,25-5%
Khasiat Lubrikan, pelincir
Alasan Karena magnesium stearat bersifat sebagai pelincir
pemilihan bahan sehingga dapat melancarkan aliran granul dan
mencegah menempelnya granul pada dinding ruang
cetakan (die)
 Talkum (Farmakope Indonesia edisi IV halaman 591)

Kriteria Uraian
Sinonim Talkum,Talk
Pemerian Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat
pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau kelabu
Kelarutan Tidak larut dalam hampir setiap larutan
Stabilitas Talkum adalah bahan yang stabil dan dapat
disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160°C
selama tidak kurang dari 1 jam. Juga dapat disterilkan
dengan paparan etilen oksida atau radiasi gamma.
Inkompabilitas Inkompatibel dengan senyawa amonia kuartener

Konsentrasi 5-10%
Khasiat Glidan dan antiadheren
Alasan pemilihan Karena talkum memiliki sifat sebagai pelicin sehingga
bahan tablet tidak mudah melekat pada cetakan

c. Identifikasi Organoleptis

Nama Bahan Kriteria Organoleptis Pustaka


berdasarkan literatur
Asetosal Bentuk Serbuk FI ed. III
Bau Tidak berbau Hal. 43
Warna Tidak berwarna
Rasa Asam
Amilum Bentuk Serbuk halus FI ed. III
manihot Bau Tidak berbau Hal. 93
Warna Putih
Rasa Tidak berasa
Talkum Bentuk Serbuk halus FI ed.III
Bau Tidak berbau Hal. 591
Warna Putih/putih kelabu
Rasa Tidak berasa

Mg Stearat Bentuk Serbuk halus FI ed. III


Bau Lemah khas Hal. 354
Warna Putih
Rasa Tidak berasa

Avicel pH 102 Bentuk Serbuk Hablur HOPE 5Th


Bau Tidak berbau Hal. 132-
Warna Putih 135

Rasa Tidak berasa


d. Identifikasi Kualitatif

Nama bahan Prosedur kerja


Asetosal Didihkan 500 mg serbuk tablet dengan 10 ml larutan
NaOHP selama 2-3 menit, dinginkan tambahkan asam
sulfat encer Phingga berlebih, terjadi endapan bentuk
hablur dan bau cuka pada beningan tambahkan larutan
besi (III) klorida P; terjadi warna violet tua
Amilum Manihot Didihkan 1 bagian dengan 50 bagian air; terbentuk
larutan kanji yang transparan hampir tidak berbau dan
tidak merubah warna kertas lakmus P
Talkum Campur 500 mg dengan lebih kurang 200 mg NaCO3
anhidrat P, pindahkan ke dalam krus platina atau krus
nikel panaskan, hingga melebur sempurna dinginkan.
Pindahkan ke dalam cawan dengan pertolongan lebih
kurang 50 ml air panas.Tambahkan HCL pekat hingga
pemulihan berhenti, tambahkan lagi 10 ml asam klorida
P. Uapkan diatas tangas air, hingga kering dinginkan.
Tambahkan 20 ml air didihkan; saring; sisa adalah
silika. Pada filtrat , jika terjadi endapan, saring
tambahkan larutan natrium magnesium fosfat.
Avicel 102 Campur 30 g dengan 270 ml air dalam pengocok
mekanik kecepatan tinggi, 18,000 ptm selama 5 menit.
Pindahkan 100 ml campuran ke dalam gelas ukur 100
ml, biarkan selama 3 jam; terjadi dispersi bebas
gelembung, opak, putih yang tidak membentuk cairan
bening pada permukaan.
Panaskan1 g dengan campuran 25 ml air dan 5 ml asam
Mg Stearat klorida P, dinginkan minyak memadat pada suhu lebih
kurang 50° dan lapisan air menunjukkan reaksi
magnesium yang tertera pada reaksi identifikasi

III. Permasalahan Dan Penyelesaian Masalah

Permasalahan Penyelesaian
 Tablet mudah melekat pada  Ditambah bahan pelican atau
punch atau cetakan lubrikan
 Volume massa tablet kecil  Ditambahkan bahan pengisi
sehingga dapat membuat tablet sehingga dapat memperbesar
sulit dicetak volume massa agar tablet mudah
dicetak
IV. Formulasi
a. Master Formula

Diproduksi Tanggal Tanggal Dibuat Oleh Diperiksa Oleh


oleh Formula Produksi
PT. AMARE 25 Februari PT. AMARE Falentinus
FARM 2022 FARM Duly,A.md Farm

Nama
Kode Bahan Kegunaan Per tablet Per bets
Bahan

AS 01 Asetosal Analgetikum, 550mg 55g


antipiretikum

AM 02 Amilum Penghancur 8% 6,16g


manihot

TL 03 Talkum Glidan dan 3% 2,31g


antiadheren

MS 04 Mg stearat Lubrikan 4% 3,08g

AV 05 Avicel 102 Pengikat dan 0,1045g 10,45g


pengisi

b. Perhitungan
 Zat aktif 50mg/tab, bobot total yang direncanakan 700 mg untuk 100 tab
 Bobot total : 700mg X 100 tab = 70g. dilebihkan 10% = 77g

1. Asetosal : 500mg X 100 tab = 50g


10
Dilebihkan 10% : ×50g = 5g
100
: 50g + 5g = 55g
4
2. Mg stearat (4%) : X 70g = 2,8g
100
10
Dilebihkan 10% : X 2,8g = 0,28g
100
: 2,8g + 0,28g = 3,08g
8
3. Amprotab (8%) : X 70g = 5,6g
100
10
Dilebihkan 10% : X 5,6g = 0,56g
100
: 5,6g + 0,56g = 6,16g
3
4. Talkum (3%) : X 70g = 2,1g
100
10
Dilebihkan 10% : X 2,1g = 0,21g
100
: 2,1g + 0,21g = 2,31g
5. Avicel pH 102 : 77g – (55 + 3,08 + 6,16 + 2,31)
: 77g – 66,55g = 10,45g

 Zat tambahan : 3,08 + 6,16 + 2,31 + 10,45 = 22g


 Zat aktif + zat tambahan : 55g + 22g = 77g

c. Penimbangan

No Nama bahan Jumlah yang ditimbang Jumlah yang ditimbang


. 1 dosis 1 batch
1. Asetosal 550mg 55g
2. Avicel pH 102 0,1045g 10,45g
3. Amilum manihot 0,056g 6,16g
4. Mg stearat 0,028g 3,08g
5. Talkum 0,021g 2,31g

d. Dosis
 Untuk anak
Dosis awal : 1-5 mg/kg diminum sekali hari
 Untuk dewasa
Dosis awal : 50-325 mg diminum sekali sehari
 Dosis maksimal untuk dewasa
Sekali pakai : 1g
Sehari pakai : 8g
(sumber : farmakope Indonesia edisi III halaman 959)

e. Persiapan Alat dan Bahan


1. Alat

No. Nama Alat Jumlah

1. Kertas perkamen Secukupnya

2. Sendok tanduk 2

3. Kaca Arloji 3

4. Mortir stamper 2

5. Cawan porselen 3

6. Sudip 2

7. Gelas ukur 2

8. Gelas kimia 2
9. Ayakan 1

10. Waterbath 1

11. Mixer 1

12. Mesin Cetak tablet 1

13. Corong gelas 1

2. Bahan

No. Nama Bahan Jumlah

1. Asetosal 55g

2. Amilum Manihot 6,16g

3. Talkum 2,31g

4. Mg Stearat 3,08g

5. Avicel pH 102 10,45g

f. Prosedur Kerja

Ruang Prosedur kerja

Penimbangan 1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang zat tambahan : Amylum
Manihot 6,16 g, Talkum 2,31 g, Mg
stearate 3,08 g, Avicel 102 10,45 g.
3. Kemudian ditimbang zat aktif Asetosal
sebanyak 55 g
Pencampuran 1. Dimasukkan Mg Stearat dan Talkum
dicampur ad homogen.
2. Tambahkan Avicel PH 102, masukan juga
Amilum manihot, campur ad homogeny.
3. Lalu terakhir tambahkan asetosal gerus ad
homogen.

Ruang pencetakan Campuran yang telah homogen dimasukkan


dalam alat kempa menjadi tablet. Kemudian
dilakukan pengujian tablet.

Ruang Evaluasi - Keseragaman ukuran


- Kekerasan tablet
- Friabilitas
- Waktu hancur
- Keseragaman bobot
- Uji disolusi
V. PENGEMASAN
1. Kemasan

Komposisi :
Indikasi :
Tablet Asetosal 500 mg
Untuk meringankan
Dosis : TABLET nyeri ringan sampai TABLET
ASETOSAL sedang ASETOSAL
Anak-anak : Sekali 1X
½ tablet Kontraindikasi :
Hipersensitif
Sehari 3 X ½ tablet
Efek samping :
Dewasa: Sekali 1 X 1
Mual, tukak dengan
tablet
penderahan samar,
Netto : 100 Tablet Netto : 100 tablet
Sehari 3 X 1 tablet hipersensitifitas
PT. AMARE FARMA PT. AMARE FARM
KUPANG-NTT-INDONESIA KUPANG-NTT-INDONESIA

2. Etiket

Komposisi : Indikasi :

Asetosal..........500 mg Nyeri ringan sampai


sedang

Efek Samping : TABLET


ASETOSAL No Reg :
Mual, perut mulas, GBL2220323210A1
tukak perdarahan
samar, Hipersensitif No. Batch : 181505

Exp : Maret 2025


Netto : 100 Tablet
PT. AMARE FARM Netto : 100 Tablet
PT. AMARE FARMA
KUPANG-NTT- KUPANG-NTT-
Indonesia INDONESIA
3. Brosur

TABLET ASETOSAL®
500 mg

Komposisi
Tiap tablet mengandung :
Asam Asetilsalisilat (Asetosal)...........500 mg

Indikasi
Untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang

Kontraindikasi :
Hipersensitif

Efek Samping :
Mual,perut mulas, tukak dengan perdarahan samar, hipersensitif

Dosis :
Anak – anak :
Sekali 1 X ½ Tablet
Sehari 3 X ½ Tablet
Dewasa :
Sekali 1 X 1 Tablet
Sehari 3 X 1 Tablet

Perhatian/Peringatan:
Hati – hati pemberian pada ibu menyusui
Hindari minum alkohol saat mengkonsumsi obat ini, alkohol dapat
meningkatkan resiko pendarahan pada lambung.

Interaksi Obat:
Hindari pemberian bersamaan dengan alkohol, iindomethacin,vitamin C,
Insulin, Piroxicam.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu dibawah 30°C, terlindung dari cahaya

No Reg : GBL2220323210A1
No Batch : B 181505
Exp : Mar 2025
Netto : 50 tablet

Diproduksi oleh:
PT. AMARE FARM
KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR
INDONESIA
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Preformulasi
1. Bahan
a. Asetosal
Asetosal menghambat sintesis tromboksan A2 melalui asetilasi
irreversibel enzim COX. Ikatan irreversibel ini menjadi ciri khas dari
asetosal dibanding NSAID lainnya (yang hasilnya NSAID lain kurang
memiliki efek antiplatelet karena ikatannya reversibel). Ikatan antara
gugus asetil dan gugus hidroksil dari residu serin pada posisi 529 dalam
rantai polipeptida COX-1 ini mampu menurunkan produksi TXA2 yang
berperan penting sebagai vasokonstriktor dan agregator platelet yang
poten. Tromboksan A2 menyebabkan trombosit berubah bentuk,
melepaskan granulnya, dan beragregasi (mengelompok). Trombosit
(platelet) bukanlah suatu sel namun suatu turunan dari megakariosit, yang
artinya trombosit tidak memiliki inti sel. Ketiadaan inti sel membuat
trombosit tidak memiliki DNA yang bisa menyandi (transkripsi) COX
baru ketika COX yang ada telah dirusak oleh asetosal (tidak bisa
mensintesis COX lagi sehingga produksi TXA2 nya akan turun). Hal
inilah yang membuat dengan dosis 80 mg/hari, asetosal bisa beraktivitas
sebagai antiplatelet yang bagus, Masa hidup platelet dalam darah adalah 8-
10 hari, asetosal akan mampu menghambat COX selama masa hidup
platelet.
b. Zat Tambahan
Zat tambahan dalam pembuatan tablet asetosal cetak langsung adalah
sebagai berikut:
1) Amilum Manihot, sebagai penghancur karena berfungsi untuk
memfasilitasi hancurnya tablet ketika terjadi kontak dalam saluran
cerna. Keistimewaan dibandingkan dengan penghancur lain karena
selain memiliki sifat penghancur yang baik, namun juga mudah
didapatkan dengan harga yang terjangkau dan juga dapat diproduksi
sendiri karena berasal dari bahan alam. Amilum manihot merupakan
bahan penghancur yang sifatnya inert dan dapatkan meninggikan
porositas dalam pembuatan tablet sehingga memudahkan penetrasi air
lewat pori-pori ke dalam bagian tablet dan akan mempercepat
hancurnya tablet.
2) Avicel pH 102, sebagai pengikat karena berfungsi untuk mengikat
semua komponen pada saat produksi. Keistimewaan dibandingkan
dengan pengikat lainnya karena memiliki ukuran partikel 100 µm
yang lebih besar dibandingkan Avicel PH 101, sehingga sifat alir
Avicel PH 102 lebih baik dibandingkan Avicel PH 101. Selain itu,
Avicel PH 102 memiliki potensi disolusi yang baik dalam formulasi
cetak langsung, dapat meningkatkan kompaktibilitas tablet dan
memiliki sifat deformasi plastik.
3) Talkum, sebagai pelicin karena berfungsi untuk memacu aliran serbuk
atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partakel-
partikel. Keistimewaan dibandingkan dengan pelicin lainnya adalah
penggunaan talk sebagai bahan pelicin memiliki beberapa keuntungan,
seperti harganya murah dan mudah didapat; tidak diabsorpsi secara
sistemik sehingga tergolong tidak beracun; dapat berfungsi sekaligus
sebagai bahan pelincir, anti lekat dan bahan pelicin, sehingga efeknya
sebagai bahan pelicin dapat optimal; serta talk dapat mencegah
timbulnya noda gelap pada tablet karena talk dapat terdistribusi lebih
homogen sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki penampilan
fisik yang baik.
4) Magnesium Stearat, sebagai pelincir karena berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara dinding tablet dan dinding die pada saat
tablet akan ditekan keluar. Keistimewaan sebagai pelincir dibanding
lainnya dimana magnesium stearate memiliki kelebihan tidak
higroskopis, akan tetapi sifat hidrofobik dari magnesium stearat akan
menghalangi proses pecahnya tablet sehingga obat akan sulit
terdispersi dalam medium air.
B. Identifikasi Organoleptis dan Identifikasi Kualitatif
1. Identifikasi Organoleptis

Nama Bahan Kriteria Organoleptis Hasil Kesimpulan Pustaka


berdasarkan pengamatan
literatur

Bahan aktif Bentuk Serbuk Serbuk Sesuai Farmakope


(asetosal) Indonesia
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Edisi III
Warna Tidak berwarna Tidak berwarna halaman 43
Rasa Asam Asam
Avicel PH 102 Bentuk Serbuk Hablur Serbuk Sesuai HOPE 5Th
Hal. 132-135
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Warna Putih Putih kekuningan
Rasa Tidak berasa Tidak berasa
Amilum Bentuk Serbuk halus Serbuk halus Sesuai Farmakope
manihot Indonesia
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Edisi
Warna Putih Putih Indonesia
halaman 93
Rasa Tidak berasa Tidak berasa
Talkum Bentuk Serbuk halus Serbuk halus Sesuai Farmakope
Indonesia
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Edisi III
Warna Putih/putih Putih/putih halaman 591
kelabu kelabu
Rasa Tidak berasa Tidak berasa
Mg Stearat Bentuk Serbuk halus Serbuk halus Sesuai Farmakope
Indonesia
Bau Lemah khas Lemah khas
Edisi III
Warna Putih Putih halaman 354
Rasa Tidak berasa Tidak berasa

Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara langsung


dan hasil pengamatannya merupakan informasi awal yang berguna untuk
analisis selanjutnya. Uji identifikasi sifat fisik obat meliputi bentuk, warna,
bau, dan rasa obat menggunakan indera.

Pada identifikasi organoleptis asetosal diperoleh hasil sesuai dengan


pustaka, dimana bentuk yang diamati yaitu serbuk, tidak berbau, tidak
berwarna dan berasa asam. Selain asetosal sebagai bahan aktif terdapat
beberapa bahan tambahan yaitu; amilum manihot diperoleh hasil berbentuk
serbuk halus, tidak berbau, berwarna putih dan tidak berasa. Pada identifikasi
organoleptis talkum diperoleh hasil berbentuk serbuk, tidak berbau, berwarna
putih/putih kelabu, dan tidak berasa. Pada identifikasi organoleptis magnesium
stearat diperoleh hasil berbentuk serbuk halus, bau lemah khas, berwarna putih,
dan tidak berasa. Dan pada identifikasi organoleptis avicel pH 102 diperoleh
hasil berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna putih, dan tidak berasa.

2. Identifikasi Kualitatif

Tabel 1.2 Identifikasi Kualitatif


Hasil
Nama bahan Prosedur uji Kesimpulan Pustaka
identifikasi
Asetosal Didihkan 500 mg serbuk Tidak Tidak Farmakope
tablet dengan 10 ml menunjukkan sesuai Indonesia
larutan NaOH P, selama adanya endapan Edisi III
2-3 menit, dinginkan dan bentuk hablur halaman 43
tambahkan asam sulfat dan bau cuka
encer hingga berlebih, serta tidak
terjadi endapan bentuk terjadi warnah
hablur, dan bau cuka violet tua.
pada beningan
tambahkan larutan bersih
( III ) klorida P; terjadi
violet tua .
Amilum Didihkan 1 bagian Menunjukkan Sesuai Farmakope
Manihot dengan 50 bagian air; adanya reaksi Indonesia
terbentuk larutan kanji terbentuk Edisi III
yang transparan hampir larutan kanji halaman 93
tidak berbau dan tidak yang transparan
merubah warna kertas hampir tidak
lakmus P. berbau.
Talkum Campur 500 mg dengan Tidak dilakukan Tidak Farmakope
lebih kurang 200 mg uji, karena sesuai Indonesia
NaCO3 anhidrat P, bahan tidak Edisi III
pindahkan ke dalam krus tersedia. halaman
platina atau krus nikel 591
panaskan, hingga
melebur sempurna
dinginkan. Pindahkan ke
dalam cawan dengan
pertolongan lebih kurang
50 ml air
panas.Tambahkan HCL
pekat hingga pemulihan
berhenti, tambahkan lagi
10 ml asam klorida P.
Uapkan diatas tangas air,
hingga kering dinginkan.
Tambahkan 20 ml air
didihkan; saring; sisa
adalah silika. Pada
filtrat , jika terjadi
endapan, saring
tambahkan larutan
natrium magnesium
fosfat.
Avicel PH Campur 30 g dengan 270 Tidak dilakukan Sesuai HOPE 5th
102 ml air dalam pengocok uji, karena halaman
mekanik kecepatan bahan tidak 132-135
tinggi, 18,000 ptm tersedia.
selama 5 menit.
Pindahkan 100 ml
campuran ke dalam gelas
ukur 100 ml, biarkan
selama 3 jam; terjadi
dispersi bebas
gelembung, opak, putih
yang tidak membentuk
cairan bening pada
permukaan.
Magnesiua Panaskan 1 g dengan Terjadi reaksi Sesuai Farmakope
m Stearat campuran 25 ml air dan 5 adanya minyak Indonesia
ml asam klorida P, memadat pada Edisi III
dinginkan minyak suhu lebih halaman
memadat pada suhu lebih kurang 50̊ C 354
kurang 50° dan lapisan
air menunjukkan reaksi
magnesium yang tertera
pada reaksi identifikasi
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi
elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan
kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau
tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Tujuan dari analisis
kualitatif adalah untuk mengetahui atau memastikan identitas suatu bahan obat
dengan mengetahui unsur atau senyawa dalam obat atau bahan obat.

Pada identifikasi asetosal ditambahkan dengan NaOH, karena NaOH


merupakan salah satu larutan baku yang sangat mudah digunakan dalam
menentukan kadar maupun keberadaan suatu zat. Namun, dalam
pengaplikasiannya NaOH harus terlebih dahulu distandarisasikan. Selain itu
asetosal bersifat asam sehingga untuk mengetahui kadar/konsentrasi digunakan
NaOH dan untuk mengetahui gugus asetil dalam reaksi netralisasi lebih sukar
dari pada gugus karbonil dan pada penambahan NaOH pada asetosal yaitu
untuk dapat menghasilkan asam salisilat, setelah penambahan NaOH lagi asam
salisilat tersebut akan menghasilkan asam asetat. Alasan ditambahkan asam
sulfat agar dapat memberi suasana asam yang murni agar dapat menghasilkan
asetosal yang murni juga. Dan untuk menentukan keberadaan asetilsalisilat
dapat dideteksi melalui tes warna setelah mengalami reaksi hidrolisis terlebih
dahulu biasanya dengan menggunakan besi (III) klorida akan memberikan
warna violet tua. Jadi, pada hasilnya sesuai karena larutan yang digunakan
sesuai dengan literatur serta bahan-bahan yang digunakan lengkap.

Pada identifikasi amilum manihot ketika didihkan terbentuk larutan kanji


yang transparan hampit tidak berbau.

Pada identifikasi magnesium stearat ketika dipanaskan 1 g dengan


campuran 25 ml air dan 5 ml asam klorida P, dinginkan minyak memadat pada
suhu lebih kurang 50° dan lapisan air menunjukkan reaksi magnesium yang
tertera pada reaksi identifikasi. Magnesium stearat adalah minyak yang
mengandung minyak, saat bereaksi dengan asam klorida magnesium akan
bereaksi dengan unsur Cl pada senyawa asam klorida sehingga minyak yang
terkandung didalamnya mengendap. Ketika senyawa magnesium direaksikan
dengan asam klorida kemudian dipanaskan maka magnesium akan menangkap
Cl sehingga hasilnya MgCl2 dan akan melepaskan gas H2 dari reaksi tersebut.
Minyak yang terkandung didalamnya akan sendirinya terpisah sama halnya
ketika air dicampur dengan minyak maka air akan selalu terpisah dari minyak
karena beda kepolaran dimana HCl adalah senyawa polar dan magnesium
stearat karena kandungannya minyak.

C. Produksi
1. Penimbangan
Penimbangan merupakan proses yang penting dalam proses produksi
karena penimbangan akan menentukan kadar kualitatif zat aktif. Pada saat
penimbangan praktikan yang melakukan penimbangan harus memakai
sarung tangan dan masker yang bersih, bagian luar wadah/kemasan di lap
dengan lap lembap sampai bersih dan kering, pindahkan semua bahan
yang akan ditimbang kedalam ruang timbangan, pastikan dalam area
penimbangan tidak boleh ada bahan selain yang ditimbang, dipastikan
hanya ada satu wadah yang dibuka diruang timbang untuk mencegah
kontaminasi dan ditimbang bahan tambahan terlebih dahulu kemudia
bahan obat/zat aktif. Selain itu, untuk praktikan yang masuk di area
penimbangan dibatasi hanya dua orang yang bertugas, dimana satu orang
melakukan penimbangan dan satu orang mengawasi/mengecek kebenaran
penimbagan. Ketika melakukan penimbangan diberi label penimbangan
tujuannya yaitu untuk mencegah kesalahan pengambilan bahan yang
memiliki kemiripan yang sama misalnya kemiripan warna.
2. Produksi
Produksi merupakan seluruh kegiatan dalam pembuatan obat, mulai
dari penerimaan bahan, dilanjutkan dengan pengolahan, pengemasan dan
pengemasan ulang,penandaan dan penandaan ulang sampai menghasilkan
produk jadi. Terdapat bahan-bahan yang terdiri dari asetosal sebagai zat
aktif dilanjutkan dengan bahan tambahan terdiri dari amilum manihot,
avicel pH 102, talkum dan magnesium stearate. Pada saat pencampuran
bahan yang dimasukkan terlebih dahulu kedalam mortir, magnesium
stearate dan talkum digerus ad homogen. Selanjutnya tambahkan avicel pH
102 campur ad homogen dan terakhir ditambahkan asetosal campur ad
homogen.
3. Cetak
Setelah semua bahan melewati proses dari penimbangan sampai
pencampuran, selanjutnya dilakukan pencetakan. Pada saat pencetakan
sedikit adalah masalah, dimana alat cetak tablet rusak dan tidak bisa
digunakan, sehingga proses pencetakannya ditunda sementara. Setelah alat
pencetakan sudah diperbaiki maka pencetakan tablet sudah dapat
dilakukan. Pada saat proses pencetakan, tablet yang dihasilkan mengalami
chipping dimana bagian tepi tablet rusak, hal ini dikeranakan terlalu
banyak pengikat. Untuk mengatasi hal ini maka sebaiknya pengikat yang
tambahkan jangan terlalu banyak. Tablet juga mengalami kerapuhan
(crumbling), penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet.
D. Hasil Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai