(1). Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:
a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai;
c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
(2) Bagian penghasilan yang dipotong pajak untuk setiap masa pajak adalah bagian
penghasilan yang melebihi seperdua belas dari Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.
(3) Pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun, untuk mendapat pengurangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, ia harus menyerahkan surat pernyataan kepada
pemberi kerja, bendaharawan Pemerintah atau badan dana pensiun, yang menyatakan jumlah
tanggungan keluarganya.
(4) Pernyataan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan digunakan oleh pemberi kerja,
bendaharawan Pemerintah atau badan dana pensiun, untuk menetapkan besarnya Penghasilan
Kena Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak yang bersangkutan memasukkan surat pernyataan
baru tentang adanya perubahan.
(5) Tarif pemotongan pajak atas gaji, upah, dan honorarium adalah sama dengan tarif
Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.
(6) Jumlah pajak yang dipotong atas bagian upah setiap masa pajak akan dimuat dalam Buku
Petunjuk yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat
(9).
(7) Setiap orang yang tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan yang secara benar dan tepat telah dipotong pajaknya, jumlah pajak yang
telah dipotong sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (5) merupakan pelunasan
pajak yang terhutang untuk tahun yang bersangkutan berdasarkan undang-undang ini.
(8) Setiap orang yang mempunyai penghasilan lain di luar penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan dan setiap orang yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
lebih dari satu pemberi kerja diharuskan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 3 undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pajak yang terhutang seluruhnya
dikurangi dengan pajak yang telah dipotong sebagai kredit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28.
(9) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Buku Petunjuk tentang pemotongan pajak atas
pembayaran gaji, upah, honorarium, dan lain-lain sehubungan dengan pekerjaan atau jasa lain
yang diberikan.
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan:
a. pegawai
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya
d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai
Tetap pada perusahaan yang sama
e. mantan pegawai
a. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama
mereka
b. pejabat perwakilan organisasi internasional, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau
pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
Objek pajak
1. penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang diterima oleh pegawai
2. penghasilan tidak tetap dan teratur yang diterima oleh pegawai dan peserta kegiatan
3. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya
4. penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua)
tahun sejak pegawai berhenti bekerja
2. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah
3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan
penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang
dibayar oleh pemberi kerja
Besar PTKP setiap tahunnya dapat berubah-ubah tergantung dari kebijakan yang dibuat
pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh).
B. Dasar Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak adalah jumlah upah karyawan/pekerja yang akan dikenakan PPh 21
setelah dikalkulasikan dengan tunjangan, biaya jabatan, BPJS Ketenagakerjaan, BPJS
Kesehatan, dan lainnya.
Dari Penghasilan Bruto => dikurangi biaya-biaya => selanjutnya menjadi penghasilan neto.
Dari penghasilan neto tersebut => dikurangi PTKP hingga akhirnya diperoleh Penghasilan
Kena Pajak.
Tarif yang dipakai adalah tarif Pasal 17 ayat (1) Undangundang Pajak Penghasilan, yaitu:
Contoh
Pak Kelik juga merupakan karyawan yang baru bekerja selama satu tahun dan belum
menikah.
Gaji Pokok Rp5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan 5% x Rp5.000.000 = Rp 250.000
Penghasilan Bersih perbulan Rp4.750.000
Penghasilan Bersih pertahun Rp4.750.000 x 12 = Rp57.000.000
PTKP (TK/0)
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 3.000.000
PPh Terutang 5% x Rp 3.000.000 = 150.000
PPh 21 masa Rp 150.000/12 = Rp 12.500
Jadi Pak Kelik harus membayar PPh 21 sebesar Rp12.500 per-bulannya atau Rp300.000 per-
tahunnya yang dipotong oleh perusahaan tempat ia bekerja.
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/buku%20pph%20upload.pdf
https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2126
https://klikpajak.id/blog/pengertian-ptkp/