Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Definisi
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat, di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Depkes RI, 1988).
b. Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 1969).
c. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.

2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah:
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Nasrul
Effendy, 1998).

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga


a. Terorganisasi adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan adalah setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan adalah setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing (Anderson Carter).

4. Tipe Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti yang ditambah
dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga janda/duda (single family) adalah keluarga yang terdiri
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (compusite adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga habitas (cohabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
g. Dual carrier adalah suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
h. Commuter maried adalah suami istri atau keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada
waktu tertentu.
i. Comunal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
j. Unmaried parent and child adalah ibu dan anak dimana perkawinan
tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

5. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga


a. Patriakal
Pemegang kekuasaan yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak ayah.
b. Matriakal
Pemegang kekuasaan yang yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
c. Equalitarian
Pemegang kekuasaan yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak ayah dan ibu.

6. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Peranan ayah, ayah sebagai suami dan ayah dari anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu, ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurusi rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anaknya, pelindung dan sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran anak, anak-anak melaksanakan peran psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, sosial dan spiritual.

7. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai
berikut:
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan dan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa nyaman
2) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan
hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Adapun dari ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut:
a. Fungsi pendidikan
b. Fungsi sosialisasi anak
c. Fungsi perlindungan
d. Fungsi perasaan
e. Fungsi religius
f. Fungsi ekonomi
g. Fungsi rekreatif
h. Fungsi biologis
Dari beberapa fungsi keluarga di atas ada 3 fungsi pokok keluarga
terhadap keluarga-keluarganya adalah:
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadi
mereka anak-anak yang sehat fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.

8. Tahap-tahap Kehidupan Keluarga


Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai
berikut:
a. Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan yang
dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak, tugas keluarga yang utama untuk
mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak
merupakan kebanggaan bagi keluarga dan merupakan saat-saat yang
dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik
dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi
kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orang tuanya dan
kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah, pada tahap ini anak sudah
mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman
sebayanya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak
mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.
e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga
adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara
teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak dan meningkatkan
pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling
rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam
membentuk kepribadian.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja
dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap
selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai
kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan
keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua.
i. Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia dan kedua orang
tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia.
9. Tugas-tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok, sebagai
berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
10. Ciri-ciri Keluarga
a. Diikat dalam suatu perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambilan keputusan
f. Kerjasama antara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antara anggota keluarga
h. Tinggal dalam satu rumah

11. Ciri-ciri Keluarga Indonesia


a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Meneruskan nilai-nilai bangsa
f. Ikatan kekeluargaan sangat erat
g. Mempunyai semangat gotong royong
12. Pola Kehidupan Keluarga Indonesia
a. Daerah pedesaan
1) Tradisional
2) Agraris
3) Tenang
4) Sederhana
5) Akrab
6) Menghormati oran tua
b. Daerah perkotaan
1) Dinamis
2) Rasional
3) Konsumtif
4) Demokratis
5) Individual
6) Terlibat dalam kehidupan politik

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Hal–hal yang dikaji dalam keluarga adalah:
a. Data umum
1) Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan status
imunisasi dari masing–masing anggota keluarga serta genogram.
2) Type keluarga. Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tiper keluarga
tersebut.
3) Suku bangsa. Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
4) Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga. Status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang–barang yang dimiliki oleh keluarga.
6) Aktivitas rekreasi keluarga. Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan saja keluarga pergi bersama–sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdsarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap
perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tahapan
perkembangan keluarga. Sedangkanlah mengkaji riwayat riwayat
keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat
kesehatan keluaraga.
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh
anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing–masing anggota dan sumber pelayanan
yang digunakan keluarga.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua
(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan
saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan,
peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
2) Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik
tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat,
budaya yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang
ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluaarga yang ada.
5) Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk sistem pendukung
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,
psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
3) Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma
yang dianut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau huubungan dalam
keluarga dan sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma
atau budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan. Sejauhmana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang
sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat–sakit, kesanggupan
keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal
fakta–fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda
dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat: sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan
penyakit, mempunyai sikap negative terhadap masalah
kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,
kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat
informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana
keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui tentang
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,
mengetahui sumber–sumber yang ada dalamn keluarga
(anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas
fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang
sakit.
d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana
mengetahui sumber–sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
e) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat: apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh
keluarga.
4) Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah
anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan
keluarga.

f. Stres dan koping keluarga


1) Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan dan jangka
panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
Mengkaji sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor.
3) Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkana pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (terjadi deficit atau
gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan.
b. Resiko (ancaman kesehatan)
adalah keadaan-keadaan yang dapt memungkinkan terjadinya
penyakit, kecelakaan, dan kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan. Yang termasuk dalam ancaman kesehatan adalah:
a. Penyakit keturunan, seperti asma bronkial, diabetes
melitus, dan sebagainya
b. Keluarga/anggota keluarga yang menderita penyakit
menular, seperti TBC, Gonorhe, Hepatitis dan sebagainya.
c. Jumlah anggota keluarga yang terlalu besar dan tidak
sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga seperti anak
terlalu banyak sedangkan penghasilan keluarga kecil.
d. Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga misalnya,
benda tajam diletakan semabarangan, tangga rumah terlalu curam.
e. Kekurangan atau kelebihan gizi, dari masing-masing
anggota keluarga
f. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stres antara
lain, hubungan keluarga yang kurang harmonis, hubunga orang tua
dengan anak tegang, orang tua yang tidak dewasa.
g. Sanitasi lingkungan buruk diantaranya, centilasi dan
peneranagn rumah yang kurang baik, tempat pembuangan sampah
yang tidak memenuhi syrat, tepmpat pembuangan tinja mencemari
sumber air minum, selokan/tempat pembuangan air limbah yang
tidak memenuhi syarat, sumber air minum tidak memenhi syarat,
kebisingan, polusi udara.
h. Kebiasan-kebiasan yang merugikan kesehatan antara lain,
merokok, minuman keras, tidak memakai alas kaki, minum bat
tanpa resep, kebiasaan makan daging mentah, higiene personal
kurang.
i. Sifat kepribadian yang melekat misalnya pemarah.
j. Riwayat persalinan sulit
k. Pemakaian peranan yang tidak sesuai, misalnya anak
wanita memainkan peranan ibu karena meniggal, anak laki-laki
memainkan peranan ayah
l. Imunisasi anak tidak lengkap
c. Potensial (keadaan sejahtera atau
“wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu
diagnosa keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa
keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan
skala prioritas.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), prioritas masalah
kesehatan keluarga dengan menggunakan skala proses skoring, sebagai
berikut:
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
a. Tidak/kurang sehat 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis/kedaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Dengan mudah 2 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat diubah
a. Tinggi
b. Cukup 3 1
c. Rendah 2
1
4 Menonjolnya masalah
a. Masalah berat, harus segera 2 1
ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak 1
perlu segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
0
Proses skoring dilakuakan untuk setiap diagnosa keperawatan
dengan cara berikut ini:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.
Skor
Angka Tertinggi X Bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama
dengan seluruh bobot.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan
yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkap dengan
kriteria dan standar. kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

4. Tahapan tindakan keperawatan keluarga


Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal–hal dibawah ini:
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b) Menstimulais keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan
tindakan, mengidentfikasi sumber–sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsukensi tiap tindakan.
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakait dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,
menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi
keluarga melakukan perawatan.
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber–sumber
yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara mengenakan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.

5. Tahap evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
Menurut Mubarak, dkk (2009), evaluai dapat dibagi 2, yaitu:
a. Kuantitatif
Dilaksanakan dalan kuantitas, jumlah pelayanan, atau kegiatan
yang telah dikerjakan. Pada evalusai kuantitatif jumlah kegiatan
dianggap dapat memberikan hasil yang memuaskan./
b. Kualitatif
Evalusi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga
dimensi yang saling terkait.
1) Struktur atau sumber
2) Proses
3) Hasil

.   C. Konsep keperawatan keluarga dengan keluarga dewasa akhir


Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs
despair yaitu kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis
psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang mampu
mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam
menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada
hub.sosial dan produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair yaitu
rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara
hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya
hidup sehat, dan kesehatan fisik.
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah
satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal (Duvall dan Miller, 1985). Menurut J.W. Santrock
(J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang
lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang
Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau
lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini
akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan
pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari
60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai
sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan
keluarga lanjut usia. Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara
yang lain merasa hal ini merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup
mereka. Banyak dari mereka tergantung pada sumber-sumber finansial
yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang memuaskan, dan
status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit,
umumnya memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk
sering merupakan anteseden penyakit mental dikalangan lansia
(Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang menjaga kesehatan mereka,
tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai
menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua dan substansial dan
senantiasa berpikir positif terhadap kehidupan ini.
A. .  Ciri-ciri dewasa akhir
1. Adanya periode penurunan atau kemunduran Yang disebabkan oleh
faktor fisik dan psikologis.
2. Perbedaan individu dalam efek penuaan Ada yang menganggap periode
ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya
sebagai hukuman.
3. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan
masa tua tidaklah menyenangkan.
4. Sikap sosial terhadap usia lanjut  Kebanyakan masyarakat menganggap
orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah
melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang
yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat
sekitar
5. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif
tentang usia lanjut.
6. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan
kelompok yang lebih muda.
7. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang
negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
8. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk
memperlambat penuaan.
B.   Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Keluarga Lansia
Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu
kenyataan, maka ada berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan
yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan-pasangan yang
mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi :
  Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara
substansial, mungkin kemudian menyesuaikan terhadap
ketergantungan ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi
pemerintah).
  Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan
kemudian dipaksa pindah ke tatanan institusi.
  Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.
  Pekerjaan ; keharusan pensiun  dan hilangnya peran dalam pekerjaan
dan perasaan produktifitas.
  Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan
perawatan bagi pasangan yang kurang sehat.
C. Perkembangan deawasa akhir
1. Perkembangan Fisik
Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang
bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis
yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi
psikologis. Kebanyakan perubahan fisik pada lansia mengalami hal yang
sama, misalnya rambut yang memutih, kulit keriput, dan gigi yang
tunggal. Pada periode ini penurunan fungsi organ tampak jelas.
2. Perkembangan Psikis dan Intelektual
Otak dan Sistem syaraf berubah dengan tanda adanya penurunan
kecepatan belajar sesuatu yang diikuti dengan menurunnya kemampuan
intelektual. Beberapa peneliti memperkirakan 5 sampai 10% neuron akan
berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun, setelah itu hilangnya
neuron menjadi dipercepat. Aspek yang signifikan dari proses penuaan
adalah pada neuron-neuron yang tidak mengganti dirinya sendiri yang
menyebabkan hilangnya sebagian kecil kemampuan pada masa dewasa
akhir.
3. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para
lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah
yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak
dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti
penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus
dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan
fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia
semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia
yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi
semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
4. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat
dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan
hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat
berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia.
Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”.
Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya
terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
5. Sistem peredaran darah
Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang
dipompa oleh jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada
orang dewasa yang sehat. Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika
sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa
mempertimbangakan usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli
penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat
selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun (Fozard,
1992).
Meningkatnya tekanan darah yang terjadi akibat bertambah
kerasnya dinding pembuluh arteri aorta dan pusat merupakan gejala umum
bagi orang yang berusia lanjut.
6. Sistem pernafasan
Kapasitas paru-paru akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun
sekalipun tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada
menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya
adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru
dengan latihan-latihan memperkuat diafragma.
7.   Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal
seksualitas manusia, dan terdapat perubahan yang lebih banyak pada laki
laki dari pada perempuan. Rubin (Harlock) mengatakan bahwa hubungan
seksual tidak mungkin berhenti secara otomatis pada usia berapapun.
Mereka yang tidak melakukan hubungan seksual pada usia lanjut, biasanya
disebabkan oleh penyakit yang diderita pasangannya.
D.     Adapun tugas perkembangan pada masa dewasa akhir
Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan
tugas paling penting dari keluarga-keluarga lansia (tabel 11). Orangtua
biasanya pindah ke salah satu anak mereka karena penurunan kesehatan
dan status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain, dan ini terbukti
merupakan  suatu pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia (Lopata,
1973).
Tabel . Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa
pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga dewasa akhir
Keluarga dewasa akhir/Lansia 1.   - Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai
tempat tinggal di hari tua.
2 - Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai
pensiunan
3.    - Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.
4.     Saling merawat sebagai suami-istri
5.    - Mampu menghadapi kehilangan (kematian)
pasanan dengan sikap yang positif (menjadi janda
atau duda).
6.    - Melakukan hubungan dengan anak-anak dan
cucu-cucu.
7.    - Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang
tinggi.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985) dan
Hurlock (1980)
E. Masalah-Masalah Kesehatan.
Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik,
sumber-sumber finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan
banyak kehilangan lainnya yang dialami oleh lansia menunjukkan adanya
kerentanan psikofisiologi dari lansia (Kelley et al, 1977). Oleh karena itu,
terdapat masalah-masalah kesehatan yang multipel. Pasangan atau individu
lansia dalam semua fase sakit kronis mulai dari fase akut hingga fase
rehabilitasi sangat membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait
secara medis (pengkajian fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi
keperawatan (mengkaji respons klien terhadap sakit dan pengobatan serta
kemampuan koping) adalah relevan disini. Promosi kesehatan tetap menjadi
hal yang sangat penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pecegahan
cidera, penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan
berhenti merokok.
Semakin tua, kemungkinan terkena beberapa penyakit atau
penurunan kondisi tubuh semakin meningkat. Penyakit yang biasanya
menyerang usia lanjut adalah radang sendi dan osteoporosis.
Keseahtan mental tidak hanya dilihat dari ketidak hadiran
gangguan-gangguan mental, berbagai kesulitan dan frustasi, tetapi juga
merefleksikan kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah-masalah
kehidupan dengan cara efektif dan memuaskan.
Depresi yang dimaksud adalah suatu gangguan suasana hati
dimana individu merasa sangat tidak bahagia., kehilangan semangat, dan
bosan. Orang yang menderita depresi seperti ini mudah kehilangan stamina,
tidak merasa sehat, nafsu makan kurang, lesu, dan kurang bergairah.
Gangguan kecemasan adalah gangguan psikologis yang dicirikan dengan
ketegangan motorik (seperti gelisah dan gemetar), hiperaktivitas (pusing,
jantung berdebar, atau berkeringat), dan pikiran yang mencemaskan.
Penelitian membuktikan bahwa orang usia lanjut memiliki kemungkinan
yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan daripada depresi
(George dkk, 1988)
Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan
dengan sejumlah masalah termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-
masalah psikologis adalah masalah kesehatan yang serius, khususnya bila
bersama-sama dengan sakit fisik. Pengkajian dan penggunaan sistem
dukungan sosial keluarga atau individu harus menjadi bagian integral dari
perawatan kesehatan keluarga.
Proses menua dan menurunnya kesehatan menyebabkan betapa
pentingnya pasangan menikah saling menolong satu sama lain. Karena
wanita hidup lebih lama dari pada pria, dan biasanya mereka orang yang
membantu suami yang sakit atau yang tidak berdaya. Dalam kebanyakan
kasus, penyakit bersifat kronis dan berkembang menjadi tak berdaya,
sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan terhadap  situasi terakhir. Suami
menemukan tugas merawat istri sebagai suatu tugas yang lebih sulit, karena
peran merawat, memelihara dan menjadi ibu rumah tangga semata-mata
masih sebagai peran wanita.
Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi secara luas dan
menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan penuaan (lemah,
bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa lagi).
D. Konsep Dasar penyakit
1. Pengertian
Hypertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan
diastolic serta merupakan suatu faktor terjadinya kompilikasi penyakit
kardiovaskuler (Soekarsohardi,1999:151).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik diatas
standar dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin,1993:191).
2. Penyebab
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori :
a. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi
seperti bertambahnya usia, factor psikologis , dan keturunan. Sekitar
90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya .
b. Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti stenosis
arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta.
Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian oral kontrasepsi.
Adapun factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin,

umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan social

ekonomi (Susi Purwati, 2000:25)

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
4. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis pada kelayan dengan hipertensi adalah
meningkatkan tekanan darah >140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis,
pusing/migran, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunag-kunang,
lemah dan lelah, muka pucat dan suhu tubuh rendah. (Mansjoer, dkk,
2000).

5. Pemerikasaan Penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan

6. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar
adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan sesuai
dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau
berenang.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh kelayan.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada kelayan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan
antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol
adalah:
a. Krisis Hipertensi
b. Penyakut jantung dan pembuluh darah: penyakit jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung
yang timbul pada penderita hipertensi.
c. Penyakit jantung cerebrovaskuler: hipertensi adalah faktor resiko
paling penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke
bertambah dengan setiap kenaikan tekanan darah.
d. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan
perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai
akibat tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila
tekanan darah diturunkan.
e. Nefrosklerosis karena hipertensi.
f. Retinopati hipertensi.
8. Pencegahan
a. Sebelum terjadinya sakit
1) Health promotion/promosi kesehatan
Usaha-usaha yang dilakukan yaitu mempertinggi daya tahan tubuh,
seperti:
a) Makan yang bergizi (seimbang)
b) Olahraga yang teraturpemeriksaan diri secara teratur (cek
up)
c) Tidur yang cukup
d) Memperbaiki lingkungan dan perumahan yang baik
(mengurangi kepadatan penduduk, ventilasi yang cukup)
2) Specipic protection/melakukan perlindungan yang spesifik
Usaha-usaha yang diperlukan adalah :
b) Melakukan imunisasi seperti BCG
c) Menghindari/mengurangi berdekatan dengan penderita TBC
d) Melakukan pasteurisasi susu sapi (menghindari susu sapi yang
terkena TBC)
b. Pada saat sakit
Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Usaha-
Usaha yang dilakukan adalah :
1) Melakukan diagnosa secara cepat dan tepat
2) Memberikan pengobatan yang tepat
3) Mengajarkan pada penderita batuk yang baik/tidak meludah
sembarangan
4) Makan-makanan yang bergizi
5) Perbaikan sarana lingkungan dan perumahan
6) Olahraga yang teratur dan tidur yang cukup
7) Menghindari penggunaan napza dan perilaku sex yang
menyimpang
Pembatasan kecacatan/Disability limation
Usaha-usaha yang dilakukan :
1) Pengobatan yang tepat
2) Kontrol secar berkala
3) Sama dengan usaha promosi kesehatan
c. Sesudah sakit
Usaha-usaha yang dilakukan adalah :
1) Kontrol secar berkala
2) Memberikan pengertian kepada keluarga/masyarakat agar mau
menerima penderita sebagaimana dia sebelum sakit
DAFTAR PUSTAKA

Braderi, dkk. 2005. Klien gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan.


EGC: Jakarta

Bruner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Doengos, E.M. Pedoman Untuk Perencanaan Dan Dokummentasi Perawtan


Klien. Edisi 2. EGC: Jakarta

Mansjoer, A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta

Mubarak, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.


Salemba Medika: Jakarta

Murwani, A. Setyowati, S. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Konsep dan


Aplikasi Kasus. Mitra Cendikia: Jogjakart

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem kardiovaskuler. Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai