Anda di halaman 1dari 38

BAB II

PROFIL PUSKESMAS

A. LOKASI

Puskesmas IV Denpasar Selatan, lokasinya berada di Kelurahan


Pedungan tepatnya dijalan Pulau Moyo No. 63A Pedungan, Kecamatan
Denpasar Selatan, Bali. Luas wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan
adalah 749 ha. Kelurahan Pedungan terletak di Kecamatan Denpasar Selatan
yang terdiri dari 14 Banjar yaitu :Br. Kaja, Br. Menesa, Br. Puseh, Br. Sama,
Br. Geladag, Br. Sawah, Br. Begawan, Br. Pitik, Br. Karang Suwung, Br.
Pande, Br. Kepisah, Br. Dukuh Pesirahan, Br. Ambengan, Br. Pesanggaran.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan yaitu :
1. Sebelah Utara : Desa Dauh Puri Kauh
2. Sebelah Selatan : Rawa-rawa/ Laut Benoa
3. Sebelah Timur : Kelurahan Sesetan
4. Sebelah Barat : Desa Pemogan

B. VISI
Visi Puskesmas IV Denpasar Selatan adalah “Masyarakat Kelurahan
Pedungan Mandiri Untuk Hidup Sehat”.
C. MISI
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
3. Membuat kelurahan sehat.

D. TUJUAN
Tujuan Puskesmas IV Denpasar Selatan adalah untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yg
bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Pedungan.

E. TATA NILAI
Puskesmas IV Denpasar Selatan juga mempunyai tata nilai dalam melakukan
kegiatan berupa janji layanan yaitu :
- Cepat,
- Invotaif,
- Nyaman,
- Transparaan,
- Akses Layanan Gawat Darurat 24 jam

F. MOTTO
Motto dari Puskesmas IV Denpasar Selatan adalah “Melayani dengan Kasih”

G. YEL-YEL PUSKESMAS
Bekerja bekerja yuk bekerja
Lakukan PHBS setiap hari
Layani masyarakat,
Pedungan pasti sehat
Swaka Dharma dasar kita
Densel 4
Wooooww Kereeen
H. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN


KOTA DENPASAR

Permenkes RI no. 75 tahun 2014 Kepala Plt. UPTD Puskesmas


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat drg. Made Saraswati Rahayu

Ka. Sub. Bag. Tata Usaha


I Kt Kertayasa,S.Sos

SIP Kepegawaian Keuangan Umum


drg. Manis Antari I Kt.Kertayasa,S.Sos Ni Nym Miyuliati, SKM.M.Kes Dwi Kemala Sari

PJ UKM Esensial dan Perkesmas PJ. UKM Pengembangan PJ. UKP, Farmasi & Lab PJ. Jaringan/ Jejaring Puskesmas
dr.Ni Made Muji Hariati dr. Ni Putu Ari Widayani drg. Putu Oka Putri Yuliana drg.Manis S Antari

PROMKES Kesehatan Jiwa Rawat Jalan


Ni Nym Miyuliati, SKM.M.Kes Ni Nym Ariantini, A.Md.Kep dr. Made Juliamini PUSLING
Maria Keneka Kerans
KESLING UK GM Gawat Darurat
Ni Wayan Kusumakerti drg. Putu Oka Putri Yuliana Ni Kt Rai Ayu Arsanthi, A.Md.Kep JEJARING FASYANKES
drg Manis S Antari
K I A dan KB Yankestradkom Laboratorium
Luh Suarniati, A.Md.Keb Ni Nym Miyuliati, SKM.M.Kes Putu Kusumawathi,A.Md

GIZI Kesehatan Olah Raga Kefarmasian


Ni Putu Eka Sasih,A.Md.Gizi I Kt Suirya Maria Keneka Kerans

P2 P Kesehatan Indra Rawat Inap


Budi Artawan,A.Md.Kep. IA.M. Toya,A.Md Kep dr. Ni Putu Ari Widayani

PERKESMAS Kesehatan Lansia


Sagung Mirah L, NERS.S.Kep Ni Nym. Ariantini,A.Md.Kep

UKK
Pt. K.Wedayanthi, A.Md Kep
I. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Hak Pasien
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan puskesmas.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai standar.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisie sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita.
8. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan.
9. Memberikan persetujuan dan menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
10. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan ayng dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
11. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatn di
puskesmas.
12. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan puskesmas terhadap
dirinya.

Kewajiban Pasien
1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di puskesmas
2. Mematuhi segala instruksi dokter dan paramedic daloam pengobatannya.
3. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkap lengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya.
J. HAK DAN KEWAJIBAN PETUGAS
Hak Petugas
1. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi.
2. Menolak permintaan pasien dan atau keluarganya untuk melakukan
tindakan yang bertentangan dengan standar profesi maupun hukum dan
perturan perundang undangan yang berlaku.
3. Memberiakan teguran bagi pengunjung yang tidak mentaati ketentuan
pelayanan dan memberikan saran agar tidak terulang.

Kewajiban Petugas
1. Melakukan pelayan sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
tetap (SOP) yang berlaku.
2. Memberikan informasi pelayanan kepada pengguna layanan/ upaya, baik
itu mengenai waktu, persyaratan, hasil dan biaya serta kompensasi
pelayanan.
3. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan/ upaya
semaksimal mungkin sehingga tercapai kepuasan pelanggan
BAB III
MANAJEMEN PUSKESMAS

Manajemen puskesmas berdasarkan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Adapun
ringkasan dari proses manajemen puskesmas sebagai berikut :

RENCANA USULAN KEGIATAN (RUK)

A. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK)


B. INDIKATOR MUTU PUSKESMAS
BAB IV
MANAJEMEN RESIKO

A. Pengertian
Manjemen resiko adalah suatu proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan dan meminimalkan resiko dalam suatu organisasi secara
menyeluruh (NHS)

B. Lingkup manajemen resiko


Adapun ruang lingkup dalam pelayanan kesehatan yaitu :
1. Resiko yang terkait dengan pelayanan pasien atau kegiatan pelayanan
kesehatan ; adalah resiko yang mungkin dialami oleh pasien atau sasaran
kegiatan UKM atau masyarakat akibat pelayanan yang disediakan oleh
FKTP misalnya resiko yang dialami pasien ketika terjadi kesalahan
pemberian obat
2. Resiko yang terkait dengan petugas klinis yang membrikan pelayanan ;
adalah resiko yang mungkin dialami petugas klini ketika memberiakn
pelayanan, misalnya perawat tertusuk jarum suntik sehabis melakukan
penyuntikan.
3. Resiko yang terkait dengan petugas non klinis yang memberikan
pelayanan ; adalah resiko yang mungkin dialami petugas non klinis
ketika memberikan pelayanan, misalnya petugas laundry, petugas
kebersihanm petugas saniatsi, petugas lapangan ketika mekasanakan
kegiatan pelayanan.
4. Resiko yang terkait dengan sarana tempat pelayanan ; adalah resiko yang
mungkin dialami oleh petugas, pasien, sasaran kegiatan pelayanan,
masyarakat, maupun lingkungan akibat fasilitas pelayanan.
5. Risiko finansial adalah risiko kerugian finansial yang mungkin dialami
oleh FKTP akibat pelayanan yang disediakan.
6. Resiko lain diluar 5 (lima) diatas : adalah resiko-resiko lain yang tidak
termasuk pada lingkup resiko 1 sampai 5, misalnya kecelakaan
ambulans, kecelakaan kendaraan dinas yang digunakan.

C. Tahapan Manajemen Resiko


Tahapan manajemen resiko dimulai dengan menetapkan lingkup
manajemen resiko, dilajutkan dengan kajian resiko, mengenal resiko,
menganalisis risiko, mengevaluasi risiko dan diakhiri dengan menentukan
tindakan terhadap risiko.

D. Perangkat Manajemen Risiko


Beberapa perangkat yang sering digunakan dalam melaksanakn manajemen
risko adalah sbb :
a. Kajian tingkat keparahan ( severity assessment)
Kajian ini dilakukan untuk menentukan tingkat keparahan risiko dengan
memperhatikan 2 variable yaitu dampak risiko (severity) dan kemungkinan
terjadinya (probability)
b. Root Cause Analysis (RCA)
Adalah suatu proses untuk mengeksplorasi semua faktor yang mungkin
berhubungan dengan suatu kejadian dengan menanyakan apa kejadian
yang terjadi, mengapa terjadi, dana pa yang dapat dilakukan untuk
mencegah kejadian tersebut terjadi lagi di masa mendatang.
c. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Merupakan suatu pendekatan untuk mengenali dan menemukan
kemungkinan terjadinya kegagalan pada sistem dan strategi untuk
mencegah terjadinya kegagalan tersebut.

E. Standar Keselamatan Pasien


Penyelenggaran keselamatan pasien dilakukan melalui pembentukan sistem
pelayanan yang menerapkan :
SISTEM KESELAMATAN PASIEN

Standar 7 Langkah Sasarn Keselamatan


Keselamatan Keselamatan Pasien Pasien
Pasien

Standar keselamatan pasien wajib diterapkan di fasilitas kesehatan dan


penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrument akreditasi. Standar
keselamatan pasien tersebut terdiri dari 7 standar yaitu :

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakn kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatanpasien

F. Tujuh Langkah Keselamatan Pasien


Tujuh langkah bisa membantu fasilitas pelayanan kesehatan mencapai
sasarannya untuk tata kelola klinik, menejemen risiko, dan pengendalian
mutu.
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Menerapkan solusi-solusi untuk mencegah cedera

G. Sasaran Keselamatan Pasien


1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatan komunikasi yang efektif
3. Meningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi tepat prosedur tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh

H. Insiden Keselamatan Pasien


Insiden Keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien (PMK 11 Tahun 2017). Insiden keselamatan
pasien meliputi :
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
2. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
4. Kejadian Potensial Cedera (KPC)
Tim keselamatan pasien bertanggung jawab langsung kepada pimpinan
fasilitas kesehatan. Keanggotaan tim tersebut paling sedikit terdiri dari unsur
manajemen fasilitas kesehatan dan unsur klinis di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Tim keselmatan pasien memiliki tugas :
1. Menyusun kebijakan dan pengaturan dibidang keselamatan pasien untuk
ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Mengembangkan program keselamatan pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan
3. Melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan penilaian
tentang penerapan program keselamatan pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan.
4. Melakukan pelatihan keselamatan pasien bagi fasilitas pelayanan
kesehatan
5. Melakukan pencatatan ddan pelaporan insiden, anlisis insiden termasuk
melakukan RCA, dan mengembangkan solusi untuk meningkatan
keselamatan pasien.
6. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan dalam rangka pengambilan kebijakn keselamatan
pasien.
7. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
8. Mengirim laporan insiden secara kontinu

I. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien


Setiap insiden keselamatan harus dilaporkan kepada pimpinan FKTP.
Kebijakan dan prosedur pelaporan insiden perlu disusun dengan alur, setiap
kejadian harus dilaporkan kepada pimpinan organisasi, selanjutnya
berdasarkan hasil analisis terhadap insiden tersebut dilkuakn tindak lanjut
sesuai tingkat keparahan. Insiden keselamatan harus dilaporkan paling lambat
2 x24 jam. Pelaporan insiden ditujukan untuk menurunkan insiden dan
mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak
menyalahkan orang lain.
Pelaporan insiden harus :
1. Diajmin keamanannya
2. Bersifat rahasia
3. Anonym (tanpa identitas)
4. Tidak mudah diakses oleh orang yang tidak berhak

J. Mengelola Risiko Dalam Pelayanan


Risiko terjadi cedera perlu diidentifikasi pada setiap tahapan pelayanan
klinis mulai pendaftaran, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, pengobatan, pemberian tindakan samapi dengan pemulangan.
Risiko tersebut perlu diidentifikasi, dianalisis dan ditindaklanjuti. Register
risiko terkait pelayanan klinis perlu disusun, demikian juga proses pelayanan
klinis yang menjadi prioritas perbaikan perlu dianalisis mengunakan FMEA,
dikenali model-model kegagalan atau kesalahan, dianalisis sebab dan
akibatnya, untuk kemudian ditindak lanjuti dengan di desain ulang atau
perbaikan prosedur pelayanan agar minimal dari risiko.
Beberapa contoh sbb :
1. Fogging dalam upaya penangulangan demam berdarah
2. Penyemprotan insektisida dalam upaya penanggulan malaria
3. Vaksin yang digunakan tidak memnuhi kaidah rantai dingin
4. Pemberian makanan tambahan yang tidak hygienis yang dapat
menimbulkan diare

K. Penyusunan Register Risiko di FKTP


Risiko-risko yang terkait dengan penyediaan pelayanan pasien di
puskesmas/ fasilitas kesehatan kesehatan tingkat pertama, fasilitas tempat
pelayanan, dan kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung
puskesmas/FKTP harus diidentifikasi, dianalisis, dan diupayakan untuk
meminimalkan/mencegah terjadinya dan jika terjadi kejadian dilakuakn
upaya untuk mengatasi akibat kejadian.
Hasil analisis tersebut dituangkan dalam register risiko sebagaimana tabel di
bawah ini :

N Pelayanan/ Risiko yg Tingkat Penyebab Akibat Pence Upaya Pelaporan


o Tempat mungkin Risiko terjadi gahan penanganan
Kerja terjadi jika terjadi
insiden
BAB V
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

A. PENGERTIAN
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections/
HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak
ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah
sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan
pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
4. HR singkatan dari hand rub adalah cuci tangan dengan cairan hand rub.
5. HW singkatan dari hand wash adalah cuci tangan dengan sabun dibawah
air mengalir.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431)
2. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125)
3. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
4. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang
Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009
tentang Sistem Kesehatan Nasional

C. TATA LAKSANA PPI


Kegiatan PPI harus dilakukan secara tepat di semua bagian/area di
Puskesmas, mencakup seluruh masyarakat puskesmas dengan menggunakan
prosedur dan petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan oleh Puskesmas. Upaya
pokok PPI di puskesmas berfokus pada kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi.
1. KEWASPADAAN STANDAR
a. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau
terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based
handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Cuci tangan dilakukan
sesuai dengan standar WHO yaitu 6 langkah. Durasi waktu cuci
tangan yang direkomendasikan sekitar 40-60 detik untuk cuci tangan
dengan sabun dan air, dan waktu yang direkomendasikan untuk cuci
tangan dengan handrubs sekitar 20-30 detik.
Indikasi mencuci tangan biasa dikenal dengan sebutan “5 moments”,
yaitu:
- Sebelum kontak dengan pasien
- Sebelum melakukan tindakan aseptic
- Setelah kontak dengan darah atau cairan tubuh
- Setelah kontak dengan pasien
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
b. Alat Pelindung Diri
1). Pengertian
Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang
dipakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia,
biologi/bahan infeksius.
2). Tujuan
Tujuan pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membrane
mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, secret, ekskreta,
kulit yang tidak utuh dan selaput lender dari pasien ke petugas
atau sebaliknya.
3). Bagian APD
Terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung
mata(google), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun
pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (boot).
4) Indikasi penggunaan APD
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membrane mukosa terkena atau
terpercik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari petugas.
5). Jenis-Jenis APD
a) Sarung Tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan yaitu :
1. sarung tangan bedah (steril) : dipakai sewaktu melakukan
tindakan invasive atau pembedahan
2. sarung tangan pemeriksaan (bersih) : dipakai untuk
melindungi petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu
melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin
3. sarung tangan rumah tangga : dipakai sewaktu
memperoses peralatan, menangani bahan-bahan
terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan
yang terkontaminasi.
b) Masker
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut,
bagian bawah dagu dan rambut pada wajah (jenggot). Masker
dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin
serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh
lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Yang
harus diperhatikan saat pemakaian masker:
- Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk
melihat apakah lapisan utuh dan tidak cacat.
- Memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak
terpotongatau rusak. Tali harus menempel di semua titik
sambungan.
- Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam
(jika ada) berada pada tempatnya dan berfungsi dengan
baik.
c) Pelindung Mata (Google) dan Pelindung Wajah
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain
dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kaca
mata (goggles) plastiK bening, kaca mata pengaman,
pelindung wajah dan visor.
d) Kap Penutup Kepala
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama
pembedahan
e) Gaun Pelindung/Apron
- Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau
mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui droplet/airborne.
- Apron yang terbuat dari karet atau plastiK, merupakan
penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh
petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan
langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau
melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah,
cairan tubuh atau sekresi.
f) Sendal/Sepatu Pelindung (Boot)
digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda
tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak
sengajake atas kaki.
c. Dekontaminasi Peraltan Perawatan Pasien
1) Pengertian
Dekontaminasi adalah proses untuk menghilangkan kotoran,
komponen organic dan mikroorganisme pathogen dan alat
kesehatan/instrument sehingga aman untuk pengelolaan
selanjutnya.
2) Tahapan Dekontaminasi
Dalam tahapan dekontasiminasi ada beberapa cara yaitu :
a) Precleaning/prabilas
proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani
oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya
menginaktivasi HBV, HBC dan HIV) dan mengurangi, tapi
tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi.
b) Pembersihan
Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah,
atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang
sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resikobagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani obyek
tersebut.
c) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa endospora bakteri dari obyek, dengan merebus,
menguapkan atau memakai desinfektan kimiawi.
d) Sterilisasi
Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bacteria,
virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakterial dari
benda mati dengan uap tekanan tinggi (otoklaf), panas kering
(oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
d. Pengendalian Lingkungan
1) Tujuan
Pengendalian lingkungan bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman sehingga dapat
meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, dan
pengunjung puskesmas sehingga infeksi nosocomial dan
kecelakaan kerja dapat dicegah.

2) Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan


 Semua permukaan horizontal di tempat dimana pelayanan
yang disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari
dan bila terlihat kotor.
 Pembersihan permukaan lingkungan dapat menggunakan
larutan desinfektan klorin 0.05% atau bila ada cairan tubuh
menggunakan klorin 0.5%.
 Kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala
 Dalam melaksanakan pembersihan, petugas harus memakai
APD.
3) Ruang Lingkup Pengendalian Lingkungan
 Dinding
Permukaan dinding dibuat harus kuat, rata dan kedap air
sehingga mudah dibersihkan secara periodic dengan jadwal
yang tetap 3 – 6 bulan sekali. Cat dinding berwarna terang,
memakai cat yang tidak luntur serta tidak mengandung logam
berat.
 Langit-langit
Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
 Lantai
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air, tidak
licin, warna terang, permukaan rata dibersihkan secara rutin 3
kali sehari atau kalau perlu.
 Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
 Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus dan serangga
pengganggu lainnya.
 Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur
pasien gunakan cairan disinfektan, tidak menggunakan bahan
yang dapat menyerap debu, sebaiknya bahan yang mudah
dibersihkan dari debu maupun, darah atau cairan tubuh
lainnya.
 Gorden
Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak
bergelombang, warna terang, dicuci secara periodik 1-3 bulan
sekali dan tidak menyentuh lantai.
 Ambulance
Dibersihkan secara rutin setiap hari, khususnya pada bagian
dalam ambulance tempat pasien, apabila setelah melakukan
transfer pasien ambulan segera dibersihkan
4) Pembersihan Area Sekitar Pasien
 Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan
secara rutin setiap hari, termasuk setiap kali pasien
pulang/keluar dari puskesmas
 Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang
sering tersentuh tangan, misalnya nakas di samping tempat
tidur, tepi tempat tidur dengan bed rails, tiang infus, tombol
telepon, gagang pintu, permukaan meja kerja dan lainnya.
 Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap 1 (satu) bulan
atau sesuai dengan kondisi hunia ruangan.
e. Pengelolaan Limbah/Sampah
1) Tujuan Pengelolaan Limbah
a) Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan dari penyebaran
infeksi dan cedera
b) Membuang bahan-bahan berbahaya dengan aman
2) Proses Pengelolaan Limbah
a) Identifikasi jenis limbah :
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat cair, dan
gas. Sedangkan kategori limbah medis padat terdiri dari
benda tajam, limbah infeksius, limbah patologi, limbah
sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik,
limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam berat,
limbah kimia, limbah radioaktif.
b) Pemisahan limbah
- Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
- Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
- Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
- Limbah cair segera dibuang ke wastafel.
c) Labeling
- Limbah padat infeksius
- Plastik kantong kuning
- Kantong warna lain tapi diikat tali warna kuning
- Limbah padat non infeksius
- Plastik kantong warna hitam
- Limbah benda tajam
- Wadah tahan tusuk dan air (Safety Box)
d) Packing
Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius
berlambang biohazard. Wadah limbah di ruangan :
- Harus tertutup
- Mudah dibuka menggunakan pedal kaki
- Bersih dan dicuci setiap hari
- Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
- Ikat kantong plastic limbah jika sudah terisi ¾ bagian
- Penyimpanan
- Simpan limbah ditempat penampungan sementara
khusus
- Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat
dengan kuat
- Beri label pada kantong plastik limbah.
- Limbah diangkat dari tempat penampungan sementara
3 x seminggu pada hari senin, rabu dan jumat dbawa ke
RSUD Wangaya untuk diolah lebih lanjut.
- Tidak boleh ada yang tercecer
- Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
- Tempat penampungan sementara harus di area terbuka,
terjangkau (oleh kendaraan), aman dan selalu dijaga
kebersihannya dan kondisi kering
e) Treatment
- Limbah infeksius dimasukan dalam tempat
penyimpanan sementara untuk dikirim ke RSUD
Wangaya setiap senin, rabu dan jumat.
- Limbah non infeksius di bawa ke tempat pembuangan
limbah umum
- Limbah benda tajam dimasukkan dalam incinerator
- Limbah cair dalam wastafel
- Limbah feces, urine ke dalam WC.
f. Penatalaksanaan Linen
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi.
Linen terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan
tubuh lainnya. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus
dilakukan dengan hati-hati. Kehati-hatian ini mencakup
penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan
tangan secara teratur sesuai pedoman kewaspadaan standar
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Puskesmas harus membuat SOP penatalaksanaan linen.
2) Petugas yang menangani linen harus menggunakan APD
3) Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen
terkontaminasi cairan tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari
lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas.
4) Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah
kontaminasi ke udara dengan cara segera dibungkus atau
dimasukkan ke dalam wadah
5) Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
lainnya harus dibungkus, dimasukkan ke kantong kuning dan
diangkut/ditransportasikan secara berhati-hati agar tidak
terjadi kebocoran.
6) Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke toilet dan
segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong
kuning.
7) Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen
terkontaminasi seyogyanya langsung masuk mesin cuci yang
segera di desinfektan.
8) Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen
dilakukan melalui 2 tahap yaitu, menggunakan deterjen dan
selanjutnya dengan Natrium hipoklorit (Klorin) 0.5%.
g. Perlindungan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan berisiko terinfeksi bila terekspos saat
bekerja, juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien
maupun petugas kesehatan yang lain. Saat menjadi karyawan baru
seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat penyakitnya
dan status imunisasinya. Imunisasi yang dianjurkan bagi petugas
kesehatan adalah hepatitis B, bila mungkin hepatitis A, Influenza,
campak, tetanus, difteri, rubella.
1) Tatalaksana Pajanan
Tujuan tatalaksana pajanan adalah untuk mengurangi waktu
kontak dengan darah, cairan tubuh atau jaringan sumber pajanan
dan untuk membersihkan dan melakukan dekontaminasi tempat
pajanan. Tatalaksananya adah sebagai berikut:
a) Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir dan
sabun/cairan antiseptic sampai bersih.
b) Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka
atau tusukan, cuci dengan sabun dan air mengalir.
c) Bila darah/cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumur-
kur dengan air beberapa kali.
d) Bila terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir
dengan posisi kepala miring kearah mata yang terpercik.
e) Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan
bersihkan dengan air.
f) Bagian tubuh yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap
dengan mulut.
g) Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang berwenang.
h. Penempatan Pasien
1) Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non
infeksius.
2) Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi
penyakit pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan
tersendiri.
3) Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat dengan
pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan
system cohorting. Jarak antara tempat tidur minimal 1 meter.
4) Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui
udara (airborne) agar dibatasi untuk menghindari transmisi
penyakit kepada yang lain.
i. Kebersihan Pernafasan/ Etika Batuk dan Bersin
Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara
penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus
dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan
pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.
Saat anda batuk atau bersin:
 Tutup hidung dan mulut anda dengan tisu.
 Segera buang tisu yang sudah dipakai.
 Lakukan kebersihan tangan.
 Bila tidak ada tisu, batuklah ke pangkal lengan baju bagian
dalam.
Difasilitas pelayanan kesehatan sebaiknya digunakan masker
bedah bila anda sedang batuk.
j. Praktik Menyuntik Yang Aman
Gunakan spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap
suntikan.

2. KEWASPADAAN TRANSMISI
Kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai tambahan
kewaspadaan standar yang dilaksanakan sebelum pasien didiagnosis
dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya. Jenis kewaspadaan
berdasarkan transmisinya sebagai berikut yaitu, melalui kontak,
melalui droplet, melalui udara (airborne precautions), melalui
common vehicle (makanan, air, obat, peralatan), dan melalui vector
(lalat, nyamuk, tik
BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PUSKESMAS

A. STANDAR KETENAGAAN K3 PUSKESMAS


Dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan
keselamatan dan Kesehatan Kerja di Puskesmas agar terciptanya kondisi
Puskesmas yang sehat, aman, selamat, dan nyaman bagi sumber daya manusia
Puskesmas, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan ,
maka Puskesmas perlu menerapkan K3 Puskesmas.

B. STRUKTUR TIM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI


PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

.
Kepala Puskesmas

Wakil Manajemen Ketua Tim K3 Ketua Tim Audit


Mutu Puskesmas IV Internal
Denpasar Selatan

PJ ADMEN

Sekretaris Tim PJ UKM


Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

PJ UKP

Garis Perintah :

Garis koordinasi :
C. TIM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS IV
DENPASAR SELATAN

Penanggung jawab : Kepala Puskesmas


Ketua Tim : dr. Made Juliamini
Sekretaris : Ni Luh Putu Kusumawathi, A.Md.AK
Tim Pelaksana :
1. Ruang Gawat Darurat : Ni Kt Rai Ayu Arsanthi,A.Md.Kep
2. Ruang Pemeriksaan Umum : Ni Km Fingky Wiratnatyu, A.Md.Kep
3. Ruang Kesehatan Lansia : Ni Nyoman Ariatini,A.Md.Kep
4. Ruangan Pendaftaran dan RM : Made Ayu Savitri Indraswari
5. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut : drg. Indriyanthi
6. Ruangan Kesehatan Ibu : Luh Duarniati, A.Md. Keb
7. Ruangan KB : Ni Wayan Rika Parwati, A. Md. Keb
8. Ruangan Imunisasi : NI Wy Alit Kusuma Yanthi,A.Md.Keb
9. Ruang Layanan Farmasi : Made Dwi Kemalasari
10. Ruangan Rawat Inap, meliputi:
a) Rawat inap pasien umum : Ni Luh Eka Suryantini, A.Md, Kep

b) Rawat inap pasien bersalin : I.A Raka Prabawathi Dipa, A.Md. Keb
11. Ruang Sterilisasi : Ketut Suirya

D. URAIAN TUGAS TIM K3 PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

1. Ketua Tim Keselamatan Pasien


Bertanggungjawab Kepada : Plt. Kepala Puskesmas
Membawahi : Sekretaris tim keselamatan pasien
Rincian Tugas :
a. Mengembangkan program keselamatan dan kesehatan kerja di
puskesmas.
b. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan
dan kesehatan kerja bersama Kepala Puskesmas.
c. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,
pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan
(implementasi) program keselamatan dan kesehatan kerja puskesmas.
d. Koordinasi dengan tim mutu dan tim audit internal terkait dengan temuan
kasus keselamatan dan kesehatan kerja.
Wewenang :
1. Memberikan penugasan kepada anggota sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
2. Berhak untuk merevisi dokumen terkait keselamatan dan kesehatan kerja
apabila diperlukan.
Tanggung Jawab :
Bertanggung Jawab atas terpenuhinya tugas-tugas yang diberikan.
2. Sekretaris Tim Keselamatan Pasien
Bertanggungjawab kepada : Ketua Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Puskesmas
Membawahi : --
Rincian Tugas :
a. melaksanakan tugas secara purna waktu dalam mengelola K3 Puskesmas,
mulai dari persiapan sampai koordinasi dengan anggota Tim K3.
Wewenang :
Berhak menegur pelaksana/ penanggung jawab yang tidak mengendalikan
dokumen/ rekaman keselamatan pasien sesuai aturan yang berlaku.
Tanggung Jawab :
Bertanggung Jawab atas terpenuhinya tugas-tugas yang diberikan.
2. Tim Pelaksana Keselamatan Pasien
Melapor Kepada : Ketua Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Puskesmas
Membawahi :-
Rincian Tugas :

1) Mengembangkan kebijakan, prosedur, regulasi internal K3


Puskesmas, pedoman, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) K3 Puskesmas untuk
mengendalikan risiko.
2) Menyusun program K3 Puskesmas IV Denpasar Selatan.
3) Menyusun rekomendasi untuk bahan pertimbangan pimpinan
Puskesmas yang berkaitan dengan K3 Puskesmas.
4) Memantau pelaksanaan K3 Puskesmas.
5) Mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan K3
Puskesmas.
6) Memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru mengenai
kebijakan, prosedur, regulasi internal K3 Puskesmas, pedoman,
petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan (SPO) K3 Puskesmas yang
telah ditetapkan.
7) Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya di sebarluaskan di
seluruh unit kerja Puskesmas.
8) Membantu Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan Sistem
Manajemen K3 Puskesmas, promosi K3 , pelatihan dan penelitian K3
di Puskesmas.
9) Pengawasan pelaksanaan program K3.
10) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.

11) Koordinasi dengan wakil unit-unit kerja Puskesmas yang menjadi


anggota organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3.
12) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
13) Melaporkan kegiatan yang berkaitan dengan K3 secara teratur kepada
pimpinan Puskesmas sesuai dengan ketentuan yang ada.
14) Menjadi investigator dalam kejadian Penyakit Akibat Kerja dan
Kecelakaan Akibat Kerja, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Wewenang :
Tim K3 melaksanakan 3 fungsi yang terdiri dari :
a) Kesehatan Kerja meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif serta
rehabilitatif.
b) Keselamatan Kerja meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan,
penanggulangan dan pengendalian.
c) Lingkungan Kerja meliputi pengenalan bahaya, penilaian risiko, dan
pengendalian risiko di tempat kerja.
Tanggung Jawab :
Bertanggung Jawab atas terpenuhinya tugas-tugas yang diberikan.

2. Dukungan Pendanaan, Sarana dan Prasarana


Dalam pelaksanaan K3 Puskesmas diperlukan alokasi anggaran
yang memadai dan sarana prasarana lainnya. Hal ini merupakan
bagian dari komitmen pimpinan Puskesmas. Pengalokasian anggaran
pada program K3 Puskemas jangan dianggap sebagai biaya
pengeluaran saja, namun anggaran K3 Puskemas perlu dipandang
sebagai aset atau investasi dimana upaya K3 Puskesmas melakukan
penekanan pada aspek pencegahan terjadinya berbagai masalah besar
keselamatan dan kesehatan yang apabila terjadi akan menimbulkan
kerugian yang sangat besar.

E. PERENCANAAN K3 PUSKESMAS
Puskesmas harus membuat perencanaan K3 yang efektif agar tercapai
keberhasilan penyelenggaraan K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan K3 dilakukan untuk menghasilkan perencanaan strategi K3, yang
diselaraskan dengan lingkup manajemen Puskesmas. Perencanaan K3 tersebut
disusun dan ditetapkan oleh pimpinan Puskesmas dengan mengacu pada
kebijakan pelaksanaan K3 yang telah ditetapkan dan selanjutnya diterapkan
dalam rangka mengendalikan potensi bahaya dan risiko K3 yang telah
teridentifikasi dan berhubungan dengan operasional Rumah Sakit. Dalam
rangka perencanaan K3 perlu mempertimbangkan peraturan perundang-
undangan, kondisi yang ada serta hasil identifikasi potensi bahaya keselamatan
dan Kesehatan Kerja.

F. PELAKSANAAN RENCANA K3 PUSKESMAS


Program K3 dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan dan
merupakan bagian pengendalian risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Adapun pelaksanaan K3 meliputi:
a. Manajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
b. Keselamatan dan keamanan di Puskesmas;
c. Pelayanan Kesehatan Kerja;
d. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
e. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;
f. Pengelolaan prasarana Sarana dan Prasarana dari Aspek keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
g. Pengelolaan peralatan medis dari Aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja; dan
h. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana. Pelaksanaan
K3 tersebut harus sesuai dengan standar K3.
G. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KERJA K3 PUSKESMAS
Puskemas harus menetapkan dan melaksanakan program K3, selanjutnya
untuk mencapai sasaran harus dilakukan pencatatan, pemantauan, evaluasi
serta pelaporan. Penyusunan program K3 Puskesmas difokuskan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan gangguan kesehatan serta pencegahan
kecelakaan yang dapat mengakibatkan kecelakaan personil dan cidera,
kehilangan kesempatan berproduksi, kerusakan peralatan dan
kerusakan/gangguan lingkungan dan juga diarahkan untuk dapat memastikan
bahwa seluruh personil mampu menghadapi keadaan darurat. Kemajuan
program K3 ini dipantau secara periodik guna dapat ditingkatkan secara
berkesinambungan sesuai dengan risiko yang telah teridentifikasi dan mengacu
kepada rekaman sebelumnya serta pencapaian sasaran K3 yang lalu.
Penerapan inspeksi tempat kerja dengan persyaratan, antara lain:
a. Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.
b. Inspeksi dilaksanakan bersama oleh dan wakil organisasi/unit yang
bertanggung jawab di bidang K3 dan Tim K3 yang telah memperoleh
orientasi dan/atau workshop dan/atau pelatihan mengenai identifikasi
potensi bahaya.
c. Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas ditempat
yang diperiksa.
d. Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan
pada saat inspeksi.
e. Laporan inspeksi diajukan kepada organisasi/unit yang bertanggung jawab
di bidang K3 sesuai dengan kebutuhan.
f. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya.
g. Puskesmas atau organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3
menetapkan penanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan perbaikan dari
hasil laporan pemeriksaan/inspeksi.

H. PENIJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA K3 PUSKESMAS


Pimpinan Puskesmas harus melakukan evaluasi dan kaji ulang terhadap kinerja
K3. Hasil peninjauan dan kaji ulang ditindaklanjuti dengan perbaikan
berkelanjutan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Kinerja K3
dituangkan dalam indikator kinerja ya akan dicapai dalam setiap tahun.
Indikator kinerja K3 yang dapat dipakai antara lain:
a. Menurunkan absensi karyawan karena sakit.
b. Menurunkan angka kecelakaan kerja.
c. Menurunkan prevalensi penyakit akibat kerja.
d. Meningkatnya produktivitas kerja Puskesmas
BAB VII

A. 6 LANGKAH CUCI TANGAN MENURUT WHO

6 (ENAM) LANGKAH CUCI TANGAN:


1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

PRINSIP DARI 6 LANGKAH CUCI TANGAN ANTARA LAIN:


1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik
(handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash)
2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
3. 5 (lima) kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash
.
B. LIMA MOMEN CUCI TANGAN (FIVE MOMENTS CUCI TANGAN) :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptic
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
.
C. ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
BAB VIII
PENUTUP

Demikianlah pokok bahasan buku saku yang dapat kami paparkan, besar harapan
kami buku saku ini dapat bermanfaat untuk seluruh staf Puskesmas IV Denpasar
Selatan dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Kami menyadari buku saku ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapakan agar penyusunan buku saku dapat disusun lebih baik lagi di masa
yang akan datang.
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai