Anda di halaman 1dari 78

1

PENGARAHAN KONSEP PEMBELAJARAN LEARNING


TOGETHER OLEH SUPERVISOR PENDIDIKAN GUNA
PENINGKATAN KUALITAS GURU MENGAJAR DI SMA NEGERI 1
SIANTAR NARUMONDA
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah PTS

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap

adanya inovasi pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia yang

dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada factor guru. Hal ini

menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran guru dalam dunia

pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa guru

dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi

belajar mengajar yang efektif.

Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan

belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas)

mengajarnya. Kesempatan belajar dapat ditingkatkan dengan cara

melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Menggunakan waktu

pelajaran secara efektif berarti memberi kesempatan belajar semakin

banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusannya saat

mengajar sehingga dapat membangkitkan minat atau motivasi siswa

untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi

kemungkinan Kinerja Guru yang dicapainya. Sedangkan dalam


3

meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu

merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula

melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar.

Di luar lingkungan sekolah, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi

dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di

dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan

cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan

mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan

yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini

membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang

dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.

Dalam pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada

penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan

pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu

aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas

matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide

kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).

Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa.

Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara

langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah

metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu


4

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa.

Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama

temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat

menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah

memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru

karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan

sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).

Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah Kinerja

Gurunya. (Nur, 1996: 2).

Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock

memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer

selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali

secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat

nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif

ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder,

1994:14).

Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti selaku pengawas Mata


Pelajaran Matematika di Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Tamosir
ingin mencoba melakukan penelitian sebatas observer dan memberikan
gagasan kepada guru bidang studi matematika di SMA binaan penulis
dengan topik Pengarahan Konsep Pembelajaran Learning Together Oleh
5

Supervisor Pendidikan Guna Peningkatan Kualitas Guru Mengajar Di SMA


Negeri 1 Siantar Narumonda
”.

B. Rumusan Masalah Penelitian Tindakan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis selaku pengamat

sekaligus supervise kependidikan di SMA tersebut dapat merumuskan

suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan Kinerja Guru dengan diterapkannya

metode kooperatif model Learning Together di SMA Negeri 1

Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba Samosir Tahun

Pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning Together

terhadap motivasi belajar di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar

Narumonda Kabupaten Toba Samosir Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Ingin mengetahui peningkatan Kinerja Guru bidang studi matematika

setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together di

SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba

Samosir Tahun Pelajaran 2014/2015 .


6

2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa kelas X setelah

diterapkan metode kooperatif model Learning Together di SMA

Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba Samosir

Tahun Pelajaran 2014/2015 .

D. Manfaat Penelitian Tindakan Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :

1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan

Kinerja Guru bidang studi khususnya pada mata pelajaran

matematika.

2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode

pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

3. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial

untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai

tujuan belajar.
7

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka

perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode kooperatif adalah:

Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam

kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama

2. Motivasi belajar adalah:

Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk

dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan,

pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk

tercapai suatu tujuan.

3. Kinerja Guru adalah:

Kinerja Guru yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk

skor, setelah siswa mengikuti pelajaran matematika.


8

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah

yang meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada kompetensi guru dan respon

siswa dalam mengajar di kelas X di tahun pelajaran 2014/2015 di

SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba

Samosir Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai November pada

semester Ganjil tahun pelajaran 2014/2015.


9

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Arti Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang

yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan

tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang

bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah,

berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang

menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk

melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan

siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan

bersama. (Felder, 1994: 2).


10

Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa

dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.

Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyningsih (2001: 8)

mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan

aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk

bekerjasama dalam proses pembelajaran.

Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara

mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja

sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap

kelompok adalah hiterogen.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek

belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi

secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena

pembelajaran kooperatif merupakan metode alterrnatif dalam mendekati

permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan

keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.

Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar,

saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang

menunjang pencapaian Kinerja Guru yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam
11

pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk

mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama.

Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu

diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”.

2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam

kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri,

dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki

tujuan yang sama.

4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggungjawab sama

besarnya diantara para anggota kelompok.

5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan

ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerjasama selama belajar.

7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2)

menambahkan unsur-unsur dalam pembelajaran koopratif sebagai

berikut:
12

1. Ketergantungan Positif

Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan.

Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap

anggota harus menerima konsekuensinya.

2. Kemampuan Individual

Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab

melakukan pekerjaannya dan menguasai selurah bahan untuk

dipelajari.

3. Promosi tatap muka interaktif

Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap

individu, beberapa diantarannya harus dilakukan secara interaktif,

anggota kelompok saling memberikan timbal balik.

4. Manfaat dari penggabungan keahliah yang tepat

Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan

mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan,

pembuatan keputusan, komunikasi dan konflik manajemen keahlian.

5. Kelompok Proses

Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa

yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan

mengidentifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi

mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.


13

Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson,

Johnson dalam Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru dalam

pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Menentukan objek pembelajaran

2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar sebelum pembelajaran dimulai.

3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.

4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.

5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara

mendiskusikan cara kerjasama.

C. Pembelajaran Kooperatif Model Learning Together

Para siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan empat sampai

lima orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja

sebagai suatu keompok untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok,

berbagai gagasan, dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan

meminta bantuan dari teman yang lain sebelum bertanya kepada guru,

dan si guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan

kinerja kelompok.
14

D. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa

memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan

kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996: 25)

adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat

mahir.

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal

Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai berikut:

- Menggunakan kesepakatan

Menggunakan kesepakatan artinya setiap anggota kelompok

memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan

bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang

sama.

- Menghargai kontribusi

Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau

mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota

kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat

saja tidak menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang diberikan

harus terhadap ide dan tidak terhadap pelaku.

- Menggunakan suara pelan


15

Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah agar

anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan

tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan.

- Mengambil giliran dan berbagi tugas

Setiap anggota kelompok harus bisa menggantikan seseorang

yang mengemban tugas tertetentu dan mengambil tanggungjawab

tertentu dalam kelompok.

- Berada dalam kelompok

Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap

anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat

kerja kelompok.

- Berada dalam tugas

Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi

tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat waktunya.

- Mendorong partisipasi

Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok

untuk memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas

kelompok. Karena jika satu atu dua orang anggota kelompok tidak

berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit sumbangan, maka

hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada

waktunya atau hasilnya kurang orisinil atau kurang imajinatif.

- Mengundang orang lain untuk berbicara


16

Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta

orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal.

- Menyelesaikan tugas tepat waktunya

Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu

yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi.

- Menyebutkan nama dan memandang bicara

Memangil satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan

kontak mata akan memberikan rasa bahwa mereka telah

memberikan kontribusi penting kelompok.

- Mengatasi gangguan

Mengatasi gangguan berarti menghindari masalah yang

diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas

yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak

dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan.

- Menolong tanpa memberi jawaban

Agar siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan

konsep, dalam memberikan bantuan tidak dengan menunjukkan

cara pemecahannya.

- Menghormati perbedaan individu.

Bersikap menghormati perbedaaan terhadap budaya unik,

pengalaman hidup serta suku bangsa/ras dari semua siswa dapat

menghindari permusuhan dalam kelompok. Ketegangan dapat


17

dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan

serta masing-masing individu anggota kelompok dapat

meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas dan toleransi.

2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi:

- Menunjukkan penghargaan dan simpati

Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas

terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain.

- Menggunakan pesan “saya”

Dalam berbicara perlu menggunaan kata “saya” agar orang lain

tidak merasa terancam atau merasa bersalah sehingga

permusuhan dapat dihindari.

- Menggunakan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima

Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan

harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik karena jika

mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat

menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok.

- Mendengarkan dengan aktif

Mendenganrkan dengan aktif maksudnya menggunakan pesan

fisik dan lisan dalam meperhatikan pembicara. Pembicara akan

mengetahui bahwa pendengar secara giat sedang menyerap

informasi. Pengertian terhadap konsep akan meningkat dan hasil


18

kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi

yang tinggi.

- Bertanya

Bertanya artinya meminta atau menanyakan suatu informasi atau

penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya dapat menjelaskan

konsep, seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk

ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk

ikut berperan serta.

- Membuat ringkasan

Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali informasi. Ini

dapat digunakan untuk membantu mengatur apa yang sudah

dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan.

- Menafsirkan

Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat

yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal yang penting

dapat diberi penekanan.

- Mengatur dan mengorganisir

Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat

diselesaikan secara efektif dan efisien. Dengan mengatur dan

mengorganisir, tugas-tugas yang diberikan akan dapt diselesaikan

dengan efesien dan efektif.


19

- Memeriksa ketepatan

Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu

benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan

kekurang tepatan. Pemahaman terhadap bidang studi juga akan

berkembang.

- Menerima tanggungjawab

Menerima tanggungjawab bersedia dan mampu memikul

tangungjawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri sendiri dan

kelompok, untuk meyelesaikan tugas yang diberikan.

- Menggunakan kesabaran

Bersikap toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan

pada kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang

tergesa-gesa.

- Tetap tenang/mengurangi ketegangan

Maksud dari tatap tenang/mengurangi ketegangan adalah

menimbulkan atmosfir yang damai dalam kelompok. Suasana yang

hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat pembelajaran

yang lebih tinggi.

3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut:

- Mengelaborasi
20

Mengelaborasi berarti memperluas konsep, kesimpulan dan

pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu.

Mengelaborasi dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam

dan prestasi yang lebih tinggi.

- Memeriksa secara cermat

Bertanya dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam unuk

mendapatkan jawaban yang benar. Memeriksa secara cermat

dapat menjamin bahwa jawabannya benar.

- Menanyakan kebenaran

Menanyakan kebenaran maksudnya membuktikan bahwa jawaban

yang dikemukakan adalah benar atau memberikan alasan untuk

jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran akan membantu siswa

untuk berfikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih

meyakinkan terhadap ketepatan jawaban tersebut.

- Menganjurkan suatu posisi

Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukkan posisi

kelompok terhadap suatu masalah tertentu.

- Menetapkan tujuan

Menetapkan tujuan maksudnya menentukan prioritas-prioritas.

Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efeisien jika tujuannya jelas.


21

- Berkompromi

Berkompromi adalah menentukan pokok permasalahan dengan

persetujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat

kepada orang lain dan mengurangi konflik antar pribadi.

- Mengahadapi masalah khusus

Mengahadapi masalah khusus maksudnya menunjukkan masalah

dengan memakai pesan “saya”, tidak menuduh, tidak

menggunakan sindiran, atau memanggil nama. Hal tersebut

menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri

atau ketidak mampuan seseorang semuanya itu bertujuan untuk

memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah.

Dengan hal ini konflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan,

sensitivitas dan toleran akan meningkat.


22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN

A. Jenis Penelitian Tindakan

Metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian dan merupakan cara

untuk mengumpulkan, menyusun, menganalisis data tentang masalah

yang menjadi objek penelitian.

Jenis penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom

action research) yaitu suatu bentuk kajian melalui self reflective yang

bercirikan pada kegiatan partisipatif yang dilaksanakan oleh para peserta

peneliti pada suatu situasi sosial dalam rangka meningkatkan rasionalitas

dan penilaian mereka terhadap praktek / pelaksanaan suatu kegiatan

yang dilakukan. Dengan kata lain penelitian ini bersifat "Practice driven

and Action driven", dalam arti bahwa penelitian tindakan bertujuan

memperbaiki praktis secara langsung. (Tim Pengembang MKDK

Kurikulum dan Pembelajaran, 2002:94).

Kemmis dan Carr dalam Kasbollah (1998/1999:13)

mengemukakan bahwa "Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku masyarakat


23

sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami

pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan".

Ebbut dalam Kasbolah (1)98/1999:14 ) mengemukakan definisi

sebagai berikut : "Penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis

yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam

Pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dan

tindakan tersebut". Ebbut melihat proses dan penelitian tindakan ini

sebagai suatu rangkaian putaran yang berkelanjutan, di dalam dan di

antara siklus-putaran itu ada informasi yang merupakan balikan.

Penekanan tetap pada hal yang sama, yaitu penelitian-penelitian harus

memberikan kesempatan pada pelakunya untuk melaksanakan tindakan

melalui beberapa putaran agar berfungsi secara efektif.

Menurut Kemmis dan Taggart dalam Kasbolah (1998/1999:14)

penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis

dimana keempat aspek, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis,

terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen

dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu upaya guru atau

praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk

memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.


24

Penelitian Tindakan Kelas merupakan tindakan yang langsung

berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya Penelitian

Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan

bertujuan untuk memperbaiki / meningkatkan kualitas pembelajaran yang

ada.

Kasbolah (1998/1999:22) mengemukakan karakteristik Penelitian

Tindakan Kelas sebagai berikut :

1. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan oleh guru sendiri sebagai

pengelola program di kelas, guru merupakan sosok yang benar-benar

mengenal lapangan tempat dia mengajar. Oleh karena itu, guru kelas

inilah yang mengetahui dan mengenal situasi kelasnya termasuk

masalah-masalah yang ada di dalamnya. Ketika melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, guru juga melakukan perubahan-

perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan.

2. Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan praktik

faktual, yaitu permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran

sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Permasalahan yang diangkat

bukan permasalahan yang diberikan orang lain, misalnya

permasalahan penelitian yang di luar kancah kelas.

3. Adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki

kegiatan belajar mengajar di kelas yang bersangkutan. Tindakan--

tindakan yang diambil dalam rangka melakukan perubahan menuju


25

perbaikan ini harus direncanakan secara cermat.

Adanya bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang diterapkan yaitu

penelitian tindakan guru sebagai peneliti. Dalam hal ini guru bertindak

sebagai pelaksana atau pengelola proses pembelajaran sekaligus

berperan sebagai peneliti. Berbagai permasalahan yang dihadapi secara

langsung merupakan bahan kajian yang akan dianalisis dan diterapkan

kembali pada proses berikutnya. Keterlibatan dan kerja sama dengan

pihak lain lebih menitikberatkan pada bentuk konsultatif, jadi pada tahap

perencanaan, pelaksanaan sampai menganalisis hasil sepenuhnya guru

sendiri yang menentukan.

Bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang memandang guru sebagai

peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru dalam proses

penelitian tindakan kelas. Dengan bentuk ini tujuan utama penelitian

tindakan kelas adalah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran

di kelas di mana terlibat langsung secara penuh dalam proses

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.(Kasbolah,

1988/1999:122).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas bahwa penelitian tindakan

kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan oleh guru dalam

lingkup kelas untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi di dalam

kelas yang berkaitan dengan proses pembelajaran, sebagai upaya untuk

memperbaiki / meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam aspek


26

penalaran, keterampilan. pengetahuan, hubungan sosial maupun aspek-

aspek lain yang bermanfat bagi anak didik.

B. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan

Penelitian Tindakan ( action research) adalah suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan

yang tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek

pembelajaran di kelas secara lebih profesional (McNiff, 1992; Kemmis &

Taggart, 1982; dalam Suyanto, 1996:23). Hofkins (1993:12) menyebutkan

jenis penelitian model ini dengan educational actions research untuk

membedakan dengan penelitian tindakan jenis lainnya.

Suatu penelitian tindakan kelas ditenggarai oleh : 1) dilihat dari

problema yang harus dipecahkan, bahwa problema penelitian tindakan

kelas harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-

hari yang dihadapi guru; 2) dilihat dari bentuk kegiatan penelitian,

penelitian tindakan kelas ditandai adanya tindakan-tindakan tertentu

(alternatif) untuk dicobakan guru guna memperbaiki proses belajar-

mengajar di kelas.

Secara lebih jelas karakteristik penelitian tindakan kelas

dideskripsikan sebagai berikut: 1) didasarkan pada masalah yang

dihadapi guru dalam instruksional ; 2) adanya kolaborasi dalam

pelaksanaannya ; 3) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan


27

refleksi ; 4) bertujuan memperbaiki dan / atau meningkatkan kualitas

praktik instruksional ; dan 5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah

dengan beberapa putaran (Wibawa, 2003:11).

Tujuan dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk : 1)

peningkatan dan perbaikan atau pengembangan praktik pembelajaran

yang dilakukan guru di kelas (Mc.Niff,1992 dalam Suyanto,1996:4); 2)

perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru; dan 3) terwujudnya

proses latihan dalam jabatan selama berlangsungnya kegiatan penelitian

tindakan.

Manfaat dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah sebagai

sarana dan inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat

sekolah, di tingkat kelas dapat meningkatkan profesionalisme guru dan

hasil belajar siswa.

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dideskripsikan

sebagai berikut : 1) mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan

menemukan faktor penyebab utama; 2) merumuskan gagasan

pemecahan masalah; 3) menyusun rencana tindakan dalalm mengatasi

masalah; 4) melaksanakan tindakan yang telah direncanakan; 5)

melakukan observasi dan tindakan yang dilakukan; 6) melakukan refleksi

atas apa yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan perumusan

rencana tindakan berikutnya hingga tercapai tujuan yang diharapkan

(Soedarsono dan Sumarno, 1997:15).


28

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut

berbentuk putaran (cycle) (Hopkin, 1985:193). Siklus ini tidak hanya

berlangsung dalam satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan

yang diinginkan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas.

Dalam setiap putaran terdiri atas empat kegiatan pokok yaitu :

perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengawasan (observe) dan

refleksi (reflect) (Kemmis dan Taggart, 1981 dalam Hopkin, 1985:193).

Kemudian pada putaran kedua dan selanjutnya kegiatan yang dilakukan

ada modivikasi pada tahap perencanaan, yaitu menjadi perbaikan

perencanaan (reviced plan), pelaksanaan (act), pengawasan (observe)

dan refleksi (reflect).

Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas dikenal ada empat

bentuk (Oja dan S.mulyan dalam Kasbollah, 1998/1999:122) yaitu guru

sebagai peneliti, penelitian tindakan kolaboratif, penelitian simultan-

terintegrasi, dan administrasi sosial eksperimen.

Bentuk penelitian tindakan kelas yang memandang guru sebagai

peneliti dicirikan adanya peran dominan guru dalam setiap kegiatan

penelitian tindakan kelas. Penelitian bentuk kolaboratif ditandai dengan

keterlibatan beberapa pihak seperti guru, kepala sekolah, peneliti dalam

seluruh kegiatan penelitian. Penelitian dalam bentuk simultan-

terintegrasi, tujuan utamanya adalah untuk memecahkan dua hal


29

sekaligus : memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran dan

untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang

pembelajaran di kelas sedangkan penelitian dalam bentuk administrasi

sosial eksperimental, lebih menekankan dampak kebijakan dan praktik

sedangkan tanggung jawab penuh penelitian tindakan ini terletak pada

pihak luar, meskipun objek penelitian ini terletak di dalam kelasnya

seorang guru tertentu.

C. Prosedur Penelitian Tindakan

Dalam melaksanakan penelitian langkah-langkah yang akan

ditempuh tidak lepas dari prinsip-prinsip dasar yang berlaku. Prinsip-

prinsip penelitian tindakan sebagaimana yang dikemukakan oleh

Kasbolah (1998/1999:26-29) yaitu :

1. Tugas utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu penelitian kelas

atau penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu tugas

mengajar. Guru melakukan penelitian tindakan kelas untuk

memperbaiki kegiatan belajar mengajar.

2. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, pengumpulan data tidak

boleh terlalu banyak menyita waktu. Penelitian seharusnya sudah

pasti dalam memilih teknik yang tepat, termasuk pengumpulan data.

3. Metodologi yang dipakai harus tepat dan terpercaya. Hal ini akan
30

memberi peluang kepada guru untuk memformulasikan hipotesis dan

mengembangkan strategi yang dapat diterapkan dalam situasi

kelasnya.

4. Masalah penelitian yang akan ditangani guru harus merupakan

masalah yang memang dia hadapi. Masalah harus menarik bagi

peneliti dan merupakan masalah yang bersifat faktual.

5. Penelitian tindakan kelas ini tidak boleh menyimpang dari prosedur

etika di lingkungan kerjanya.

6. Penelitian tindakan kelas berorientasi pada perbaikan Pendidikan

dengan perubahan yang dituangkan dalam "tindakan". Kesiapan guru

untuk "berubah" merupakan syarat penting bila akan melakukan

perbaikan.

7. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses belajar yang

sistematis. Penelitian ini memerlukan kemampuan dan keterampilan

intelektual.

8. Penelitian tindakan kelas menuntut guru membuat “jurnal pribadi"

dimana guru mencatat kemajuan, persoalan yang dihadapi, dan hasil

refleksi tentang proses belajar siswa, serta proses pelaksanaan

penelitian.

9. Penelitian tindakan kelas sebaiknya dimulai dengan hal-hal yang

sederhana lebih dahulu, namun nyata. Dengan demikian putaran

dimulai dengan yang kecil sehingga perencanaan, tindakan,


31

pengamatan, dan refleksi dapat membuat isu, ide, dan asumsi

menjadi lebih jelas.

10. Dalam penelitian tindakan kelas guru perlu melihat dan menilai diri

sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan di kelasnya.

Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian direfleksi dan

diperbaiki, guru akhimya menjadi lebih terampil dalam melakukan

profesinya.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui

beberapa tahap yang digambarkan dalam beberapa putaran sebagai

upaya untuk menelaah secara menyeluruh masalah yang menjadi fokus

penelitian. Peneliti juga menganalisis data hasil observasi pada setiap

putaran dan merefleksikan permasalahan untuk dijadikan acuan dalam

melakukan perbaikan pada putaran berikutnya.

Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

model Kemmis dan Taggart. Dalam perencanaan, Kemmis menggunakan

sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan,

pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk

suatu ancang-ancang pemecahan masalah. (Kasbolah,l998/1999:113).


32

Siklus kegiatan pelaksanaan tindakan ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

Bagan 3.1

Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas

(Kasbolah, 1998/1999:70)

Secara operasional tahap-tahap kegiatan penelitian dilakukan

dalam beberapa putaran sebagai berikut :

1. Perencanaan

Langkah-langkah atau tindakan yang akan dilaksanakan secara

rinci sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan dalam

melaksanakan tindakan meskipun kemungkinan perubahan yang


33

bersifat penyesuaian tetap harus diberi tempat.

(Kasbolah,1998/1999:72)

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti terutama guru, melakukan tindakan yang

berupa intervensi terhadap pelaksanaan kegiatan atau program yang

menjadi tugas sehari-hari. Dalam konteks penelitian tindakan kelas,

istilah tindakan dipahami sebagai aktivitas yang dirancang dengan

sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan

dalam proses pembelajaran dan praktek Pendidikan dalam kondisi

kelas tertentu. (Sumarno dalam Kasbulah,l998/1999:87-88).

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti sekaligus praktisi

yaitu melaksanakan kegiatan tindakan sesuai dengan langkah yang

direncanakan. Pelaksanaan penelitian terintegrasi ke dalam proses

pembelajaran. Tujuan utama dalam melaksanakan tindakan ini untuk

mengupayakan perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan

kualitas pembelajaran yang diusahakan pemanfaatannya oleh peneliti

dan para siswa.

3. Observasi

Menurut Kasbolah (1998/1999:91) bahwa observasi adalah semua

kegiatan yang ditunjukkan untuk mengenali, merekam, yang dicapai


34

(perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan terencana, maupun

akibat sampingannya.

Sedangkan sasaran dalam observasi yaitu sebagai berikut : (1)

Seberapa jauh pelaksanaan tindakan kelas sesuai dengan rencana

tindakan yang ditetapkan sebelumnya ; (2) seberapa banyak

pelaksanaan tindakan telah menunjukan tanda-tanda akan tercapainya

tujuan tindakan ; (3) apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan

yang positif meskipun tidak direncanakan ; (4) apakah terjadi dampak

sampingan yang negatif sehingga merugikan atau cenderung

mengganggu kegiatan lainnya. ( Sumarno dalam Kasbolah,

1998/1999:93-94)

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti secara langsung dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi

(instrumen-instrumen penelitian) yang telah disiapkan sebelumnya,

sesuai dengan acuan pendapat para ahli di atas. Hal ini untuk melihat

hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan serta untuk

mengetahui sejauh mana pengaruli tindakan yang dikaitkan dengan

hasil belajar siswa. Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan

untuk melaksanakan refleksi dan revisi rencana dan tindakan yang

telah dilakukan untuk menyusun rencana dan tindakan selanjutnya

yang diharapkan lebih baik dari tindakan yang telah dilaksanakan.


35

4. Refleksi

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis,

interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi

yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Setiap informasi yang

didapatkan hendaknya dikaji dan dipahami bersama (peneliti dan

praktisi).

Refleksi seyogyanya dilakukan (1) pada saat memikirkan tindakan

yang akan dilakukan ; (2) ketika tindakan sedang dilakukan ; dan (3)

setelah tindakan dilakukan. Ketiga konteks kegiatan refleksi ini oleh

Killion dan Todnen dalam Kasbolah (1998/1999:100) dinamakan

reflection for action, reflection in action, reflection on action.

Dinamakan refleksi karena fokus telaahnya tidak terbatas pada diri

guru sendiri, tetapi mencakup seluruh konteks pembelajaran yang

dilakukannya, bahkan termasuk siswa dan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diidentifikasikan bahwa

dalam kegiatan refleksi ini tercakup kegiatan analisis, interpretasi, dan

evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi. Dalam

kegiatan ini peneliti juga mengadakan diskusi dan konsultasi dengan

rekan-rekan guru di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda

Kabupaten Toba Samosir Tahun Pelajaran 2014/2015 untuk

memberikan masukan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.


36

Dari hasil temuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dapat ditindaklanjuti dengan refleksi, karena melalui proses refleksi

dapat diambil kesimpulan untuk disajikan acuan perubahan ke arah

perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran yang diterapkan

pada pelaksanaan putaran berikutnya.

D. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten

Toba Samosir Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau

saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Juni sampai September semester ganjil.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah guru di SMA Binaan peneliti sendiri

yakni SMA Negeri 1 Siantar Narumonda


37

E. Rancangan Tindakan

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat

pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode

pembelajaran model learning together.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada

putaran berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3,

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan

yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri

dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
38

dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah

dilaksanakan.

F. Instrumen Penelitian Tindakan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian Kinerja Guru.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan

sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap

putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator

pencapaian Kinerja Guru, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan

belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu

proses pengumpulan data hasil proses belajar mengajar.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengolahan metode kooperatif model Learning

Together, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran.
39

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati

aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep

matematika .

G. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan proses belajar metode kooperatif model Learning

Together, observasi aktivitas siswa dan guru, wawancara, dan tes

formatif.

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode

penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja

Guru yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap

kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.


40

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase

keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada

setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa,

yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas

tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X=
∑X
∑N
Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan

dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar

mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa

telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan

kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang

telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk
41

menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut:

P=
∑ Siswa. yang. tuntas . belajar x 100 %
∑ Siswa

3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif

model Learning Together.

Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode

pembelajaran kooperatif model Learning Together digunakan

rumus sebagai berikut :

P 1+P 2
X= 2

Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2

b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa


42

Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa

digunakan rumus sebagai berikut :

x
% = Σx x 100 % dengan

Jumah.hasil. pengama tan P 1+P 2


X= Jumlah. pengama tan = 2

Dimana : % = Presentase pengamatan

X = Rata-rata

∑x = Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2
43

BAB IV

HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Tindakan
Sebagaimana telah dikemukakan pada bab III PTS ini bahwa
setting yang dijadikan subjek penelitiannya adalah siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba Samosir Tahun
Pelajaran 2014/2015. Pertimbangan dan alasan mengapa SD ini yang
dijadikan setting penelitian yaitu karena peneliti merupakan supervisor
kependidikan untuk SMA di Kecamatan Siantar Narumonda. Sedangkan
pengambilan kelas yang menjadi subjek penelitian memilih kelas X .
SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba
Samosir Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah salah satu SMA yang ada di
Kabupaten Toba Samosir yang terletak jauh dari pusat kota. Sebagian
besar pekerjaan orang tua siswa kelas X di SMA ini adalah petani.
SMA negeri ini memiliki 46 orang guru, terdiri dari 1 orang kepala
sekolah, 3 orang Tata Usaha dan 1 orang penjaga sekolah.
Pengambilan data awal dilakukan melalui pengamatan dan
pemberian materi dengan metoda ceramah yang mendominasi proses
pembelajaran. Dan penjajagan awal dan pengamatan sebelum penelitian,
mengalami kendala dalam menyajikan materi ajar matemtika dengan
baik. Pembelajaran mateika yang dilaksanakan di Kelas X SMA
Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba Samosir Tahun
Pelajaran 2014/2015 masih menerapkan pembelajaran untuk dapat
mengejar target kurikulum dengan mengandalkan bahan (materi) ajar dari
buku sumber matematika untuk kelas X sebagai rujukan utamanya.
Kendala pembelajaran matematika di Kelas X SMA Negeri 1
44

Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba Samosir Tahun


Pelajaran 2014/2015 diantaranya adalah banyak siswa yang tidak
mengerjakan pekerjaan rumah (PR), begitu juga dengan mata pelajaran
lainnya, terlebih adalah mata pelajaran matematika. Hal ini menunjukan
bahwa perhatian orang tua siswa terhadap sekolah khususnya siswa
kelas X kurang memperhatikan dan memperdulikan perkembangan
pendidikan anaknya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan
banyak siswa yang melakukan aktivitas lain diluar kegiatan belajar
mengajar seperti antara lain banyak siswa yang bermain-main ngobrol,
kurang bergairah, ribut sambil mengganggu temannya. Banyak juga siswa
yang kurang antusias terhadap kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
matematika dan banyak siswa yang sibuk dengan urusannya masing-
masing yang tidak ada kaitannya dengan mata pelajaran matematika .
Faktor yang menyebabkan perilaku siswa seperti yang
digambarkan di atas ini adalah karena metoda belajar mengajar yang
diterapkan guru tidak mendorong siswa untuk terlibat secara langsung
dengan kegiatan belajar mengajar. Interaksi di dalan kelas hanya bersifat
satu arah saja yaitu guru kepada siswa. Guru aktif dalam memberikan dan
menyampaikan materi sementara siswa hanya duduk, diam, dengar dan
catat. Guru tidak mengajak siswa selama kegiatan belajar berlangsung.
Sebagai akibatnya siswa tidak memperoleh pengalaman belajar secara
langsung. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa selama kegiatan
belajar mengajar hanya dengan melalui kegiatan mendengarkan dan
melihat apa yang dilakukan guru di depan kelas saja.
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung aspek
pengetahuan (kognitif) lebih mendapat perhatian disebabkan karena alat
evaluasi yang berupa tes yang dikembangkan lebih mengutamakan
mengukur kemampuan siswa saja, sedangkan aspek apektif dan
45

psikomotor siswa kurang mendapat perhatian sehingga tidak bisa


dipungkiri bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
matematika di Kelas X SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda
Kabupaten Toba Samosir Tahun Pelajaran 2014/2015 ini hanya
berusaha membekali siswasiswanya dengan bahan pengetahuan yang
berupaya untuk bisa menjawab soal tes untuk bisa memperoleh hasil
belajar lebih baik.

B. Pengamatan Hasil Tindakan Tiap Putaran

1. Putaran I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes

formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk putaran I

dilaksanakan pada tanggal 05 Juni 2014 di kelas X dengan jumlah

siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif

I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa


46

dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data

hasil penelitian pada putaran I adalah sebagai berikut:

Tabel : Hasil Pembelajaran Pada Putaran I

Skor
Point yang diamati oleh Peneliti
Po Po
(Supervisor)
1 2
Observasi Kegiatan Belajar
A. Pengamatan Umum 1,
1. Memotivasi siswa 7 2
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 1, 2
3. Menghubungkan dengan pelajaran 7
terkait

B. Kegiatan inti
1. Mempresentasikan langkah-langkah
metode pembelajaran Learning
3 3
Together
2. Membimbing siswa melakukan
3 3
kegiatan
3 3
3. Melatih keterampilan dalam
kelompok
3 3
4. Mengawasi setiap aktivitas kelompok
5. Memberikan bantuan kepada
kelompok yang mengalami kesulitan
C.Penutup
1. Membimbing siswa membuat
3 3
pertanyaan dan jawaban
3 3
2. Memberikan evaluasi secara tertulis
Antusiasme Kelas
1. Siswa antusias 2 2
2. Guru antisias 3 3

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan

kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan


47

tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias.

Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas,

merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada putaran I dan akan

dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan

dilakukan pada putaran II.

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa

seperti pada tabel berikut :

Tabel . Kegiatan Pembelajaran Pada putaran I

No Kegiatan Guru yang diamati oleh peneliti Presentase


Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
1 5,0
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
2 8,3
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/
3 8,3
strategi
4 6,7
Menjelaskan materi yang sulit
5 13,3
Membimbing dan mengamati siswa dalam
6 21,7
menemukan konsep
7 10,0
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
8 18,3
hasil kegiatan
9 8,3
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
No Kegiatan siswa yang diamati oleh peneliti Presentase
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan
1 22,5
guru
2 11,5
Membaca buku
3 18,7
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
4 14,4
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
5 2,9
Menyajikan hasil pembelajaran
6 5,2
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
7 8,9
Menulis yang relevan dengan KBM
8 6,9
Merangkum pembelajaran
9 8,9
Mengerjakan tes evaluasi
48

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru

yang paling dominan pada putaran I adalah membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21,7 %.

Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi

umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang

sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas

siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan

penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya

cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok,

diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca

buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5 %.

Pada putaran I, secaraa garis besar kegiatan belajar

mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif model Learning

Together sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru

masih cukup dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan,

karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.


49

Tabel : Nilai Tes harian Pada putaran I

No. Keterangan No. Keterangan


Skor Skor
Absen T TT Absen T TT
1 43 √ 12 80 √
2 70 √ 13 70 √
3 65 √ 14 70 √
4 65 √ 15 70 √
5 80 √ 16 50 √
6 70 √ 17 80 √
7 40 √ 18 60 √
8 90 √ 19 80 √
9 70 √ 20 70 √
10 70 √ 21 30 √
11 80 √ 22 70 √
Jumla 743 7 4 Jumla 730 8 3
h h
Jumlah Skor Tercapai 1480
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 67,27

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Klasikal : Belum tuntas


50

Tabel : Total representasi Hasil Tes Pada Putaran I

No Evaluasi Kegiatan belajar mengajar Hasil putaran I


1 Nilai meaning ujian harian 67,27
2 Kuantitas siswa yang tuntas belajar 15
3 Kualitas ketuntasan belajar 68,18

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan

menerapkan metode kooperatif model Learning Together diperoleh

nilai meaning siswa adalah 67,27 dan ketuntasan belajar

mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas

belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada putaran pertama

secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal

ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum

mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menerapkan metode kooperatif model Learning Together.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh

informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran


51

2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran

berlangsung.

d. Refleksi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada putaran I ini

masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk

dilakukan pada putaran berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih

jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa

diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan

dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan

memberi catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi

siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal

tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.


52

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk putaran II

dilaksanakan pada tanggal 12 Juni di kelas X dengan jumlah

siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai observer

sementara guru bidang studi menerapkan konsep pembelajaran

Learning Together. Adapun proses belajar mengajar mengacu

pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada

putaran I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada putaran I

tidak terulang lagi pada putaran II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif

II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen

yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian

pada putaran II adalah sebagai berikut:


53

Tabel : Hasil Pembelajaran Pada Putaran II

Skor
Point yang diamati oleh Peneliti
Po Po
(Supervisor)
1 2
Observasi Kegiatan Belajar
D. Pengamatan Umum 2, 3,
4. Memotivasi siswa 8 1
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3, 3,
6. Menghubungkan dengan pelajaran 5 8
terkait

E. Kegiatan inti
6. Mempresentasikan langkah-langkah 4
metode pembelajaran Learning
4
Together 4,
7. Membimbing siswa melakukan 2
4
kegiatan 4,
4
8. Melatih keterampilan dalam 5
kelompok
4
9. Mengawasi setiap aktivitas kelompok 4,
10. Memberikan bantuan kepada 7
kelompok yang mengalami kesulitan
F. Penutup
3. Membimbing siswa membuat 4,
pertanyaan dan jawaban 4 8
4. Memberikan evaluasi secara tertulis 4 4,
9
Antusiasme Kelas
3. Siswa antusias 3 4
4. Guru antisias 4 5

Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada

kegiatan belajar mengajar (putaran II) yang dilaksanakn oleh guru

dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif model


54

Learning Together mendapatkan penilaian yang cukup baik dari

pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai

kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil

yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu

mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan

pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah

memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/

menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam

penerapan metode pembelajarn kooperatif model Learning

Together diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah

mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga

mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka

lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa :

Tabel . Kegiatan Pembelajaran Pada putaran II

No Kegiatan Guru yang diamati oleh peneliti Presentase


1 Menyampaikan tujuan 6,0
2 Memotivasi siswa 9,3
3 Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya 9,3
4 Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ 29,8
5 strategi 13,3
6 Menjelaskan materi yang sulit 21,7
7 Membimbing dan mengamati siswa dalam 13,0
55

menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
8 18,3
hasil kegiatan
9 8,3
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
No Kegiatan siswa yang diamati oleh peneliti Presentase
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan
1 22,5
guru
2 11,5
Membaca buku
3 28,6
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
4 14,4
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
5 2,9
Menyajikan hasil pembelajaran
6 5,2
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
7 8,9
Menulis yang relevan dengan KBM
8 6,9
Merangkum pembelajaran
9 8,9
Mengerjakan tes evaluasi

Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru

yang paling dominan pada putaran II adalah menyapaikan materi /

langkah-langkah / strategi yaitu 29,8%. Jika dibandingkan dengan

putaran I, aktivitas ini mengalami peningkatan.

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada

putaran II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu

(28,6%). Jika dibandingkan dengan putaran I, aktifitas ini

mengalami peningkatan. .
56

Tabel : Nilai Tes harian Pada putaran II

No. Keterangan No. Keterangan


Skor Skor
Absen T TT Absen T TT
1 45 √ 12 80 √
2 70 √ 13 70 √
3 65 √ 14 70 √
4 65 √ 15 70 √
5 90 √ 16 50 √
6 70 √ 17 80 √
7 60 √ 18 60 √
8 90 √ 19 80 √
9 90 √ 20 70 √
10 90 √ 21 30 √
11 90 √ 22 70 √

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Klasikal : Belum tuntas

Tabel : Total representasi Hasil Tes Pada Putaran II

No Evaluasi Kegiatan belajar mengajar Hasil putaran II


1 Nilai meaning ujian harian 73,,64
2 Kuantitas siswa yang tuntas belajar 15
3 Kualitas ketuntasan belajar 68,18

Dari tabel di atas diperoleh nilai meaning siswa adalah

73,64 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17 siswa

dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa

pada putaran II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah


57

mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari putaran I. Adanya

peningkatan Kinerja Guru ini karena setelah guru

menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu

diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih

termotivasi utnuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai

mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan

menerapkan metode kooperatif model Learning Together.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan

konsep

3) Pengelolaan waktu.

d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belelajar pada putaran II ini masih

terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk

dilaksanakan pada putaran II antara lain:

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat

siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar

berlangsung.
58

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada

perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan

pendapat atau bertanya.

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga

kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan

memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada

setiap kegiatan belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes

formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk putaran III

dilaksanakan pada tanggal 19 Juni di kelas V dengan jumlah

siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.


59

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

dengan memperhatikan refisi pada putaran II, sehingga kesalahan

atau kekurangan pada putaran II tidak terulang lagi pada putaran

III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif

III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen

yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian

pada putaran III adalah sebagai berikut:

Tabel : Hasil Pembelajaran Pada Putaran III

Skor
Point yang diamati oleh Peneliti
Po Po
(Supervisor)
1 2
Observasi Kegiatan Belajar
G.
Pengamatan Umum
3,
1. Memotivasi siswa 5
8
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4,
3,
3. Menghubungkan dengan pelajaran 9
7
terkait

H.Kegiatan inti
1. Mempresentasikan langkah-langkah 4 4,
60

metode pembelajaran Learning 8


Together
2. Membimbing siswa melakukan 4,
kegiatan 4 9
3. Melatih keterampilan dalam 4 4,
kelompok 7
4. Mengawasi setiap aktivitas 4
kelompok 4,
5. Memberikan bantuan kepada 8
kelompok yang mengalami kesulitan
I. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
4 5
pertanyaan dan jawaban
4 5
2. Memberikan evaluasi secara tertulis
Antusiasme Kelas
1. Siswa antusias 3 5
2. Guru antisias 4 5

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati

pada kegiatan belajar mengajar (putaran III) yang dilaksanakan

oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif

model Learning Together mendapatkan penilaian cukup baik dari

pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan

waktu.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan

metode pembelajaran kooperatif model Learning Together

diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.


61

Tabel . Kegiatan Pembelajaran Pada putaran II

No Kegiatan Guru yang diamati oleh peneliti Presentase


Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
1 7,0
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
2 9,8
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/
3 9,8
strategi
4 30,8
Menjelaskan materi yang sulit
5 23,3
Membimbing dan mengamati siswa dalam
6 27,7
menemukan konsep
7 18,0
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
8 45,8
hasil kegiatan
9 9,3
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
No Kegiatan siswa yang diamati oleh peneliti Presentase
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan
1 23,7
guru
2 18,7
Membaca buku
3 34,6
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
4 47,3
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
5 12,9
Menyajikan hasil pembelajaran
6 15,2
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
7 18,9
Menulis yang relevan dengan KBM
8 19,9
Merangkum pembelajaran
9 18,9
Mengerjakan tes evaluasi

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas guru

yang paling dominan pada putaran III adalah memberikan umpan

balik yaitu 45,8% .

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada

putaran III adalah diskusi antar siswa atau diskusi antara siswa

dengan guru yaitu (47,3%).


62

Tabel : Nilai Tes harian Pada putaran III

No. Keterangan No. Keterangan


Skor Skor
Absen T TT Absen T TT
1 85 √ 12 80 √
2 75 √ 13 70 √
3 68 √ 14 70 √
4 80 √ 15 70 √
5 97 √ 16 70 √
6 70 √ 17 80 √
7 69 √ 18 70 √
8 90 √ 19 80 √
9 90 √ 20 70 √
10 90 √ 21 45 √
11 90 √ 22 70 √

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Klasikal : tuntas
63

Tabel : Total representasi Hasil Tes Pada Putaran III

No Evaluasi Kegiatan belajar mengajar Hasil putaran III


1 Nilai meaning ujian harian 90,,2
2 Kuantitas siswa yang tuntas belajar 98,6
3 Kualitas ketuntasan belajar 29,1

Berdasarkan tabel diatas diperoleh kuantitas siswa yang

tuntas belajar sebesar 98,6. Maka secara klasikal ketuntasan

belajar yang telah tercapai 100% termasuk kategori tuntas). Hasil

pada putaran III ini mengalami peningkatan lebih baik dari putaran

II. Adanya peningkatan Kinerja Guru pada putaran III ini

dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan metode kooperatif model Learning Together

menjadikan siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran

seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi

yang telah diberikan.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar

mengajar dengan penerapan metode kooperatif model Learning

Together. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan

sebagai berikut:
64

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan

semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa

aspek yang belum sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa

aktif selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-putaran sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Kinerja Guru pada putaran III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada putaran III guru telah menerapkan metode kooperatif

model Learning Together dengan baik dan dilihat dari aktivitas

siswa serta Kinerja Guru dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi

terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah

selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa

yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses

belajar mengajar selanjutnya penerapan metode kooperatif model

Learning Together dapat meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.


65

C. Pembahasan Atas Hasil Tindakan

1. Ketuntasan Kinerja Guru Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan metode kooperatif model Learning Together

memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru. Hal ini

dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari

putaran I, II, dan III) dan pada putaran III ketuntasan belajar siswa

secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam

proses metode kooperatif model Learning Together dalam setiap

putaran mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap

Kinerja Guru siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai

rata-rata siswa pada setiap putaran yang terus mengalami

peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran matematika dengan metode kooperatif model

Learning Together yang paling dominan adalah bekerja dengan

anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru,


66

dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat

dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode kooperatif model Learning

Together dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di

antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam

mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi

yang tidak dimengerti oleh siswa, memberi umpan balik/evaluasi/tanya

jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

3. Tanggapan Siswa terhadap metode kooperatif model Learning

Together

Berdasarkan analisis wawancara dengan beberapa siswa dapat

diketahui bahwa tanggapan siswa termasuk positif. Ini ditunjukan

dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa

tertarik dan berminat dengan metode kooperatif model Learning

Together. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon

positif terhapad metode kooperatif model Learning Together, sehingga

siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat

disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode kooperatif model

Learning Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.


67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Metode kooperatif model Learning Together memiliki dampak positif

dalam meningkatkan Kinerja Guru bidang studi di SMA Negeri 1

Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba Samosir Tahun

Pelajaran 2014/2015 yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan

belajar siswa dalam setiap siklus.

2. Penerapan metode kooperatif model Learning Together mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

kelas X SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten

Toba Samosir Tahun Pelajaran 2014/2015 yang ditunjukan dengan

rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan

berminat dengan metode kooperatif model Learning Together sehingga

mereka menjadi termotivasi untuk belajar.


68

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan

hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode kooperatif model Learning Together

memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus

mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa

diterapkan dengan metode kooperatif model Learning Together dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan kegiatan berbagai metode pengajaran,

walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat

menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-

perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.


69

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:


Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and


Bacon, Inc. Boston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan


Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa


Cipta.

Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online),


(Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.
70

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan FakuLearning


Togetheras Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP


Malang.

KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.

Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas


Negeri Surabaya.

Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran.


Bandung. Remaja Rosda Karya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha


Nasional.
71

Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.


Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung:

Jemmars.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap


Kinerja Guru Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri
Malang.

Wetherington. H.C. and W.H. WaLearning Together. Burton. 1986. Teknik-


teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
72

Lampiran I

Lampiran 1
LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
LEARNING TOGETHER
Nama Sekolah : ………………… Nama Guru : …………………
Mata Pelajaran : ………………… Hari/ Tanggal :
…………………
Sub Konsep : ………………… Pukul : …………………
Petunjuk
Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang
sesuai.
N Aspek yang diamati
o Ya Tidak 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan Tujuan
Pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan Langkah
Kegiatan Bersama Siswa.
2. Membimbing Siswa
Melakukan Kegiatan.
3. Membimbing Siswa
Mendiskusikan Hasil
Kegiatan Dalam Kelompok.
4. Memberikan Kesempatan
Pada Siswa Untuk
Memprestasikan Hasil
Penyelidikan.
5. Membimbing Siswa
Merumuskan Kesimpulan/
Menemukan Konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa
membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III Antusiasme kelas
1.Siswa antusias
2.Guru antusias
73

Lampiran II

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa

Nama
N Juml
(Guru – RP I (90 menit)
o P ah
Siswa)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
P
…………… 2 2 4 4 2 7 2 4 3 30
1
….
P
2 2 2 4 4 6 4 3 3 30
2
Rata-rata X 2 2 3 4 3 6,5 3 3,5 3 30
Prosentas 13, 22, 11,
% 6,7 6,7 10 10 10 10 100
e 3 6 7
…………… P
5 2 7 5 2 2 2 2 3 30
… 1
1
…………… P
6 3 6 5 1 1 3 2 3 30
… 2
…………… P
6 5 6 4 2 1 2 2 2 30
… 1
2
…………… P
6 5 4 7 1 0 2 3 2 30
… 2
…………… P
5 4 10 2 0 3 1 2 3 30
… 1
3
…………… P
5 3 6 6 1 3 1 3 2 30
… 2
…………… P
6 4 6 5 1 2 1 2 2 30
… 1
4
…………… P
8 5 4 6 0 2 1 2 2 30
… 2
…………… P
7 4 7 4 1 0 2 2 3 30
… 1
5
…………… P
9 5 7 4 0 1 0 2 2 30
… 2
…………… P
6 4 8 4 1 1 2 2 2 30
… 1
6
…………… P
8 3 7 4 0 0 3 2 3 30
… 2
74

…………… P
4 5 7 3 2 2 2 2 3 30
… 1
7
…………… P
7 3 6 6 0 0 3 3 2 30
… 2
…………… P
5 5 7 2 1 2 2 2 4 30
… 1
8
…………… P
7 4 8 4 1 0 2 2 2 30
… 2
P
44 33 58 29 10 13 14 16 23 240
1
Jumlah
P
56 30 48 43 4 7 15 19 18 240
2
31, 14, 17, 20,
Rata-rata X 50 53 36 7 10 240
5 5 5 5
Prosentase 20, 13, 22, 2,
% 15 4,2 6,1 7,3 8,5 100
rata-rata 8 1 1 9

Keterangan:

Jumlahhasilpengama tan
Rata-rata (x) jumlahrata−rata x 100%

rata−rata
prosentase rata-rata (%) = jumlahrata−rata x 100%
75

Lampiran III

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM

Nama Sekolah : ………………… Tanggal : …………………


Kelas/ Semester : ………………… Waktu : …………………
Bahan Kajian : ………………… Nama Guru : …………………

Petunjuk Pengisian

Amatilah aktivitas gur dan siswa dalam kelompok sample selama kegiatan
belajar berlangsung, kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur
sebagai berikut :
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang
memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan
siswa yang dominan, kemudian 1 menit pengamat menuliskan kode
kategori pemngamatan.
3. pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secaraa
bergantian setiap periode waktu tiga menit .
4. kode-kode kategori dituliskan secaraa berurutan sesuai dengan kejadian
pada baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan
secaraa serempak.
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Menyampaikan tujuan 9. Membimbing siswa merangkum
2. Memotivasi siswa/ merumuskan pelajaran.
masalah
3. mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya.
4. menyampaikan langkah- 1. Mendengarkan/ memperhatikan
langkah/ strategi. penjelasan guru.
5. Menjelaskan materi yang sulit. 2. Membaca buku.
6. membimbing menemukan 3. Bekerja dengan sesamaa
konsep. anggota kelompok.
7. Meminta siswa menyajikan dan 4. Diskusi antar siswa/ antara
mendiskusikan hasil kegiatan. siswa dengan guru.
8. Memberi umpan balik/ evaluasi/ 5. Menyediakan hasil
tanya jawab. pembelajaran.
76

6. Mengajukan/ menanggapi
pertanyaan/ ide.
7. Menulis yang relevan dengan
kbm.
8. Merangkum pembelajaran.
9. Mengerjakan tes evaluasi.
77

Lampiran IV

Bagan : Model Siklus dalam pembelajaran Learning Together


78

Anda mungkin juga menyukai