Anda di halaman 1dari 3

Scrap, Spoiled Goods, dan Defective Work

Operasi manufaktur biasanya menghasilkan barang yang tidak sempurna saat proses
produksi sehingga tidak dapat dijual seperti barang biasa. Kontrol atas item tersebut merupakan
elemen penting dari kontrol persediaan.
1. Scrap (Barang sisa)
Merupakan barang atau bahan sisa produksi yang tidak dapat digunakan lagi dalam
produksi perusahaan, tetapi masih memiliki nilai jual. Scrap dapat berupa : potongan
kecil sisa produksi, material yang rusak dan dapat berfungsi secara normal, bagian kecil
bahan produksi yang rusak.
Karena scrap masih memiliki nilai jual, maka penjualan atas scrap tersebut dapat
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Maka dari itu, diperlukan pencatatan secara
akuntansi atas scrap. Pencatatan atas scrap berfokus pada pendapatan yang diterima
dari penjualan atas scrap tersebut.
Pendapatan dari penjualan barang bekas biasanya dilaporkan sebagai “Penghasilan
Lainnya” dalam laporan laba rugi. Jika akuntan memperlakukan pendapatan dari scrap
sebagai pengurangan biaya produksi, bukan sebagai “Penghasilan Lainnya”, Work In
Process dan Individual job dapat dikreditkan jika scrap dapat dengan mudah
diidentifikasi dengan pekerjaan tertentu. Jika scrap tidak dapat diidentifikasi, Overhead
Pabrik dapat dikreditkan.
Ketika nilai scrap relatif tinggi, Inventory harus disiapkan dan scrap dipindahkan ke
area penyimpanan bahan yang terkendali. Jika kuantitas dan nilai pasar dari memo
diketahui, jurnal berikut dibuat untuk mencatat persediaan dan penjualan selanjutnya:

Jika nilai pasar dari scrap tidak diketahui, tidak ada entri jurnal yang dibuat sampai scrap
terjual. Pada saat penjualan dicatatkan sebagai berikut.

2. Spoiled and Defective Work


Spoiled Units merupakan barang yang rusak atau tidak memenuhi standar yang
disyaratkan dan tidak dapat diperbaiki atau dikerjakan ulang (lagi) agar memenuhi
standar produksi perusahaan. Apabila barang yang rusak tetapi dapat diperbaiki atau
dikerjakan ulang, maka disebut Defective units.
a. Spoiled work. Kerugian yang terkait dengan barang rusak dapat diperlaukan sebagai
bagian dari biaya pekerjaan atau departemen yang memproduksi unit yang rusak, atau
kerugian dapat dibebankan ke Overhead Pabrik dan dialokasikan di antara semua
pekerjaan atau departemen.
Sebagai ilustrasi, asumsikan produsen garmen menggunakan perhitungan biaya
pesanan yang menyelesaikan pesanan untuk 1000 jaket (Job 350), dengan biaya unit
berikut.
Ayat jurnal untuk mencatata biaya produksi tersebut sebagai berikut.

Selama pemeriksaan akhir, ternyata terdapat 50 jaket yang ditemukan tidak


memenuhi klasifikasi atau barang rusak. Perusahaan berharap jaket tersebut dapat
terjual meskipun masing masing $10. Jika barang rusak tersebut dibebankan ke
Overhead Pabrik, maka pencatatan sebagai berikut.

Jika kerugian akibat barang rusak tersebut disebabkan karena kebutuhan unik
produksi, maka pencatatan sebagai berikut.
b. Defective Work. Pencatatan Defective Work sama seperti Spoiled Work, tetapi ada biaya
tambahan untuk memperbaiki unit yang rusak. Jika biaya ini timbul atas pesanan rutin,
maka dibebankan atas biaya Overhead. Untuk pesanan khusus, biaya tambahan
dibebankan ke pekerjaan tertentu dimana pekerjaan cacat itu terjadi.
Sama seperti ilustrasi sebelumnya, asumsikan dari 50 kerusakan jaket tersebut
karena kesalahan pemasangan lengan . manajemen memutuskan untuk memotong
kembali dan memperbaiki lengan tersebut. Biaya untuk memperbaiki cacat pada 50
jaket adalah $500 bahan baku, $400 untuk tenaga kerja, dan $300 untuk overhead
pabrik, total biaya $1200.
Jika biaya tambahan tersebut dibabankan ke overhead pabrik, maka pencatatan
sebagai berikut.

Jika pesanan jaket adalah pesanan khusus, dan cacat dihasilkan dari spesifikasi
pesanan yang tepat, biaya tambahan akan dibebankan pada pekerjaan tertentu.
Pencatatan akan menjadi:

Anda mungkin juga menyukai