Anda di halaman 1dari 11

A.

Perbedaan Penghasilan Teratur & Tidak Teratur dalam PPh 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 atas pegawai tetap adalah penghasilan yang diterima
atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak
teratur. Adapun perbedaan keduanya berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 252/PMK.03/2008 adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan Teratur
Penghasilan bagi pegawai tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan
imbalan dengan nama apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur.
2. Penghasilan Tidak Teratur
Penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima
sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari
Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan
nama apapun.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur dan Tidak Teratur

Berdasarkan petunjuk umum dan contoh penghitungan PPh Pasal 21 di Lampiran Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 bahwa penghitungan PPh Pasal 21 untuk
Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 21 yang
terutang untuk setiap Masa Pajak, yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Masa PPh Pasal 21, selain Masa Pajak Desember atau Masa Pajak di mana pegawai tetap
berhenti bekerja.
2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721 A1 atau 1721 A2 dan
pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang untuk Masa Pajak Desember atau Masa Pajak di
mana pegawai tetap berhenti bekerja. Penghitungan kembali ini dilakukan pada:
 Bulan di mana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun.
 Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun kalender
dan bagi penerima pensiun yang menerima uang pensiun sampai akhir tahun
kalender.

Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak, kecuali masa pajak
terakhir, tarif diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1 (satu)
tahun, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah penghasilan teratur
dalam 1 (satu) bulan dikalikan 12 (dua belas).
2. Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur, maka perkiraan
penghasilan yang akan diperoleh selama 1 (satu) tahun adalah sebesar jumlah pada
huruf a ditambah dengan jumlah penghasilan yang bersifat tidak teratur.

Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, premi,
tunjangan hari raya, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak tetap dan biasanya
dibayarkan sekali setahun atau periode lainnya , maka PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong
dengan cara sebagai berikut:
1. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan
penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.
2. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa tantiem, jasa
produksi, dan sebagainya.
3. Selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b adalah PPh
Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.
Dalam hal pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektifnya sudah ada sejak awal tahun,
namun baru mulai bekerja setelah bulan Januari, maka PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
tidak teratur tersebut dihitung dengan memperhatikan ketentuan mengenai Penghitungan PPh
Pasal 21 Bulanan atas Penghasilan Teratur.

B. Penghitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tetap


Tata cara penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dibedakan menjadi dua, yaitu (1)
penghitungan masa atau bulanan; dan (2) penghitungan kembali.
Penghitungan masa atau bulanan menjadi dasar pemotongan PPh pasal 21 yang terutang
untuk setiap masa pajak. Penghitungan dan pemotongan itu dilaporkan dalam SPT Masa PPh
Pasal 21, kecuali untuk masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti
bekerja. Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan dilakukan atas penghasilan pegawai
tetap, baik yang teratur maupun tidak teratur.

Penghitungan kembali menjadi dasar pemotongan PPh pasal 21 yang terutang untuk masa
pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti bekerja. Penghitungan
kembali dilakukan pada:

1. bulan di mana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun;


2. bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun kalender dan bagi
penerima pensiun yang menerima uang pensiun sampai akhir tahun kalender

Pengertian pegawai tetap

Siapakah yang dimaksud pegawai tetap? Menurut ketentuan PPh pasal 21, pegawai tetap
adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur.

Kata kunci dari pengertian pegawai tetap adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh
jumlahnya tertentu dan bersifat teratur. Contoh pegawai tetap adalah pegawai negeri sipil dan
karyawan swasta penerima gaji berkala. Pegawai tetap bisa mencakup anggota dewan
komisaris, anggota dewan pengawas, atau pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu.

Sebaliknya, pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah pegawai yang penghasilannya
tidak tentu dan tidak teratur. Contoh pegawai tidak tetap adalah pekerja yang hanya menerima
penghasilan ketika benar-benar bekerja. Karyawan yang dibayar berdasarkan jumlah hari
bekerja merupakan pegawai tidak tetap. Pegawai tidak tetap juga mencakup pekerja yang
menerima imbalan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian
pekerjaan tertentu yang diminta oleh pemberi kerja.
Cara penghitungan PPh pasal 21 atas penghasilan teratur

Cara penghitungan PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap yang bersifat teratur
dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

Langkah 1: hitung seluruh penghasilan bruto sebulan


Penghasilan bruto meliputi gaji, tunjangan, dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang
lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.

Bagi pegawai tetap yang bekerja di perusahaan yang masuk program BPJS Ketenagakerjaan,
premi-premi yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan. Premi yang dimaksud
mencakup Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Ketentuan yang sama juga berlaku bagi premi asuransi yang
dibayarkan kepada perusahaan asuransi lainnya.

Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang
dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.

Langkah 2: hitung jumlah penghasilan neto sebulan


Penghasilan neto adalah penghasilan bruto sebulan dikurangi biaya jabatan serta iuran
pensiun, iuran jaminan hari tua, atau iuran tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh
pegawai melalui pemberi kerja.

Besarnya biaya jabatan adalah sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp


500.000 sebulan atau Rp6.000.000 setahun.

Dana pensiun atau badan penyelenggara sejenis yang iuran-iurannya bisa dikurangkan adalah
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Langkah 3: hitung penghasilan neto setahun
Penghasilan neto setahun adalah jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12.

Langkah 4: hitung penghasilan kena pajak


Penghasilan kena pajak menjadi dasar penerapan tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh.
Penghasilan kena pajak adalah penghasilan neto setahun dikurangi dengan PTKP.

Langkah 5: hitung PPh terutang


PPh terutang dihitung dengan menerapkan tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh
terhadap penghasilan kena pajak.

Langkah 6: hitung PPh Pasal 21 sebulan


PPh Pasal 21 sebulan adalah jumlah yang harus dipotong dan disetor ke kas negara. PPh Pasal
21 sebulan adalah jumlah PPh Pasal 21 setahun dibagi dengan 12.
Contoh penghitungan PPh pasal 21 atas penghasilan teratur

Contoh 1: perhitungan PPh 21 – gaji dan iuran pensiun


Pada tahun 2019, Dilan masih bekerja di PT Surya Abadi. Dilan memperoleh gaji bulanan
Rp5.750.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000. Dilan menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Dilan dari PT Surya Abadi hanya berasal
dari gaji. Dilan sudah memiliki NPWP. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah
sebagai berikut:
Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dapat dikurangkan dari penghasilan pegawai tetap. Biaya jabatan tetap dapat dikurangkan,
meskipun pegawai tetap tidak mempunyai jabatan.

Jika Dilan dalam contoh di atas belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh pasal 21 yang harus
dipotong pada bulan Januari adalah sebesar 120% × Rp19.375 = Rp23.250.

Contoh 2: perhitungan PPh 21 – gaji, premi asuransi dan iuran pensiun


Gandhi bekerja di PT Maharani, menikah tanpa anak, dan memperoleh gaji bulanan
Rp8.000.000.

PT Maharani mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan
premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan
0,30% dari gaji.

PT Maharani menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Gandhi membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.

PT Maharani juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Maharani membayarkan


iuran pensiun untuk Gandhi setiap bulan sebesar Rp200.000 ke dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sedangkan Gandhi membayar sendiri iuran pensiun
sebesar Rp100.000.

Pada bulan Juli 2019 Gandhi hanya menerima pembayaran berupa gaji.
Penghitungan PPh pasal 21 bulan Juli 2019 adalah sebagai berikut:

Perhatikan, jumlah penghasilan kena pajak sebagai dasar penerapan tarif pasal 17 ayat (1) huruf
a UU PPh dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh.

Cara penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa bonus
Selain penghasilan teratur, pegawai tetap juga seringkali menerima penghasilan yang bersifat
tidak teratur. Penghasilan tidak teratur itu bisa berupa imbalan jasa produksi, tantiem, gratifikasi,
bonus, premi, tunjangan hari raya (THR), dan penghasilan sejenis lainnya. Penghasilan tidak
teratur bersifat tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun.

PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur dihitung dan dipotong dengan cara sebagai berikut:
1. hitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan
penghasilan tidak teratur berupa bonus, tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.
2. hitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa bonus, tantiem, jasa
produksi, dan sebagainya.
3. selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan angka 1 dan angka 2 adalah PPh Pasal
21 atas penghasilan tidak teratur berupa bonus, tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.

Contoh penghitungan PPh pasal 21 atas bonus


Contoh 3: bonus
Rocky tidak juga menikah meskipun usianya sudah 51 tahun. Pada tahun 2016, dia bekerja pada
PT Serambi Mekkah dengan gaji bulanan Rp5.000.000. Pada bulan Maret 2019, Rocky juga
memperoleh bonus sebesar Rp8.000.000 di luar gaji. Setiap bulan Rocky membayar iuran
pensiun ke dana pensiun sebesar Rp80.000.

Cara menghitung PPh pasal 21 atas bonus terdiri dari tiga langkah berikut.

Langkah 1: hitung PPh pasal 21 disetahunkan dengan memperhitungkan gaji dan bonus
Langkah 2: hitung PPh pasal 21 disetahunkan dengan hanya memperhitungkan gaji

Langkah 3: hitung PPh pasal 21 atas bonus sebagai selisih dari hasil langkah 1 dan 2

Langkah-langkah serupa bisa juga diterapkan untuk menghitung PPh pasal 21 atas jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, premi, dan THR.

Cara menghitung PPh pasal 21 bulan Desember

Jika penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sama (tidak berubah), PPh 21 yang harus dipotong
pada bulan Desember besarnya sama dengan yang dipotong pada bulan-bulan sebelumnya.

Jika besarnya penghasilan tetap dan teratur mengalami perubahan, tahap-tahap penghitungan
PPh 21 pada bulan Desember adalah sebagai berikut:
 Hitung PPh Pasal 21 terutang atas seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam tahun kalender, baik penghasilan yang teratur maupun yang tidak teratur;
 PPh Pasal 21 terutang yang harus dipotong untuk bulan Desember adalah selisih antara
PPh Pasal 21 terutang atas seluruh penghasilan teratur dan tidak teratur yang diterima
dalam tahun kalender dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong sampai dengan bulan
sebelumnya.

Contoh penghitungan PPh 21 – Desember

Contoh 4: penghitungan PPh 21 bulan Desember


Fadli belum menikah dan hidup sendiri tidak memiliki tanggungan keluarga. Selama tahun 2019,
Fadli bekerja pada PT Genderuwo Sakti dengan gaji dan tunjangan setiap bulan sebesar
Rp5.500.000. Sadar suatu ketika akan menjadi renta, Fadli membayar iuran pensiun setiap bulan
sebesar Rp200.000.

Mulai Juli 2019, Fadli memperoleh kenaikan penghasilan tetap setiap bulan menjadi
Rp7.000.000.

Perhitungan PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan untuk Januari – Juni 2019 adalah sebagai
berikut:
Perhitungan PPh 21 yang dipotong setiap bulan untuk Juli – November 2019 adalah sebagai
berikut:

Perhitungan PPh Pasal 21 yang dipotong pada bulan Desember dihitung sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai