Anda di halaman 1dari 2

Cerita di dalam novel ini dimulai di Bandara saat Kirana harus meninggalkan kota Paris untuk

bertolak menuju Jakarta. Kirana yang merupakan mahasiswa Indonesia penerima program
short course program di Jenewa-Swiss mencurahkan isi hatinya. Dengan menggunakan sudut
pandang orang pertama yakni dari sisi Kirana, penulis mencoba berbagi beberapa hal tentang
budaya Barat-Timur.

Dalam novel ini, meskipun Kirana menjlani program short course namun yang menjadi pokok
permasalahannya bukanlah tentang masalah-masalah yang dia hadapi selama mengikuti
program tersebut, bahasan tentang hubungannya dengan seorang pria Perancis bernama
Emmanual (disapa Manu) yang menjadi fokus masalah. Itulah sebabnya cerita dalam novel ini
memiliki alur maju-mundur. Dengan memposisikan pusat alur waktu adalah saat Kirana akan
kembali ke Jakarta yang berarti harus berpisah dengan Manu, maka pembaca dimudahkan
menilai waktu dari peristiwa yang diceritakan. Masa lalu adalah yang terjadi sebelum ia
berangkat, dan yang terjadi setelah ia berangkat adalah peristiwa yang terjadi kemudian. 

Hubungan Kirana dan Manu adalah hubungan yang penuh perbedaan. Perbedaan tempat
dengan jarak 11.369km yang memisahkan mereka tentu saja menjadi sebuah masalah.
Perbedaan budaya keduany pun cukup mempengaruhi. Bagaimana keluarga Manu menerima
kehadiran Kirana karena bagi budaya Barat, memperkenalkan kekasih mereka pada keluarga
tidak berarti bahwa keluarga punya hak untuk menolak atau menerima kekasih mereka
tersebut. Keputusan tetap ada di tangan individunya. Keluarga cukup mengenal dan
mengetahui saja. Sedangkan budaya Timur khususnya di Indonesia sendiri, keluarga masih
punya hak untuk menyatakan persetujuan atas kehadiran kekasih anak mereka. Terutama
untuk anak perempuan.

Selain jarak dan budaya, perbedaan agama pun menjadi salah satu penghalang hubungan
mereka. Kirana yang beragama Islam jelas terikat pada hukum Islam, dan tentu saja orang
tuanya tidak menyukai Manu yang beragam Kristen. Meski sebenarnya Manu tidak percaya
agama karena dia menganggap semua ajaran agama itu sama. Itulah sebabnya saat orang tua
Kirana menentang hubungan mereka, Manu bersedia masuk Islam. Namun Kirana menolak
keputusan Manu. Akhirnya Kirana pun mengambil sebuah keputusan. Namun benarkah
keputusan itu? (Baca deh bukunya untuk tau kelanjutannya :D )

Saat membaca profil penulisnya, saya menangkap bahwa deskripsi jalan-jalan mengelilingi
Eropa yang diceritakan dalam buku ini adalah sebuah kisah nyata yang difiksikan. Ya, itu adalah
pengalaman penulis dan kemudian dimasukkan ke dalam buku ini. (Tapi ini hanya tebak2an
saya saja lho). Hal ini menghidupakan cerita. Dan membuat buku ini jadi informatif bagi mereka
yang ingin berlibur ke Eropa. Sayangnya deskripsi tentang liburan Kirana dan Manu di Indonesia
tidak semendetail liburan mereka di Eropa.
Dari segi cerita memang tergolong tidak begitu pasaran. Sedikit yang mengangkat hubungan
antara dua orang yang beda negara. Dan saya rasa keberanian mengangkat hal ini perlu
diapresiasi. Perkembangan hubungan mereka pun menarik diikuti, sayang dibagian akhir
ceritanya kurang "menggigit". Sebab bagian terakhir lebih banyak diisi oleh narasi.

Tapi untuk keseluruhan sih udah, ok. Sampul menarik, judul juga cukup menarik meski sudah
mulai banyak novel yang menggunakan frase musim seperti "winter", "summer", "autumn", dll. 
Jadi, kalau harus memberi nilai pada buku ini dalam skala 1-10 maka saya memberinya nilai 8
(^_^)v 

Anda mungkin juga menyukai