Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

O DENGAN
PENYAKIT TRAUMA ABDOMEN DI RSUD
KH.HAYYUNG KAPUPATEN KEPULAUAN
SELAYAR

Dosen Pembimbing : Julianti, S.Kep, Ns

DISUSUN OLEH :
RAUDAH NOFAYANTI (A.19.11.060)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBAA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KELAS DOMISILI SELAYAR
T.A. 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mah Kuasa,berkat limpahan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Askep ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN PENYAKIT TRAUMA ABDOMEN DI RSUD
KH.HAYYUNG KAPUPATEN KEPULAUAN SELAYAR”
Dalam penilisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan baik dalam pembuatan asuhan keperawatan ini. Namun berkat bimbingan dan
arahan serta bantuan berbagai pihak Asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :

1. Ibu Dr. Muriyati, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
2. Ibu Julianti, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing Keperawatan Gawat Darurat
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan moral maupun material,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penusunan makalah ini
4. Rekan – rekan mahasiswa/i yang telah memberikan bantuan dalam rangka penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulis Asuhan keperwatan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga keperawatan
pada khususnya dalam meningkatkan perawatan pada pasien.

Selayar,05 April 2022

Raudah Nofayanti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI..........................................................................................................................6
B. ETIOLOGI........................................................................................................................6
C. PATOFISIOLOGI.............................................................................................................7
D. MANIFESTASI KLINIS..................................................................................................8
E. KOMPLIKASI..................................................................................................................9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................................................................9
G. PENATALAKSANAAN MEDIS...................................................................................11
H. PATHWAY .................................................................................................................
14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN................................................................................................................15
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................................17
C. INTERVENSI KEPERAWATAN..................................................................................18
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................................................24
B. SARAN...........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian
ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen
berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas
thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau
rongga panggul.

Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus organ yang
ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.

Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian
besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat
ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus
besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna
seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal,
ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).

Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat
kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berpa tindakan
beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh
isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.

Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang
tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma
tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat
tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.

4
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang
bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka
robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang
dapat terjadi pada daerah abdomen.

Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi
pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru
sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih
merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara
optimal.

Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda
yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan
yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penulis angkat adalah :
1. Apa definisi Trauma abdomen?
2. Bagaimana etiologi Trauma abdomen?
3. Bagaimana patofisiologi Trauma abdomen?
4. Bagaimana pathway Trauma abdomen?
5. Bagaimana Komplikasi Trauma abdomen?
6. Bagaimana manifestasi klinik Trauma abdomen?
7. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik Trauma abdomen?
8. Bagaiamana penatalaksanaan medis dan keperawatan Trauma abdomen?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Trauma abdomen
2. Untuk mengetahui etiologi Trauma abdomen
3. Untuk mengetahui patofisiologi Trauma abdomen
4. Untuk mengetahui pathway Trauma abdomen
5. Untuk mengetahui Komplikasi Trauma abdomen
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik Trauma abdomen
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostik Trauma abdomen

5
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan Trauma abdomen

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh –
pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat
Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,


2002).

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan
imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).

B. Etiologi

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen,
umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma
ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.

Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga

6
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ
internal diabdomen.

Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :

1. Paksaan /benda tumpul


Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan,
kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan,
deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak..

C. Patofisiologi

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu
lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya
trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek
statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini
juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.

Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas
adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas
adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi
tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang
terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan
jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi
tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:

7
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan
dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar
dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae
atau struktur tulang dinding thoraks
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler..

D. Manifestasi Klinis

Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat
(1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia,
mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.

Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:


1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:

1. Terdapat luka robekan pada abdomen.


2. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
3. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah
keadaan.
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
2. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul
di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.

8
3. Darah dan cairan
4. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
5. Cairan atau udara dibawah diafragma
6. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat
pasien dalam posisi rekumben.
7. Mual dan muntah
8. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
9. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.

E. Komplikasi
Menurut smaltzer ( 2002), komplikasi dari trauma abdomen adalah :
1. Hemoragi
2. Syok
3. Cedera
4. Infeksi

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan
transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal
dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang
jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.

9
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).

a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:


Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,
cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

7. Ultrasonografi dan CT Scan


Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan
adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.
Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000
eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum
setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit,
merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi

10
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

G. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :

1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga


peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul
bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang
meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya
memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan
kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi
yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi.

Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2001). penatalaksanaannya adalah :

1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka
trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka
dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik
‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa
adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas,
muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan
cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan

11
apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi
korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-
tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada
dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):
Stop makanan dan minuman
Imobilisasi
Kirim kerumah sakit
e. Penetrasi (trauma tajam)
Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan
kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
Imobilisasi pasien.
Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
Kirim ke rumah sakit.

2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah
yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan
dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo
atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium.
Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru
atau adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
d. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada:

12
Fraktur pelvis
Trauma non – penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti
pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma,
mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum
atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi
segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendensatau
decendens dan dubur.

13
H. PATHWAY

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
b. Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 2 l/menit R : 26x/menit,
pernafasan reguler
c. Circulasi
TD : 120/80 mmHg, N :  88x/menit, Capillary reffil : < 2 detik, Terdapat
hematoma pada perut bagian kanan
d. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
e. Exposure
Terdapat luka lecet , jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan

2. Pengkajian Sekunder
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Nama : Tn. O
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jln. Jeruk
2) Identitas penanggung jawab
Nama                                       :  Tn. W
Umur                                       :  41 tahun
Alamat                                     :  Jln. Jeruk
Hubungan dengan klien          :  Anak

15
3) Keluhan utama
Klien mengeluh Sakit pada perut sebelah kanan.
4) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh sakit pada perut sebelah kanan dan merasa ampeg pada
bagian dada dan menjulur ke punggung bagian kanan.
b) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami
kecelakaan tetapi belum perna separah ini sampai mengaami penurunan
kesadaran serta pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun

B. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat
digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak
anemis. Hidung simetris tidak ada secret.
2) Leher
Tidak ada kaku kuduk
3) Paru
 Inspeksi        : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
 Palpasi          : fremitus vokal kanan dan kiri sama
 Perkusi         : sonor
  Auskultasi   : vesikuler
4) Abdomen
 Inspeksi        : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
 Auskultasi    : peristaltik usus 7x/menit
 Palpasi         : tidak ada pembesaran hati
 Perkusi         : pekak

5) Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot
ektermitas atas dan bawah dalam batas normal

16
C. Analisa data

No Data Etiologi Problem


1. DS : Trauma Nyeri akut
Klien mengatakan perut sebelah abdomen
kanan sakit
P  : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S  : 7
T  : hilang timbul
DO :
Klien tampak mengerang-erang
menahan sakit.
Terdapat luka lecet dan jejas pada
abdomen sebelah kanan

2. DS : Penurunan Pola nafas tidak


Klien mengatakan sesak nafas ekspansi paru efektif
Klien mengatakan perut sebelah
kanan terasa ampeg
DO :
Klien gelisah
R : 26x/menit
3. DS  : - Luka non- Ansietas
DO : penetrasi
Terdapat luka lecet pada perut kanan abdomen
Terdapat jejas dan hematoma pada
abdomen sebelah kanan
Hb : 14,5 g/dl
Leukosit : 12,1 103/ul

D. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut b/d Trauma abdomen
2) Pola nafas tidak efektif b/d Penurunan ekspansi paru
3) Ansietas b/d Luka non-penetrasi abdomen

17
E. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan kriterial Intervensi


1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama :
Trauma abdomen keperawatan selama 1x 30 Manajemen nyeri
Observasi
menit, diharapkan nyeri
 Identifikasi
klien hilang lokal,karakteristik,d
Dengan Kriteria Hasil : urasi ,frekuaensi,
kualitas,intensitas
 Klien mengatakan nyeri
nyeri
klien hilang  Identifikasi skla
 Klien tampak rileks nyeri
 Identifikasi respons
non verbal
 Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
 Identifikasi
pengetahuan dan
kenyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaru
nyeri pada kualitas
hidup\
 Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan tehnik non

18
farmokologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik,biofeedback,
terapi pijak, aroma
terapi, tehnik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan )
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode ,dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan tehnik non
farmakologis
untuk mengurangi

19
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama :
efektif b/d Penurunan keperawatan 1x10 menit, Manajemen jalan nafas
ekspansi paru nyeri teratasi Observasi
Dengan Kriteria Hasil :  Monitor pola nafas (
Klien tidak mengalami sesak frekwensi,
nafas, pola nafas klien kedalaman, usaha
membaik nafas)
 Monitor bunyi nafas
tambahan ( mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, rongkhi
kering)
 Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
 Pertahankan
kepatenan jalan
nafas dengan
heat/tilt dan chin-
lift ( jaw-thrust jika
curiga trauma
servikal)
 Posisikan semi-
fowler atau fowler
 Berikan minum
hangat
 Lakukan fisioterapi

20
dada, jika perlu
 Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Lakukan
hiporeksigenasi
sebelum
penghisapan
endroktrakeal
 Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Ansietas b/d Luka Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
Reduksi Ansietas
non-penetrasi keperawatan 1x24 jam,
Observasi :
abdomen Ansietas kelien hilang  Identifikasi saat
Dengan Kriteria Hasil : tingkat anxietas
berubah (mis.
Tidak ada tanda-tanda cemas
Kondisi, waktu,
Suhu tubuh normal : 36-37 stressor)

21
 Identifikasi
kemampuan
mengambil
keputusan
 Monitor tanda
anxietas (verbal dan
non verbal)
Terapeutik
 Ciptakan suasana 
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien
untuk mengurangi
kecemasan , jika
memungkinkan
 Pahami situasi
yang membuat
anxietas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Gunakan pedekatan
yang tenang dan
meyakinkan
 Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu kecemasan
 Diskusikan
perencanaan 
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
 Informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga
untuk tetap

22
bersama pasien,
jika perlu
 Anjurkan
melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
 Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi
ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
 Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44
tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Berdasarkan mekanisme trauma, terbagi atas 2 yaitu :
A. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
B. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman (set-belt).

B. Saran

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih mengerti dan memahami tentang tentang
Keperawatan gawat darurat. Makalah terutama tentang trauma abdomen ini masih jauh dari
kata sempurna, maka diharapkan kritik dan saran untuk lebih memperbaiki makalah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Padilla, Hari. 2017; STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. Jakart


selatan :Dewan pengurus pusat. Selasa, 05 April 2022

Padilla, Hari. 2018 ; STANDAR INTERENSI KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta selatan;


Dewan pengurus pusat. Selasa, 05 April 2022

Padilla, Hari. 2019 ; STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta selatan;


Dewan pengurus pusat. Selasa, 05 April 2022

Septiana, Anggi. 2014 ; “Askep trauma abdomen”


https://www.academia.edu/32693692/ASKEP_TRAUMA_ABDOMEN . Selasa, 05 April 2022

25

Anda mungkin juga menyukai