ternyata sering ditemui sengketa antara satu pihak dengan pihak lain. Sengketa ini
sebagai akibat adanya pihak yang merasa dirugikan atau dilanggar haknya
Sihombing yang selanjutnya akan disebut sebagai Penggugat dengan Murni Yati
Tergugat II. Pada awalnya Penggugat dan Tergugat I menjalin kerjasama untuk
menjual paket bahan kebutuhan pokok rumah tangga berupa beras, minyak
goreng, gula, telur, deterjen, sariwangi, dan lain sebagainya dengan cara
dari selisih harga pokok yang telah ditetapkan oleh Penggugat. Tergugat I juga
70
71
terjadi apabia dikemudian hari para nasabah Tergugat I gagal/cidera janji dalam
sebagaimana bukti Surat Perjanjian yang dibuat dan tandatangani diatas materai
mengambil barang yang dianggap terlalu banyak dibandingkan dengan uang yang
lima juta sembilan ratus empat puluh ribu rupiah). Tergugat I mengakui adanya
utang tersebut dan berjanji akan membayar secara angsur setiap tanggal 20 setiap
Jalan Bromo Ujung No. 234 A, Medan telah terjual, sebagaimana isi Surat
pengakuan hutang tertanggal 20 Oktober 2015 yang dibuat dan tandatangani oleh
7.944.000,- (tujuh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu rupiah) dengan
pembayaran cicilan terakhir dilakukan pada Bulan Desember 2016. Agar hal ini
serius oleh Para Tergugat, Para Tergugat telah lepas tangan dengan permasalahan
tidak jadi memberikan ijin untuk menjual rumahnya karena anak-anak Tergugat II
ada beberapa orang, sehingga tidak mungkin dia mau memberikannya pada
Tergugat I ada orang lain yang harus bertanggung jawab atas permasalahan ini”,
Tergugat II dalam hal sengketa bisnis yang terjadi antara Penggugat dengan
Tergugat I.
merupakan ibu Tergugat I telah menyetujui dan memberikan jaminan bahwa jika
rumahnya di Jalan Bromo Ujung No. 234 A Medan, boleh dijual dan uangnya
Tergugat I mulai bekerja pada Penggugat sekitar Bulan April 2015 untuk menjual
paket bahan kebutuhan pokok rumah tangga berupa beras, minyak goreng, gula,
secara angsur/cicil kepada para Konsumen yang ditunjuk sendiri oleh Tergugat I
73
(Penggugat sama sekali tidak mengenal siapa-siapa saja yang terpilih menjadi
mengambil keuntungan dari selisih harga pokok yang telah ditetapkan oleh
setiap kemungkinan yang terjadi apabia dikemudian hari para nasabah Tergugat I
kebutuhan pokok tersebut, sebagaimana bukti Surat Perjanjian yang dibuat dan
PENGGUGAT baru menyadari bahwa jumlah paket bahan kebutuhan pokok yang
yang dilakukannya tidak lancar, sehingga pada bulan Agustus 2015, Penggugat
melakukan verifikasi jumlah paket bahan kebutuhan pokok yang sudah diambil
(tigapuluh lima juta Sembilan ratus empat puluh empat ribu rupiah);
hutang uangnya;
cicilan terakhir dilakukan pada Bulan Desember 2016. (vide Bukti P-5)
75
I.
terletak setempat dikenal umum dengan Jalan Bromo Ujung No, 234 A
memutuskan:
TERGUGAT I;
bagi PENGGUGAT;
total Rp 82.600.000,-.
6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas bidang tanah dan
kembali.
tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang
saling menyesuaikan. 75
untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat- alat yang diperlukan, pihak
yang melaksanakan, tempat pelaksanaan dan bagaimana cara atau suatu proses
pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan
sebagai berikut:
dengan baik apabila jelas bagi pelaksana. Hal ini menyangkut proses
yang disampaikan;
75
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002) hal. 70
76
Abdullah Syukur, Implementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan Relevansinya
dalam Pembangunan (Ujung Pandang: Persadi, 1987) hal. 40
79
pelaksanaan program. 77
antara satu faktor dan faktor lain. Dalam proses implementasi sekurang-
pemerintah tersebut;
program senantiasa melibatkan ketiga unsur tersebut dan juga keempat faktor
penunjang di atas.
77
Ibid, hal. 398
78
Achmad Rusyaidi, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1994) hal. 5
80
kewajiban dan memperoleh hak yang telah disepakati oleh pihak-pihak sehingga
sempurna dan itikad baik sesuai dengan persetujuan yang telah dicapai.79
kewajiban dan perolehan hak secara timbal balik antara pihak-pihak. Kewajiban
pokok adalah perbuatan penyerahan benda atau hak milik atas benda, melakukan
pekerjaan tertentu, pelayanan jasa, pembayaran sejumlah uang harga benda dan
a. Kewajiban pokok
b. Kewajiban Pelengkap
kewajiban pelengkap tidak akan memengaruhi tujuan utama perjanjian dan tidak
menimbulkan kerugian dan memberi hak kepada pihak yang dirugikan untuk
c. Kewajiban Diam-Diam
Kewajiban diam-diam dalam perjanjian hanya terjadi dalam hal tidak ada
dikesampingkan oleh kewajiban yang tegas mengenai akibat yang terjadi. Dalam
kewajiban diam-diam. Dalam Pasal 1474 KUH Perdata ditentukan bahwa penjual
Dalam Pasal ini tersimpul kewajiban pokok secara diam-diam bahwa apabila
2. Pembayaran
Pihak yang melakukan pembayaran adalah debitur atau orang lain atas
nama debitur, atas dasar surat kuasa khusus. Pembayaran harus dilakukan di
82
tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian. Jika dalam perjanjian tidak
harus dilakukan di tempat dimana benda itu berada ketika membuat perjanjian.
kepada debitur (Pasal 1395 KUH Perdata). Akan tetapi, pihak-pihak dapat juga
3. Penyerahan Benda
ada dua macam, yaitu penyerahan hak milik (levering van eigendom, delivery of
possession).
4. Pelayanan Jasa
perbuatan tertentu, baik dengan menggunakan tenaga fisik saja maupun dengan
keahlian atau alat bantu tertentu, baik dengan upah maupun tanpa upah. Pelayanan
salon kecantikan, pekerjaan buruh, jasa konsultan atau pelayanan publik lainnya.
5. Klausula Eksonerasi
klausula tersebut banyak terdapat dalam jual beli, pengangkutan laut, parkir
83
kendaraan, serta hal-hal yang dialami sehari-hari. dalam nota pembelian dijumpai
klausula yang tertulis : “Barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan”.
kemungkinan ada cacat pada benda itu sesudah dibeli. Apabila ada cacat ataupun
rusak sesudah dibeli, benda itu tidak boleh dikembalikan lagi dan penjual tidak
adanya perbedaan kerugian pada setiap unsur hukumnya dan tergantung pada
perbuatan hukumnya.
fakta yang terungkap di dalam persidangan. Untuk itu hakim harus menggali nilai-
nilai, mengikuti dan memahami nilai- nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
Burgerlijk Wetboek (BW) yang terdiri dari 1993 Pasal. BW tersebut berdasarkan
Pasal 1 Aturan Peralihan UUD 19945 (amandemen) masih berlaku hingga saat ini.
80
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
81
R. Soerparmono, Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi, (Bandung: Mandar Maju,
2005), hal. 146
82
R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pradnya Paramitha,
2004), hal. 6
84
Sementara itu untuk golongan bangsa Indonesia Asli berlaku hukum adat
yang sejak dahulu telah berlaku di kalangan rakyat, yang sebagian besar masih
belum tertulis, tetapi telah hidup dalam tindakan- tindakan rakyat, mengenai
dari asas- asas putusan yang harus diterapkan dalam putusan. Pada hakikatnya
asas- asas tersebut terdapat dalam Pasal 178 HIR/ 189 RBG dan Pasal 50 Undang-
jelas dan cukup. Putusan yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dikategorikan
pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal
83
R. Subekti, Pokok- pokok Hukum Perdata, (Jakarta, PT. Intermasa, 1996), hal. 10
85
hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Bahkan menurut Pasal
178 ayat (1) HIR, hakim karena jabatannya wajib mencukupkan segala alasan
hukum yang tidak dikemukakan para pihak yang berperkara. Untuk memenuhi
dibatalkan pada tingkat banding atau kasasi. Begitu pula pertimbangan yang
putusan yang jelas dan rinci, sehingga cukup alasan menyatakan putusan yang
dijatuhkan melanggar asas yang digariskan Pasal 178 ayat (1) HIR/189 ayat (1)
Kehakiman.
Asas kedua yang digariskan oleh Pasal 178 ayat (2) HIR/Pasal 189 ayat (2)
RBG dan Pasal 50 RV adalah putusan harus secara total dan menyeluruh
memeriksa dan mengadili setiap segi gugatan yang diajukan. Tidak boleh hanya
Cara mengadili yang demikian bertentangan dengan asas yang digariskan oleh
undang-undang.
Berdasarkan Pasal 178 ayat (3) HIR/Pasal 189 ayat (3) RBG dan Pasal 50
melebihi dari apa yang di gugat dapat dipersamakan dengan tindakan yang tidak
untuk umum atau di muka umum merupakan salah satu bagian yang tidak
harus berdasarkan proses yang jujur sejak awal sampai akhir. Prinsip peradilan
terbuka untuk umum mulai dari awal pemeriksaan sampai putusan dijatuhkan. Hal
Akan tetapi walaupun dilakukan dalam persidangan tertutup untuk umum, putusan
muka umum berakibat putusan batal demi hukum. Batalnya suatau putusan
sebagai berikut:
bukti P-2;
P-4;
5. Catatan tanggal pengambilan beras dan paket oleh atas nama Tergugat
Jl. Bromo No. 234, selanjutnya diberi nama dan tanda Produk bukti P-
5;
88
dan telah diterima oleh Amril 2 Juli 2017, selanjutnya diberi nama dan
tanda P-7.
sebagai berikut:
1. PATAR H SIHOMBING:
bersama;
f. Bahwa Saksi mengetahui ada respon dari Orang Tua Tergugat yang
Penggugat;
2. NURHAYATI SIHOMBING:
kepada Penggugat;
ikut menandatanganinya;
akan melahirkan sebuah akibat hukum. Akibat hukum adalah suatu akibat yang
ditimbulkan oleh hukum, terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek
hukum. Akibat hukum merupakan suatu akibat dari tindakan yang dilakukan,
untuk memperoleh suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku hukum. Akibat yang
dimaksud adalah akibat yang diatur oleh hukum, sedangkan tindakan yang
dilakukan merupakan tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai dengan hukum
yang berlaku.86
Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa hukum,
akibat hukum dapat berubah dari tidak cakap hukum menjadi cakap
2. Lahir, berubah atau lenyapnya suatu hubungan hukum antara dua atau
lebih subjek hukum, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu
86
R. Soeroso, Praktek Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 295
87
Ibid.
91
suatu sebab, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum, baik perbuatan
yang sesuai dengan hukum, maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum.
dipengaruhi oleh norma- norma dan aturan- aturan yang ada di dalam lingkungan
Putusan yang diberikan hakim dalam putusan ini adalah sebagai berikut:
(wanperstasi);
Sebagai akibat hukum yang timbul dari wanprestasi yang dilakukan oleh
dalam suatu perjanjian yang sah, tidak jarang terjadi wanprestasi oleh pihak yang
kewajiban (wanprestasi) ini dapat dikarenakan oleh dua kemungkinan alasan. Dua
menghindari terjadinya peristiwa yang merugikan itu baik dengan tidak berbuat
atau berbuat lain dan timbulanya kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya.
kesengajaan atau kelalaian dalam peristiwa yang merugikan itu pada diri debitur
kalau kerugian itu memang diniati dan dikehendaki oleh debitur, sedangkan
kelalaian adalah peristiwa dimana seorang debitur seharusnya tahu atau patut
menduga, bahwa dengan perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan timbul
kerugian.
Disini debitur belum tahu pasti apakah kerugian akan muncul atau tidak,
tetapi sebagai orang yang normal seharusnya tahu atau bisa menduga akan
berkaitan dengan masalah “dapat menghindari” (dapat berbuat atau bersikap lain)
oleh pihak debitur karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya,
89
Ibid.
93
peristiwa mana tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada
waktu membuat perikatan. Vollmar menyatakan bahwa overmacht itu hanya dapat
dahulu.
dengan istilah “Frustration” yang berarti halangan, yaitu suatu keadaan atau
peristiwa yang terjadi diluar tanggung jawab pihak-pihak yang membuat perikatan
(perjanjian) itu tidak dapat dilaksanakan sama sekali. Dalam keadaan memaksa ini
debitur tidak dapat dipersalahkan karena keadaan memaksa tersebut timbul diluar
memaksa biasa terjadi karena benda yang menjadi objek perikatan itu binasa atau
lenyap, bisa juga terjadi karena perbuatan debitur untuk berprestasi itu terhalang
seperti yang telah diuraikan di atas. Keadaan memaksa yang menimpa benda
memenuhi prestasi itu bisa bersifat sementara maupun bersifat tetap. Unsur-unsur
sementara.
94
c. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan baik oleh debitur maupun oleh kreditur, jadi bukan
mengenai keadaan memaksa tersebut dalam ilmu hukum , yaitu ajaran memaksa
yang bersifat objektif dan subjektif. yang mana ajaran mengenai keadaan
berkembang dari janji (beding) pada perikatan untuk memberikan benda tertentu.
Dalam hal benda tersebut karena adanya keadaan yang memaksa musnah maka
Objektif artinya benda yang menjadi objek perikatan tidak mungkin dapat
dipenuhi oleh siapapun. Menurut ajaran ini debitur baru bisa mengemukakan
memaksa tersebut ada jika setiap orang sama sekali tidak mungkin memenuhi
prestasi yang berupa benda objek perikatan itu. Oleh karena itu ukurannya
“orang” (pada umumnya) tidak bisa berprestasi bukan “debitur” tidak bisa
finansialnya tidak dipakai sebagai ukuran, yang menjadi ukuran adalah orang pada
memaksa ini dengan istilah “absolute overmacht” apabila benda objek perikatan
itu musnah diluar kesalahan debitur Marsch and soulsby juga menyatakan bahwa
terjadi perubahan dalam hukum yang mengakibatkan bahwa perjanjian yang telah
dibuat itu menjadi melawan hukum jika dilaksanakan. Dalam keadaan yang
seperti ini secara otomatis keadaan memaksa tersebut mengakhiri perikatan karena
tidak mungkin dapat dipenuhi. Dengan kata lain perikatan menjadi batal, keadaan
memaksa ada kalau debitur telah melakukan segala upaya yang menurut ukuran
yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan patut untuk dilakukan, sesuai
dipakai ukuran “debitur pada umumnya” (objektif), tetapi debitur tertentu, jadi
subjektif. Oleh karena yang dipakai sebagai ukuran adalah subjek debitur tertentu,
maka kita tidak bisa melepaskan diri dari pertimbangan debitur yang bersangkutan
90
Ibid.
96
dengan semua ciri-cirinya atau dengan perkataan lain kecakapan, tingkat sosial,
Dasar ajaran ini adalah kesulitan-kesulitan menurut ajaran ini debitur itu
Keadaan memaksa dalam hal ini bersifat sementara. Oleh karenanya perikatan
tidak otomatis batal melainkan hanya terjadi penundaan pelaksanaan prestasi oleh
debitur. Jika kesulitan yang menjadi hambatan pelaksanaan prestasi tersebut sudah
umum dalam Undang-Undang. Karena itu hakim berwenang meminta fakta yang
atau tidak, sehingga diketahui apakah debitur dapat dibebani kewajiban atas resiko
beberapa macam alasan untuk membebaskan dirinya dari hukuman itu. Pembelaan
majeur)
91
Ibid.
97
menuntut ganti rugi kepada debitur untuk menutupi kerugian yang dialami oleh
wanprestasi:92
Menurut Pasal 1244, 1245, dan 1246 KUHPerdata, anasir-anasir dari ganti
rugi ialah biaya, rugi dan bunga. Ganti kerugian merupakan bagian pembahasan
dari hukum perdata oleh karenanya patut terlebih dahulu didefinisikan apakah itu
hubungan hukum antar orang yang satu dengan orang yang lainya. Dalam
pengertian di atas terdapat beberapa unsur antara lain unsur peraturan hukum,
ketertiban dan berbentuk tertulis dan tidak tertulis dan mempunyai sanksi yang
tegas. Unsur selanjutnya adalah unsur hubungan hukum, yang dimaksud dengan
hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum hubungan yang diatur
92
Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Tentang
Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hal. 26
98
oleh hukum itu adalah hak dan kewajiban orang perorang, sedangkan unsur yang
terakhir adalah unsur orang, yang dimaksud dengan orang adalah subyek hukum
yaitu pendukung hak dan kewajiban, pendukung hak dan kewajiban itu dapat
akibat dari suatu perjanjian atau dapat timbul dikarenakan oleh Perbuatan
Melawan Hukum. anti rugi yang muncul dari wanprestasi adalah jika ada pihak-
tanggung jawabnya, jika pihak lain dalam perjanjian tersebut menderita kerugian
karenanya.93
1. Biaya
2. Rugi.
3. Bunga
Biaya adalah setiap uang (termasuk ongkos) yang harus dikeluarkan secara
nyata oleh pihak yang dirugikan, dalam hal ini sebagai akibat dari adanya
93
Moegni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan Pertama, (Jakarta, Pradnya
Paramita, 1979), hal. 11
94
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Cetakan Pertama, (Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2014), hal. 1
99
keuntungan yang seharusnya diperoleh tetapi tidak jadi diperoleh oleh pihak
Pemberian suatu ganti rugi sebagai akibat dari tindakan wanprestasi dari
pemberian ganti rugi (berupa rugi, biaya dan bunga), pelaksanaan perjanjian tanpa
ganti rugi, pelaksanaan perjanjian plus ganti rugi, pembatalan perjanjian timbal
balik tanpa ganti rugi, pembatalan perjanjian timbal balik plus ganti rugi.
Selanjutnya dalam literature dan yurisprudensi dikenal pula beberapa model ganti
adalah suatu model ganti rugi karena wanprestasi dimana bentuk dan
besarnya ganti rugi tersebut sudah ditulis dan ditetapkan dengan pasti
Ganti rugi dalam bentuk ekspektasi adalah suatu bentuk ganti rugi
didapatkannya.
3. Pergantian biaya.
95
Ibid, hal. 224
100
Yang dimaksud dengan ganti rugi berupa pergantian biaya adalah ganti
oleh salah satu pihak yang harus dibayar oleh pihak lain, yang telah
kwitansi.
4. Restitusi.
Ganti rugi berupa restitusi adalah suatu model ganti rugi yang juga
terjadi perjanjian. Akan tetapi dalam hal ini, yang harus dilakukan
yang telah diterima oleh salah satu pihak atau kedua belah pihak dari
pihak yang satu ke pihak yang lainya. Nilai tambah yang dimaksud
disini suatu nilai lebih yang telah diterima oleh para pihak seabgai
dikembalikan dalam bentuk semula sebagai salah satu wujud dari ganti
rugi.
5. Quantum meruit.
harus dikembalikan dalam model ini bukan nilai tambah dalam wujud
aslinya melainkan harga dari nilai tambah yang telah diterima, karena
yang dapat dilakukan adalah nilai taksiran harga semen itu yang harus
dikembalikan.
6. Pelaksanaan perjanjian.
ganti rugi.
dalam Pasal 1365 dan Pasal 1366 KUHPerdata, Pasal 1365 KUHPerdata
adalah “ setiap orang bertanggung jawab, tidak saja untuk kerugian yang
karena kelalaianya atau kurang hati hatianya”.96 Namun pada pembahasan kali ini,
96
Soesilo dan Pramudji R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cetakan Pertama,
(Surabaya, Rhedbook Publisher, 2008), hal. 306
102
hanya dibatasi pada ganti kerugian dalam perdata yang diakibatkan adanya
wanprestasi.
terhadap Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara
gugatan sederhana adalah sengketa wanprestasi dengan nilai perkara tidak lebih
Pada sengketa dalam skripsi ini, sengketa yang terjadi adalah sengketa
Wanprestasi yang terjadi dalam sengketa tersebut tidak lebih dari nominal yang
dianggap sudah tetap. Selain itu, putusan hakim dalam sengketa gugatan
sederhana ini didasarkan bukti- bukti yang dihadirkan dalam persidangan. Dalam