Anda di halaman 1dari 16

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE)

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR


DI PUSKESMAS RAWAT INAP UJAN MAS TAHUN 2020

Urusan : Urusan Wajib Kesehatan


Unit organisasi : Dinas Kesehatan Kepahiang
Puskesmas Rawat Inap Ujan Mas
Lokasi kegiatan : Puskesmas Rawat Inap Ujan Mas
Sasaran Program : Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular Langsung, Tular Vektor dan Zoonotik
Indikator Kinerja Program : Terlaksananya Program Upaya Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Tular
Vektor dan Zoonotik
Sasaran Kegiatan :
1. Kelompok resiko terkena TBC (daerah padat
penduduk, sekolah, keluarga penderita TBC,
penderita HIV).
2. Kelompok resiko terkena HIV (Ibu hamil,
pasien IMS, pasien TBC, penjaja seks, LSL,
transgender, penasun, dan WBP)
3. Kelompok resiko terkena Hepatitis (ibu hamil,
keluarga penderita hepatitis, bayi dari ibu
positif hepatitis)
4. Kelompok resiko terkena IMS (LSL,
transgender, WBP, penjaja seks)
5. Kelompok resiko terkena Kusta (kontak
serumah kusta, sekolah)
6. Balita dan anak dengan kasus ISPA
Pneumonia
7. Penderita Diare
8. Terlaksananya Indikator Kinerja Utama ( IKU )
insiden Rate DBD <49 %.
9. Terlaksananya indikator Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepahiang Tentang
pemeriksaan Sediaan darah (SD) pada
penderita malaria,Penderita Malaria Diobati
Sesuai Standar.
10. Terlaksananya indikator Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepahiang Tentang Cuci
Luka terhadap Kasus Gigitan HPR, Vaksinasi
terhadap kasus Gigitan HPR yang berindikasi.
11. Terlaksananya indikator Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepahiang Tentang
Jumlah Kasus Filiriasis yang ditangani
12. Seluruh masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Ujan Mas

Indikator Kinerja Kegiatan :


1. Terlaksananya indikator SPM pelayanan
kesehatan orang terduga tuberculosis sesuai
standar
2. Terlaksananya indikator SPM pelayanan
kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus
yang melemahkan daya tahan tubuh manusia
(Human Immunodeficiency Virus= HIV) sesuai
standar
3. Terlaksananya indikator renstra penemuan
kasus hepatitis pada kelompok resiko (ibu
hamil, kontak serumah, bayi dari ibu positif
hepatitis) dan jumlah kasus yang diobati
4. Terlaksananya indikator renstra penemuan
kasus IMS pada kelompok resiko dan diobati
5. Terlaksananya indikator penemuan kasus
baru kusta tanpa cacat
6. Terlaksananya indikator renstra penemuan
kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh
puskesmas dan kader, Jumlah kasus
pneumonia dan pneumonia berat ditangani
7. Terlaksananya indikator Penemuan kasus
diare di Puskesmas dan Kader dan Kasus
diare ditangani oleh Puskesmas dan Kader
dengan oral dehidrasi
8. Terlaksananya indikator sosialisasi kasus
thypoid, penemuan kasus thypoid dan kasus
thypoid yang ditangani oleh puskesmas
9. Terlaksananya Indikator Kinerja Utama ( IKU )
insiden Rate DBD <49 %.
10. Terlaksananya indikator Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepahiang Tentang
pemeriksaan Sediaan darah (SD) pada
penderita malaria,Penderita Malaria Diobati
Sesuai Standar.
11. Terlaksananya indikator Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepahiang Tentang
Cuci Luka terhadap Kasus Gigitan HPR,
Vaksinasi terhadap kasus Gigitan HPR yang
berindikasi.
12. Terlaksananya indikator Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepahiang Tentang
Jumlah Kasus Filiriasis yang ditangani

Keluaran (Out Put) :


1. Tercapainya indikator SPM pelayanan
kesehatan orang terduga tuberculosis sesuai
standar berdasarkan PMK no 4 tahun 2019
2. Tercapainya indikator SPM pelayanan
kesehatan orang dengan risiko terinfeksi
virus yang melemahkan daya tahan tubuh
manusia (Human Immunodeficiency Virus=
HIV) sesuai standar berdasarkan PMK No 04
tahun 2019
3. Tercapainya indikator renstra tentang
penemuan kasus hepatitis pada kelompok
resiko (ibu hamil, kontak serumah, bayi dari
ibu positif hepatitis) dan jumlah kasus yang
diobati
4. Tercapainya indikator renstra penemuan
kasus IMS pada kelompok resiko dan diobati
5. Tercapainya indikator penemuan kasus baru
kusta tanpa cacat
6. Tercapainya indikator renstra penemuan
kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh
puskesmas dan kader, Jumlah kasus
pneumonia dan pneumonia berat ditangani
7. Tercapainya indikator Penemuan kasus diare
di Puskesmas dan Kader dan Kasus diare
ditangani oleh Puskesmas dan Kader dengan
oral dehidrasi
8. Tercapainya indikator sosialisasi kasus
thypoid, penemuan kasus thypoid dan kasus
thypoid yang ditangani oleh puskesmas
9. Layanan Pengendalian penyakit bersumber
binatang (P2B2) yaitu Malaria, DBD,
Filariasis/Kecacingan dan Rabies.

Indikator Keluaran (Out Put) :


1. Tercapainya indikator SPM pelayanan
kesehatan orang terduga tuberculosis sesuai
standar berdasarkan PMK no 4 tahun 2019
100%
2. Tercapainya indikator SPM pelayanan
kesehatan orang dengan risiko terinfeksi
virus yang melemahkan daya tahan tubuh
manusia (Human Immunodeficiency Virus=
HIV) sesuai standar berdasarkan PMK No 04
tahun 2019 100%
3. Tercapainya indikator renstra tentang
penemuan kasus hepatitis pada kelompok
resiko (ibu hamil, kontak serumah, bayi dari
ibu positif hepatitis) dan jumlah kasus yang
diobati 80%
4. Tercapainya indikator renstra penemuan
kasus IMS pada kelompok resiko dan diobati
100%
5. Tercapainya indikator penemuan kasus baru
kusta tanpa cacat 100%
6. Tercapainya indikator renstra penemuan
kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh
puskesmas dan kader, Jumlah kasus
pneumonia dan pneumonia berat ditangani
100%
7. Tercapainya indikator Penemuan kasus diare
di Puskesmas dan Kader dan Kasus diare
ditangani oleh Puskesmas dan Kader dengan
oral dehidrasi 100%
8. Tercapainya indikator sosialisasi kasus
thypoid, penemuan kasus thypoid dan kasus
thypoid yang ditangani oleh puskesmas
100%
9. Menurunkan angka dan pengendalian faktor
resiko penyakit menular <1%.
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden dan
implementasi Nawa Cita yang kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promotif, preventif,
tanpa meninggalkan kuratif dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh,
dan berkesinambungan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
mengamanatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber
pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya
untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan
yang merata, terjangkau dan berkualitas. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 298 ayat (7)
menyebutkan belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik
dan dapat digunakan untuk kegiatan nonfisik. Dana Alokasi Khusus
Bidang Kesehatan adalah Dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan yang difokuskan pada penurunan angka kematian ibu, bayi dan
anak, penanggulangan masalah gizi, serta pencegahan penyakit dan
penyehatan lingkungan terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk
miskin, dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepalauan dan daerah bermasalah kesehatan. Dana Alokasi Khusus
Nonfisik Bidang Kesehatan selanjutnya disebut DAK Nonfisik adalah dana
yang diberikan ke daerah untuk membiayai operasional kegiatan program
prioritas nasional di bidang kesehatan yang menjadi urusan daerah guna
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 43 tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat dijelaskan bahwa Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Upaya kesehatan masyarakat yang diselenggarakan di puskesmas
meliputi upaya kesehatan keluarga (Ibu,anak, KB, usia sekolah, remaja
dan lansia), upaya gizi masyarakat, uaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, upaya kesehatan lingkungan kesehatan kerja
dan olahraga, upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular
langsung, tular vektor dan zoonotik, surveilans,imunisasi serta upaya
kesehatan pengembangan. Seluruh kegiatan yang dilaksanakan guna
percepatan pencapaian indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
telah ditetapkan di dalam Permenkes No 4 tahun 2019 yang terdiri dari 12
indikator pelayanan terdiri dari 1) Pelayanan ibu hamil sesuai standar , 2)
Pelayanan ibu bersalin sesuai standar, 3) Pelayanan bayi baru lahir sesuai
standar,4) Pelayanan balita sesuai standar, 5) Pelayanan anak usia sekolah
sesuai standar, 6) Pelayanan usia produktif sesuai standar, 7) Pelayanan
usia lanjut sesuai standar, 8) Pelayanan penderita hipertensi sesuai
standar,9) Pelayanan penderita Diabetes melitus sesuai standar, 10)
Pelayanan orang dengan gangguan jiwa berat sesuai standar, 11)
Pelayanan orang terduga TB sesuai standar, dan 12) Pelayanan orang
beresiko terinfeksi Virus HIV sesuai standar.
Paradigma kesehatan saat ini telah berubah dari upaya kuratif
menjadi upaya preventif. Berbagai upaya lintas sektor pun dikembangkan
untuk menangani berbagai kesehatan terutama dalam menghadapi
perubahan pola epidemiologi penyakit, dari penyakit yang sebelumnya
sudah menghilang kini kembali muncul (reemerging disease), penyakit
baru akibat mutasi misalnya virus, dan beberapa penyakit endemis lain.
Penyakit menular masih menjadi perhatian serius dimana tingkat
penularan yang tinggi akan berkontribusi pada peningkatan mortalitas,
sedangkan penyakit tidak menular cenderung meningkatkan morbiditas
dan menurunkan kualitas hidup seseorang. Dalam sistem kesehatan
nasional, upaya pemberantasan penyakit dilakukan secara simultan dan
berjenjang. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan primer menjadi
ujung tombak dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Oleh karena itu puskesmas perlu melakukan suatu kegiatan
yang terencana dalam melakukan penanggulangan penyakit menular dan
tidak menular sehingga angka mortalitas dan morbiditas akibat penyakit di
masyarakat dapat ditekan.
Penyakit menular yang masih sering ditemukan dalam pelayanan
Puskesmas Rawat Inap Ujan Mas meliputi tuberculosis, HIV, Hepatitis,
IMS, pneumonia, diare dan beberapa penyakit lain dengan jumlah tertentu
seperti malaria dan kusta. Angka kasus baru tuberkulosis pada tahun
2018 ditemukan 14 kasus dalam satu tahun. Kondisi lingkungan yang
mendukung penularan disertai dengan upaya penjaringan yang belum
maksimal mengakibatkan tingginya angka mortalitas dan morbiditas
akibat TB
Kejadian diare pada tahun 2018 di Puskesmas Rawat Inap Ujan Mas
juga masih tinggi ditemukan sebanyak 234 kasus. Kasus lain seperti
pneumonia memiliki angka kesakitan yang relatif kecil yakni 34 kasus
ditemukan pada tahun 2018, akan tetapi manajemen untuk mencegah
perburukan kondisi klinis masih perlu digalakkan serta perlu dilakukan
upaya dini untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
Walaupun kasus Malaria dan Kusta tergolong nihil namun manajemen
pengelolaan penyakit tersebut juga perlu untuk direncanakan. Angka
temuan kasus HIV AIDS dalam terakhir ditemukan pada tahun 2015 yakni
2 kasus dan dalam masa pengobatan namun manajemen tata kelola HIV
AIDS belum sepenuhnya maksimal mengingat perlunya direncanakan
sebuah acuan untuk tatalaksana khusus terutama mengenai konseling
Angka pesakitan (morbiditas) akibat penyakit tidak menular selama ini
sudah ditangani sesuai dengan standar dan pedoman yang berlaku akan
tetapi upaya tersebut belum tertuang secara sistematis dalam satu acuan.
Sedangkan untuk penyakit yang bersumber dari binatang penyakit menular
vektor Zoonotik diantaranya
1. Malaria
Pengendalian penyakit Malaria yang merupakan komitmen global
telah menunjukkan pencapaian program yang cukup baik. Annual
Parasite Incidence (API) yang menjadi indikator keberhasilan upaya
penanggulangan malaria cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Secara Nasional kasus Malaria selama tahun 1990-2015 cenderung
menurun. API pada tahun 1990 sebesar 4,69 per 1000 penduduk turun
menjadi 1,85% pada awal tahun 2009. Pada tahun 2011 angka tersebut
turun lagi menjadi 1,75% menurun lagi menjadi 1,69% pada tahun
2012, dan terus menerus menjadi 1,38% pada tahun 2013,mendekati
target 1% pada rahun 2014. Pada tahun 2015 target API malaria
mencapai target <1% yaitu 0,85 per 1000 penduduk.
Walaupun secara Nasional kasus malaria telah mengalami
penurunan namun masih terjadi disparitas kejadian malaria di daerah
terutama di 5 Provinsi wilayah Timur Indonesia yaitu di Papua, Papua
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara. Berbeda
dengan Indikator RPJMN 2010-2014 yang berupa pencapaian API di
bawah 1 per 1000 penduduk, maka pada RPJMN 2015-2019 indikator
berupa jumlah kumulatif kabupaten/kota mencapai status eliminasi,
sehingga masih terdapat 88 Kabupaten/Kota yang harus mencapai
status eliminasi sebagaiman ditetapkan RPJMN yaitu 300
Kabupaten/Kota mencapai eliminasi Malaria di Tahun 2019.
2. Rabies (Zoonosis).
Zoonosis adalah penyakit dan infeksi yang ditularkan secara alami
diantara hewan vertebrata dan manusia (WHO, 2014). Dalam rangka
akselerasi pengendalian zoonosis telah dibentuk Komisi Nasional
Pengendalian zoonosis melalui PERPRES No.30 Tahun 2011 tentang
pengendalian zoonosis.
Rabies adalah penyakit infeksi sistem saraf pusat akut pada
manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh lyssa virus,
dan menyebabkan kematian pada hampir semua penderita rabies baik
manusia maupun hewan. Pada manusia, rabies menyebabkan kematian
jika sudah terjadi gejala klinis.
Eliminasi rabies di ASEAN telah menjadi komitmen bersama yakni
ASEAN bebas Rabies 2020. Indonesia sebagai salah satu Negara ASEAN
juga mempunyai komitmen guna mencapai tujuan Indonesia bebas
Rabies 2020.
3. Filariasis dan Kecacingan.
Penyakit Kecacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil
Transmited Helminthiasis/STH), masih menjadi maslah kesehatan
masyarakat di negara-negara beriklim tropis dan sub tropis, termasuk
negara Indonesia. Prevelensi kecacingan saat ini berkisar 20-86%
dengan rata-rata 30%. Infeksi cacing perut ini dapat mempengaruhi
status gizi, proses tumbuh kembang dan merusak kemampuan kognitif
pada anak yang terinfeksi. Kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia
bisa disebabkan oleh karena kecacingan. Upaya pengendalian
kecacingan dengan strategi pemberian obat cacing massal dialkukan
terintegrasi dengan Program Gizi mellaui pemberian vitamin A pada
anak usia dini dan melalui Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
untuk anak usia sekolah.
4. DBD.
Dalam tiga dekade terakhir, penyakit DBD meningkat insidennya
di berbagai belahan dunia terutama daerah tropis dan sub tropis, serta
banyak ditemukan di wilayah urban dan semi-urban, termasuk
Indonesia. Untuk penyakit DBD, target angka kesakitan DBD secara
nasional tahun 2012 sebesar 53 per 100.000 penduduk atau lebih
rendah. Sampai tahun 2013, di Indonesia tercatat angka kesakitan
sebesar 45 per 100.000 penduduk yang berarti telah melampaui target
yang ditetapkan. Angka kematian DBD juga mengalami penurunan.
Cara yang dapat dilakukan untuk upaya pengendalian DBD adalah
melalui upaya pengendalian nyamuk penular dan upaya membatasi
kematian karena DBD.Atas dasar itu, maka upaya pengendalian DBD
memerlukan kerjasama dengan program dan sektor terkait serta peran
serta masyarakat. Berdasarkan paparan tersebut, maka dianggap perlu
untuk membuat suatu kerangka acuan yang meliputi rincian kegiatan
pencegahan penyakit dalam upaya untuk menekan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit baik menular maupun tidak menular.

B. PENERIMA MANFAAT
1. Kegiatan Upaya Pencegahan dan Pengendalian penyakit ini dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat wilayah kerja Puskesmas Rawat
inap Ujan Mas terutama kelompok resiko yang menjadi sasaran
kegiatan Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, yaitu:
a) Kelompok resiko terkena TBC (daerah padat penduduk, sekolah,
keluarga penderita TBC, penderita HIV).
b) Kelompok resiko terkena HIV (Ibu hamil, pasien IMS, pasien TBC,
penjaja seks, LSL, transgender, penasun, dan WBP)
c) Kelompok resiko terkena Hepatitis (ibu hamil, keluarga penderita
hepatitis, bayi dari ibu positif hepatitis)
d) Kelompok resiko terkena IMS (LSL, transgender, WBP, penjaja
seks)
e) Kelompok resiko terkena Kusta (kontak serumah kusta, sekolah)
f) Balita dan anak dengan kasus ISPA Pneumonia
g) Penderita Diare
h) Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Ujan
Mas

C. JENIS KEGIATAN
Upaya Pencegahan Penyakit Menular
1. Penyakit Menular Langsung
No Kegiatan Pagu
.
1 TB 29.760.000
2 HIV 30.040.000
3 IMS 1.690.000
4 Hepatitis 1.100.000
5 Kusta 2.050.000
6 Diare 1.860.000
7 Ispa 1.860.000
8 Thypoid 1.500.000

D. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Metode
Pelaksanaan
UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
I TB
Pelaksanaan pembentukan Pos TB desa Pertemuan,
ceramah, diskusi,
Tanya jawab
Pelaksanaan pembinaan pos TB desa Pertemuan,
ceramah, diskusi,
Tanya jawab
Pelaksanaan penyisiran kasus daerah Kunjungan rumah
padat penduduk
Pelaksanaan penyisiran kasus ke sekolah Kunjungan rumah
Pelaksanan Investigasi kontak kasus TB Kunjungan rumah
Pelaksanaan pembinaan kader TB Pertemuan,
aisyiyah ceramah, diskusi,
Tanya jawab
Pelaksanaan Pengantaran sampel TCM
suspek TB MDR
Pelaksanaan pengantaran crosscek slide
ke kabupaten
Pelaksanaan pengambilan logistik ke
kabupaten
II HIV
Pelaksanaan pemetaan faktor resiko HIV Kunjungan ke Desa
ke desa
Pelaksanaan pembentukan kelompok Pertemuan,
remaja peduli HIV ceramah, diskusi,
Tanya jawab
Pelaksanaan skrining HIV pada ibu hamil Skrining di
di posyandu Posyandu
Pelaksanaan investigasi kontak kasus Kunjungan rumah
HIV
Pelaksanaan pemeriksaan HIV pada Kunjungan rumah
pasien TB

Pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan Ceramah, diskusi ,


HIV ke sekolah Tanya jawab
III IMS
Pelaksanaan Mobile VCT IMS ke desa Kunjungan rumah
IV HEPATITIS
Pelaksanaan kontak serumah kasus Kunjungan rumah
hepatitis
Pelaksanaan skrining bayi usia 9 bulan Kunjungan rumah
dengan ibu positif hepatitis
V KUSTA
Pelaksanaan pembagian form temukan Kunjungan ke desa
bercak di desa
Pelaksanan pembagian form temukan Kunjungan ke
bercak di sekolah sekolah
VI DIARE
Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi Kunjungan rumah
kasus diare
VII ISPA
Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi Kunjungan rumah
kasus ISPA
VIII THYPOID
Pelaksanaan sosialisasi thypoid di Pertemuan,
sekolah ceramah, diskusi,
Tanya jawab

2. Tahapan dan waktu pelaksanaan


a. Tahapan
1) Menentukan sasaran kegiatan
2) Menghitung jumlah sasaran kegiatan
3) Menentukan target capaian
4) Menghitung kebutuhan logistic kegiatan
5) Melaksanakan kegiatan
b. Waktu Pelaksanaan
Bulan
No Kegiatan Ja Fe M Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No De
n b ar r i n l t p t v s
UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
I TB
Pelaksanaan pembentukan Pos TB desa
Pelaksanaan pembinaan pos TB desa
Pelaksanaan penyisiran kasus daerah padat penduduk
Pelaksanaan penyisiran kasus ke sekolah
Pelaksanan Investigasi kontak kasus TB
Pelaksanaan pembinaan kader TB aisyiyah
Pelaksanaan Pengantaran sampel TCM suspek TB MDR
Pelaksanaan pengantaran crosscek slide ke kabupaten
Pelaksanaan pengambilan logistik ke kabupaten
II HIV
Pelaksanaan pemetaan faktor resiko HIV ke desa
Pelaksanaan pembentukan kelompok remaja peduli HIV
Pelaksanaan skrining HIVpada ibu hamil di posyandu
Pelaksanaan investigasi kontak kasus HIV
Pelaksanaan pemeriksaan HIV pada pasien TB
Pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan HIV ke sekolah
III IMS
Pelaksanaan Mobile VCT IMS ke desa
IV HEPATITIS
Pelaksanaan kontak serumah kasus hepatitis
Pelaksanaan skrining bayi usia 9 bulan dengan ibu positif
hepatitis
V KUSTA
Pelaksanaan pembagian form temukan bercak di desa
Pelaksanan pembagian form temukan bercak di sekolah
VI DIARE
Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi kasus diare
VII ISPA
Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi kasus ISPA
VIII THYPOID
Pelaksanaan sosialisasi thypoid di sekolah
E. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN
Kegiatan dilaksanaan selama 1 tahun terhitung Januari s.d Desember
tahun 2020.
F. BIAYA YANG DIPERLUKAN
Pembiayaan kegiatan BOK DAK Non fisik Puskesmas Rawat Inap Ujan
Mas tahun 2020.

Ujan Mas, September 2019


Mengetahui,
Kepala UPT Pelaksana Pencegahan dan
Puskesmas Rawat Inap Ujan Mas Pengendalian Penyakit Menular
Langsung (P2M)

HADI JALENA, SKM FITRI ANDRIANI, Amd.Kep


NIP. 19691206 198912 2001 NIP. 19860610 201001 2 015

Anda mungkin juga menyukai